Anda di halaman 1dari 2

Validasi

Kety adalah seorang Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri Ajibarang atau lebih
sering dikenal SMANA yang memiliki bakat luar biasa dalam tenis meja. Sejak usia
muda, dia telah mengukir prestasi gemilang di dunia tenis meja, selalu menjadi juara
di Olimpiade, kejuaraan tingkat Nasional, maupun kejuaraan tingkat Daerah.
Namanya telah menjadi kebanggaan Sekolahnya, dan dia telah membawa pulang
banyak trofi juara.

Namun, meskipun prestasinya begitu cemerlang, kerja keras Kety tidak selalu
dihargai sepenuhnya. Ada siswa lain di SMANA bernama Prima, yang juga memiliki
prestasi luar biasa. Prima adalah juara Olimpiade Kimia tingkat Kabupaten dan
meraih banyak penghargaan. Meskipun prestasi Prima di bidang kimia sangat
mengesankan, sebagian Guru di Sekolah cenderung lebih memprioritaskan
kejuaraan Akademis daripada prestasi non-Akademis seperti tenis meja.

Kety merasa frustrasi karena ia merasa bahwa prestasinya dalam tenis meja tidak
mendapatkan pengakuan yang seharusnya. Ia merasa bahwa seharusnya prestasi
di bidang olahraga juga dihargai, karena ini salah satu cara yang bisa
membanggakan Sekolahnya. Namun, pemikiran guru-guru SEPUH yang
menganggap prestasi Akademis lebih penting telah membuat Kety merasa
terpinggirkan.

Kety tidak putus asa meskipun situasinya sulit. Ia terus berlatih keras dan berusaha
membuktikan bahwa prestasi non-Akademis seperti tenis meja juga memiliki nilai
dan pentingnya. Dia berharap suatu hari nanti Sekolah dan guru-guru akan lebih
menghargai prestasinya, sebagaimana yang mereka lakukan pada prestasi
Akademis. Kety ingin membuktikan bahwa bakatnya dalam tenis meja adalah
sesuatu yang layak diakui dan dihargai oleh Sekolahnya.

Waktu berlalu, dan Kety terus mengejar prestasi di tenis meja dengan semangat
yang tak pernah padam. Ia berpartisipasi dalam berbagai kompetisi tingkat Nasional
dan daerah, dan kembali memenangkan berbagai medali emas. Setiap kali Kety
mendapat pengakuan dan meraih keberhasilan, ia merasa semakin dekat dengan
tujuannya.
Namun, perjuangan Kety tidak selalu berjalan mulus. Ia harus mengatasi berbagai
rintangan dan hambatan. Terkadang, ia merasa frustrasi karena ketidakadilan dalam
sistem penilaian prestasi di Sekolahnya. Tetapi ia tidak pernah menyerah, selalu
termotivasi untuk membuktikan bahwa olahraga juga merupakan bentuk prestasi
yang berharga.

Pada suatu hari, SMANA diundang untuk menghadiri acara penghargaan Nasional
yang menghargai berbagai prestasi siswa, baik Akademis maupun non-Akademis.
Kety dan Prima keduanya menerima undangan ini. Momen ini adalah kesempatan
Kety untuk mengubah pandangan guru-guru dan seluruh Sekolah tentang nilai
prestasi dalam olahraga.

Di acara penghargaan Nasional itu, Kety memberikan pidato yang menginspirasi


tentang pentingnya mengakui prestasi non-Akademis dan bakat siswa di luar kelas.
Dia membagikan kisah perjuangannya dan betapa pentingnya olahraga dalam
membentuk karakter, disiplin, dan dedikasi. Kety juga menekankan bahwa prestasi
di tenis meja telah membawa nama baik SMANA ke tingkat yang lebih tinggi.

Pada akhir acara, Kety dan Prima sama-sama diakui dengan penghargaan atas
prestasi luar biasa mereka di bidang masing-masing. Pidato Kety dan penghargaan
ini berhasil menggugah hati guru-guru dan semua yang hadir di acara tersebut.
Mereka mulai lebih menghargai prestasi non-Akademis, termasuk prestasi luar biasa
dalam tenis meja.

Kety merasa bahagia dan puas karena akhirnya prestasinya diakui secara luas,
bukan hanya di Sekolahnya, tetapi juga di tingkat Nasional. Ia membuktikan bahwa
kerja keras, dedikasi, dan bakatnya dalam tenis meja memiliki nilai yang sama
dengan prestasi Akademis. Selain itu, perjuangannya juga membantu mengubah
pandangan Sekolahnya tentang pentingnya prestasi non-Akademis, dan sekarang
siswa-siswa lain yang memiliki bakat serupa merasa lebih dihargai.

Anda mungkin juga menyukai