Disusun Oleh :
Sabdo Utami
A. 410090107
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika sebagai ilmu sains yang dapat berbentuk ilmu terapan jika
diimplementasikan pada cabang ilmu lain. Relasi adalah salah satu bagian dari
ilmu matematika diskrit yang menarik untuk dipelajari. Dimana relasi merupakan
suatu hubungan.
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada suatu hubungan yang terjadi.
Misal “sekumpulan anak-anak kecil yang sedang bermain dan setiap anak
memegang balon berbagai warna”. Dari ini dapat diberikan pengertian bahwa
anak-anak kecil yang mempunyai hubungan dengan balon berbagai warna yang
mereka pegang. Sebelumnya telah dipelajari materi tentang himpunan. Himpunan
adalah sekumpulan benda atau obyek yang dididefinisikan dengan jelas. Disini
terdapat dua himpunan, yang pertama adlah himpunan anak-anak kecil dan yang
kedua adalah himpunan balon berbagai warna.
Pengertian dasar tentang hubungan antar objek diskrit adalah relasi.
Relasi digunakan untuk menyatakan suatu hubungan antara dua himpunan. Relasi
merupakan teori dasar dalam pembahasan matematika diskrit. Maka perlu untuk
membahas relasi. Baik dari definisi relasi, representasi relasi dan sifat-sifat relasi
biner.
Oleh karena relasi tersebut menjadi salah satu dasar dalam pembahasan
matematika diskrit, maka penulis berkeinginan untuk membuat makalah yang
berjudul “Relasi” yang diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai relasi
serta dapat mengenal relasi secara lebih jelas lagi
BAB II
PERMASALAHAN
A. Definisi Relasi
Definisi 2.1.
Notasi : R (A×B)
Contoh 2.1.
Misalkan A = {Amir, Budi, Cecep} adalah himpunan nama mahasiswa, dan B
= {IF221, IF251, IF342, IF323} adalah himpunan kode mata kuliah di
jurusan Teknik Informatika. Perkalian kartesian antara A dan B menghasilkan
himpunan pasangan terurut yang jumlah anggotanya adalah |A| . |B|= 3.4=12
buah, yaitu
A×B = {(Amir, IF221), (Amir, IF251), (Amir, IF342), (Amir, IF323), (Budi,
IF221), (Budi, IF251), (Budi, IF342), (Budi, IF323), (Cecep, IF221), (Cecep,
IF251), (Cecep, IF342), (Cecep, IF323)}
Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh
mahasiswa pada Semester Ganjil, yaitu
Kita dapat melihat bahwa R (A×B), A adalah daerah asal R, dan B adalah
daerah hasil R. Oleh karena (Amir, IF251) ϵ R, kita dapat menuliskan Amir R
IF251, tetapi (Amir, IF323) R sehingga kita menuliskan Amir IF323.
Contoh 2.2.
Misalkan P = {2, 4, 8, 9,15} dan Q = {2, 3, 4}. Jika kita definisikan relasi R
dari P ke Q dengan
R = { (2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Daerah asal dan daerah hasil relasi bisa saja merupakan himpunan yang sama.
Ini berarti relasi hanya didefinisikan pada sebuah himpunan. Ini dikemukakan
dengan definisi berikut:
Definisi 2.2.
Dengan kata lain, relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari A×A.
Contoh 2.3 mengilustrasikan relasi semacam ini.
Contoh 2.3.
B. Representasi Relasi
Selain dengan himpunan pasangan terurut, ada banyak cara lain untuk
merepresentasikan relasi biner. Di sini hanya disajikan 3 cara yang lazim,
yaitu tabel, matriks, graf berarah.
Relasi R pada Contoh 2.1 dapat dinyatakan dengan tabel 2.1, relasi R
pada Contoh 2.2 dinyatakan dengan
Tabel 2.1
A B
Amir IF251
Amir IF323
Budi IF221
Budi IF251
Cecep IF323
Tabel2.2
P Q
2 2
4 2
4 4
8 2
8 4
9 3
15 3
Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2,…, am} dan B = {b1, b2,…, bn}.
Relasi R dapat disajikan dengan matriks M= [mij],
b 1 b2 … bn
[ ]
a1 m11 m12 … m1 n
a 2 m21 m22 … m2 n
M=
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
a m mm 1 mm 2 … mmn
mij=
{
1 , ( ai ,b j ) ϵ R
0 , ( ai ,b j ) R
Dengan kata lain, elemen matriks pada posisi (i, j) bernilai 1 jika ai
dihubungkan dengan bj, dan bernilai 0 jika ai tidak dihubungkan dengan
bj.
[ ]
0 1 0 1
1 1 0 0
0 0 0 1
[ ]
1 0 0
1 0 1
Relasi R pada Contoh2.2 dapat dinyatakan dengan matriks 1 0 1
0 1 0
0 1 0
[ ]
1 0 1 1 0
0 1 0 0 1
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1. Refleksif (reflexive)
Contoh 2.4
(a) R = { (1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) bersifat
karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2,
2), (3, 3) dan (4, 4).
(b) R= { (1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4)} tidak bersifat reflektif
karena (3, 3) R.
2. Setangkup (symmetric)
Contoh 2. 5
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka
(a) R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4)} bersifat setangkup
karena jika (a, b) Є R maka (b, a) juga Є R. Disini (1, 2) dan (2, 1)
Є R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2) Є R.
(b) R = { (1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2)} tidak bersifat setangkup karena (3, 2)
R.
3. Menghantar ( transitive )
Contoh 2. 7.
(a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3)} bersifat menghantar.
Pasangan berbentuk
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Wibisono, Samuel. 2008. Matematika Diskrit Ed. 02. Jakarta : Graha Ilmu
http://www.scribd.com/doc/57121362/makalah-lengkap