Masalah 5
Kue dalam bahasa Lampung pesisir disebut Buak. Ada berbagai macam
Buak di Lampung, salah satunya adalah Buak Tat. Buak Tat lebih terlihat
seperti Nastar, kue kering yang berbentuk setengah bundar dan berisi selai
nanas. Namun, berbeda dengan Nastar, Buak Tat berukuran lebih besar.
Bisa dibilang, buak tat adalah nastar versi besar. Buak tat atau tar piring
adalah pie yang bagian tengahnya diisi dengan selai nanas. Biasanya
permukaannya berbentuk motif ukiran. Ukurannya besar, seloyang penuh.
Kue ini dipotong-potong dulu sebelum disajikan. Kulitnya berwarna
kuning keemasan dan terasa lembut, sementara selainya berwarna cokelat
dan terasa manis sedikit asam. Bagi warga Lampung pesisir, buak tat
adalah kue istimewa. Pasalnya, kue ini biasa hadir saat acara pernikahan
adat, sunatan, atau Lebaran. Buak tat yang sudah dipotong sering
disajikan sepiring dengan lapis legit basah khas Lampung. Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat buak tat adalah tepung terigu, margarin,
telur, dan gula halus.
Sumber: https://budaya-indonesia.org/Kue-Tat-Lampung
72
Gambar 5. Kue Tat Khas Lampung
Sebuah toko kue akan membuat sebuah adonan kue tat khas Lampung ukuran
20x10 dengan 5 kg tepung dan 3 kg gula. Selain itu akan dibuat juga sebuah
adonan kue tat khas lampung ukuran mini menggunakan 4 kg tepung dan 2 kg
gula. Toko memiliki persediaan sebanyak 10 kg untuk bahan adonan kue tat
khas Lampung ukuran 20x10 dan 6 kg bahan untuk adonan kue tat khas
lampung ukuran mini. Dalam satu jam dapat dibuat 5 kue tat khas Lampung
ukuran 20x10 dan 4 kue tat khas lampung ukuran mini.
B. Uraian Materi
1. Metode Dua Fase (Two-Phase Method)
Metode Dua Fase merupakan metode yang mempunyai fungsi yang sama
dengan metode big-M, yakni menentukan solusi optimum dari persoalan yang
memiliki pertidaksamaan berbeda-beda bahkan persamaan pada
pembatasannya. Jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan ≥ dan/atau dan
maka variabel basis awal adalah slack variables dan/atau variabel buatan. Dan jika
fungsi kendala ada yang menggunakan persamaan maka variabel buatan akan
73
ditemukan pada variabel basis awal. Penyelesaian solusi optimal untuk kasus seperti
ini dilakukan dengan memilih metode Dua Fase.
Metode dua fase digunakan jika variabel basis awal terdiri dari variabel buatan.
Disebut sebagai metode dua fase, karena proses optimasi dilakukan dalam dua tahap.
1. Tahap pertama merupakan proses optimasi variabel buatan. Variabel buatan
sebenarnya tidak ada (hanya ada di atas kertas) sehingga tahap
pertama dilakukan untuk memaksa variabel buatan bernilai 0.
2. Tahap dua proses optimasi variabel keputusan, yaitu memaksimumkan fungsi
tujuan Z yang sesungguhnya dimulai dari suatu pemecahan dasar yang fisibel
baik memuat vektor buatan dengan nilai variabel pada tingkat nol atau tidak
memuat vektor buatan sama sekali.
1) Z*maks < 0, Satu atau lebih vektor buatan berada dalam basis pada tingkat
nilai yang positif. Persoalan program linear yang asli tidak mempunyai
pemecahan fisibel, Penyelesaian selesai (tidak dilanjutkan ke fase II).
2) Z*maks = 0, tidak ada vektor buatan yang berada dalam basis. Kita telah
memperoleh pemecahan dasar yang fisibel pada persoalan program linier
yang asli, berarti tidak ada variabel buatan dalam basis. Maka kita dapat
memulai fase II dengan pemecahan dasar fisibel buat pemecahan program
linier asli.
3) Z*maks > 0, Satu atau lebih vektor buatan berada dalam basis pada tingkat
nilai nol. Kita telah memperoleh pemecahan yang fisibel pada persoalan
program linier yang asli, kita harus memberikan perhatian kepada variabel-
variabel buatan yang berada dalam basis pada tingkat nilai nol. Kita harus
74
yakin bahwa dalam fase kedua variabel tidak akan menjadi positif lebih besar
dari nol. Jadi penyelesaian dapat dilanjutkan ke fase II,
1) Pada Fase II setiap varabel Xj diberi koefisien harga Cj yang sebenarnya dan
nilai koefisien harga nol pada setiap variabel buatan yang berada dalam basis
pada tingkat nilai nol.
2) Fungsi tujuan (objektive fungtion) yang harus dibuat maksimum ialah fungsi
tujuan asli Z bukan Z*.
3) Tabel pertama pada fase II adalah merupakan tabel terakhir dari fase I,
perbedaannya adalah pada baris Zj – Cj; dirubah untuk memperhitungkan
perubahan koefisien harga (change in the prices).
4) Baris Zj – Cj yang baru diperoleh dengan rumus Z= CBXB, Zj – Cj = CBAj –
Cj.
Minimumkan Z = 4X1 + X₂
Fungsi kendala:
3X1 + X₂ = 3
4X₁ + 3X2 ≥ 6
X₁ + 2X2 ≤ 4
X₁ ≥ 0, X₂ ≥ 0
Menjadi,
3X₁ + X₂ + A₁ = 3
4X1 + 3X2 - X3 + A₂ = 6
X₁ + 2X₂ + X4 = 4
X1, X2, X4, A1, A2 ≥ 0
VB = {A1, A2, X4 }
min p = Σi ai
p = A₁ + A₂
A₁ = 3 - 3X1 - X2
75
A₂ = 6 - 4X₁ - 3X₂ + X3
p = 3-3X₁ - X₂ + 6-4X1 - 3X2 + X3
p = 9-7X₁ - 4X2 + X3
iterasi 1
VD P X1 X2 X3 X4 A1 A2 NK Index
P -1 -7 -4 1 0 0 0 -9
A1 0 3 1 0 0 1 0 3 1
A2 0 4 3 -1 0 0 1 6 3/2
X4 0 1 2 0 1 0 0 4 4
iterasi 2
VD P X1 X2 X3 X4 A2 NK Index
P -1 0 -5/3 1 0 0 -2
A1 0 1 1/3 0 0 0 1 3
A2 0 0 5/3 -1 0 1 2 6/5
X4 0 0 5/3 0 1 0 3 9/5
Perhatikan kolom A1 tidak ada lagi pada iterasi kedua. Dikarenakan setiap variabel
basis yang menjadi variabel keluar akan dihilangkan dari iterasi
iterasi 3
VD P X1 X2 X3 X4 NK Index
P -1 0 0 0 0 0
A1 0 1 0 1/5 0 3/5
A2 0 0 1 -3/5 0 6/5
X4 0 0 0 1 1 1
18 1 1 18
𝑍= − 𝑋3 → −𝑍 − 𝑋3 = −
5 5 5 5
76
Maka tabel simplex untuk fase 2 adalah sebagai berikut:
VD Z X1 X2 X3 X4 NK index
Z -1 0 0 -1/5 0 -18/5
X1 0 1 0 1/5 0 3/5 3
X2 0 0 1 -3/5 0 6/5 -6
X4 0 0 0 1 1 1 1
VD Z X1 X2 X3 X4 NK index
Z -1 0 0 0 1/5 -17/5
X1 0 1 0 0 -1/5 2/5
X2 0 0 1 0 3/5 9/5
X3 0 0 0 1 1 1
77
Minimumkan Z - 4X1 - 2X2 + 0 X3 + 0X4 + 0X5 = 0
Dengan kendala:
-3X1 - X₂ + X3 ≤ - 27
-X₁ - X₂ + X4 ≤ - 21
-X₁ - 2X₂ + X5 ≤ -30
X₁, X2, X3, X4, X5 ≥ 20
Iterasi 1
Baris kunci adalah baris X1, baris dengan nilai kanan negatif terbesar.
VD Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Z 1 -4 -2 0 0 0 0
X3 0 -3 -1 1 0 0 -27
X4 0 -1 -1 0 1 0 -21
X5 0 -1 -2 0 0 1 -30
Untuk menentukan kolom kunci:
Variable X1 X2 X3 X4 X5
Persamaan Z -4 -2 0 0 0
Persamaan X5 -1 -2 0 0 0 :
Ratio 4 1
Karena ratio X2 terkecil, maka kolom X2 sebagai kolom kunci.
Iterasi 2
VD Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Z 1 -3 0 0 0 -1 30
X1 0 -5/2 0 1 0 -½ -12
X4 0 -½ 0 0 1 -½ -6
X2 0 ½ 1 0 0 -½ 15
Iterasi 3
VD Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
2
Z 1 0 0 -6/5 0 -2/5 44
5
4
X1 0 1 0 -2/5 0 1/5 4
5
3
X4 0 0 0 -1/5 1 -2/5 -3
5
78
3
X2 0 0 1 -1/5 0 -3/5 12
5
Iterasi 4
VD Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Z 1 0 0 - -1 0 48
X1 0 1 0 -½ ½ 0 3
X4 0 0 0 ½ -5/2 1 9
X2 0 0 1 ½ -3/2 0 18
Jadi diperoleh:
X1 = 3, X2 = 18 dan Z = 48
Kegiatan Lanjutan
D.Latihan Soal
Selesaikan soal tersebut dengan metode dua fase
1. Minimumkan Z = -3X₁ + X2 + X3
Fungsi kendala:
𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 ≤ 11
−4𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 ≤ 3
2𝑥1 − 𝑥3 = 1
𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 ≥ 0
3. Minimumkan Z = 4X₁ + X₂
Fungsi-fungsi kendala:
3X₁ + X₂ = 3
4X₁ + 3X2 ≥ 6
X₁ + 2X2 ≤ 4
X₁ ≥ 0
X₂ ≥ 0
79
4. Zmin = 2x + 5,5 y
Fungsi kendala / batasan
x + y = 90
0,001x + 0,002y ≤ 0,9
0,09x + 0,6y ≥ 27
0,02x + 0,006y ≤ 4,5
Dengan x, y ≥ 0
80