Anda di halaman 1dari 54

CITRA DIRI PEGIAT DESA

TUJUAN
• PEGIAT DESA SEMAKIN AKTIF MELAKUKAN ADVOKASI AGENDA
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA.
SIAPA YANG DIMAKSUD SEBAGAI PEGIAT DESA?
• Pegiat Desa merupakan sebutan bagi unsur masyarakat baik individu
maupun kelompok (dengan spesialisasinya masing-masing; baik
berasal dari dalam ataupun luar Desa) yang dengan kesadaran penuh
memilih untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa guna meningkatkan kualitas
SDM masyarakat Desa, Transparansi dan Akuntabilitas proses
penyelenggaraan Pemerintahan di Desa, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa.
LANDASAN HUKUM
• UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN
2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6
TAHUN 2014 TENTANG DESA
• PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2019 TENTANG
PEDOMAN UMUM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA
• PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2020 TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
• BUKU PEDOMAN UMUM KADER PEMBANGUNAN MANUSIA, DIREKTORAT
JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
TAHUN 2018.
POSISI PEGIAT DESA DALAM UU DESA
• Salah satu asas dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah
partisipasi. Kehadiran UU Desa telah membuka ruang partisipasi yang
seluas-luasnya bagi semua pihak untuk terlibat aktif dalam setiap
tahapan perencanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
di Desa.
• Partisipasi oleh semua unsur masyarakat dapat dilaksanakan melalui
mekanisme Musyawarah Desa antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat untuk menyepakati hal-hal
yang bersifat strategis.
• Sehingga Pegiat Desa termasuk juga dalam “Unsur Masyarakat” yang
disebutkan dalam UU Desa.
KONSEP ACTIVE CITIZENSHIP
• Active Citizenship atau Kewarganegaraan Aktif merupakan pendekatan yang
mendorong partisipasi aktif warga negara dalam kehidupan politik, sosial, dan
ekonomi masyarakat.
• Dalam konteks Desa dapat diterapkan dalam aspek:
• Partisipasi politik
• Keterlibatan sosial
• Keterlibatan ekonomi
• Pendidikan kewargaan
• Kewarganegaraan aktif memberikan kesempatan bagi warga Desa untuk memiliki
suara dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, serta
membangun masyarakat yang lebih inklusif, partisipatif, dan bertanggung jawab.
Melalui partisipasi aktif, warga Desa dapat berkontribusi pada perubahan positif dan
pembangunan yang berkelanjutan.
6
PEGIAT DESA YANG TERLEMBAGAKAN

KADER
KADER
PEMBERDAYAAN
PEMBANGUNAN
MASYARAKAT DESA
MANUSIA (KPM)
(KPMD)

LEMBAGA
LEMBAGA ADAT
KEMASYARAKATAN
DESA
DESA

7
KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
• PERMENDESA 18/2019
• Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat KPMD adalah unsur
masyarakat Desa yang dipilih oleh Desa dan ditetapkan oleh kepala Desa untuk
menumbuhkan dan mengembangkan serta menggerakan prakarsa, partisipasi dan
swadaya gotong royong.
• Pendampingan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu
oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa,
dan/atau pihak ketiga.

8
KADER PEMBANGUNAN MANUSIA (KPM)
• Pedoman Umum Kader Pembangunan Manusia (KPM) Tahun 2018
• Kader Pembangunan Manusia (KPM) adalah warga masyarakat Desa yang dipilih
melalui musyawarah Desa untuk bekerja membantu pemerintah Desa dalam
memfasilitasi masyarakat Desa dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
pembangunan sumberdaya manusia di Desa.
• KPM merupakan respon atas terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, khususnya pada Pasal 6 diatur bahwa Dana Desa
diprioritaskan untuk kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak kerdil (stunting).

9
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN LEMBAGA ADAT DESA

• LKD merupakan wadah partisipasi masyarakat Desa sebagai mitra Pemerintah Desa
• LAD merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi
bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa
masyarakat Desa
• Lembaga kemasyarakatan Desa bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat Desa,
ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan
pelayanan masyarakat Desa.
• Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan lembaga non-Pemerintah
wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah
ada di Desa.

10
PEGIAT DESA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

POLA PERUBAHAN SOSIAL


• Perubahan Sosial dapat Linier
terjadi melalui berbagai
macam cara. Steven Vago
mengklasifikasikan pola Siklus
perubahan sosial menjadi
4 pola:
• Pegiat Desa sebagai agen Dialektis
perubahan social by
laverage (dari bawah ke
atas) Pusat-Pinggiran

11
KESUKARELAWANAN SOSIAL PEGIAT DESA
• Kesukarelawanan sosial merupakan konsep yang menekankan pentingnya kebebasan individu,
tindakan sukarela, dan kerjasama dalam membangun masyarakat yang inklusif dan adil.
• Prinsip Kesukarelawanan sosial adalah sebagai berikut:
• Kebebasan individu: Kesukarelawanan menekankan pentingnya kebebasan individu untuk
menentukan tindakan dan keputusan mereka sendiri, selama mereka tidak menyebabkan
kerusakan atau melanggar hak-hak orang lain.
• Tindakan sukarela: Kesukarelawanan menekankan pentingnya tindakan sukarela atau
sukarelawan dalam hubungan sosial dan ekonomi. Ini berarti bahwa individu memiliki
kebebasan untuk memilih untuk terlibat dalam kerjasama dan pertukaran dengan orang
lain berdasarkan keinginan bebas mereka, tanpa adanya paksaan atau keterlibatan pihak
ketiga.
• Kerjasama: Kesukarelawanan mendorong kerjasama dan interaksi sukarela antara individu
dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ini melibatkan pengakuan bahwa kerjasama
sukarela dan persetujuan bersama adalah dasar bagi hubungan sosial yang sehat dan
saling menguntungkan.
12
ADVOKASI AGENDA PEMBANGUNAN DESA
• Permendes PDTT No. 21/2020 menyebutkan prinsip-prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam
pembangunan desa, antara lain partisipasi aktif masyarakat desa, pemberdayaan masyarakat,
keadilan, keberlanjutan, dan sinergi antar sektor.
• Proses perencanaan pembangunan desa: Permendes PDTT No. 21/2020 menjelaskan proses
perencanaan pembangunan desa yang meliputi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDesa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD), dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa).
• Pelaksanaan pembangunan desa: Permendes PDTT No. 21/2020 memberikan pedoman
mengenai pelaksanaan pembangunan desa yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Termasuk dalam hal ini adalah pembangunan infrastruktur, pemberdayaan
ekonomi masyarakat desa, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan perlindungan
lingkungan.
• Monitoring dan evaluasi: Permendes PDTT No. 21/2020 menetapkan mekanisme monitoring
dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan desa guna memastikan pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan serta peningkatan kualitas pengelolaan desa.
13
MENGARUSUTAMAKAN KESUKARELAWANAN DI DESA
• Meningkatkan kemampuan masyarakat Desa untuk berpikir kritis:
• Masyarakat menyadari pentingnya keterlibatan dalam setiap tahapan pelaksanaan pembangunan di Desa.
• Meningkatkan kemampuan masyarakat Desa untuk melakukan Pemetaan Sosial dan Analisa Sosial:
• Masyarakat menyadari dasar permasalahan atau faktor penyebab yang menjadi akar permasalahan yang terjadi di Desa.
• Membangun Kerjasama Strategis:
• Masyarakat mampu membangun kerjasama yang bersifat inovatif dan solutif dengan berbagai pihak untuk kebaikan bersama.

14
MITIGASI DAN PENANGANAN
BENCANA ALAM DAN NON
ALAM DI DESA INDONESIA
PENDAHULUAN
Latar Belakang

• Secara geologis, Indonesia berada pada


pertemuan empat lempeng utama yaitu
Eurasia, Indo Australia, Filipina, dan
Pasifik yang menjadikan Indonesia rawan
bencana gempabumi, tsunami, dan
letusan gunung api.
• Di sisi lain, kondisi geografis Indonesia
yang berada di daerah tropis dan pada
pertemuan dua samudera dan dua benua
membuat wilayah ini rawan akan
bencana banjir, tanah longsor, banjir
Indonesia dengan segenap kondisi geografis, bandang, cuaca ekstrim, gelombang
demografis, dan sosiologis menjadikannya rawan ekstrim dan abrasi, dan kekeringan yang
terhadap bencana baik alam, non alam, maupun juga dapat memicu kebakaran hutan dan
bencana sosial. lahan.
1
KERAWANAN BENCANA ALAM DI DESA INDONESIA

BENCANA ALAM DI DESA 2019 2020 2021


Banjir 9.901 20.143 20.881
Tanah Longsor 4.971 11.279 11.567
Angin Kencang 3.138 9.132 9.559
Pasang Air Laut 1.009 4.048 4.293
Tsunami 94 530 545
Gempa Bumi 6.518 13.755 13.795
Gunung Meletus 321 775 739
Indonesia Terdiri Dari 74.961 Desa. Artinya, Jika Kekeringan 3.116 19.564 19.340
Indonesia Memiliki Tingkat Kerawanan Bencana
Kebakaran Hutan 1.541 6.982 6.750
Alam dan Non Alam Kategori Tinggi, Maka Hal
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2023
Tersebut Utamanya Akan Terjadi Di Desa-Desa.

1
URGENSI MITIGASI DAN PENANGANAN
BENCANA
1. Berpotensi mendegrasi hasil-hasil pembangunan Desa yang
dilakukan dengan susah payah oleh pemerintah Desa dan
masyarakat Desa .
2. Masyarakat miskin dan marginal menjadi kelompok yang paling
rentan dan terancam akibat bencana.
3. Berpotensi menimbulkan kerugian besar dan pemiskinan akibat
bencana.
TUJUAN
• MENGAJAK PEGIAT DESA UNTUK SEMAKIN AKTIF DALAM
MENGADVOKASI BERBAGAI KEGIATAN MITIGASI DAN PENANGANAN
BENCANA ALAM DAN NON ALAM DI DESA
DASAR HUKUM

• UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA


• PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
• PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2022 TENTANG
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2023
• KEPUTUSAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2021 TENTANG
PANDUAN PENANGANAN BENCANA DI DESA
PRINSIP PENANGANAN BENCANA DI DESA
1. Kegotongroyongan: penanganan bencana dilaksanakan dengan saling tolong-menolong antar warga Desa dan untuk
membangun Desa;
2. Kekeluargaan: penanganan bencana menempatkan setiap warga sebagai bagian dari satu kesatuan keluarga besar
masyarakat Desa. Bencana dapat menimpa siapa saja, karena itu bencana merupakan urusan, dan tanggung jawab
seluruh warga Desa;
3. Kemanusiaan: penanganan bencana harus mengutamakan hak-hak dasar, harkat dan martabat setiap warga Desa;
4. Keadilan: pengutamaan pemenuhan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa membeda-bedakan.
Masyarakat Desa memiliki kesamaan hak yang dijamin oleh negara, baik hak atas perlindungan, peningkatan
kemampuan, akses informasi, hak berperan serta, hak pengawasan dan hak mendapatkan bantuan ketika terkena
bencana;
5. Kebhinekaan: pengakuan dan penghormatan terhadap keanekaragaman budaya dan kearifan lokal sebagai
pembentuk kesalehan sosial berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan universal;
6. Keberpihakan pada kelompok rentan: penanganan bencana harus mengutamakan warga yang memiliki kerentanan,
antara lain: warga miskin, warga lanjut usia, anak-anak dan balita, penyandang disabilitas, perempuan hamil, orang
berpenyakit menahun, orang berpenyakit tetap, dan orang berpenyakit kronis lainnya, serta warga tanpa jaring
pengaman sosial;
7. Transparan dan akuntabel: Masyarakat berhak berpartisipasi dan mengetahui proses pengambilan keputusan, serta
mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya dan anggaran dalam penanganan bencana. Pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya dan anggaran harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, serta Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah;
8. Keseimbangan alam: pengutamaan perawatan bumi yang lestari untuk keberlanjutan kehidupan Desa;
KEGIATAN PENANGANAN BENCANA BERDASARKAN PERMENDES 8/2022 TENTANG PRIORITAS
PENGGUNAAN DD TAHUN 2023
2. MITIGASI DAN PENANGANAN BENCANA NON ALAM
a) bencana non alam yang muncul akibat endemik, wabah, atau
1. MITIGASI DAN PENANGANAN BENCANA ALAM virus bakteri yang berdampak luas bagi kehidupan
masyarakat Desa seperti Corona Virus Disease 2019 (COVID-
Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan 19), malaria, demam berdarah dengue, kolera, disentri.
pemeliharaan sarana prasarana penanggulangan bencana
b) bencana non alam yang muncul terhadap hewan dan ternak
alam dan/atau kejadian luar biasa lainnya: seperti: penyakit menular mulut dan kuku, antraks;
a) pembuatan peta potensi rawan bencana di Desa; c) bencana non alam yang muncul terhadap tanaman produksi
b) alat pemadam api ringan di Desa; rakyat seperti hama wereng, hama belalang;
c) pertolongan pertama pada kecelakaan untuk bencana; d) bencana non alam yang muncul terhadap tanaman produksi
d) pembangunan jalan evakuasi; rakyat seperti hama wereng, hama belalang;
e) penyediaan penunjuk jalur evakuasi; e) bencana non alam yang muncul karena gagal teknologi dan
f) kegiatan tanggap darurat bencana alam; gagal modernisasi seperti gagal pengeboran;
g) penyediaan tempat pengungsian; f) Desa Aman COVID
h) pembersihan lingkungan perumahan yang terkena g) relawan Desa aman Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
bencana alam; h) pelaksanaan mitigasi dan penanganan bencana alam dan
i) rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan perumahan nonalam dapat mengacu kepada Keputusan Menteri Desa,
yang terkena bencana alam; dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigsasi Nomor 71
Tahun 2021 tentang Panduan Penanganan Bencana di Desa
j) sarana prasarana untuk mitigasi dan penanggulangan
bencana yang lainnya sesuai dengan kewenangan Desa i) mitigasi dan penanganan bencana alam dan nonalam lainnya
dan diputuskan dalam musyawarah Desa. sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan melalui
musyawarah Desa.
SIKLUS BENCANA
1. Dalam kondisi tidak ada bencana,
tindakan yang dilakukan Desa adalah
pencegahan bencana dan mitigasi.
2. Dalam situasi terdapat potensi
bencana, Desa melakukan
kesiapsiagaan bencana.
3. Ketika terjadi bencana, yang perlu
dilakukan Desa adalah upaya-upaya
tanggap darurat.
4. Terakhir, pasca kejadian bencana,
dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
LANGKAH-LANGKAH
1. Upaya pencegahan bencana dan mitigasi, termasuk namun tidak terbatas pada
hal-hal berikut:
a) Rencana Penanganan Bencana
Untuk mencapai tujuan penanganan bencana, perlu disusun rencana penanganan bencana
yang memuat data dan informasi mengenai kerawanan bencana, kajian risiko/perkiraan potensi
bencana dan dampak yang ditimbulkan, serta rencana penanganannya.
b) Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan Risiko Bencana merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan
serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kegiatan PRB
meliputi pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
c) Persiapan lokasi pengungsian Lokasi pengungsian
Ditentukan dengan kriteria: aman, mudah diakses, tersedia air bersih, dan luas area memadai.
Dalam hal kerawanan bencana mengharuskan pengungsian di luar Desa, maka perlu dilakukan
kerja sama antar Desa. Pengaturan prioritas pengungsian juga penting untuk menjamin
keselamatan kelompok rentan.
2. TERDAPAT POTENSI BENCANA
a. Pengembangan sistem peringatan dini berbasis masyarakat
Pada beberapa wilayah di mana tidak dapat menerima peringatan dini bencana dari lembaga nasional, maka pengetahuan mengenai tanda-tanda/gejala alam akan terjadinya
bencana menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Gejala alam tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan bentuk peringatan dini berbasis masyarakat.
Pengetahuan gejala alam dapat dikembangkan dari pengetahuan lokal yang sudah ada.

b. Penyusunan rencana evakuasi


Jenis bencana tertentu mengharuskan warga meninggalkan tempat tinggal, bahkan Desanya. Desa dengan kerawanan bencana semacam ini harus memiliki rencana evakuasi
untuk melindungi warganya. Petunjuk evakuasi juga perlu disiapkan dan dipahami seluruh masyarakat, di antaranya: titik kumpul, rute/jalur evakuasi, papan petunjuk dan
lokasi evakuasi sementara.

c. Simulasi tanggap darurat


Merupakan latihan memperagakan tindakan-tindakan yang diperlukan pada saat tanggap darurat dengan skenario seperti terjadi bencana yang sesungguhnya.

d. Penyusunan rencana kontinjensi


Rencana kontinjensi adalah rencana yang didasarkan pada keadaan bencana yang kemungkinan besar akan terjadi, namun juga belum tentu terjadi. Rencana kontinjensi
disusun pada kondisi kesiapsiagaan bencana (situasi terdapat potensi bencana). Rencana kontijensi hanya diaktifkan jika keadaan yang diperkirakan benar-benar terjadi.
Rencana kontinjensi sekurang-kurangnya memuat:
• Struktur Relawan Desa; dan
• Rencana detail kegiatan pada masing-masing bidang penanganan tanggap darurat.

e. Penyediaan Peralatan Tanggap Darurat Bencana


Peralatan darurat perlu tersedia di Desa, sesuai dengan kerawanan bencana, seperti: tenda darurat, HT, genset, tandu, pelampung, alat selam, kompor serba guna, dan
sebagainya.

f. Pendataan Kerawanan Bencana


Untuk menghadapi kejadian bencana, Desa perlu memiliki dan memastikan validitas data penduduk yang tinggal di lokasi rawan bencana, seperti di tebing, di tepian sungai, di
tempat rawan kebakaran. Diperlukan pula data warga rentan untuk meminimalisir risiko bencana terhadap mereka. Data SDGs Desa telah mengakomodir kebutuhan ini. Desa
perlu untuk terus melakukan pemutakhiran secara rutin.
3. Tanggap Darurat (Saat Terjadi Bencana)
• a. Pengaktifan rencana kontinjensi
• Dalam hal bencana terjadi, maka Rencana Kontinjensi diaktifkan oleh kepala Desa dan berubah menjadi Rencana Operasi Tanggap Darurat. Karenanya
struktur komando tanggap darurat aktif untuk menjalankan tugasnya.
• b. Melakukan evakuasi
• Struktur relawan desa mengoordinir masyarakat untuk melakukan evakuasi hingga ke titik kumpul dan lokasi pengungsian.
• c. Pengamanan lokasi bencana dan pengungsian
• Lokasi bencana yang ditinggalkan warga rawan terjadi pencurian atau penjarahan. Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas), aparat TNI/Polri dan
masyarakat harus bekerja sama mengatur mekanisme pengamanan.
• d. Pengelolaan Logistik
• Pengelolaan logistik yang baik didasarkan pada data korban yang akurat, untuk menjamin ketersediaan material serta distribusi yang adil dan merata
kepada seluruh korban bencana. Pengelolaan logistik harus memiliki mekanisme untuk memprioritaskan kelompok rentan.
• e. Pelayanan Kesehatan
• Masyarakat Desa perlu memiliki kapasitas untuk melakukan pertolongan pertama pada korban bencana hingga korban bencana mendapatkan
pelayanan kesehatan oleh tenaga Kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat.
• f. Pelayanan dukungan psikososial
• Pelayanan dukungan psikologi dan sosial diperlukan bagi warga yang mengalami guncangan psikologi (trauma) akibat dampak negatif bencana yang
dialaminya. Guncangan psikologi terutama dialami oleh kelompok rentan anak-anak, remaja, lansia dan perempuan.
4. Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Setelah Terjadi Bencana)
• a. Rehabilitasi sesuai kewenangan Desa
• Desa dapat melakukan kegiatan rehabilitasi sesuai dengan kapasitas keuangan dan sumber daya lainnya, seperti pembersihan
perumahan dari puing-puing, sarana dan prasarana Desa yang harus segera dipulihkan.
• b. Pelayanan dukungan psikososial
• Guncangan psikologi (trauma) pada sebagian orang tidak dapat dipulihkan dengan cepat, sehingga pasca bencana, warga yang
belum pulih masih memerlukan dukungan psikososial.
• c. Adaptasi kebiasaan baru pasca bencana
• Kelompok rentan secara ekonomi memerlukan perlindungan untuk pemenuhan kebutuhan dasar minimal hingga mereka kembali
pada situasi dan kondisi yang normal. Perlindungan dalam proses adaptasi ini mencegah masyarakat dari jerat rentenir, menjual
aset semurah-murahnya, mengemis dan sebagainya, yang justru akan menimbulkan masalah baru, baik secara ekonomi maupun
sosial.
• d. Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Kelompok Rentan
• Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan dan kebutuhan khusus sehingga berisiko tinggi
terdampak bencana. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang termasuk kelompok
rentan adalah bayi, balita, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang disabilitas, dan warga lanjut usia.
Transparansi Dan Akuntabilitas Sosial
Dalam Pembangunan Desa
Tujuan Bimtek

Pegiat Desa menjadi semakin aktif berpartisipasi dalam


kegiatan strategis untuk mendorong penerapan akuntabilitas
sosial di desa
Artinya Akuntabilitas Dan Akuntabilitas Sosial

Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan azas penyeleggaraan pemerintahan Desa. Asas akuntabilitas
menegaskan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
desa harus mampu dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Akuntabilitas Sosial
Akuntabilitas sosial adalah partisipasi aktif masyarakat desa untuk menuntut akuntabilitas
pemerintah desa dalam Pembangunan Desa. Pemerintah Desa yang akuntabel adalah
pemerintah yang terbuka (transparan) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap kegiatan
dalam tahap-tahap Pembangunan Desa.
Keterkaitan Antara Akuntabilitas Dengan Akuntabilitas Sosial

Akuntabilitas sosial Akuntabilitas Pemerintah Desa

Pemerintah Desa, dalam hal ini


Masyarakat desa sebagai pemerintah Kepala Desa sebagai penerima
pemberi mandat pemerintah desa mandat wajib untuk terbuka
desa, melalui pemilihan
dan wajib
Kepala Desa, memiliki hak
mempertanggungjawabkan
untuk aktif menuntut
setiap kegiatan Pembangunan
akuntabilitas pemerintah
masyarakat desa Desa kepada masyarakat
desa
sebagai subyek
Pembangunan
Desa
Mandat Tentang Akuntabilitas Sosial

Pasal 74 (1) Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan


yang disepakati dalam Musyawarah Desa

Pasal 80
(1) Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat
Desa.
(3) Musrenbangdes menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan
Desa yang didanai oleh APBDesa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau APBD

Pasal 82
(1) Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan
Pembangunan Desa.
(2) Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan
Desa.
Undang-Undang (3) Masyarakat Desa melaporkan hasil pemantauan dan berbagai keluhan terhadap
Nomor 6 Tahun 2014 pelaksanaan Pembangunan Desa kepada Pemerintah Desa dan BPD.
(4) Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan RPJMDesa,
Tentang Desa RKPDesa, dan APBDesa kepada masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada umum ...
(5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musdes untuk menanggapi laporan pelaksanaan
Pembangunan Desa.

Pasal 84 (2) Perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan Aset Desa


untuk pembangunan Kawasan Perdesaan merujuk pada hasil Musyawarah Desa.

Pasal 88 (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.


Pentingnya Akuntabilitas Sosial Bagi Desa

Mendorong terciptanya komunikasi transformatif atau dialog yang


produktif antar para pemangku kepentingan desa, terutama masyarakat
dengan pemerintah desa.

Mengoptimalkan kelembagaan sosial dan saluran partisipasi yang ada

Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih bermakna


dalam Pembangunan Desa
Mendorong pemerintah desa yang akuntabel: terbuka dan
mempertanggungjawabkan setiap kegiatan dalam Pembangunan Desa.
Pemerintah Desa Yang Akuntabel Dalam Pembangunan Desa

Pemerintah Desa yang akuntabel dalam Pembangunan Desa adalah pemerintah desa
yang dinilai telah memenuhi azas akuntabilitas dalam setiap tahap Pembangunan
Desa. Pemerintah desa yang memenuhi azas akuntabilitas adalah,
• pemerintah yang terbuka atau bersedia memberikan akses kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam Pembangunan Desa, dan
• Bersedia memberikan akses untuk mengetahui informasi yang berhubungan
dengan kegiatan untuk pelayanan masyarakat.
Strategi Penerapan Akuntabilitas Sosial Di Desa

Penguatan partisipasi
1 warga Desa

Strategi yang dirancang untuk


memastikan tercapainya keberhasilan
akuntabilitas sosial di Desa adalah Penguatan tata kelola
memusatkan proses fasilitasi pada 2 pemerintahan Desa yang
titik-titik kunci penyelenggaraan Desa
yang dapat menjamin terjadinya
Demokratis
penguatan partisipasi warga Desa.

Penguatan tata kelola


3 pembangunan Desa yang
berkeadilan
Langkah Penguatan Partisipasi Warga
Langkah penguatan partisipasi masyarakat dalam mendorong penerapan akuntabilitas sosial di desa
diantaranya dapat dilakukan melalui kkaderisasi kelompok masyarakat desa.

Kaderisasi yang dimaksud adalah kegiatan pegiat desa dalam memberdayakan anggota kelompok
masyarakat desa, terutama yang rentan dan terpinggirkan untuk semakin berani berpartisipasi aktif
dalam gerakan menguatkan akuntabilitas sosial. Kegiatan pemberdayaan dalam rangka kaderisasi dapat
dilakukan, diantaranya:

 Mengintensifkan forum kelompok warga desa sebagai kelompok diskusi terpumpun


membahas persoalan yang berhubungan dengan Pembangunan Desa.
 Membagikan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung peningkatan kapasitas kader
kelompok masyarakat untuk berpatisipasi dalam Pembangunan Desa
 Melibatkan kader kelompok masyarakat untuk mengidentifikasi kuantitas dan kualitas
pelayanan sosial yang diselenggarakan pemerintah desa.
Contoh Alat (tools) Untuk Menilai Penerapan Akuntabilitas Sosial
Bidang Tujuan Indikator
Pendataan Desa memiliki data Desa yang obyektif dan faktial Partsipasi aktif warga dalam pendataan Desa

Data termutakhirkan secara berkala

Input data ke dalam Sistem Informasi Desa

Memiliki system back up data Desa

Perencanaan Mewujudkan visi kolektif RPJM Desa ke dalam perencanaan prioritas program RPJM Desa merepresentasikan kepentingan kolektif warga Desa
pembangunan

Tersedia dokumen usulan kebutuhan kelompok warga hasil rembug warga

Menetapkan rencana prioritas program pembangunan Desa berdasarkan data Tersedia sesi pembahasan prioritas program usulan hasil rembug warga.
SDGs Desa

Dokumen penetapan RKP Desa dan APB Desa Penetapan pilihan prioritas
program pembangunan didasarkan pada data SDGs Desa termutakhir

Pelaksanaan Kepastian kesesuaian pelaksanaan program dengan dokumen rencana Publikasi informasi yang terbuka dari pelaksana pembangunan
pembangunan yang telah ditetapkan (RPJM Desa, RKP Desa, RAB Desa).

Kesesuaian pelaksanaan dengan dokumen program yang ditetapkan

Pemantauan dan Pengawasaan Pemantauan dan pengawasan pembangunan Desa yang sistematis dan terukur Sistem pemantauan dan pengawasan pembangunan berjalan intensif
Contoh Alat (tools) Identifikasi Penerapan Akuntabilitas Sosial

Bidang Indikator Angka Angka %


Capaian Ideal capaian
Pembangunan Desa
Berkeadilan
Memberikan ruang dan kesempatan bagi kelompok masyarakat yang ? ?
rentan dan terpinggirkan untuk berpartisipasi aktif dalam
Pembangunan Desa
Kegiatan pelayanan sosial dan pemerntahan yang mudah diakses dan ? ?
merata
Pemerintahan Desa
Demokratis
Mengintensifkan rembuk kelompok warga, utamanya yang rentan ? ?
dan termarjinalkan
Membuka akses informasi bagi warga Desa ? ?

Partisipasi warga Desa

Meningkatkan kapasitas warga Desa sebagai subyek pembangunan ? ?


Desa
Menguatkan pengorganisasian warga, terutama yang rentan dan ? ?
termarjinalkan
TOTAL CAPAIAN
Perencanaan Pembangunan
Inklusif Desa
Tujuan materi
materi ini bertujuan untuk mengajak pegiat desa untuk lebih aktif
dalam berpartisipasi mengawal perencanaan pembangunan inklusif di
desa.
Pengertian: apa yang dimaksud
dengan inklusi sosial?
proses peningkatan kemampuan serta martabat individu atau
kelompok rentan dan peningkatan kondisi lingkungan yang
memungkinkan bagi individu atau kelompok rentan tersebut untuk
berpartisipasi secara penuh dalam pengambilan keputusan,
kehidupan ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

kemampuan serta Peningkatan


inklusi sosial
martabat individu/ (improvment) Partisipasi
merupakan proses
kelompok rentan kondisi lingkungan

Lingkungan yang dimaksud


Inklusi sosial bertujuan untuk
adalah situasi sosial,
Sebagai proses, inklusi sosial meningkatkan kemampuan Keterlibatan langsung setiap
infrastruktur, dan kebijakan
merupakan upaya yang terdiri individu (life-skill dan warga desa dalam proses
desa yang mendukung bagi
dari rangkaian proses agar pengetahuan) serta martabat politik, ekonomi, dan sosial
terwujudnya partisipasi
terwujud kondisi inklusif. setiap kelompok rentan yang budaya di desa.
kelompok rentan dalam
terkucil.
kehidupan desa.
Argumentasi: mengapa inklusi sosial penting
diwujudkan?
• Inklusi sosial merupakan mandat/amanat UU Desa (Pasal 24). Melalui
konsep dan asas tersebut, UU Desa menegaskan komitmen negara
dalam menggerakkan pembangunan dan pemberdayaan desa secara
utuh.
• Inklusi sosial bukan saja harus diwujudkan dalam kehidupan desa,
melainkan juga harus menjadi sifat perencanaan pembangunan desa.
Dengan kata lain, perencanaan pembangunan (yang) inklusif
merupakan prasyarat dari terwujudnya desa inklusif.
Apa yang dimaksud perencanaan
pembangunan inklusif?
Perencanaan pembangunan inklusif ialah perencanaan pembangunan yang telah
memuat agenda-agenda pembangunan yang mengarah pada tiga hal berikut:
1. Peka dan merangkul keberadaan individu dan/atau kelompok rentan yang
tersisih baik sebagai pelaku maupun sasaran pembangunan desa;
2. Berorientasi meningkatkan kompetensi dan kapasitas individu dan/atau
kelompok rentan yang tersisih agar semakin mampu menjalankan peran
dalam pengambilan keputusan, kehidupan ekonomi, sosial, politik, dan
budaya di tingkat desa.
3. Berorientasi meningkatkan standar fasilitas/infrastruktur publik yang
mendukung partisipasi individu dan/atau kelompok rentan yang tersisih
dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik desa;
4. Berorientasi meningkatkan kondusifitas sosial dan budaya melalui penerbitan
kebijakan yang mendukung peran dan partisipasi individu dan/atau kelompok
rentan yang tersisih dalam kehidupan desa.
Langkah-langkah menuju perencanaan
pembangunan inklusif
•Bertujuan untuk mengetahui kondisi dan keberadaan individu
dan/atau kelompok rentan di desa.
Memetakan •Dapat menggunakan sejumlah teknik analisis sosial, misalnya
inklusifitas desa observasi, wawancara mendalam, FGD, dll.
•Memetakan keberadaan atau ketiadaan agenda inklusi dalam
dokumen rencana pembangunan desa.

Menyusun agenda
prioritas agenda • Terkait menyusun skala prioritas agenda inklusi
inklusi

Integrasi agenda •Mengintegrasikan


atau memasukkan
inklusi ke dalam agenda inklusi ke
perencanaan dalam (dokumen)
perencanaan
pembangunan desa pembangunan
Langkah 1: Pemetaan inklusivitas desa
Pemetaan inklusivitias desa ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
dan keberadaan individu dan/kelompok rentan di desa. Pemetaan inklusivitas dapat
dilakukan dengan mengkombinasikan dua pendekatan:

Studi lapangan Studi dokumen

• Observasi dan wawancara • Membaca intensif


mendalam dengan dokumen pembangunan
individu/kelompok rentan. desa atau rancangannya
• FGD dengan tokoh-tokoh untuk mengkaji
kunci terkait kondisi dan keberadaan agenda
keberadaan individu inklusi.
dan/atau kelompok
rentan.
Output pemetaan inklusivitas desa

Informasi sistematik
mengenai kondisi
individudan/atau kelompok
Suatu daftar tentang
rentan baik dalam konteks
keberadaan individu
sosial (pergaulan sosial),
dan/atau kelompok rentan
partisipasi politik desa,
di tengah masyarakat;
ekonomi (nafkah), mobilitas
(terkait dukungan
infrastruktur).

Keberadaan agenda-agenda Keberadaan indikasi adanya


yang mendukung inklusi kebijakan yang mendukung
dalam dokumen inklusi yang akan
pembangunan desa atau diterbitkan oleh Pemerintah
rancangannya. Desa.
Langkah 2: Penyusunan Prioritas Agenda Pembangunan Inklusi
Penyusunan prioritas agenda pembangunan
inklusi ialah kegiatan penilaian dan penentuan
prioritas atau skala pengutamaan atas
sejumlah temuan hasil pemetaan inklusivitas
desa. Kegiatan ini dapat dilakukan antara lain
dengan meletakkan output pemetaan dalam
pengukuran kualitatif sebagai berikut :
NO AGENDA KESEGERAAN SIGNIFIKANSI KETERANGAN
Mendesak Kurang Signifikan Kurang
mendesak signifikan
1 Agenda 1 √ - √ - Agenda prioritas 1
2 Agenda 2 √ - - √ Agenda prioritas 2
3 Agenda 3 - √ √ - Agenda prioritas 3
4 Agenda 4 - √ - √ Agenda prioritas 4
Catatan:

• Teknik penyusunan dalam slide sebelumnya merupakan alternatif. Sesuai situasi lokal, memanfaatkan prosedur teknis yang tersedia, atau bahkan dapat saja mengembangkan
teknik-teknik baru.
• Pada prinsipnya, prioritas agenda inklusi perlu dirumuskan. Dengan prioritas tersebut, pengawalan dan monitoring agenda inklusi dalam perencanaan pembangunan desa lebih
mungkin dilakukan.
Output
penyusunan Daftar prioritas kondisi kerentanan yang
prioritas perlu diperhatikan secara khusus
beserta rumusan agenda pembangunan
yang direkomendasikan.
Langkah 3: Integrasi agenda inklusi ke dalam
perencanaan pembangunan desa dan
pengawalannya

• Integrasi agenda inklusi pada prinsipnya ialah proses pengawalan agenda


prioritas ke dalam dokumen perencanaan pembangunan. Pada langkah ini,
pegiat desa diharapkan dapat berpartisipasi mengusung dan mengawal
agenda prioritas (output langkah sebelumnya) sehingga masuk ke dalam
dokumen perencanaan pembangunan desa.
Forum Aktor

• Musyawarah Desa • Pemerintah Desa


• Penguatan individu dan/kelompok • BPD
rentan untuk berpartisipasi secara • Tokoh masyarakat
aktif dalam Musdes. • Perwakilan kelompok masyarakat
• Lobby ke pihak terkait
• FGD dengan pihak-pihak terkait

• Proses integrasi pada puncaknya ialah memperjuangkan agenda inklusi dalam


Musyawarah Desa, dan seterusnya mengawal aspirasi tersebut. Dalam hal ini
diperlukan lobby dengan pihak-pihak terkait di desa atau bahkan FGD.
• Sementara beberapa aktor kunci di desa juga penting untuk didekati (antara lain
melalui lobby). Mereka misalnya ialah unsur-unsur Pemerintah Desa, BPD, tokoh
masyarakat, serta perwakilan kelompok masyarakat.
Penutup
• Perencanaan pembangunan inklusif di desa pada merupakan dokumen perencanaan yang berbasis pada
kondisi faktual desa. Di dalamnya, dokumen perencanaan memberi perhatian khusus kepada individu
dan/atau kelompok rentan sebagai subyek yang perlu diinklusi.
• Dalam konteks ini, peran pegiat desa sangat penting sebagai pihak organik desa yang secara progressif selalu
berusaha untuk mencari dan merumuskan jalan bagi kebaikan desa. Agenda mewujudkan perencanaan
pembangunan inklusif merupakan salah satu hal yang penting dan strategis menjadi perhatian.

Jakarta, Juli 2023


Kepala Pusat Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Dr. H. Yusra, M.Pd


NIP. 19680601 199803 1 003
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai