Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan kekuatan kepada
kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan dengan baik makalah yang berjudul
Aljabar Boolean. Makalah ini dibuat sebagai kelengkapan tugas Power Point Aljabar
Boolean.

Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan


matematika diskrit bagi penulis maupun mahasiswa yang lain.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari tanpa bantuan mereka kami tidak
akan dapat meyelesaikan makalah ini Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.

Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini sehingga kritik dan saran akan kami terima dengan baik untuk memperbaiki
kualitas penulisan kedepannya.

Jakarta, 09 Oktober 2019

( Penulis )

8
DAFTAR ISI

MATEMATIKA DISKRIT ............................................................................................


FUNGSI DAN RELASI ........................................................................................

Kata Pengantar ...............................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I...............................................................................................................

PENDAHULUAN ...............................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................

BAB II..............................................................................................................

2.1 Konsep relasi ....................................................................................................

2.2 Representasi relasi ...........................................................................................

2.3 Sifat – sifat relasi biner .....................................................................................

2.4 Relasi invers......................................................................................................

2.5 Komposisi relasi................................................................................................

2.6 Pengertian fungsi .............................................................................................

2.7 Sifat fungsi ........................................................................................................

2.8 Fungsi invers.....................................................................................................

2.9 Komposisi fungsi, fungsi –fungsi khusus ..........................................................

8
BAB III.............................................................................................................

PENUTUP ........................................................................................................

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................

3.2 Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

8
8
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi dan relasi adalah bagian dari pelajaran matematika, dimana fungsi dan relasi ini
saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam banyak hal, fungsi diterapkan dalam
berbaga bidang untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baik dalam bidang tehnik,
ekonomi dan bidang lain yang mempelajari hubungan-hubungan antar variabel, dimana
variabel satu sama lainnya saling mempengaruhi dan dapat diukur, seperti jarak dan waktu
dapat diukur, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak adalah fungsi dari waktu. Di dalam
fungsi dan relasi ada yang namanya daerah asal, daerah kawan, dan daerah hasil. Daerah
asal disebut domain, daerah kawan disebut kodomain, sedangkan daerah hasil disebut
range.

8
BAB II

2.1 Konsep relasi

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan


anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.

Contoh :

Empat orang anak yaitu Ria, Rian, Reni, dan Revi memilih jenis musik yang mereka
sukai. Ternyata:

Ria dan Rian memilih musik pop.

Rian dan Reni memilih musik rock.

Rian, Reni, dan Revi memilih musik jazz.

Jika A = {Ria, Rian, Reni, Revi} dan B = {pop, rock, jazz}, maka dapat dibentuk
relasi (hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota
himpunan B. Relasi yang tepat dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi
“menyukai”.

Ria dipasangkan dengan pop, berarti Ria menyukai musik pop, Rian dipasangkan
dengan pop, rock, dan jazz, berarti Rian menyukai tiga jenis musik, yaitu musik pop,
rock, dan jazz, Reni dipasangkan dengan rock dan jazz, berarti Reni menyukai dua
jenis musik, yaitu musik rock dan jazz, sedangkan Revi dipasangkan dengan jazz,
berarti Revi menyukai musik pjazz. Relasi terebut dapat ditunjukkan dengan jelas
pada gambar dibawah ini.

8
1. Menyatakan Relasi

Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan diagram panah, diagram
cartesius dan himpunan pasangan berurutan.

Contoh :

Empat orang anak yaitu Tias, Jamal, Farid, dan Dika memilih permainan yang
mereka gemari. Ternyata:

Tias, Jamal, dan Farid memilih permainan voli.

Jamal dan Farid memilih permainan basket.

Farid dan Dika memilih permainan tenis.

Jika himpunan A = {Tias, Jamal, Farid, Dika} dan himpunan B = {voli, basket,
tenis}. Terdapat relasi gemar bermain dari himpunan A ke himpunan B.

a. Nyatakan dengan diagram panah,

b. Nyatakan dengan diagram cartesius

c. Nyatakan dengan himpunan pasangan berurutan.

Jawab :

a. Diagram Panah

8
b. Diagram Cartesius

c. Himpunan Pasangan Berurutan.

{(Tias, Voli), (Jamal, Voli), (Jamal, Basket), (Farid, Voli), (Farid, Basket), (Farid,
Tenis), (Dika, Tenis)}

2.2 Representasi Relasi

8
1. Representasi Relasi dengan Diagram Panah

B Q
A A A
P
2
IF221 2 2
Amir 2
4 3 3
IF251
Budi
3
8 4 4
IF342
Cecep
4 9 8 8
IF323
15 9 9

2. Representasi Relasi dengan Tabel


Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua
menyatakan daerah hasil.

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3


A B P Q A A
Amir IF251 2 2 2 2
Amir IF323 2 4 2 4
Budi IF221 4 4 2 8
Budi IF251 2 8 3 3
Cecep IF323 4 8 3 3
3 9
3 15

8
3. Representasi Relasi dengan Matriks
 Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B = {b1, b2, …, bn}.
 Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [mij],

b1 b2  bn
𝑎1 𝑚11 𝑚12 ⋯ 𝑚1𝑛
𝑎2 𝑚21 𝑚22 ⋯ 𝑚2𝑛
M= ⋮ [ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ]
𝑎𝑚 𝑚𝑚1 𝑚𝑚2 ⋯ 𝑚𝑚𝑛

Yang dalam hal ini

1, (𝑎𝑖 , 𝑏𝑗 ) ∈ 𝑅
𝑚𝑖𝑗 = {
0, (𝑎𝑖 , 𝑏𝑗 ) ∉ 𝑅

Contoh : Relasi R pada Contoh 3 dapat dinyatakan dengan matriks

0 1 0 1 
1 1 0 0 
 
0 0 0 1

dalam hal ini, a1 = Amir, a2 = Budi, a3 = Cecep, dan b1 = IF221,


b2 = IF251, b3 = IF342, dan b4 = IF323.

Relasi R pada Contoh 4 dapat dinyatakan dengan matriks

1 1 1 0 0
0 0 0 1 1 
 
0 1 1 0 0
yang dalam hal ini, a1 = 2, a2 = 3, a3 = 4, dan b1 = 2, b2 = 4, b3 = 8, b4 = 9, b5 = 15.

8
4. Representasi Relasi dengan Graf Berarah
Relasi pada sebuah himpunan dapat direpresentasikan secara grafis dengan
graf berarah (directed graph atau digraph) Graf berarah tidak didefinisikan untuk
merepresentasikan relasi dari suatu himpunan ke himpunan lain.
Tiap elemen himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul
atau vertex), dan tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc). Jika (a, b)  R,
maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a disebut simpul asal
(initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan (terminal vertex). Pasangan
terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a sendiri. Busur
semacam itu disebut gelang atau kalang (loop).

2.3 Sifat-sifat Relasi Biner

Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat.

1. Refleksif (reflexive)
 Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a)  R untuk
setiap a  A.
 Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a  A sedemikian
sehingga (a, a)  R.

Contoh 1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka

a) Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } bersifat
refleksif karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2,
2), (3, 3), dan (4, 4).
b) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat refleksif
karena (3, 3)  R.

Contoh 2. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat
refleksif karena setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri,
sehingga (a, a)R untuk setiap a  A.

Contoh 3. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan
bulat positif N.

R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, T : 3x + y = 10

8
Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan
anggota R, S, maupun T.

 Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen diagonal


utamanya semua bernilai 1, atau mᵢᵢ = 1, untuk i = 1, 2, …, n,

 Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif dicirikan adanya gelang pada
setiap simpulnya.

2. Menghantar (transitive)
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b)  R dan (b, c)  R,
maka (a, c)  R, untuk a, b, c  A.

Contoh 1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan


pada himpunan A, maka
a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat menghantar.
Lihat tabel berikut:

8
b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena (2, 4) dan
(4, 2)  R, tetapi (2, 2)  R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3)  R, tetapi (4,
3)  R.
c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} tidak menghantar karena tidak ada (a, b) 
R dan (b, c)  R sedemikian sehingga (a, c)  R.

Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu
menghantar.

Contoh 2. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif


bersifat menghantar. Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis
membagi c. Maka terdapat bilangan positif m dan n sedemikian sehingga b
= ma dan c = nb. Di sini c = nma, sehingga a habis membagi c. Jadi,
relasi “habis membagi” bersifat menghantar.

Contoh 3. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan
bilangan bulat positif N.

R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10

- R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z.

- S tidak menghantar karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S


tetapi (4, 4)  S.

8
- T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} apakah bersifar menghantar?

 Relasi yang bersifat menghantar tidak mempunyai ciri khusus pada matriks
representasinya
 Sifat menghantar pada graf berarah ditunjukkan oleh: jika ada busur dari a ke
b dan dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.

3. Setangkup (symmetric) dan tolak-setangkup (antisymmetric)


 Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a, b)  R, maka (b,
a)  R untuk a, b  A.
 Relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a, b)  R sedemikian
sehingga (b, a)  R.
 Relasi R pada himpunan A sedemikian sehingga (a, b)  R dan (b, a)
 R hanya jika a = b untuk a, b  A disebut tolak-setangkup.
 Relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen
berbeda a dan b sedemikian sehingga (a, b)  R dan (b, a)  R.

Contoh 1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini


didefinisikan pada himpunan A, maka

a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) }
bersifat setangkup karena jika (a, b)  R maka (b, a) juga  R. Di
sini (1, 2) dan (2, 1)  R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2)  R.
b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena
(2, 3)  R, tetapi (3, 2)  R.
c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak
setangkup dan tidak tolak-setangkup. R tidak setangkup karena
(4, 2)  R tetapi (2, 4)  R. R tidak tolak-setangkup karena (2, 3)
 R dan (3, 2)  R tetap 2  3.

Contoh 2. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif


tidak setangkup karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a,
kecuali jika a = b. Sebagai contoh, 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis
membagi 2. Karena itu, (2, 4)  R tetapi (4, 2)  R. Relasi “habis
membagi” tolak-setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis
membagi a maka a = b. Sebagai contoh, 4 habis membagi 4. Karena itu,
(4, 4)  R dan 4 = 4.

Contoh 3. Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan
bilangan bulat positif N.

8
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10

- R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3


tidak lebih besar dari 5.

- S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.

- T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3)


bukan anggota T.

- S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2)  S dan (4, 2)  S


tetapi 4  2.

-Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan!).

 Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-


elemen di bawah diagonal utama merupakan pencerminan dari
elemen-elemen di atas diagonal utama, atau mᵢj = mjᵢ = 1, untuk i =
1, 2, …, n :

 Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup


dicirikan oleh: jika ada busur dari a ke b, maka juga ada busur dari
b ke a
 Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika Mij
= 1 dengan i  j, maka Mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari
relasi tolak-setangkup adalah jika salah satu dari Mij = 0 atau Mji =
0 bila i  j :

8
 Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat tolaksetangkup
dicirikan oleh: jika dan hanya jika tidak pernah ada dua busur
dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.

8
2.4 Relasi Invers

Matriks Relasi dan Diagram Panah, Relasi Invers

A. Definisi Relasi

Relasi adalah himpunan bagian antara A(domain) dan B (kodomain) atau relasi yang
memasangkan setiap elemen yang ada pada himpunan A secara tunggal, dengan
elemen yang pada B.

B. Macam Penyajian Relasi

Jika diketahui himpunan A = {0, 1, 2, 5}; B = {1, 2, 3, 4, 6}, maka relasi "satu
kurangnya dari" himpunan A ke himpunan B dapat disajikan dalam diagram panah,
diagram Cartesius, himpunan pasangan berurutan, dengan rumus dan dengan matriks.

1. Diagram panah

2. Diagram Cartesius

8
3. Himpunan pasangan berurutan

R = {(0, 1), (1, 2), (2, 3), (5, 6)}

4. Dengan rumus

5. Relasi dengan Matriks

Relasi adalah Himpunan semua pasangan berurutan (a,b) dengan a€A dan b€B
disebut himpunan perkalian A dan B atau produk kartesius A dan B ditulis denga
notasi A x B dan didefinisikan sbb: A x B = {(a,b) :a€A, b€B}

Contoh:

Jika A = {1,2,3} dan B = {a,b}, maka A x B = {(1,a), (2,a), (3,a), (1,b), (2,b), (3,b)}
dan B x A = {(a,1), (a,2), (a,3), (b,1), (b,2), (b,3)}

Matriks adalah susunan scalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom.

Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m x n) adalah:

Matriks bujursangkar adlah yang berukuran n x n. Dalam praktek, kita lazim


menuliskan matriks dengan notasi ringkas A = [aij].

C. Jenis-jenis Relasi

1. Relasi Invers

2. Relasi Refleksif

8
3. Relasi Simetrik

4. Relasi Anti Simetrik

5. Relasi Transitif

6. Relasi Equivalen

Disini saya hanya akan membahas mengenai Relasi Invers saja.

1. Relasi Invers

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R yang


dinyatakan dengan R-1 adalah relasi dari B ke A yang mengandung semua pasangan
terurut yang bila dipertukarkan masih termasuk dalam R. Ditulis dalam notasi
himpunan sbb: R-1 = {(b,a): (a,b) R}

contoh:
A = {1,2,3}

B = {x,y}

R = {(1,x), (1,y), (3,x)} relasi dari A ke B

R-1= {(x,1), (y,1), (x,3)} relasi invers dari B ke A

2.5 Mengkombinasikan relasi

Relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan seperti
irisan, gabungan, selisis, dan beda setangkup antara dua relasi atau lebih. Hasil
operasi tersebut juga berupa relasi. Dengan kata lain, jika 𝑅1 dan 𝑅2 masing-masing
adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, maka operasi 𝑅1 ∩ 𝑅2 , 𝑅1 ∪ 𝑅2 , 𝑅1 −
𝑅2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑅1 ⊕ 𝑅2 juga adalah relasi dari A ke B .

Contoh 3.14

Misalkan A = {r,s,t} dan B = {r,s,t,u}.Relasi R1 = {(r,r), (s,s), (t,t)} dan relasi R2 =


{(r,r), (r,s), (r,t), (r,u)} adalah relasi dari A ke B. Kita dapat mengkombinasikan
kedua buah relasi tersebut untuk memperoleh:

R1∩R2 = {(r,r)}
R1∪R2 = {(r,r), (s,s), (t,t), (r,s), (r,t), (r,u)}
R1 – R2 = {(s,s), (t,t)}

8
R2 – R1 = {(r,s), (r,t), (r,u)}
R1⊕ R2 = {(r,r), (s,s), (r,s), (r,t), (r,u)}

Jika relasi R1 dan R2 masing – masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka
matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah
MR1 ∪ R2 = MR1 ∨ MR2 dan MR1 ∩ R2 = MR1 ∧MR2
yang dalam hal ini, operator “ ” berarti “atau” dan “ ” berarti “dan”.

2.6 Pengertian Fungsi


Pengertian Fungsi: Relasi dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi atau
pemetaan jika dan hanya jika setiap anggota himpunan A berpasangan dengan tepat
satu anggota himpunan B.

Dengan:

 A disebut domain (daerah asal) dinotasikan


 B disebut Kodomain (daerah kawan) dinotasikan
 disebut range (daerah hasil), dinotasikan dengan

8
Sebagai contoh:

Contoh 1 Contoh 2 Contoh 3

Bukan fungsi karena Bukan fungsi karena terdapat Meupakan fungsi karena
terdapat anggota di A yang anggota di A yang setiap anggota di A tapat
tidak dihubungkan dengan dihubungkan lebih dari satu dihubungkan dengan satu
anggota di B dengan anggota di B anggota di B

8
2.7 Sifat fungsi
1. Fungsi injektif (satu-satu)
Jika fungsi f : A → B, setiap b ∈ B hanya mempunyai satu kawan saja di A, maka
fungsi itu disebut fungsi satu-satu atau injektif.

Fungsi injektif

Fungsi injektif

Fungsi injektif

bukan fungsi injektif

8
2. Fungsi surjektif (onto)
Pada fungsi f : A → B, setiap b ∈ B mempunyai kawan di A, maka f disebut fungsi
surjektif atau onto.

Fungsi surjektif

Bukan fungsi surjektif

3. Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu)


Suatu fungsi yang bersifat injektif sekaligus surjektif disebut fungsi bijektif atau
korespondensi satu-satu.

Korespondensi satu-satu

8
Bukan korespodensi satu-satu

2.8 Fungsi Invers

Jika fungsi , maka fungsi g merupakan invers dari f dan ditulis atau
dalam bentuk fungsi, maka disebut fungsi invers.

Menentukan Invers

Menentukan invers suatu fungsi dapat ditempuh dengan cara berikut:

Ubah persamaan ke dalam bentuk

Gantikan x dengan sehingga

Gantikan y dengan x sehingga diperoleh invers berupa

Contoh:

Menentukan invers dari

8
Sehingga inversnya adalah

dan bukan merupakan fungsi karena memiliki dua nilai.

Rumus Fungsi Invers

JENIS FUNGSI f(x)

Fungsi linier

Fungsi pecahan linier

Fungsi Irrasional

Fungsi eksponen

Fungsi logaritma

Contoh

JENIS FUNGSI

Fungsi linier

Fungsi pecahan linier

Fungsi Irrasional

8
Fungsi eksponen

Fungsi logaritma

A. Fungsi Komposisi

Fungsi komposisi yaitu penggabungan operasi pada dua jenis fungsi f (x) dan
g (x) hingga menghasilkan fungsi baru. Operasi fungsi komposisi biasa yaitu
dilambangkan dengan “o” dan dibaca dengan komposisi atau bundaran.

Fungsi baru yang bisa terbentuk dari f (x) dan g (x) yaitu:
(f o g)(x) = g dimasukkan ke f
(g o f)(x) = f dimasukkan ke g

2.9 Komposisi fungsi, fungsi-fungsi khusus

Rumus Fungsi Komposisi :

Dari rumus tersebut, definisi yang di dapat ialah :

Jika f : A → B ditentukan rumus y = f (x)


Jika g : B → C ditentukan rumus y = g (x)

8
Jadi, hasil fungsi g dan f :

h (x) = (g o f)(x) = g( f(x))


Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa fungsi yang melibatkan
fungsi f dan g bisa ditulis :
(g o f)(x) = g (f(x))
(f o g)(x) = f (g(x))

B. Beberapa Fungsi Khusus

1. Fungsi Floor dan Ceiling


Misalkan x adalah bilangan riil, berarti x berada di antara dua bilangan bulat.
Fungsi floor dari x:
⇂ 𝑥 ⇃ menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama
dengan x
Fungsi ceiling dari x:
↾ 𝑥 ↿ menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x
Dengan kata lain, fungsi floor membulatkan x ke bawah, sedangkan fungsi
ceiling membulatkan x ke atas.

2. Fungsi modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat
positif.
Fungsi modulo adalah fungsi dengan operator mod, yang dalam hal ini :

a mod m memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi


dengan m

a mod m = r sedemikian sehingga a = mq + r, dengan 0 ≤ r < m.

Beberapa contoh fungsi modulo

a. 25 mod 7 = 4
b. 15 mod 4 = 3
c. 3612 mod 45 = 12

3. Fungsi Faktorial
Untuk sembarang bilangan bulat tidak-negatif n, faktoral dari n, dilambangkan
dengan n!, didefinisikan sebagai :

8
4.Fungsi Eksponensial dan Logaritmik
Eksponesial Berbentuk :

Logaritmik Berbentuk :

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah hubungan yang memasangkan anggota-
anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. fungsi (pemetaan) dari
himpunan A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A
dengan tepat satu anggota B. Relasi dan fungsi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu:
diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan.

Jika x anggota A (domain) dan y anggota B (kodomain) maka fungsi f yang


memetakkan x ke y dinotasikan dengan f : x → y, dibaca fungsi f memetakan x ke y atau
x dipetakan ke y oleh fungsi f.

Jika banyaknya anggota himpunan A adalah n(A) = a dan banyaknya anggota


himpunan B adalah n(B) = b maka:

1. Banyaknya pemetaan yang mungkin dari A ke B adalah ba .

2. Banyaknya pemetaan yang mungkin dari B ke A adalah a b .

Jika nilai variabel suatu fungsi berubah maka akan menyebabkan perubahan pada nilai
fungsinya.

Dua impunan A dan B dikatakan berkorespondensi satu-satu jika semua anggota A dan
B dapat dipasangkan sedemikian sehingga setiap anggota A berpasangan dengan tepat
satu anggota B dan setiap anggota B berpasangan dengan tepat satu anggota A.

3.2 Saran

Tanpa kita sadari begitu banyak manfaat dari pelajran matematika untuk
kehidupan sehari – hari, baik dalam berbagai ilmu yang lainnya.oleh karena itu kita
harus serius dalam mempelajari matematika dan jangan menjadikan matematika
sesuatu yang menyeramkan

8
DAFTAR PUSTAKA

http://irma.lecturer.pens.ac.id/Matematika%20Diskrit/Relasi.pdf

Munir, Rinaldi. 2016. Matematika Diskrit revisi 5 Bandung: penerbit INFORMATIKA

Munir, Rinaldi. 2016. Matematika Diskrit revisi 6 Bandung: penerbit INFORMATIKA

Anda mungkin juga menyukai