Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAN BEDAH


HERNIA INGUINAL SINISTRA
DIRUANG OK RSNU JOMBANG

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Achmad Nur Afif 7319005

Amirudin 7319007

Ananda Alfian Thoriqi Aziz 7319008

Ardie Laroybavi 7319009

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA INGUINAL SINISTRA
DI RUANG OK RSNU JOMBANG

Nama : Kelompok 2
Program studi : S1 Keperawatan
Semester : VIII
Telah disahkan pada
Hari :
Tanggal :

Pembimbing praktek/ CI Pembimbing

(………………………….) (………………………….)

Mengetahui,

Kepala Ruangan
A. DEFINISI
Hernia adalah produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia
(Nuruzzaman, 2019).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal
atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya
organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya
berada yang didalam keadaan normal tertutup (Zahro, 2019).
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, fermonalis (Dwi, 2018).
B. ETIOLOGI
Menurut Zahro (2019), hernia dapat di jumpai pada segala usia, dan lebih
banyak pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah:
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan otot yang dibawa,
sejak lahir (congenital) merupakan salah satu factor utama yang
menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang
rutin dapat meningkatkan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
a. Kegemukan
b. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
simetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan simetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus
inguinalis yang melebar (Subarjo, 2017). Tanda dan gejala menurut Adi dan
Wulandari (2017) antara lain :
1. Tampak benjolan dilipatan paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai
perasaan mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4. Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah), benjolan dibawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak nafas.
D. KLASIFIKASI
Menurut Nuruzzaman (2019), klasifikasi hernia dibagi atas 3 yaitu
berdasarkan letak berdasarkan sifat dan keadaannya, dan berdasarkan
golongan adalah sebagai berikut :
A. Klasifikasi menurut letaknya
1) Hernia inguinal dibagi menjadi :
a. Hernia indirek atau lateral

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan


melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis,
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
skrotum.Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut bisa
mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat
tumbuh kembali.
b. Hernia Direk atau medialis

Hernia ini melewati dinding abdomen di area


kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek.Lebih umum terjadi pada
lansia.Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju
annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun arteri
inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien
tidur.Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang menjadi irreponible.

2) Hernia femoralis

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan


lebih umum pada wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak
di kanalis femoral yang membesar dan secara bertahap menarik
peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk kedalam kantong.

3) Hernia umbilical

Hernia umbilical umumnya terjadi pada wanita karena


peningkatan tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas
dan multipara.

4) Hernia insisional

Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang


telah sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka
kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat,
distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan parut yang lemah.

B. Hernia berdasarkan terjadinya


1) Hernia kongenital (Bawaan)

Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia


lebih dari 3 minggu testis yang mula-mula terletak diatas
mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada
waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prosesus
vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan
rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis
sampai pada skrotum, prosesus vaginalis peritoneal seluruhnya
tertutup (obliterasi).Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh
prosesus vaginalisperitoneal terbuka, terjadilah hernia
inguinalis lateralis.

2) Hernia akuisitas (Didapat)

Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut.


Disebabkan karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat
dan dalam waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi
kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur
uretra), asites, dan sebagainya.

Hernia Menurut Letaknya

C. Hernia menurut sifatnya


1) Hernia reponible/ reducible

Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika


berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.

2) Hernia irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga karena perlengketan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan
usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
3) Hernia strangulate/inkaserata

Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong


terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut
disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia karena adanya kelemahan dinding otot
dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen, kegemukan, dan
mengangkat beban yang terlalu berat sehingga terjadi peningkatan tekanan
intra abdomen. Tekanan intraabdominal meningkat yang menyebabkan isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali dan terjadilah penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, peritonitis (Zahro, 2019).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan
pembedahan. Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini
karena kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui
paru-paru dan kulit. lnsisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh
tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, staris
cairan tubuh). Luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi
organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi, Rasa
nyeri timbul pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena
kompresi/stimulasi ujung saraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat
operasi atau karena ischemi jaringan akihat gangguan suplai darah ke salah
satu bagian, seperti karena tekanan, spasme otot atau hematoma. Sehingga
terjadi masalah nyeri akut dan resiko infeksi (Adi & Wulandari, 2017).
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut dwi (2018) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien hernia adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukan peningkatan sel darah
putih, serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit
2. Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi.
3. Pemeriksaan urine munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengidentifikasikan infeksi.
4. Elektrokardiografi (ekg) penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
5. Sinar x abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan pada Hernia adalah sebagai berikut :
1. Konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
inguinalis. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulate,
kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual, tangan kiri memegang isi hernia membentuk cocor
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian sodatif
dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi ini berhasil pasien
disiapkan untuk oprasi besok harinya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan oprasi segera..
Adapun tindakannya terdiri atas:
a. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia
ketempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang
lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan
pada hernia repobilis dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan
tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher
hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia
irrepobilis apabila pasien takut oprasi, yaitu dengan cara :
bagian hernia di kompres dingin, penderita di beri
penenang valium 10 mg agar tidur, pasien di posisikan
trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa,
segera lakukan operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa
alkohol atau kinin di daerah sekitar Hernia, yang
menyebabkan pintu Hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan sehingga isi Hernia keluar dari kavum
peritoneum.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang Hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
2. Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan
pada Hernia reponibilis, Hernia irreponibilis, Hernia strangulasi
dan Hernia inkarserata. Operasi Hernia ada 3 macam:
a. Herniotomy
Mernbuka dan mernotong kantong Hernia serta
mengembalikan isi Hernia ke kavum abdominalis
b. Hemioraphy
Mulai dari mengangkat leher Hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan
antara tepi bebas musculus obliquus Intra abominalis dan
musculus tranversus abdominal yang beresiko di
tuberculum pubicum.
c. Hernioplasry
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum
inguinale agar LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi
lebih kuat karena tertutup otot. Hemioplasry pada Hernia
inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhanya (Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada
Hernia inguinalis media dan Hernia femoralis dikerjakan
dengan cara Mc.Vay).
3. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dimulai dengan pemberian antacid
(Mylanta, Maalox, Gaviscoon). Bila manifestasi berat dan
menetap, klien diberikan antagonis reseptor histamine seperti
ranitidine (Zantac) atau famotidin (Pepcid). Obat-obatan lain,
Bethanchol (Urecholine) adalah obat koligernik yang
meningkatkan sekresi asam lambung (harus diberikan sebelum
makan). Metoklopramid (raglan) yang meningkatkan tekanan
SEB dengan merangsang otot polos saluran gastrointestinal dan
meningkatkan kecepatan pengosongan lambung.
4. Penanganan Post operasi
a. Post operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah
terjadinya hematoma.
b. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring
dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang
c. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta
mengejan.
d. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
e. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang
dapat menaikkan tekanan intra abdomen.
f. Lakukan pergerakan ROM
g. Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan
perawatan luka dan penderita makan dengan diet tinggi kalori
dan protein.
I. KOMPLIKASI
Menurut Zahro (2019), komplikasi yang sering terjadi pada Hernia
adalah sebagai berikut :
1. Hernia berulang
2. Hematoma
3. Retensi urin
4. Infeksi pada luka
5. Nyeri kronis atau akut
6. Pembengkakan testis karena atrofi testis
7. Rekurensi hernia (sekitar 2%)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan pada klien hernia adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
Data Umum Identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal,
status pendidikan, dll) dan penanggung jawab klien.
2. Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah
keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun
sebelum pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang
lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan metode PQRST.
a. Provoking Incident
Merupakan hal-hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh
yang menjalani prosedur pembedahan.
b. Quality of Pain
Merupakan jenis rasa nyeri yang dialami klien.
c. Region,
Radiation dan Relief Area yang dirasakan nyeri pada
klien. Imobilisasi atau istirahat dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan agar tidak menjalar atau menyebar.
d. Severity (Scale) of Pain
Biasanya klien Hernia akan menilai sakit yang
dialaminya dengan skala 57 dari skala pengukuran 1-10.
e. Time. Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan
muncul dan dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah
buruk.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan
nyeri di daerah sekitar paha dalam maupun testis, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan
pasca nyeri sering di dapatkan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu Pada riwayat penyakit dahulu yang
penting untuk di kaji antara lain penyakit sistemik, seperti DM,
hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana pengkajian
preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai
kebiasaan mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan
salah satu predisposisi hernia.
b. Pola aktivitas Pembatasan aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan inta abdomen seperti bersin,
mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan
fisik
b. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita hernia
inguinal lateralis biasanya composmentis
c. Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tanda-
tanda vital dalam batas normal
d. Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur
rambut.
Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi.
Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut menahan nyeri
e. Mata
Mata tampak cekung (kekurangan cairan), sclera ikterik,
konjungtiva merah muda.
Pupil : miosis, midrosis, atau anisokor
f. Telinga
Daun telinga masih simetris kanan dan kiri.
Gendang telinga tidak tertutup.
Serumen bewarna putih keabuan dan masih dapat bervibrasi
dengan baik apabila tidak mengalami ineksi skunder.
Pengkajian terhadap pendengaran terhadap bisikan maupun
tes garputala dapat mengalami penurunan.
g. Hidung
Tidak terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung
kecuali ada infeksi skunder seperti influenza
h. Mulut dan faring
Bibir : sianosis, pucat (biasanya penderita hernia
mengalami mual muntah karena adanya tekanan intra
abdomen).
Mukosa oral : lembab atau kering. Langit- langit mulut :
terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami
penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan
fisik.
i. Thoraks dan Paru
Frekuensi pernafasan yang terjadi pada penderita hernia
biasanya dalam batas normal (16-20 kali permenit).
Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor pada
obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita sekaligus
mempunyai riwaat asma atau bronchitis kronik
j. Dada
Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris
dan retruksi inspirasi abdomen.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
Perkusi : dalam batas normal, pekak terjadi apabila cairan
atau jaringan padat menggantikan bagian paru yang
normalnya terisi udara (terjadi apabila penyakit lain seperti
efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhan TBC).
Auskultasi : bunyi nafas vasikular, bronco vasikular (dalam
keadaan normal)
k. Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus pada
pemeriksaan abdomen. Yang di dapatkan :
Inspeksi : Terlihat benjolan di region inguinalis ang
berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Palpasi : Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada fenikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan
sutera.Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium.Dalam hal ini hernia
dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien mulai mengejan kalau hernia
menyentuh ibu jari berarti hernia inguinalis lateralis.
Perkusi : Bila didapatkan perkusi perut kembung maka
harus dipikirkan kemungkinan hernia, hipertimpani,
terdengar pekak.
Auskultasi : Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi
abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus.
l. Integumen Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan
(luka pembedahan pada abdomen).
m. Genitalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi,
massa dan tumor.
n. Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktiitas karena adanya
nyeri yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau
kekakuan.

7. Diagnosa Keperawatan
Berdasarakan patofisiologi dan data diatas, diagnosis
keperawatan utama untuk klien tersebut mencakup hal-hal sebgai
beriku sesuai dengan diagnosa keperawatan menurut SDKI (2017),
yaitu :
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen
farmakologis ditandai dengan mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
b. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi dan distensi
abdominal, ditandai dengan adanya rasa nyeri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinuitas jaringan
sekunder terhadap tindakan invasive (insisi bedah) ditandai
dengan adanya tandatanda infeksi.
8. Perencanaan
a. Diagnosa : Nyeri akut (D.0077)

Luaran Utama : tingkat nyeri (L.08066)


: Ekspetasi (Menurun)
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Kemmapuan 1 2 3 4 5
menuntaskan aktifitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meirngis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitas tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perinium terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik


memburuk membaik
Frekunsi nadi 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Prilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Intervensi Utama :
a) Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi karakterstik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor memperberat dan memperigan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping pengunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,akupresur,terapimusik,biofeedback,terapi
pijat,aroma terapi,teknik imajinasi terbimbimbing, kompres hangat
atau dingin,terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pengcahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbankan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,priode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi peredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

b. Diagnosa : Resiko Infeksi (D.0142)

Luaran : Tingkat Infeksi (L.14137)

: Ekspektasi (menurun)

Kriteria Hasil :

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat

Kebersihan 1 2 3 4 5
tangan

Kebersihan 1 2 3 4 5
badan

Nafsu makan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun

Demam 1 2 3 4 5

Kemerahan 1 2 3 4 5

Nyeri 1 2 3 4 5

Bengkak 1 2 3 4 5

Vesikel 1 2 3 4 5

Cairan berbau 1 2 3 4 5
busuk

Sputum 1 2 3 4 5
berwarna
hijau

Drainase 1 2 3 4 5
purulen

Piuna 1 2 3 4 5

Periode 1 2 3 4 5
malaise

Periode 1 2 3 4 5
menggigil

Lelargi 1 2 3 4 5

Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik

Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih

Kultur darah 1 2 3 4 5

Kultur urine 1 2 3 4 5

Kultur 1 2 3 4 5
sputum

Kultur area 1 2 3 4 5
luka Kultur
feses

Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih

Intervesi Utama

A. Pencegahan infeksi
Tindakan
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terpeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


c. Diagnosa : Gangguan Mobilitas Fisik {D.0054}

Slki : Mobilitas Fisik {L.05042}

Menurun Cukup sedang Cukup meningkat


menurun meningkat

Pergerakan 1 2 3 4 5
ekstermitas
1 2 3 4 5
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
Rentang gerak
{ROM}

Menigkat Cukup Sedang Cukup Meurun


meigkat meurun

Nyeri 1 2 3 4 5

Kecemasan 1 2 3 4 5

Kaku sendi 1 2 3 4 5

Gerakan tidak 1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan terbatas

Kelemahan fisik 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

a. Dukungan Ambulasi {I.06171}


Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat,
kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisk, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi din
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis
berjalan dan temapt tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
DAFTAR PUSTAKA

Aprilina, A. (2020). Gambaran Klinis Kadar Kreatinin Pada Pasien Infark


Miokard Akut Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Azwar, Anas Siahaan. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Post Operasi Hernia Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Dalam Penerapan
Terapi ROM (Range Of Motion) Pasif di Rumah Sakit Umum, Dr.
Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2019. Karya Tulis Ilimah, Prodi
D-III Keperawatan. Pandan : Akper Pemkab Tapanuli Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Data Dan Informasi Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017. Provinsi Sumatera Utara :
Dinas Kesehatan Sumut

Dwi, Kurnia Piardani. (2018). Asuhan Keperawatan Tn. D Dengan Hernia


Inguinalis Serta Aplikasi Pendidikan Kesehatan Pre Operasi Terhadap
Kecemasan Di Irna Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang. Universitas
Andalas.

Kendari Fadiyansyah, et al. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Dengan


Hemiparese Sinistra. Medical Profession Program, Faculty of Medicine,
Tadulako University – Palu, INDONESIA. Jurnal Vol.1 | No.1 | Februari
2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)

Febrianto, Eko. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Kasus


Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Ruang Melati
Rsud Kota Kendari Tahun 2018’. Karya Tulis Ilmiah, Prodi D-III
Keperawatan. Kendari : Politeknik Kesehatan.
Nuruzzaman, M. Rifki. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Hil (Hernia Inguinalis Lateralis) Di Ruang
Melati RSUD Bangil. KTI, DIII Keperawatan. Akademi Keperawatan Kerta
Cendekia Sidoarjo

Suardi Zurimi. (2019). “Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap


Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Herniatomi Inguinalis Lateralis Di
Rumah Sakit Bhayangkara Ambon”. GLOBAL HEALTH SCIENCE,
Volume 4 Issue 4, Desember 2019 ISSN 2503-5088 (p) 2622-1055 (e) 182

Suryanti. (2017). Aplikasi Model Konsep Keperawatan Calista Roy Pada Tn. N
Post Operasi Hernia Inguinalis di Ruangan Safa Rumah Sakit Kota
Bengkulu. JNPH Volume 5 No. 2 (Desember 2017.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Defisi dan Indikator Diagnostik, Edisi1 (Cetakan III (REVISI). Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi1 (Cetakan III (REVISI). Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi1 (Cetakan III (REVISI).
Jakarta : DPP PPNI

World Heart Organization. (2018). Hernia Inguinalis,


http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs331/en/. (diakses pada`28
oktober 2019)

Zahro, Asy Syifa Izzatuz. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op
Hernia Inguinal Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Tugas Akhir (D3),
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PENGKAJIAN

I. BIODATA

Nama : Tn. K

Umur : 78 th

Agama : Islam

Alamat : Bareng, Jombang

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Tinggal MRS : 4 Juli 2023. Jam 08.00

DiagnosaMedis : HILS ( Hernia )

Nomor Register : 376475

TanggalPengkajian : 4 Juli 2023

II. KELUHAN UTAMA

Px mengatakan merasa takut terhadap tindakan operasi yang akan

dijalani

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Px merasa ada keluhan benjolan di selangkangan sejak 4 bulan yang

lalu, kemudian diperiksakan kepuskesmas kemudian diberi rujukan

kepoli RS NU Jombang. Setelah dilakukan pemeriksaan px

dijadwalkan melaksanakan operasi pada tanggal 04 Juli 2023, jam

20.00

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Px mengatakan pernah operasi batu ginjal 5 bulan yang lalu.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Px tidak menderita penyakit yang menurun seperti DM, Hipertensi.

VI. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola Tidur/Istirahat :

Pola tidur : px tidur mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur malam

hanya 3-4 jam dikarenakan px takut akan operasi yang dijalani

besok, px tampak sering menguap.

2. Pola Eliminasi :

BAK Px :sehari px 6-7 kali. Warna urin kuning jernih

BAB Px :sehari px BAB 1 kali. Konsistensi lembek

3. Pola Makan/Minum :

Makan : px mengatakan makan sehari 2 kali. 1 porsi habis

Minum : px minum sehari 1 botol sekitar 1,5 liter.

4. Pola Kebersihan Diri :

Px mandi 2x sehari, sikat gigi 2 kali sehari.

5. Pola Kegiatan/Kebiasaan Lain :

Px seorang petani terbiasa mencangkul dan mengangkat beban

berat

6. Pola Hubungan Peran (Konsep Diri) :


Peran px dirumah sebagai kakek, saat di rumah sakit sebagai px.

7. Pola Seksual : memiliki istri

8. Pola penanggulanagan stress :

Px mengatakan untuk menangani stress dengan cara pergi ke

sawah dan mengobrol dengan teman.

VII. DATA PSIKOSOSIAL

Px berhubungan baik dengan lingkungan sekitar tempat tinggal.

VIII. DATA SPIRITUAL

Px beribadah sesuai agama, karena islam beribadah shalat 5 waktu.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Baik. GCS = 456, kesadaran komposmentis.

B. Tanda-tanda Vital

TD : 156/93 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7⁰ C

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala : - Inspeksi : rambut putih lurus, tidak ada

ketombe, tidak ada lesi. Px sering bertanya dan

bingung, gelisah.
- Palpasi : tidak teraba benjolan/hematom,

tidak nyeri tekan.

Leher : - Inspeksi : tidak nampak kelenjar tiroid, tidak

nampak lesi

- Palpasi :teraba denyutan vena jugularis

D. Mata

Inspeksi :Terlihat simetris, sklera putih bersih, terdapat lingkaran

hitam di sekita rmata.

Palpasi :tidak ada nyeri tekan, konjungtiva berwarna merah muda

E. Hidung

Inspeksi : berbentuk simetris, hidung Nampak bersih tidak ada

secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran polip

F. Telinga

Inspeksi :kedua telinga simetris, tidak terdapat serumen.

Palpasi :tidak ada nyeritekan.

G. Mulut

Inspeksi :mulut bersih tidak ada stomatitis, gigi tidak terdapat

karies, gusi tidak nampak bengkak, bibir simetris.

H. Integumen
Inspeksi :warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi pada kulit,

kulit Nampak lembab

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada odem, crt kurang dari 2

detik.

I. Thorak/Dada

Inspeksi : saat inspirasi dan ekspirasi antara dada kanan dan

kiri simetris, tidak terdapat lesi dan jejas.

palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Jantung : terdengar lup dan dub, S1 dan S2 tunggal.

Perkusi : Jantung : berbunyi pekak

Paru : terdengar sonor

J. Abdomen

Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada lesi, tidak ada distansi

abdomen, gerakan abdomen sama dengan irama pernafasan.

Auskul tasi : bising usus 14 kali permenit.

palpasi :

- Pada kuadran I hepar tidak teraba pembesaran dan tidak ada

nyeri tekan.

- Pada kuadran II lambung tidak ada nyeri tekan

- Pada kuadran III skibalak / kandung kemih tidak teraba

keras dan tidak ada nyeri tekan

- Pada kuadran IV apendik tidak ada nyeri tekan.


Perkusi : Timpani

K. Kelamin dan Daerah Sekitarnya

Kelamin bersih, tidak nampak benjolan di alat kelamin

L. Muskuloskeletal
5 5
Inspeksi : tidak ada jejas, skala kekuatan otot
5 5

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Kulit teraba lembab

M. Neurologi

kesadaran : kompos mentis

inspeksi : tidak ada gangguan nerfus 7

perkusi : ada reflek pattela

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Tgl


pemeriksaan
Foto x ray 03 juli 2023

Urea 31 mg/dl 15-40 mg/dl 04 juli 2023

Kreatinine 0,6 mg/dl 0,6 – 1,3 mg/dl 04 juli 2023

Ast (sgot) 17 mg/dl 37 mg/dl 04 juli 2023


Glukosa sewaktu 139 mg/dl 200 mg/dl 04 juli 2023

Bt 1 menit 1-3 menit 04 juli 2023

Ct 7 menit 6-12 menit 04 juli 2023

Darah lengkap (B) 04 juli 2023


- Hemoglobin 14 g/dl 11,4 – 17,7
- Lekosit 15,910/cmm 4.700 – 10.300
- Hematokrit 40,8 % 40 – 48
- Eritrosit 5,50 jt/ul 4,5 – 5,5
- Trombosit 369.000 /cmm 150.000-350.000
- Hitung jenis :
 Segmen 93 % 50 – 65
7% 25 – 35
 Limposit
0% 4 – 10
 Monosit
0% 0–8
 Eosinophil 0% 0–1
 Basopfil
1.030
-ALC (absolute 13,2
lymphocyte) 74 FL 82 – 100
- NLR (neutrophil 25 pg 27 – 34
lymphocyte) 343 g/l 316 – 354
- MCV 14 % 14%
- MCH
- MCHC
- RDW-CV
Rapid test antigen ANTI NEGATIF NRGATIF 04 juli 2023
SARS-COV-2

XI. PENATALAKSANAAN/TERAPI

Pemberian cairan: RL 20x tetes/menit

Profilasis Cefo 2 gr/ IV


ANALISIS DATA

NO KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB

1. DS: Px mengatakan takut Kurangnya terpapar Anseitas


akan menjalakan operasi informasi

DO: Px tampak gelisah, px


Nampak sering bertanya
tentang prosedur operasi,
tampak tegang.

Px tampak tegang

TD: 156/93 mmHg

S: 36,7C

N: 80x/menit

RR: 20x/menit

2. DS: mengeluh sulit tidur Kurang kontrol tidur Gangguan pola


tidur
DO: terdapat ada hitam
disekitar mata, pasien
Nampak sering menguap,
tidur malam hanya 3-4 jam.
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI

1. ANSIETAS TINGKAT ANSIETAS REDUKSI ANSIETAS

D. 0080 L.09093 1.09314

Definisi: kondisi emosi dan Definisi: kondisi Definisi : meminimalkan


pengalaman selektif emosional dan kondisi individu dan
individu terhadap objek pengalaman terhadap pengalaman subjektif terhadap
yang tidak jelas dan objek yang tidak jelas dan objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi spesifik akibat antisipasi spesifik akibat antisipasi
bahaya yang bahaya yang, bahanya yang memungkinkan
memungkinkan individu memungkinkan individu individu melakukan Tindakan
melakukan Tindakan untuk melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman.
menghadapi ancaman. untuk menghadapi
Observasi
ancaman.
Identifikasi saat tingkat
Kriteria hasil: ansietas berubah (mis. Kondisi,
Tanda mayor
waktu, stressor)
 Perilaku gelisah Terapeutik
Ds:1. pasien tampak sedang 3
bingung  Perilaku tegang - Gunakan
cukup menurun 4 pendekatan
2. Merasa hawatir  Tekanan darah yang tenang
menurun 5 dan
dengan akibat dan kondisi  Kondisi yang meyakinkan
yang di hadapi dihadapi cukup Edukasi
menurun skala 4
Do: 1. Pasien tampak  Pucat cukup menurun - Jelaskan
skala 4 prosedur,
gelisah Pola tidur cukup membaik termasuk
skala 4 sensasi yang
2. pasien mengatakan memungkink
an di alami
sulit tidur
- latih Teknik
relaksasi
Tanda minor kolaborasi

Do: 1. tekanan darah kolaborasi pemberian obat


antlansietas, jika perlu
Meningkat

2. muka tampak pucat

2. Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan tidur

D.0055 L.05045 Definisi: memfasilitasi siklus


tidur dan terjaga yang teratur
Definisi: gangguan kualitas Definisi: keadekuatan
waktu tidur akibat factor kualitas dan kuantitas Observasi
eksternal tidur
Identfikasi factor pengganggu
tidur(fisik dan atau psikologis)
DS: mengeluh sulit tidur - Mengeluh
Terpeutik
sulit tidur
Mengeluh tidak puas tidur cukup
menurun Lakukan prosedur untuk
skala 4 meningkatkan kenyamanan (mis.
Mengeluh istirahat tidak Pijat, peraturan posisi, terapi
- Mengeluh
cukup. tidak puas akupresur)
tidur cukup Edukasi
menurun
skala 4 Jelaskan pentingnya tidur cukup
Istirahat tidak cukup selama sakit
cukup menurun skala 4
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL NO TINDAKAN KEPETAWATAN RESPON KLIEN TTD


/JAM DX

4 Juli D.0080 Observasi - Passin mengatakan


ansietas menurun
2023
- mengidentifikasi saat tingkat setelah di berikan
ansietas berubah (mis. Kondisi intervensi, seperti terpi
20.15 relaksasi
waktu stresor)
Terapiutik - Pasien merasakan
20.20 rasa nyaman terhadap
Tindakan yang di
- Ciptakan suasana terapeotik
berikan perawat
untuk menumbuhkan
- Pasien mengatakan
kepercayaan temani pasien untuk
sedikit legah setelah apa
mengurangi kecemasan, jika
yang sudah di jelaskan
memungkinkan
oleh perawat
Edukasi
- Pasien memahami
prosedur operasi dan
20.30 - Jelaskan prosedur, termasuk Nampak lebih tenang
sensasi yang memungkinkan di yang akan menjali
alami operasi
CATATAN PENGEMBANGAN

TANGGAL JAM NO DX CATATAN TTD


PERKEMBANGAN

4 Juli 2023 20.45 D.0080 S: Px mengatakan


takut mengalami
operasi sudah
berkurang

O: Px Nampak
tenang

Px Nampak siap
mengalami operasi

TTV

TD: 120/80 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR: 20x/menit

Suhu: 36,7º C

A: ansietas bd
kurangnya terpapar
informasi

P: intervensi
dihentikan px akan
menjalani operasi

Anda mungkin juga menyukai