LP Dan Askep Oksigenasi - Kelompok 1 Sadewa
LP Dan Askep Oksigenasi - Kelompok 1 Sadewa
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Maratus Sholikah (7318013)
Fitrotul Mauludiyah Seca (7318019)
Siti Maufiroh (7318024)
Muzaynatul Waqi’ah (7315019)
2022
KATA PENGANTAR
Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan
Gangguan Oksigenasi Pada Pasien OF.
Kelompok 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Oksigenasi
1. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua
proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta
pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga
merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
(Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi
merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang
dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).
2. Proses Oksigenasi
Menurut Hidayat (2011), mengatakan proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan
transportasi gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi
2) Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja
saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga
vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi).
4) Refleks batuk dan muntah
5) Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda
asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan toraks.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka CO2 tidak
dapat keluar secara maksimal. Pusat pernapasan, yaitu medula
oblongata dan pons, dapat memengaruhi proses ventilasi, karena
CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat
pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstitial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan
O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis masuk dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat hemoglobin).
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah
(65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
curah jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb. (Alimul Hidayat, 2009).
3. Jenis Gangguan Oksigenasi
Permasalahan pemenuhan oksigen tidak terlepas dari gangguan pada
sistem respirasi baik pada anatomi mzupun fisiologi dari organ-organ
respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat muncul akibat adanya
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain sebagainya.
Gangguan tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :
a. Gangguan Irama/Frekuensi Pernapasan
1) Gangguan Irama Pernapasan
a) Pernapasan “Cheyne-stokes” yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian makin
menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Pernapasan ini biasanya terjadi pada pasien gagal
jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis
obat. Namun secara fisiologis, pernapasan ini terutama terdapat
pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan
laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan “biot” yaitu pernapasan yang mirip dengan cheyne-
stokes, namun amplitudonya rata dan disertai apnea. Pernapasan
ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan “kussmaul” yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalaman meningkat melebihi 20 x/menit. Pernapasan ini dapat
ditemukan pada pasien dengan asidosis metabolik dan gagal
ginjal.
2) Gangguan Frekuensi Pernapasan
a) Takipnea / hipernea, yatitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya
meningkat diatas frekuensi napas normal. Bradipnea, yaitu
kebalikan dari takipnea dimana frekuensi napas jumlahnya
menurun dibawah frekuensi napas normal.
b. Insufisiensi Pernapasan
Penyebab Insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru’
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan.
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan dimana oksigen dalam jaringan
mengalami kekurangan. Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok yaitu:
1) Hipoksemia
2) Hipoksia Hipokinetik (Stagnant anoksia/anoksia bendungan)
3) Overventilasi Hipoksia
4) Hipoksia Histotoksik
Udara di atmosfer
Sumbatan bronkus
Ventilasi Kolateral
Oksigen lebih cepat
Akumulasi mukus
diserap dari nitrogen
pada bronkus
dan helium Udara lolos melalui
pori alveoli/ fistula
Bersihan Jalan bronkioli alveolar
Napas Tidak Efektif Dispnea
Gangguan
Pola napas cepat dan pengembangan
dangkal paru/kolaps arteri
Gangguan
Pertukaran Gas
6. Komplikasi dan Masalah yang Mungkin Muncul
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Gagal napas
d. Perubahan pola napas
7. Pemeriksaan Penunjang Gangguan Oksigenasi
a. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Analisa gas darah
1) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
2) Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
3) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
c. Oksimetri, untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada, untuk memeriksa adanya cairam, massa,
fraktur, dan proses-proses abnormal
e. Bronkoskopi, untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau
sputum/benda asing yang mengahambat jalan napas.
f. Endoskopi, melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
g. Fluoroskopi, mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jantung dan kontraksi paru
h. CT-Scan, mengidentifikasi adanya massa abnormal
8. Terapi Oksigenasi
Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun
1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach
pada tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru
obstrukif kronik. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara
atmosfer atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan
oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia
jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
memperthankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%. (Tarwoto & Wartonah,
2015).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), Pemberian oksigen atau terapi
oksigen dapat dilakukan melalui metode berikut ini :
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Intervensi
Diagnosa SLKI (Luaran) SIKI (Intervensi)
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Latihan batuk
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x24 efektif
berhubungan jam, masalah pada pasien Observasi
dengan sekresi berkurang atau hilang - Identifikasi
yang tertahan dengan Kriteria Hasil : kemampuan batuk
Bersihan Jalan Napas
- Batuk efektif meningkat - Monitor adanya
(5) retensi sputum
- Produksi sputum Terapeutik
menurun (5) - Atur posisi semi
- Wheezing menurun (5) fowler/fowler
- Dispnea menurun (5) - Buang sekret pada
- Gelisah menurun (5) tempat sputum
- Frekuensi napas Edukasi
membaik (5) - Jelaskan tujuan dan
- Pola napas membaik (5) prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mecucu
(dibulatkan) selama
8 detik
- Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam 3x
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam ke
3
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik /
ekspertoran
Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan
efektif keperawatan selama 3x24 Napas
berhubungan jam, masalah pada pasien Observasi
dengan hambatan berkurang atau hilang - Monitor pola napas
upaya napas dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi
Pola Napas : napas tambahan
- Dispnea menurun (5) - Monitor sputum
- Pernapasan cuping Terapeutik
hidung menurun (5) - Posisikan semi
- Frekuensi napas fowler atau fowler
membaik (5) - Berikan oksigen
- Kedalaman napas Edukasi
membaik (5) - Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Terapi Oksigen
pertukaran gas keperawatan selama 3x24 - Observasi
berhubungan jam, masalah pada pasien - Monitor aliran
dengan berkurang atau hilang oksigen secara
ketidakseimbangan dengan Kriteria Hasil : periodik dan
ventilasi-perfusi Pertukaran Gas : pastikan fraksi yang
- Dispnea cukup diberikan cukup
menurun (4) - Monitor tanda-
- Bunyi napas tambahan tanda hipoventilasi
menurun (5) - Terapeutik
- Pusing menurun (5) - Bersihkan sekret
- Gelisah menurun (5) pada mulut, hidung
- Napas cuping hidung dan trakea, j/p
menurun (5) - Edukasi
- Takikardia membaik Ajarkan pasien dan
(5) keluarga cara
- Pola napas membaik menggunakan
(5) oksigen dirumah
SUMBER PUSTAKA
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kevin Andrian. 2020. “Sering Sesak Napas? Ini Bisa Menjadi Penyebabnya.”
Alodokter. 2020.https://www.alodokter.com/sering-sesak-nafas-ini-bisa-
menjadi-penyebabnya.
NANDA International. 2018. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Nurul Rafiqua. 2020. “Sesak Napas.” Sehatq. 2020.https://www.sehatq. com/
penyakit /sesak-napas.