Karya Tulis Ilmiah Coronary Artery Disease
Karya Tulis Ilmiah Coronary Artery Disease
R DENGAN
PENYAKIT CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
MENGGUNAKAN TEKNIK OKSIGENASI DI
NORTH WING 6 RUMAH SAKIT ADVENT
BANDUNG JAWA BARAT
Disusun Oleh:
STEVANUS TEDY BASRI
NIM: 1952011
Disusun Oleh:
STEVANUS TEDY BASRI
NIM: 1952011
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. R DENGAN
PENYAKIT CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
MENGGUNAKAN TEKNIK OKSIGENASI DI
NORTH WING 6 RUMAH SAKIT ADVENT
BANDUNG JAWA BARAT
Disusun Oleh:
Stevanus Tedy Basri
NIM: 1952011
ii
HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI
dari karya ilmiah lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
lembaga Pendidikan Tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang/lembaga lain, kecuali yang secara tertulis disitasi
dalam dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara lengkap dalam daftar pustaka.
Dengan demikian saya menyatakan bahwa dokumen Karya Tulis Ilmiah ini bebas
dari unsur-unsur plagiasi dan apabila dokumen Karya Tulis Ilmiah ini di kemudian hari
terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain dan atau dengan sengaja
mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka saya
sebagai penulis bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi hukum yang berlaku.
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS TULISAN
NIM : 1952011
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Tn. R Dengan Penyakit Coronary Artery Disease (CAD) Menggunakan Teknik
Oksigenasi di North Wing 6 Rumah Sakit Advent Bandung Jawa Barat” adalah bukan
Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
iv
KATA PENGANTAR
Shalom, Puji Syukur kehadirat Allah atas segala rahmat-Nya yang telah
memberikan kelancaran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai.
Dengan segenap hati saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak-
pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam memberikan sumbangan inspirasi
baik dari pikiran maupun materi. Saya berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, bahkan saya
berharap lebih jauh lagi agar Karya Tulis Ilmiah ini bisa pembaca praktekkan dalam
jajarannya yang telah menuntun dan mendidik saya selama berkuliah dengan baik
Advent Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih kepada sahabat maupun teman-
teman saya, Gamaliel, dan yang lainnya, juga kakak kandung saya yang telah
membantu dan mendukung dalam pengerjaan serta penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih banyak sebesar-besarnya kepada seluruh Dosen
Mahasiswi nya dalam menempuh perkuliahan walaupun dalam masa pandemic covid-
19 yang tidak diketahui kapan usai dan dapat kembali berkuliah secara normal.
v
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit mematikan dan
negara, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama paling sering yaitu sebesar
36% dari seluruh kematian, angkat ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat
kanker. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa
ahli medis dan dokter sebesar 1,5% atau 1.017.290 jiwa. Karya Tulis Ilmiah yang telah
dibuat sedemikian rupa ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami perawatan dan
yang diberikan selama dirawat di rumah sakit. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan studi
telah dilakukan yakni didapati pasien mengalami nyeri dada skala 4 dan tumbuh
melemah. Diagnosa yang muncul pada Tn. R yakni Nyeri akut b.d , Penurunan Curah
ventricular) dan Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan dispneu akibat turunnya curah
vi
ABSTRACT
Background: Coronary Artery Disease (CAD) is a deadly disease and many cases of
death have been caused by this disease. It is estimated that in all countries, CAD in
2020 will be the most frequent first killer, accounting for 36% of all deaths, this number
is twice as high as the number of deaths from cancer. Basic Health Research Data
(Riskesdas) in 2018 shows that the prevalence of Coronary Artery Disease (CAD) in
people. This scientific paper that has been made in such a way aims to identify and
understand the care and management of patients with coronary heart disease and the
case study with a single subject or 1 variable using a problem-solving solution, namely
the Nursing Care process. Patient data collection techniques using interviews,
22-26, 2021. The results of the assessment that have been carried out are that the
patient has chest pain on a scale of 4 and is growing weaker. The diagnosis that
activity intolerance related to fatigue and dyspnea due to decreased cardiac output
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
ABSTRACT............................................................................................................ vii
viii
2.1.1 Definisi Coronary Artery Disease ....................................................... 6
ix
1.1 Hasil Studi Kasus .................................................................................... 90
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Patway CAD .............................................................................................. 16
Tabel 5 Fraksi Oksigen (O2) (FiO2) pada Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembuluh darah jantung (Koroner).......................................................... 7
xii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan serangan jantung yang terjadi akibat adanya penumpukan plak di arteri
jantung (Rihlatul, 2020). Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit yang
(obstruksi) pembuluh darah arteri koronaria. Data World Health Organization (WHO)
tahun 2012 menunjukkan 17,5% juta orang di dunia meninggal karena penyakit
kardiovaskular atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia (Alamsyah, 2019).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit kardiovaskular yakni salah satu
penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, bahkan
termasuk negara Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini adalah
infeksi.
Diperkirakan diseluruh negara, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama
paling sering yaitu sebesar 36% dari seluruh kematian, angkat ini dua kali lebih tinggi
dari angka kematian akibat kanker (Beatriz, 2019). Menurut Awi, Tiara, Darliana, Devi
& Ahyana (2021) penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit yang menyebabkan
morbiditas dan mortalitas tinggi di seluruh negara. Data Riset Kesehatan Dasar
1
2
(CAD) di Indonesia berdasarkan diagnosis pada ahli medis dan dokter sebesar 1,5%
Kasus Coronary Artery Disease (CAD) saat ini masih sangat tinggi di Indonesia,
ada 8 provinsi dengan prevalensi yang tinggi dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Salah satunya adalah jawa barat yakni 1, 6%. Menurut Riskesdas (2019), prevelensi
penyakit jantung di Jawa barat 73.285 jiwa, dengan kompok usia 55-64 tahun mencapai
5.744 jiwa, usia 65-74 tahun mencapai 2.819 jiwa dan usia >75 tahun 1.253 jiwa
termasuk di Bandung.
jantung koroner sangat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, adanya riwayat
merokok sehingga gaya hidup yang kurang sehat haruslah diperbaiki untuk mengurangi
jantung koroner. Menurut Sari (2018) penelitiannya menyatakan bahwa usia terbanyak
50-59 tahun, jenis kelamin terbanyak yakni perempuan, paling banyak mengalami
hipertensi, kurang dari separuh mengalami obesitas, paling banyak diabetes mellitus
oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada
3
pasien Tn. R di Rumah Sakit Advent Bandung lantai 6 Gedung Cipaganti ruangan 619
dengan judul penelitian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. R Dengan Coronary
Artery Disease di North Wing 6 Rumah Sakit Advent Bandung Jawa Barat. Oleh
karena itu penulisan penelitian ini akan mendalami lebih lanjut bagaimana
Jantung Coroner sesuai dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. R Dengan
Coronary Artery Disease di North Wing 6 Rumah Sakit Advent Bandung Jawa Barat?
Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk memberikan informasi tentang
penyakit dari sistem kardiovaskular yakni adalah penyakit jantung koroner atau
biasanya dikenal dengan Coronary Artery Disease (CAD). Tujuan studi kasus dibagi
Tujuan umum Karya Tulis Ilmiah ialah untuk mampu memahami konsep dari
Artery Disease dan memberikan pengertian kepada penulis dalam berfikir secara
rasional dan ilmiah sesuai dengan realita saat praktek di Rumah Sakit Advent Bandung.
Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah yakni penulis mampu memahami:
Manfaat dalam studi kasus adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam
bidang ilmu keperawatan bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Keperawatan. Manfaat studi
kasus dibagi menjadi dua yakni, manfaat teoritis dan manfaat praktis.
5
pedoman yaitu dapat mengetahui dan memahami penanganan Coronary Artery Disease
(CAD) yakni penyakit ini dapat menyerang secara tidak terduga baik dikalangan usia
lanjut (60-90 tahun) maupun usia dibawah usia lanjut (45-59 tahun), bahkan tidak
menutup kemungkinan untuk usia muda menderita penyakit tersebut. Penulisan karya
tulis ilmiah ini dapat berfungsi juga untuk penulis dalam menyelesaikan tuntuan
Perkuliahan, yakni Mata Kuliah Jurusan D3 Keperawatan tingkat akhir yaitu Karya
Manfaat praktis bagi perawat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
perawat mampu memberikan dan menentukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
(CAD). Selain itu, Manfaat praktis bagi institusi akademik juga adalah sebagai
Konsep dasar dari teori penyakit jantung koroner adalah untuk mengetahui
tentang apa itu penyakit jantung koroner, gejala yang ditimbulkannya, penyebab
terjadinya hingga metode dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
penyumbatan dan penyempitan atau kelainan pada pembuluh darah coroner, hal ini
terjadi akibat aliran darah ke otot jantung berhenti yang ditandai oleh rasa nyeri pada
dada saat beraktivitas. Ketika jantung tidak dapat memompa darah, dan kontrol irama
jantung akan terganggu maka hal tersebut dapat menimbulkan kematian secara tiba
6
7
(Sumber: rspermata.co.id)
Penyakit Jantung Koroner atau dikenal sebagai Coronary Artery Disease (CAD)
adalah gangguan fungsi jantung yakni otot jantung kekurangan suplai darah yang
ditandai dengan nyeri dada atau atau dada terasa seperti tertekan pada saat beraktivitas
seperti berjalan dan bekerja (Riskesdas, 2013 yang dikutip oleh Firda, 2021).
penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat suplai oksigen
dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga hal itu menimbulkan kelelahan otot bahkan
Penyakit Jantung Koroner ialah perubahan variable intima arteri yakni pokok
lipid, pokok kompleks karbohidrat dan produksi darah, jaringan fibrus dan defosit
kalsium yang kemudian diikuti dengan perubahan pada lapisan media, (Ismudiati, 1996
penyakit ini adalah salah satu penyakit pengancam jiwa manusia yang merajalela.
Kematian karena penyakit ini sangatlah banyak dan biaya operasi untuk penyembuhan
juga begitu mahal. Walaupun pada umumnya menyerang orang-orang yang relatif
sudah cukup tua yakni kurang lebih berumur 50 tahun keatas, tetapi kewaspadaan dan
juga pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner harus wajib dimiliki dimulai
sedini mungkin, karena penyakit ini berawal dari kelalaian hidup saat masih muda
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah Gangguan fungsi jantung diakibatkan olot
Menurut Pratiwi, (2011) yang dikutip oleh Nindi, (2020) Penyebab terjadinya
penyakit jantung koroner pada prinsipnya disebabkan oleh dua factor utama yakni:
1. Aterosklerosis
darah meningkat.
2. Trombosis
berlanjut pada saat terjadi luka karena merupakan bagian dari mekanisme
pertahanan tubuh. Dinding pembuluh darah perlahan akan robek akibat dari
a. Hipertensi
perubahan arteri sistemik dan struktur arteri, terutama pada hipertensi yang
b. Hiperkolesterolemia
c. Merokok
Pada saat ini, merokok termasuk sebagai faktor risiko tinggi PJK. Orang
yang merokok > 20 batang per hari bisa mempengaruhi atau meningkatkan
perokok pria menderita kematian mendadak akibat PJK lebih besar dari
pada bukan perokok dan pada wanita yang merokok 4,5 kali lebih banyak
d. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh >19% pada pria dan >21% pada wanita.
kolesterol LDL.
e. Diabetes Millitus
f. Exercise/latihan
a. Umur
Telah terbukti bahwa ada hubungan antara usia dan kematian dari PJK.
Kematian terbanyak terjadi pada pria berusia 35-44 tahun dan meningkat
seiring bertambahnya usia. Kadar kolesterol pada pria dan wanita mulai
meningkat pada usia 20 tahun. Kolesterol pada pria meningkat sampai usia
50 tahun. Pada wanita pramenopause (45 tahun) lebih rendah daripada pria
b. Jenis kelamin
1 dari 5 pria dan 1 dari 17 wanita. Itu berarti Pria memiliki risiko PJK 2-3
Tidak ada keluhan nyeri dada baik saat beristirahat atau beraktivitas.
Terdapat nyeri dada hilang timbul yang berdurasi 1-5 menit dan terdapat
Nyeri dada dengan durasi lebih dari 1-5 menit dan biasa terjadi pada saat
istirahat. Biasanya akan terdapat deviasi segmen ST pada saat rekaman hasil
EKG.
4) Infark Miokardium.
Nyeri dada yang terasa di tekan, berdurasi selama 30 menit atau bisa lebih.
Penyakit jantung koroner dan myocardial infark adalah respon iskemik dari otot
70% oksigen. Keperluan oksigen yang dibutuhkan untuk kerja jantung disebut dengan
kontraksi miokardial dan tekanan pada dinding jantung. Jantung normal dapat dengan
jantung.
(Sumber: alomedika.com)
Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miokardial, suplai darah
tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Dengan keadaan adanya
obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi
asam laktat adalah akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi
volume, pengurangan cardiac output, diastol dan tekanan desakan pada arteri
(permanen atau sementara), ukuran dan lokasinya. Tiga manifestasi dari iskemik
preinfarksi angina, dan miokardial infark, obstruksi permanen arteri (Gloria, 2021).
LDL Meningkat
LDL Teroksidasi
Plak
Aterosklerosis
15
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer Hipoksia Metabolisme anaerob
Penurunan
perfusi jaringan Asam laktat meningkat Nyeri akut
Oksigen ke Merangsang
PH sel menurun pelepasan
perifer menurun
nociceptor
Mekanisme
kompensasi Aktivitas pernafasan Persepsi nyeri
pertahanan curah meningkat
jantung menurun
16
(Sumber: Alodokter.com)
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah, jantung dan pembuluh darah. Jantung
terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya
terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Proyeksi jantung kanan secara visual
pada permukaan anterior adalah dibawah sternum dan tulang iga. Pada bagian
17
permukaan inferior (Apeks dan batas kanan jantung) diatas diafragma. Batas jantung
kanan (yang meluas kebagian inferior dan basal) bertemu dengan paru kanan. Batas
jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri. Batas superior
jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah.
Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan basal jantung.
Batas inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9 cm ke kiri
dari garis tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-6kira- kira
3 cm ke kanan dari garis tengah. Garis yang menghubungkan garis inferior kanan dan
inferior dan superior kanan berkoresponden ke border jantung kanan. Berat jantung
orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr.
Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan
(Sumber: Wikipedia.com)
terdiri dari dua bagian yaitu fibrous pericardium dan serous pericardium.Febrous
jaringan tebal yang tidak beraturan. Fungsi dari fibrous pericardium mencegah
dalam mediastinum.
19
Serous pericardium adalah lapisan dalam yang tipis, memberan yang halus
yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan parietal adalah lapisan paling luar dari
adalah lapisan visceral yang di sebut juga epicardium, yang menempel pada
permukaan jantung, antara lapisan parietal dan visceral terdapat cairan yang di
sebut cairan perikadial. Cairan perikardial adalah cairan yang dihasilkan oleh sell
berkontraksi.
luar yang transparan dari dinding jantung terdiri dari mesothelium yang
Myocardium adalah jaringan otot jantung yang paling tebal dari jantung
adalah lapisan tipis dari endotelium yang melapisi lapisan tipis jaringan
penghubung yang memberikan suatu batas yang licin bagi ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang, dua atrium dan dua ventrikel pada bagian
ruang atrium sehingga atrium menerima volume darah yang lebih besar. Pada
permukaan jantung terdapat lekuk yang saling berhubungan disebut sulkus yang
sulkus memberi tanda batas eksternal antar dua ruang jantung. Sulkus koroner
bagian dalam mengelilingi sebagian jantung dan memberi tanda batas antara
lekukan dangkal pada permukaan depan jantung yang memberi tanda batas antara
ventrikel kanan dan kiri, sulkus ini berlanjut mengelilingi permukaan posterior
c. Atrium Kanan
Atrium kanan menerima darah dari cava superior, cava inferior dan sinus
koronarius. Pada bagian anterior superior atrium kanan terdapat lekukan ruang
yang berbentuk daun telinga yang disebut aurikel, pada bagian posterior dan
septal licin dan rata tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar serta
tersusun dari serabut-serabut otot yang berjalan pararel yang disebut pactinatus.
d. Ventrikel Kanan
jantung. Bagian dalam dari ventrikel kanan terdiri dari tonjolan-tonjolan yang
terbentuk dari ikatan jaringan serabut otot jantung yang disebut trabeculae
konduksi dari jantung. Daun katup trikuspid dihubungkan dengan tali seperti
trabekula yang berbentuk kerucut yang disebut papillary muscle. Ventrikel kanan
besar yang disebut pulmonary truk yang dibagi menjadi arteri pulmonal kanan
e. Atrium Kiri
menerima darah dari paru-paru melalui empat vena pulmonal.Seperti pada atrium
kanan bagian dalam atrium kiri mempunyai dinding posterior yang lunak. Darah
dibawa dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup bikuspid dimana
f. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan
mengikat daun katup bikuspid ke papillary muscle. Darah dibawa dari ventrikel
kiri melalui katup semilunar aorta ke arteri yang paling besar keseluruh tubuh
yang disebut aorta asending.Dari sini sebagian darah mengalir ke arteri coronary,
dimana merupakan cabang dari aorta asending dan membawa darah kedinding
arkus aorta dan aorta desending membawa darah keseluruh tubuh (Hariono,
2020).
1) Katup Atrioventrikel
membantu aliran darah satu arah dengan cara membuka dan menutup katup
di antara atrium dan ventrikel. Katup atrioventrikuler terdiri dari dua katup
yaitu biskupid dan trikuspid, dan ketika katup atrioventrikuler terbuka daun
relaksasi dan corda tendinea kendor. Pada saat ventrikel kontraksi, tekanan
darah membuat daun katup keatas sampai tepi daun katup bertemu dan
dimana menarik dan mengencangkan chorda tendinea hal ini mencegah daun
katup terdorong ke arah atrium akibat tekanan ventrikel yang tinggi. Jika daun
2) Katup Semilunar
Terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak
pada arteri pulmonalis memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup
aorta terletak antara aorta dan ventrikel kiri. Kedua katup semilunar terdiri
dari tiga daun katup yang berbentuk sama yang simetris disertai penonjolan
ke arteri pulmonal atau aorta selama sistol ventrikel dan mencegah aliran balik
h. Sirkulasi Darah
1) Sirkulasi Sistemik
Ventrikel kiri memompa darah ke dalam aorta dan dari aorta, darah
kantung udara (alveoli). paru-paru yang disuplai. oleh ventrikel kiri. peredaran
berdiameter lebih kecil yang akhirnya memasuki bagian terluas dari kapiler
sistemik.Pertukaran nutrisi dan gas terjadi melalui dinding tipis kapiler, darah
melepaskan oksigen dan mengumpulkan CO2 dalam banyak kasus. Darah itu
membawa darah miskin oksigen. Ia pergi dari jaringan dan bergabung untuk
membentuk vena sistemik yang lebih besar dan akhirnya darah mengalir
1. Curah Jantung.
2. Aliran tekanan.
4. Sirkulasi Pulmonal.
kanan menerima darah miskin oksigen dari sirkulasi sistemik. Darah dipompa
25
berulang kali ke aorta Antara sistol 120 mmHg dan diastol 80 mmHg. Saat
menjadi sekitar 0 mm Hg, ketika mencapai ujung vena cava di atrium kanan
(Hariono, 2020).
2) Sirkulasi Koroner
mengalir dari arteri koroner, cabang dari aorta asendens. Selama relaksasi,
dimana tekanan darah tinggi di aorta, darah akan mengalir ke arteri koroner,
26
koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri meninggalkan payudara
sebagai arteri koroner utama (LMCA: Left Main Coronary Artery) sepanjang
1-2 cm. Arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleksa (LCX: left
sirkumplek kiri) dan arteri desendens anterior kiri (LAD: Left Anterior
kedua pembuluh darah ini akan bercabang untuk mensuplai area di antara
kedua alur tersebut. Arteri koroner kanan pergi ke sisi kanan jantung, ke alur
atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding bagian dalam ventrikel kiri.
Cabang sirkumfleksa memberi makan atrium kiri dan dinding lateral dan
kanan, hanya 55% kebutuhan nutrisinya yang disediakan oleh arteri koroner
kiri. Nutrisi untuk nodus AV dan paketnya disuplai oleh arteri yang melewati
kruk, yaitu 90% dari arteri koroner kanan dan 10% dari arteri sirkumfleksa.
Setelah darah mengalir melalui arteri dari sirkulasi koroner dan mengangkut
oksigen dan nutrisi ke otot jantung, itu mengalir ke pembuluh darah di mana
kardiovaskuler. Dinding pembuluh darah arteri terdiri dari tiga lapis yakni:
1. Tunika Advensia (Lapisan Luar): tersusun dari jaringan ikat dan mengandung
(vasavasorum).
2. Tunika Media (Lapisan Tengah): terdiri dari kolagen, serat otot polos dan
Dinding pembuluh darah vena juga terdiri dari tiga lapisan yang sama
Akibatnya, sistem arteri memiliki dinding yang kuat dan darah mengalir
elastis dalam jumlah yang relatif besar. Dinding meregang selama sistol dan
2. Arteriol; Adalah cabang terminal dari sistem arteri dan berfungsi sebagai katup
3. Venula; Dinding venula hanya sedikit lebih tebal daripada dinding kapiler. Ini
4. Vena; Ini berfungsi sebagai jalur transformasi dari jaringan ke jantung. Karena
tekanan vena sangat rendah, dinding vena tipis, meskipun dinding vena
kebutuhan tubuh.
Vein 0,5 mm 5 mm 40 cm
j. Otot Jantung
Otot jantung lebih pendek dan diameternya lebih besar daripada otot
serabut otot. Serabut otot jantung terdiri dari miofibril yang berdekatan, dengan
sekitar 1500 filamen miosin tebal dan 3000 filamen aktin tipis. Filamen miosin
dan filamen aktin saling terkait, memberikan miofibril pita terang dan pita gelap
yang berselang-seling. Pita cahaya mengandung filamen aktin, yang disebut pita
I, yang isotropik. Pita gelap yang mengandung filamen miosin, disebut pita A,
bersifat anisotropik. Miofibril terjalin untuk membentuk serat otot. Ujung serabut
otot jantung berhubungan dengan jaringan ikat yang tidak rata di tengah
desmosom yang menghubungkan satu serat otot ke serat otot lainnya. Filamen
aktin melekat pada cakram Z dan filamen aktin memanjang sepanjang satu sisi
cakram Z untuk mengikat filamen miosin. Bagian miofibril (serat otot utuh) di
antara cakram-Z yang berurutan disebut sarkomer. Ketika serat otot normal,
panjang sarkomer yang teregang penuh adalah sekitar 2,0 mikron. Pada panjang
ini, filamen aktin tumpang tindih dengan filamen miosin dan mulai tumpang
tindih satu sama lain. Ketika serat otot membentang melampaui panjang
istirahatnya, ujung filamen aktin bergerak lebih jauh, menyebabkan area terang
mengandung sejumlah besar enzim K, Mg, fosfat dan protein, ada sejumlah besar
suatu sensisium, sel-sel otot jantung terikat dengan sangat kuat sehingga bila
salah satu sel otot dirangsang akan menyebar dari satu sel ke sel yang lain
(Maharini, 2020).
a. Sel otot jantung bersifat autoritmik yaitu sebagai otot yang mempunyai daya
dan berjalan lebih dalam kedalam serat otot pada tempat dimana potensial aksi
antara dua untai aktin. Sehingga bagian aktif dari aktin tidak tertutupi.
filament aktin.
miring ke arah lengan dan menarik filament aktin (power stroke) segera
setelah kepala miring secara otomatis terlepas dari bagian aktif kembali ke
arah normal. Kemudian kepala akan berkombinasi bagian aktif yang baru
filament myosin menjadi kusut dan kekuatan kontraksi menurun dengan cepat
(Maia, 2019).
32
sarkoplasma menurun.
Menurut Delina (2020) Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang
merangsang otot jantung dan bias menimbulkan konduksi. Bila system konduksi
berfungsi normal, maka atrium berkontraksi kira-kira1/6 dtk lebih dulu dari
5. SA Node
1mm,terletak dalam dinding lateral superior dari atrium kanan tepat disebelah
bawah dan sedikit lateral dari lubang vena cava superior.Ukuran diameter tiap-
tiap serabut dari nodus ini adalah 3-5 mikron.Serabut otot atrium 15-20
potensial aksi yang dimulai di dalam nodus SA akan segera menyebar kedalam
sympatis dan parasimpatis. Diperdarahi 55% dari RCA dan 45% dari LCX.
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran listrik /impuls
6. Traktus Internodus
serat otot atrium disekelilingnya, dan potensial aksi yang berasal dari nodus SA
akan menjalar keluar dan masuk kedalam serat-serat ini.Dengan cara inilah
potensial aksi akan menyebar keseluruh masa otot atrium dan akhirnya ke nodus
AV.
34
sekitar VCS dan anterior wall dari RA. Terdiri dari 2 berkas fiber, satu masuk
ke LA dan satu lagi masuk ke bagian anterior dari septum interatrium dan
node.
dari VCS dan sepanjang posterior dari septum interatrium dam masuk ke
bagian crista terminalis dan area eustachman dam masuk ke bagian posterior
sisi AV node. Ketiga cabang tersebut bertemu hingga menjadi satu fiber yang
7. AV Node
rupa sehingga impuls jantung tdak akan menjalar terlalu cepat dari atrium menuju
35
kontraksi dimulai.
8. Bundle His
bundle branch merupakan lanjutan dari bundle his yang bercabang menjadi dua
yaitu:
Lokasinya ada di bagian RV dan bagian tengah distal dari septum inter-
ventrikel.
c. Left septal vesiculer, merupakan beberapa serabut muncul dari serabut LAF,
9. Serabut Purkinje
Menurut Awi (2021) Saraf purkinje berjalan dari nodus AV melalui berkas
AV dan masuk ke dalam ventrikel kecuali pada bagian awal serat dimana serat
purkinje merupakan serat yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada serat
otot ventrikel normal. Dan serat ini menjalarkan potensial aksi dengan kecepatan
1,5 sampai 4 m/detik, yang kira-kira 6x kecepatan dalam otot jantung yang
umum. Dan 150 x kecepatan dalam serat transisional AV. Keadaan ini
ventrikel.
Penjalaran potensial aksi yang sangat cepat oleh serabut purkinje mungkin
disebabkan oleh makin banyaknya jumlah hubungan antara sel-sel jantung saling
hubungan ini, ion-ion dijalarkan dengan mudah dari satu sel ke sel yang lain
akan menyebar kedua otot atrium dan bahkan sangat sedikit sekali menuju ke
otot ventrikel.
asetilkolin pada ujung saraf vagus. Hormon ini mempunyai dua pengaruh
utama pada jantung. Hormon ini akan menurunkan frekuensi irama nodus SA
diantar otot-otot atrium dan nodus AV, sehingga akan menghambat penjalaran
melalui membran. Dengan masuknya ion-ion ini maka muatan listrik sepanjang
38
membrane mengalami perubahan relatif. Sel otot jantung dalam keadaan istirahat
c. Saluran kalium
natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam sel. Sehingga menyebabkan
muatan dalam sel menjadi lebih positif disbanding di luar sel. Proses terjadinya
tersebut disebut dengan Aksi Potensial. Aksi Potensial terdiri dari 5 fase, yakni:
potensial listrik atau voltage membrane sel. Bagian dalam sel relative
negative sedangkan di luar sel relative positif, dengan demikian sel tersebut
kalium yang bermuatan positif. Dalam keadaan istirahat membrane sel lebih
ion kalium merembes ke luar sel dari daerah yang mempunyai kadar kalium
tinggi menuju cairan ekstrasel dimana keadaan kalium lebih rendah. Dengan
hilangnya ion kalium yang bermuatan positif dari dalam sel maka muatan
natrium sangat meningkat. Natrium yang terdapat di luar sel mengalir cepat
masuk ke dalam sel melalui saluran cepat didorong oleh perbedaan kadar
natrium itu sendiri. Masuknya ion natrium yang bermuatan positif mengubah
kadar ion dan timbul suatu muatan listrik relative. Tambahan muatan
Menyebabkan sebagian dari sel itu mengalami repolarisasi. Fase ini diduga
d. Plateu (Fase 4)
Selama fase ini tidak terjadi perubahan muatan listrik melalui membrane sel.
Jumlah ion positif yang masuk dan yang keluar berada dalam keadaan
40
seimbang. Plateu disebabkan oleh aliran ion kalsium ke dalam sel secara
saluran lambat. Sedikit demi sedikit gerakan muatan positif ke dalam sel
mengurang muatan positif di dalam sel. Bagian dalam sel akhirnya kembali
dengan aktif memindahkan kalium ke dalam sel dan natrium keluar sel.
mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Pada saat ruang jantung berkontraksi tekanan daerah ruang ini meningkat.Pada
ventrikel relaksasi dan begitu juga sebaliknya.Pada saat kontraksi disebut sistolik
41
dan saat relaksasi disebut diastolik sehingga satu siklus meliputi sistolik dan
1) Isovolumetrik Relaksasi
Saat ventrikel relaksasi tekanan didalam ruang turun dan darah mulai
daun katup semilunar dan akhirnya katup semilunar tertutup yang menghasilkan
dicrotic wave pada kurva tekanan aorta.Setiap penutupan katup semilunaris ada
fase singkat ketika volume darah ventrikel tidak berubah karena kedua katup
2) Ventrikular Filling
relaksasi, vengisian ventrikel cepat dan diastasis,ke empat ruang jantung dalam
berakhir sekitar 0,1 detik.Hal ini terjadi pada 1/3 akhir periode ventrikel filling
volume darah kontraksi atrium tidak terlalu penting untuk sirkulasi darah yang
3) Ventrikular Systole
aorta sekitar 80 mmHg dan tekanan ventrikel kanan melebihi tekanan pulmonary
trunk,sekitar 20 mmHg kedua katup semilunar terbuka dan mulailah ejeksi darah
dari jantung.tekanan di ventrikel kiri terus meningkat sampai dengan 120 mmHg
43
terbukanya katup semilunar disebut ventrikur ejection dan berakhir sekitar 0,25
detik ketika ventrikel mulai relaksasi. Ketika ventrikel mulai relaksasi tekanan
diventrikel turun, dan katup semilunar tertutup, mulailah periode relaksasi yang
lain. Jumlah darah yang tertinggal di ventrikel pada akhir sistolik disebut End
Sistolic Volume (ESV). Pada saat istirahat ESV sekitar 60 ml. Stroke volume
adalah jumlah darah yang dipompakan perdenyut dari setiap ventrikel sama
dengan EDV-ESV. Pada saat istirahat stroke volume berkisar 130 ml- 60 ml =
70 ml.
jantung, keempat bunyi jantung timbul tetapi pada jantung yang normal hanya
a. Bunyi Jantung I.
BJ I dapat digambarkan dengan suara LUBB, lebih keras dan sedikit lebih
panjang dari BJ II. LUBB adalah bunyi yang dihasilkan oleh turbulensi darah
kanan.
44
Tempat untuk mendengar BJ II pada sendi antara sternum iga ke dua kanan dan
CO = SV X HR
Keterangan:
Koroner bisa saja tidak timbul gejala apapun. Semakin besar subatan dalam
pembuluh darah, maka aliran darah yang mampu melewatinya semakin sedikit,
(Sumber: mountelizabeth.com.sg)
timbul gejala. Tanda dan gejala yang dapat timbul akibat penyakit jantung
koroner yakni:
46
1. Nyeri dada
(Sumber: KabarDunia.com)
Nyeri dada adalah gejala yang sering terjadi dan biasanya disebut dengan
angina pektoris. Nyeri dada sering dirasakan sebagai rasa tidak nyaman atau
tertekan di daerah dada, sesuai dengan lokasi otot jantung yang tidak mendapat
pemasukan oksigen. Nyeri dada tersebut dapat menjalar ke daerah bahu, lengan,
leher, rahang, atau punggung. Keluhan akan dirasakan semakin memberat saat
beraktivitas.
2. Sesak
3. Aritmia
sebagai bentuk potensial aksi yakni rekaman grafik aktivitas listrik sel misalnya
4. Mual muntah
Nyeri di daerah perut khususnya ulu hati tergantung bagian jantung mana
yang bermasalah. Nyeri ini bisa merangsang gejala muntah. Area infark
5. Keringat dingin
merasakan kelemahan.
48
a. Farmakologi
intravena dalam pengenceran dan diberikan secara perlahan. Dosis awal 2,0 -
aliran balik vena, yang akan menurunkan preload yang berarti penurunan
oksigen pada demam. Selain itu, nitrat juga memiliki efek melebarkan arteri
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena telah terbukti
sangat berguna jika diberikan pada jam pertama henti jantung. Namun, terapi
efek antiaritmia.
b. Non Farmakologi
merokok.
bermanfaat karena:
rendah lemak.
50
kesehatan kardiovaskular yang telah banyak diikuti, berasal dari AHA dan
NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil
lipid darah dalam batas normal. Terapi diet dasar atau level 1 dapat
mengurangi total kalori asam lemak tak jenuh ganda sebesar 10%. Jika
kadar kolesterol total darah turun 10% atau lebih dan mencapai batas target,
<10%, diet dilanjutkan pada level 2 selama 8-10 minggu dan tes darah
tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan individu perlu berkonsultasi
and Blood Institute yang dikutip oleh Haryono (2018) Teknik Oksigenasi atau
biasanya dikenal dengan Terapi oksigen (O2) adalah intervensi medis berupa
terapi oksigen (O2) untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan
dalam aliran darah dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke
51
dikemas dalam tabung bertekanan tinggi dalam bentuk gas, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa dan tidak mudah terbakar. Oksigen (O2) sebagai metode
dilakukan secara efektif, antara lain pengatur tekanan, sistem perpipaan oksigen
dan bayi (di atas usia satu bulan) ketika tekanan parsial oksigen (O2) kurang dari
60 mm Hg atau saturasi oksigen (O2) kurang dari 90%. Istirahat dan hirup udara
ruangan. Pada bayi, terapi oksigen (O2) dianjurkan jika tekanan parsial oksigen
(O2) kurang dari 50 mm Hg atau saturasi oksigen (O2) kurang dari 88%. Terapi
berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pasien dengan infark miokard,
edema paru, cedera paru akut, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS),
fibrosis paru, keracunan sianida, atau inhalasi karbon monoksida (CO) semuanya
(O2), atau terapi oksigen jangka panjang. Oksigen (O2) yang ditentukan harus
52
disesuaikan dengan tepat dan harus dievaluasi untuk manfaat terapeutik dan
pada pasien dengan hipoksemia akut, antara lain pneumonia, penyakit paru
kardiovaskular dan emboli paru. Dalam keadaan ini, oksigen (O2) yang memadai
harus segera diberikan, karena pemberian oksigen (O2) yang tidak memadai
oksigen (O2) diberikan dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2) berkisar antara 60
hingga 100% dalam waktu singkat sampai kondisi klinis membaik dan diberikan
Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat <18 mmol/L)
oleh pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), tapi tidak menutup
menggunakan terapi tersebut. Pasien yang menerima terapi oksigen (O2) jangka
panjang harus dievaluasi ulang dalam dua bulan untuk menilai apakah ada
perbaikan atau apakah masih dibutuhkan terapi oksigen (O2) jangka panjang
untuk diteruskan. Sekitar 40% pasien yang mendapat terapi oksigen (O2) akan
membaik setelah satu bulan dan tidak perlu lagi melanjutkan terapi oksigen (O2)
(Krismaya, 2020).
Pao2 istirahat 56-59 mmHg atau Sao2 89% pada salah satu keadaan:
P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P> 3 mm pada lead II, III, dan aVF)
Selama tidur: Pao2 ≤ 55 mmHg atau Sao2 ≤ 88% dengan komplikasi seperti
direkomendasikan bila:
1) Pasien dengan obstruksi jalan napas dan keluhan sesak yang paling besar
tetapi memiliki PaO2 lebih besar atau sama dengan 60 mmHg dan tidak ada
hipoksia permanen.
Menurut Oktavia (2021) Ada banyak metode dan model mekanik yang
kelebihan dan kekurangan. Pemilihan metode dan peralatan yang akan digunakan
sangat bergantung pada kondisi pasien yang akan diberikan pengobatan oksigen
(O2).
Teknik dan alat yang akan digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2)
a. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen (O2) (FiO2) udara inspirasi.
Sistem pengolahan oksigen (O2) dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) sistem
rendah dan (2) sistem tinggi. Pada sistem aliran rendah, sebagian air laut berasal
dari udara ruangan. Alat ini menghasilkan kandungan oksigen (O2) (FiO2) sebesar
21%-90%, tergantung dari aliran gas oksigen (O2) dan bahan lain seperti kantong
pengumpul. Perangkat yang biasa digunakan dalam prosedur ini adalah: kanula
transtrakeal (O2). Alat ini digunakan pada pasien dengan kondisi stabil, volume
cairan 300-700 ml pada orang dewasa dengan pernapasan normal. Pada sistem
aliran tinggi, perangkat yang digunakan adalah venturi hood yang memiliki
untuk mencapai aliran gas tingkat tinggi dan sebagian kecil dari oksigen tetap
(O2) (FiO2). Kelebihan alat ini adalah komponen oksigen (O2) (FiO2) yang
disediakan stabil dan mampu mengontrol suhu dan kelembaban udara inspirasi,
namun kelemahan alat ini adalah mahal, untuk mengganti semua alat saat Anda
mau mengganti kandungan oksigen (O2) (FiO2) dan ketidakstabilan untuk pasien.
56
Nasal Kanul dan Nasal Kateter adalah perangkat perawatan rendah oksigen
(O2). Nasal kanul terdiri dari sepasang tabung panjang ± 2 cm yang dipasang di
alternatif tanpa masker wajah, terutama bagi pasien yang membutuhkan oksigen
nasofaring dengan aliran 1-6 liter/menit dengan fraksi oksigen 24-44%. Aliran
yang berlebihan tidak meningkatkan fraksi oksigen lebih dari 44% dan
pasien tetap dapat makan, minum, bergerak dan berbicara. Meskipun nyaman
digunakan, implan hidung mudah teriritasi dan dikeluarkan dari mukosa hidung,
57
tidak memungkinkan konsentrasi oksigen (O2) melebihi 44%, dan tidak dapat
digunakan pada pasien dengan hidung tersumbat (obstruksi nasal). Nasal kateter
hampir sama dengan nasal kanul. Keduanya sederhana, murah, dan mudah
digunakan, dan tersedia dalam berbagai ukuran tergantung pada usia dan jenis
kelamin pasien. Kateter nomor 8-10 F digunakan untuk pasien anak, nomor
kateter 10-12 F untuk wanita, dan nomor kateter 12-14 F untuk pria. Fraksi
oksigen (O2) (FiO2) yang dihasilkan mirip dengan bagian hidung (Maya, 2018).
(O2) yang terbuat dari bahan plastik yang penggunaannya dengan cara
ditempelkan pada wajah pasien dengan ikat kepala elastis yang berfungsi untuk
menutup hidung dan mulut. Tubuh topeng bertindak sebagai reservoir untuk
menghembuskan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Alat ini mampu
memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60% dengan aliran kira-kira
5-10 liter/menit. Saat menggunakan unit ini, disarankan agar aliran oksigen (O2)
58
dioksida (CO2) yang telah dikeluarkan dan tertahan di dalam kap mesin agar
penampung adalah alat ini mampu memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang
lebih tinggi dibandingkan kanula hidung atau kateter hidung, dan sistem
besar, sedangkan kekurangan dari alat ini adalah tidak dapat memberikan fraksi
karbondioksida (CO2) jika aliran oksigen (O2) rendah dan karena digunakan
untuk menutup mulut, pasien sering mengalami kesulitan makan dan minum dan
suara pasien akan teredam. Masker wajah tanpa kantong penampung paling
cocok untuk pasien yang membutuhkan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang lebih
tinggi daripada kanula hidung atau kateter hidung untuk waktu yang singkat,
seperti perawatan oksigen (O2) pasca anestesi unit perawatan. Masker wajah
tanpa kantong penampung juga tidak boleh digunakan pada pasien yang tidak
(Sumber: docplayer.com)
Ada dua jenis masker wajah dengan kantong pengumpul yang sering
digunakan pada saat pemberian perawatan oksigen (O2), yaitu masker wajah
Keduanya sama-sama terbuat dari bahan plastik, namun perbedaan kedua jenis
masker wajah ini terletak pada keberadaan katup pada badan masker dan antara
memiliki katup satu arah antara masker dan kantong penampung sehingga udara
ekspirasi dapat dihirup kembali selama fase inspirasi, sedangkan pada masker
wajah nonrebreathing terdapat katup satu arah antara masker dan kantong
penampung sehingga pasien hanya dapat menghirup udara di dalam tas koleksi
oksigen (O2) sebanyak 10-15 liter/menit dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2)
sebesar 80-85% pada masker wajah yang dapat bernafas sebagian bahkan hingga
100% pada masker wajah yang tidak bernapas. Kedua jenis masker wajah
terapi oksigen (O2) akibat serangan jantung dan keracunan karbon monoksida
(Sumber: docplayer.info.com)
kepatuhan pasien terhadap terapi oksigen terus menerus (O2) selama 24 jam dan
61
pemberian oksigen (O2) secara transstraceal adalah tidak terjadi iritasi pada
wajah atau hidung dengan rata-rata oksigen (O2) yang dapat diterima pasien
mencapai 80-96%. Kerugian menggunakan alat ini adalah biaya yang relatif
tinggi dan risiko infeksi lokal. Selain itu, terdapat berbagai komplikasi lain yang
sering terjadi dengan pemberian oksigen transtraceal (O2), antara lain emfisema
oksigen aliran tinggi (O2), yaitu pasien hipoksia yang memerlukan kontrol fraksi
oksigen (O2) (FiO2) dan pasien hipoksia dengan ventilasi abnormal. Dalam hal
(Sumber: amazon.in.com)
62
Masker venturi merupakan alat pengolah oksigen (O2) dengan prinsip jet
mixing yang dapat memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang diinginkan. Alat
konsentrasi rendah (O2) sekitar 24-35% dengan arus tinggi, terutama pada pasien
paru-paru retensi karbon dioksida (CO2) sambil mengoreksi hipoksemia. Ini juga
lebih nyaman digunakan dan karena daya arus tinggi, masalah pernapasan dapat
diselesaikan.
Nasal Kanul
1 Liter/menit 24
2 Liter/menit 28
3 Liter/menit 32
4 Liter/menit 36
5 Liter/menit 40
6 Liter/menit 44
Transtrakeal
5-6 Liter/menit 40
6-7 Liter/menit 50
7-8 Liter/menit 60
6 Liter/menit 60
7 Liter/menit 70
8 Liter/menit 80
9 Liter/menit 90
10 Liter/menit >99
Nonrebreathing
Sungkup Venturi
3 Liter/menit 24
6 Liter/menit 28
9 Liter/menit 40
12 Liter/menit 40
15 Liter/menit 50
Tabel 5 Fraksi Oksigen (O2) (FiO2) pada Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus
Tinggi
64
langkah-langkah berikut agar tetap dalam batas aman dan efektif, antara lain:
b. Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksigen (O2).
35%), sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas 60%).
g. Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2) yang
diberikan.
Seperti halnya terapi obat, terapi oksigen (O2) juga dapat menimbulkan
efek samping terutama pada saluran napas dan sistem kardiovaskular. Efek
keracunan oksigen (O2) dan nyeri substernal. Keracunan oksigen (O2) terjadi
ketika oksigen (O2) diberikan dalam konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam
65
jangka waktu yang lama. Hal ini akan menyebabkan perubahan pada paru berupa
Pada hipoksia berat, terapi oksigen lanjutan dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2)
masih dianjurkan, yang mencapai 100% dalam 6-12 jam penyelamatan jiwa,
seperti saat resusitasi, tetapi jika kondisi kritis teratasi, fraksi oksigen ( O2)
(FiO2) harus segera direduksi. Nyeri substernal mungkin karena iritasi pada
trakea yang menyebabkan trakeitis. Hal ini terjadi dengan pemberian oksigen
(O2) konsentrasi tinggi dan penyakit biasanya akan bertambah parah bila oksigen
(O2) yang diberikan kering atau tanpa kelembaban. Jika sistem saraf pusat
sendi, sedangkan efek samping dari pemberian oksigen (O2) pada mata terutama
pada bayi baru lahir yang tergolong prematur, hiperoksia dapat menyebabkan
kerusakan pada retina karena proliferasi pembuluh darah disertai perdarahan dan
2.1.9 Komplikasi
menjadi:
jantung koroner.
LDL dan penurunan Kadar HDL juga disebabkan oleh diabetes mellitus.
koroner ialah:
1) EKG (Electrocardiography)
EKG adalah alat untuk penilaian yang berguna untuk merekam data
aktivitas listrik jantung, detak jantung dan integritas konduksi listrik jantung.
hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemia dan infark miokard, efek obat,
2) ECG (Echocardiography)
untuk memeriksa ukuran, bentuk dan pergerakan struktur jantung. Fungsi dari
jantung, beserta untuk mendeteksi adanya defect antara ruang jantung, ECG
dari otot jantung saat kontraksi dan relaksasi. Saat ECG muncul begitu
stress test. Test ini guna untuk mendeteksi adanya masalah yang mungkin
koroner. Ketika arteri koroner menyumbat, otot jantung tidak dapat menyuplai
angina seperti nyeri dada dan terjadi perubahan ECG. Peristiwa paling sering
Kombinasi dari echocardiogram dan exersite test ialah test tersebut guna
3) Rontgen Dada
4) Sean Jantung
5) Kateterisasi Jantung
yang panjang, tipis dan fleksibel) ke dalam jantung, dilakukan dengan bantuan
sinar X-ray untuk memantau pergerakan kateter. Saat kateter sudah berada di
dan membantu membedakan antara gagal jantung sisi kiri dan kanan, stenosis
6) Elektrolit.
Ini dapat berubah karena perubahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.
69
7) AGD.
8) Enzim Jantung.
miokard.
9) Thallium Scan.
exercise test, thallium scan dapat memberikan gambaran area jantung yang
tidak mendapatkan suplai darah yang cukup. Radiasi saat test berlangsung
relative rendah dan dalam dosis aman. Kendati demikian komplikasi dari test
ini jarang terjadi seperti irama jantung abnormal dan serangan jantung.
1) Anamnesa
a. Biodata.
Data yang diperlukan yakni nama, nomor rekam medis (bila pernah
b. Keluhan utama.
Keluhan yang dikeluhkan oleh pasien saat pertama kali masuk dan
sesak nafas, batuk lendir atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar,
Misalnya, sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali
pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini
penyakit yang sama ataupun berbeda dengan keluhan penyakit sekarang saat
sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat,
dan sebagainya.
Informasi didapat dari pihak keluarga klien maupun klien itu sendiri,
penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota keluarga
f. Riwayat psikososial.
penyakit yang diderita klien yang dapat menimbulkan stress berlebih maupun
sebagainya.
72
g. Riwayat Pekerjaan.
h. Riwayat Geografi.
i. Riwayat Alergi.
j. Kebiasaan sosial.
obat tertentu.
k. Kebiasaan merokok.
1) Data objektif
Level 0: Mandiri.
d) Tes keseimbangan.
penggunaan O2.
tanda-tanda perubahan kulit atrofi, warna kulit dan kuku, edema, kulit
kering/edema.
kultur sputum.
suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang sedang
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan penyakit jantung
laktat.
elektrik jantung.
oksigen.
4) Ansietas b.d rasa takut akan kematian, ancaman kesehatan, dan perubahan
kesehatan.
dan spiritual
6. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi.
2.
3.
4.
78
5. Anjurkan beraktvitas fisik secara
bertahap
6. Anjurkan berhenti merokok
7. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan
8. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antihistamin,
jika perlu
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami,
81
Kolaborasi:
bertanya Edukasi:
kemajuan pasien dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan. Pada tahap
ini perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang tertuang dalam rencana
sesuai rencana, dilakukan dengan tepat, aman dan sesuai dengan kondisi pasien,
83
84
keluhan pasien, O (objektif) adalah data yang berupa observasi, penilaian dan tes,
berdasarkan hasil analisis data. Jika tujuan tercapai maka perawat akan
menghentikan rencana tersebut dan jika tidak tercapai perawat akan mengubah
BAB III
METODE KASUS
Desain penulisan karya tulis ilmiah yang dibuat ini adalah deskriptif
menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus ini menggambarkan tentang asuhan
keperawatan yang lebih detail dan jelas secara rasional bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien gangguan penyakit jantung koroner dan hal tersebut meliputi pengkajian,
Subyek dalam studi kasus ini adalah pasien beserta keluarga yakni istri pasien.
Fokus studi karya tulis ilmiah ini yakni pelaksanaan asuhan keperawatan
85
86
ialah pemberian intervensi keperawatan yang terdiri dari pola persepsi, pola
nutrisi, pola eliminasi, pola tidur dan istirahat, persepsi dan konsep diri, bahkan
nilai kepercayaan.
2. Pasien jantung koroner yakni pasien kelolaan penulis dengan insial Tn. S yang
Bandung.
1. Wawancara
keperawatan medical, SAP dan Leaflet yang sudah dipersiapkan oleh peneliti
ruangan.
87
2. Observasi
Observasi dapat dilakukan dengan tatap muka. Bertemu dengan pasien saat
Prosedur pengumpulan data pada studi kasus ini ialah sebagai berikut.
1. Menjelaskan kepada pasien dan pihak keluarga yakni istri pasien tujuan
pengumpulan data.
2. Meminta persetujuan secara lisan kepada pasien dan pihak keluarga yakni istri
Studi kasus ini dilaksanakan di North Wing 6 No. Kamar 605, Rumah Sakit
dengan teori untuk menghasilkan masalah keperawatan yang timbul pada pasien
jantung koroner.
4. Autonomy: Pasien setuju dan mau berpartisipasi dalam studi kasus setelah
dan membatasi aktivitas kegiatan yang berat bagi pasien dengan gangguan
jantung koroner.
90
BAB IV
Pada BAB ini berisi tentang hasil penerapan Asuhan Keperawatan pada Tn. R
dengan Penyakit Jantung Koroner selama 5 hari mulai dari tanggal 22 November
hingga 26 November 2021 di Ruang Rawat Inap (North Wing 6) Rumah Sakit Advent
Bandung. Laporan kasus yang akan dijelaskan pada Bab ini ialah proses keperawatan
Dalam Bab ini, peneliti akan membahas hasil studi kasus melalui proses
evaluasi.
1.1.1 Pengkajian
A. Health Story
90
91
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan terakhir : S2
Nyeri dada (nyeri skala 4 dari 0-10) dan lemah, letih, lesu, tak mampu
beraktivitas.
kendaraan pribadi hari minggu 21 November 2021 pukul 05.21 WIB. Pasien
datang dengan keluhan mengeluh nyeri dada dan lemah kurang lebih 2 hari,
nyeri dada terasa seperti ditusuk benda tajam, dan menyebar hingga kedua
92
dada sampai ke ulu hati. Nyeri dada skala 4 dari 0-10, tubuh terasa lemah
Rumah Sakit Advent Bandung North Wing 6 No. Kamar 605 dengan
Pasien tidak memiliki penyakit bawaan yang pernah di derita nya selain
Keterangan Genogram:
: Laki-laki : Perempuan meninggal dunia
: Perempuan : Klien
: Keluarga klien : Garis pernikahan
: Laki-laki meninggal dunia : Garis keturunan
B. Physical Examination
(1) Vital Sign
Temperature : 36,90C.
Pulse : 100x/menit.
Respiration : 29x/menit.
Blood Pressure : 167/110 mmHg
SPO2 : 95%.
Berat Badan : 56 Kg.
Tinggi Badan : 169 cm.
Glass Coma Scale : 15.
Eyes : 4.
Verbal : 5.
Motoric : 6.
(2) Head/neck
Tabel 7 Head to Toe
Pendengaran: mampu
mendengar dan merespon suara
saat berkomunikasi dengan
perawat dan keluarga.
d. Nose Bentuk hidung simetris, terdapat
bulu hidung dan kotoran hidung,
95
(3) Chest
a. Inspection Bentuk kedua dada simetris,
posterior, anterior dan
transversal posisi dada 1:2.
b. Palpation Tidak ada nyeri tekan,
c. Percussion Terdengar bunyi resonan
dikedua dada,
d. Auscultation Terdengar bunyi nafas
vesikuler,
(6) Abdomen
a. Inspection Perut tidak ada kembung, tidak
ada lesi.
b. Palpation Tidak ada nyeri tekan di
keempat kuadran.
96
(8) Genitalia
a. Inspection Tidak ada lesi maupun
benjolan, turgor kulit baik.
C. Social Data
D. Spiritual Data
selalu melakukan sholat 5 waktu, selalu berdoa sebelum makan dan minum.
E. Psychology Data
Klien sangat yakin akan segera sembuh dari penyakit yang saat ini di
kesembuhannya.
pegal.
meminimalkan rasa
demam.
yang disebabkan
Deases).
glikemik.
bagi tubuh.
pengeluaran urine).
peradangan pada
mukosa lambung.
kering.
disebabkan
virus/bakteri.
darah.
dan sendi,
osteoarthritis.
hypokalemia. diare.
usus.
103
H. Data Analysis
bisa tidur…”
Oksigenasi terganggu.
koroner menurun.
menurun.
Hipoksia.
Metabolisme anaerob.
Nyeri akut.
Arterisklerosis.
jantung.
terganggu.
lama.
Forward failure.
menurun.
ATP menurun.
Fatigue.
Intoleransi aktivitas.
koroner.
jantung.
Fatique.
PH sel menurun
Merangsang pelepasan
nociceptor.
& C fiber).
107
Persepsi nyeri.
Ansietas.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan dispneu akibat turunnya curah jantung
4. Ansietas b.d rasa takut akan kematian, ancaman kesehatan, dan perubahan
kesehatan ditandai dengan rasa bingung, khawatir dan wajah terlihat pucat.
108
kembali dalam
batas normal.
3. Mengetahui
tekanan darah
tetap dalam
batas normal
(120/80 mmHg
dengan sistolik:
100-120 mmHg,
dan diastolik
60-90 mmHg).
4. Kolaborasi
pemberian obat
nyeri: Cardio
aspirin 100 mg.
110
23/11/21 1. Nyeri akut b.d Nyeri akut 1. Monitor skala 1. Mengetahui 14.30 Mengganti S: “…nyeri
ketidakseimbangan teratasi nyeri dan respon tingkat nyeri cairan infusan berkurang…”
suplai darah dan setelah nyeri baik verbal yang dirasakan pasien, memonitor O: Nyeri
oksigen akibat dilakukan maupun non pasien selama tingkat nyeri berkurang,
penurunan suplai asuhan verbal. tindakan pasien. Respirasi
darah ke keperawatan 2. Monitor perawatan yang 14.35 Monitor 20x/menit,
miokardium dan 1x4 jam frekuensi nafas. diberikan dan frekuensi nafas dan Tekanan darah
peningkatan dengan 3. Monitor respon nyeri tekanan darah 119/71 mmHg,
produksi asam kriteria hasil: tekanan darah. yang dirasakan pasien. wajah sudah
laktat yang 1. Nyeri 4. kolaborasi pasien baik 15.00 Kolaborasi tampak
ditandai dengan: berkurang. pemberian obat verbal (pasien pemberian obat membaik, tidak
Ds: “…nyeri 2. Frekuensi nyeri: Cardio mengatakan nyeri: Cardio meringis, tidak
masih ada nafas aspirin 100 mg. yang aspirin 100 mg. sulit tidur.
sedikit…” membaik. dirasakannya) 15.30 memberikan A: Masalah
Do: Nyeri masih 3. Tekanan maupun non makan pasien. teratasi.
ada, Respirasi darah verbal 15.45 memberikan P: Intervensi
23x/menit, membaik. (memberikan pendidikan Selesai.
Tekanan darah 4. wajah rangsangan kesehatan tentang
123/78 mmHg, tidak nyeri kepada penyakit yang St. Tedy
wajah sudah meringis. pasien). diderita pasien dan
tampak membaik, 2. Mengetahui cara menangani
tidak meringis, tingkat respirasi nyeri yang
tidak sulit tidur. selama berkelanjutan.
perawatan
kembali dalam
batas normal.
3. Mengetahui
tekanan darah
tetap dalam
111
batas normal
(120/80 mmHg
dengan sistolik:
100-120 mmHg,
dan diastolik
60-90 mmHg).
4. Kolaborasi
pemberian obat
nyeri: Cardio
aspirin 100 mg.
112
22/11/21 2. Penurunan curah Curah 1. Monitor tanda- 1. Tanda-tanda 14.30 Monitor S: “…lelah
jantung b.d jantung tanda vital pasien. vital dalam tanda-tanda vital, mulai
perubahan adekuat 2. Auskultasi nadi batas normal: membersihkan bed berkurang…”
kontraktilitas, setelah apikal, kaji T: 36, 5-37oC. pasien, kaji
perubahan dilakukan frekuensi, irama P: 60-100x/m frekuensi irama O: Dispnea
structural asuhan jantung. R: 15-20x/m jantung. berkurang,
(kelainan katup, keperawatan 3. Pantau keluaran BP: 15.00 Mengganti akral hangat
aneurisme selama 1x4 urine, catat 120/80mmHg cairan infusan, dan tanda tanda
ventricular) yang jam dengan penurunan SPO2: 95-100% memantau urine, vital:
ditandai dengan: kriteria hasil: keluaran, dan 2. Biasanya dan intake-output. T: 36,5oC
Ds: “…Lelah…” 1. Frekuensi kesepakatan atau terjadi 15.30 Memberikan P: 95x/m
Do: Dispnea dan jantung konsentrasi urine. takikardia, posisi semi fowler, BP: 123/78
takikardia. meningkat. 4. Berikan untuk memberikan makan mmHg
BP: 167/110 2. Status istirahat dan posisi mengompensasi pasien. SPO2: 95%
mmHg. hemodinamik semi fowler penurunan 16.00 Melakukan
stabil. pasien. kontraktilitas EKG 12 lead. A: Masalah
3. Haluaran 5. Kolaborasi jantung. 16.25 Kolaborasi teratasi
urine pemberian obat: 3. Dengan pemberian obat: sebagian
adekuat. Angiatris MR menurunnya CO Angiatris MR
4. Tidak mempengaruhi P: Lanjutkan
terjadi suplai darah ke intervensi.
dispneu. ginjal yang juga
5. Akral mempengaruhi St. Tedy
hangat. pengeluaran
hormon
aldosterone
yang berfungsi
pada proses
113
pengeluaran
urine.
4. Memperbaiki
insufisiensi
kontraksi
jantung dan
menurunkan
kebutuhan
oksigen dan
penurunan
venous return.
5. Membantu
proses kimia
dalam tubuh.
114
23/11/21 2. Penurunan curah Curah 1. Monitor tanda- 1. Tanda-tanda 14.30 Monitor S: “…Nyeri
jantung b.d jantung tanda vital pasien. vital dalam tanda-tanda vital, sudah
perubahan adekuat 2. Auskultasi nadi batas normal: membersihkan bed berkurang…”
kontraktilitas, setelah apikal, kaji T: 36, 5-37oC. pasien, kaji
perubahan dilakukan frekuensi, irama P: 60-100x/m frekuensi irama O: Nyeri dada
structural asuhan jantung. R: 15-20x/m jantung. skala 2, tidak
(kelainan katup, keperawatan 3. Pantau keluaran BP: 15.00 Mengganti ada dispneu,
aneurisme selama 1x4 urine, catat 120/80mmHg cairan infusan, akral hangat,
ventricular) yang jam dengan penurunan SPO2: 95-100% memantau urine, tanda-tanda
ditandai dengan: kriteria hasil: keluaran, dan 2. Biasanya dan intake-output. vital:
Ds: “…lelah mulai 1. Frekuensi kesepakatan atau terjadi 15.30 Memberikan T: 36,7oC
berkurang…” jantung konsentrasi urine. takikardia, posisi semi fowler, P: 90x/m
meningkat. 4. Berikan untuk memberikan makan BP: 119/71
Do: Dispnea 2. Status istirahat dan posisi mengompensasi pasien. mmHg
berkurang, akral hemodinamik semi fowler penurunan 16.00 Kolaborasi SPO2: 95%
hangat dan tanda stabil. pasien. kontraktilitas pemberian obat: Urine: 600,
tanda vital: 3. Haluaran 5. Kolaborasi jantung. Angiatris MR warna bening,
T: 36,5oC urine pemberian obat: 3. Dengan 16.25 Pemberian tidak ada
P: 95x/m adekuat. Angiatris MR menurunnya CO pendidikan pendarahan,
BP: 123/78 mmHg 4. Tidak mempengaruhi kesehatan tentang tidak pekat.
SPO2: 95% terjadi suplai darah ke penyakit CAD dan
dispneu. ginjal yang juga perawatan mandiri A: Masalah
5. Akral mempengaruhi dengan pihak teratasi.
hangat. pengeluaran keluarga, seperti
hormon membatasi P: Intervensi
aldosterone aktivitas-aktivitas selesai.
yang berfungsi berat yang dapat
pada proses menimbulkan St. Tedy
115
suplai darah dan oksigen 14.35 Monitor frekuensi nafas dan 20x/menit, Tekanan darah 119/71
akibat penurunan suplai tekanan darah pasien. mmHg, wajah sudah tampak
124
darah ke miokardium 15.00 Kolaborasi pemberian obat nyeri: membaik, tidak meringis, tidak
Respirasi 23x/menit,
tidur.
125
2 24/11/21 Penurunan curah jantung 14.30 Monitor tanda-tanda vital, S: “…Nyeri sudah berkurang…”
b.d perubahan membersihkan bed pasien, kaji O: Nyeri dada skala 2, tidak ada
akral hangat dan tanda mandiri dengan pihak keluarga, seperti A: Masalah teratasi.
SPO2: 95%
3 25/11/21 Intoleransi aktivitas b.d 14.30 Monitor tanda-tanda vital, S: “…sudah tidak lemas…”
kelelahan dan dispneu merapikan bed pasien. O: Keletihan sudah tidak ada,
akibat turunnya curah 14.35 Membantu pasien buang air besar beraktivitas sudah mampu
jantung yang ditandai ke toilet, memandikan pasien, mandiri durasi2-3 menit, tetapi
Ds: “…masih sedikit mulut dan gigi. perawat dan keluarga pasien,
tidak habis, tanda-tanda beraktivitas untuk selalu ditemani oleh Intake: 1200
Intake: 2200
Output: 1200
4 26/11/21 Ansietas b.d rasa takut 14.30 Monitor Respirasi secara berkala. S: “…cemas berkurang…”
akan kematian, ancaman 14.35 Memonitor tingkat kecemasan O: Wajah tidak terlihat pucat dan
kesehatan, dan perubahan dan tanda-tanda penyebab kecemasan dapat tersenyum, Respirasi
kesehatan ditandai 15.00 memberikan Lingkungan yang khawatir sudah hilang, tidak
Ds: “…cemas mulai pasien, memberikan posisi semi fowler. A: Masalah Teratasi.
mendengarkan musik.
129
4.2 Pembahasan
Pembahasan pada Bab ini adalah bagaimana peneliti menganalisa studi kasus
dalam asuhan keperawatan pada Tn. R dengan pemberian asuhan keperawatan dengan
penyakit Coronary Artery Disease (CAD) atau dikenal dengan penyakit jantung
koroner di Rawat Inap North Wing 6 Rumah Sakit Advent Bandung. Pembahasan ini
berdasarkan teori dan praktik, asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. R
evaluasi keperawatan.
Keterbatasan yang dialami peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini ialah mulai dari pengambilan data dan perawatan yang diberikan kepada pasien dan
ada hambatan dan saat diberikan asuhan keperawatan pasien maupun keluarga sangat
kooperatif hingga membuat hubungan perawat dan pasien menjadi lebih dekat dan
1. Pengkajian Keperawatan
129
130
2. Diagnosa Keperawatan
pasien sangat terbuka dan tertarik untuk menceritakan masalah dan keluhan
3. Intervensi Keperawatan
keterbatasan dalam mencari sumber teori yang tepat dan terbaru dengan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
sumber teori yang tepat, sehingga pada tahap ini memiliki keterbatasan.
2) Hidup teratur (pola makan dan minum) hindari gaya hidup yang beresiko
3) Olahraga teratur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang
telah dibahas dan memberikan saran kepada pihak-pihak yang telah membaca agar
5.1 Kesimpulan
Kasus yang di kelola pada Tn. R dengan diagnosa medis Coronary Artery Disease
(CAD) atau yang biasa dikenal sebagai penyakit jantung koroner telah didapatkan hasil
sebagai berikut:
1) Keluhan utama dari hasil pengkajian yang telah dikaji kepada pasien yakni
nyeri dada. Pasien mengatakan nyeri dada di kedua dada hingga ulu hati dengan
skala nyeri 4 (nyeri ringan), nyeri yang dirasakan seperti ditusuk benda tajam,
hingga membuat pasien lemah, letih, lesu dan tak mampu beraktivitas secara
normal.
2) Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Tn. R ialah penurunan curah jantung
b.d perubahan kontraktilitas miokard, nyeri akut b.d agen cidera biologis,
oksigen.
132
133
kebutuhan yang diperlukan jantung dan kadar oksigen dalam darah, untuk
membantu mengobati penyakit yang diderita pasien agar lebih cepat dalam
pemulihan.
saling percaya antara perawat dan pasien itu sendiri hingga hingga asuhan
Peningkatan energi otot jantung, adanya perubahan pola nafas yang lebih
efektif dan tekanan darah pada pasien kembali dalam batas normal. Dengan
demikian hal tersebut membuat pasien merasa lebih nyaman selama perawatan
dan pemulihan.
134
5.2 Saran
Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata sempurna,
bilamana ada ditemukan kesalahan baik dalam penulisan atau apapun yang berkaitan
dengan Karya Tulis Ilmiah ini, pembaca boleh memberikan kritik dan saran yang dapat
mungkin ada kata atau hal-hal yang kurang berkenan pada penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini, dengan hormat penulis memohon maaf sebesar-besarnya, terima kasih
Pasien harus lebih sering berlatih dan mengunakan teknik oksigenasi yakni bila
nafas dalam baik saat beraktivitas maupun sedang beristirahat seperti duduk dan
lain sebagainya.
dapat menurunkan gejala dan stress pasien saat menghadapi masalah dan
keperawatan pada pasien CAD hingga dapat menjadi ilmu pengetahuan yang
kardiovaskular.
mandiri yang dapat diunggulkan, oleh karena itu seluruh tenaga keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Awi, T. D. (2021). Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Pada Pasien Penyakit Jantung
Citra. (2019). Analisis Faktor Risiko Modifikasi Penyakit Jantung Koroner di RSU
Maia, B. (2019). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Pada Ny. I. F.
Maya, I. P. (2018). Terapi O2. (S. dr. I Gusti Agung Gede Utara Hartawan, Ed.)
Denpasar.
Jakarta. Skripsi.
Ilmiah.
138
Riskesdas. (2019). Laporan Provinsi Jawa Barat Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit
BALITBANGKES, 1-530.
Poliklinik Jantung RSI Siti Rahmah Padang Tahun 2017-2018. Health &
Sutarti, D. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Coroner (PJK)
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN BERORGANISASI
Indonesia.
NIM : 1952011