Askep Hernia Ok Rsnu - 1
Askep Hernia Ok Rsnu - 1
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Amirudin 7319007
Nama : Kelompok 2
Program studi : S1 Keperawatan
Semester : VIII
Telah disahkan pada
Hari :
Tanggal :
(………………………….) (………………………….)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
A. DEFINISI
Hernia adalah produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia
(Nuruzzaman, 2019).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal
atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya
organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya
berada yang didalam keadaan normal tertutup (Zahro, 2019).
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, fermonalis (Dwi, 2018).
B. ETIOLOGI
Menurut Zahro (2019), hernia dapat di jumpai pada segala usia, dan lebih
banyak pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah:
1. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.
2. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan otot yang dibawa,
sejak lahir (congenital) merupakan salah satu factor utama yang
menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang
rutin dapat meningkatkan kekuatan otot yang lemah.
3. Kongenital Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
a. Kegemukan
b. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
simetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan simetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus
inguinalis yang melebar (Subarjo, 2017). Tanda dan gejala menurut Adi dan
Wulandari (2017) antara lain :
1. Tampak benjolan dilipatan paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai
perasaan mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4. Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah), benjolan dibawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak nafas.
D. KLASIFIKASI
Menurut Nuruzzaman (2019), klasifikasi hernia dibagi atas 3 yaitu
berdasarkan letak berdasarkan sifat dan keadaannya, dan berdasarkan
golongan adalah sebagai berikut :
A. Klasifikasi menurut letaknya
1) Hernia inguinal dibagi menjadi :
a. Hernia indirek atau lateral
2) Hernia femoralis
3) Hernia umbilical
4) Hernia insisional
2) Hernia irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga karena perlengketan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan
usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
3) Hernia strangulate/inkaserata
7. Diagnosa Keperawatan
Berdasarakan patofisiologi dan data diatas, diagnosis
keperawatan utama untuk klien tersebut mencakup hal-hal sebgai
beriku sesuai dengan diagnosa keperawatan menurut SDKI (2017),
yaitu :
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen
farmakologis ditandai dengan mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
b. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi dan distensi
abdominal, ditandai dengan adanya rasa nyeri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinuitas jaringan
sekunder terhadap tindakan invasive (insisi bedah) ditandai
dengan adanya tandatanda infeksi.
8. Perencanaan
a. Diagnosa : Nyeri akut (D.0077)
Intervensi Utama :
a) Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi karakterstik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor memperberat dan memperigan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping pengunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,akupresur,terapimusik,biofeedback,terapi
pijat,aroma terapi,teknik imajinasi terbimbimbing, kompres hangat
atau dingin,terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pengcahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbankan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,priode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi peredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
: Ekspektasi (menurun)
Kriteria Hasil :
Kebersihan 1 2 3 4 5
tangan
Kebersihan 1 2 3 4 5
badan
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Cairan berbau 1 2 3 4 5
busuk
Sputum 1 2 3 4 5
berwarna
hijau
Drainase 1 2 3 4 5
purulen
Piuna 1 2 3 4 5
Periode 1 2 3 4 5
malaise
Periode 1 2 3 4 5
menggigil
Lelargi 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur 1 2 3 4 5
sputum
Kultur area 1 2 3 4 5
luka Kultur
feses
Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih
Intervesi Utama
A. Pencegahan infeksi
Tindakan
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terpeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Pergerakan 1 2 3 4 5
ekstermitas
1 2 3 4 5
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
Rentang gerak
{ROM}
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak 1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan terbatas
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Azwar, Anas Siahaan. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Post Operasi Hernia Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Dalam Penerapan
Terapi ROM (Range Of Motion) Pasif di Rumah Sakit Umum, Dr.
Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2019. Karya Tulis Ilimah, Prodi
D-III Keperawatan. Pandan : Akper Pemkab Tapanuli Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Data Dan Informasi Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017. Provinsi Sumatera Utara :
Dinas Kesehatan Sumut
Suryanti. (2017). Aplikasi Model Konsep Keperawatan Calista Roy Pada Tn. N
Post Operasi Hernia Inguinalis di Ruangan Safa Rumah Sakit Kota
Bengkulu. JNPH Volume 5 No. 2 (Desember 2017.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Defisi dan Indikator Diagnostik, Edisi1 (Cetakan III (REVISI). Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi1 (Cetakan III (REVISI). Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi1 (Cetakan III (REVISI).
Jakarta : DPP PPNI
Zahro, Asy Syifa Izzatuz. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op
Hernia Inguinal Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Tugas Akhir (D3),
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PENGKAJIAN
I. BIODATA
Nama : Tn. K
Umur : 78 th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
dijalani
20.00
1. Pola Tidur/Istirahat :
Pola tidur : px tidur mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur malam
2. Pola Eliminasi :
3. Pola Makan/Minum :
berat
A. Keadaan Umum
B. Tanda-tanda Vital
TD : 156/93 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7⁰ C
bingung, gelisah.
- Palpasi : tidak teraba benjolan/hematom,
nampak lesi
D. Mata
E. Hidung
F. Telinga
G. Mulut
H. Integumen
Inspeksi :warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi pada kulit,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada odem, crt kurang dari 2
detik.
I. Thorak/Dada
J. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada lesi, tidak ada distansi
palpasi :
nyeri tekan.
L. Muskuloskeletal
5 5
Inspeksi : tidak ada jejas, skala kekuatan otot
5 5
M. Neurologi
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
XI. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Px tampak tegang
S: 36,7C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
O: Px Nampak
tenang
Px Nampak siap
mengalami operasi
TTV
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,7º C
A: ansietas bd
kurangnya terpapar
informasi
P: intervensi
dihentikan px akan
menjalani operasi