Terdapat beberapa kasus pada metode simpleks yang menyebabkan perhitungan pada metode
simpleks ini menjadi sangat rumit dan tidak selesai selesai. Kasus khusus dari penggunaan
metode simpleks ini dapat berupa degenerasi, solusi optimum banyak, solusi tak terbatas, dan
tidak ada solusi layak. Berikut akan dibahas kasus khusus penggunaan metode simpleks,
namun sebelum anda membaca lebih lanjut, bagi anda yang masih belum mengerti betul
tentang metode simpleks, ada baiknya anda membaca artikel saya sebelumnya
tentang : Pemecahan Program Linear Metode Simpleks.
1. Degenerasi
Suatu program linear bersifat degenerasi apabila satu atau beberapa variabel basis beharga
nol, sehingga iterasi yang dilakukan selanjutnya menjadi suatu loop yang akan kembali ke
bentuk sebelumnya.
Contoh :
Maksimumkan : Z = 12 X1 + 4 X2
Kendala :
8 X1 + 2 X2 ≤ 16
6 X1 + 3 X2 ≤ 12
X1, X2 ≥ 0
Meskipun pada iterasi 1 dan 2 memberikan hasil yang sama, tetapi pada iterasi 1 tetap
diteruskan sampai memenuhi kondisi optimal. Mengapa kita tidak menghentikan saja
perhitunganya ? Karena tidak semua persoalan degenerasi menghasilkan degenerate yang
tetap, tetapi ada juga yang sifatnya temporer dimana iterasi berikutnya menghilang. Seperti
yang ditunjukkan pada contoh berikut ini :
Contoh :
Maksimumkan : Z = 3 X1 + 2 X2
Kendala :
4 X1 + 3 X2 ≤ 12
4 X1 + X2 ≤ 8
4 X1 - X2 ≤ 8
X1, X2 ≥ 0
Pada tebel diatas, degenerasi muncul pada iterasi 1, tetapi kemudian menghilang pada iterasi
kedua, dimana fungsi tujuan pun berubah dari Z = 6 menjadi Z = 17/2 pada iterasi kedua.
Degenerasi menghilang karena X2, yang menjadi entering variabel atau kolom pivot pada
iterasi 1 mempunyai koefisien pembatas yang beharga negatif (= -2) yang berkorespondensi
dengan basis S3 yang beharga nol.
2. Solusi Optimum Banyak
Persoalan memiliki solusi lebih dari satu apabila fungsi tujuan parallel dengan fungsi
pembatas, dimana paling sedikit salah satu dari variabel non-basis (persamaan Z pada iterasi
terakhir) mempunyai koefisien beharga nol. Akibatnya walaupun variabel tersebut dinaikan
harganya, harga Z tetap tidak berubah. Karena itu solusi-solusi optimum yang lain ini
biasanya dapat dilakukan iterasi tambahan pada metode simpleksnya, dimana variabel-
variabel non-basis berkoefisien nol itu selalu dipilih untuk menjadi entering variabel.
Contoh :
Maksimumkan : Z = 2 X1 + 4 X2
Kendala :
X1 + 2 X2 ≤ 5
X1 + X2 ≤ 4
X1, X2 ≥ 0
Iterasi
Basis Z X1 X2 S1 S2 Solusi
Z 1 0 0 2 0 10
Tambahan X2 0 0 1 1 -1 1
X1 0 1 0 -1 2 3
Pada tabel diatas, persamaan fungsi tujuan parallel dengan persamaan pembatas pertama.
Pada iterasi 1 (optimum), koefisien variabel non-basis X1 adalah nol sehingga pada iterasi
berikutnya (iterasi tambahan), X1 ini dipilih menjadi entering variabel tanpa mengubah harga
Z, tetapi menyebabkan berubahnya harga variabel X1 tersebut.
Kejadian ini dapat berarti bahwa masalah yang ada tidak dirumuskan dengan tepat.
Kesalahan ini dapat berupa :
Contoh :
Pada tabel diatas X1 akan dipilih sebagai entering variabel atau kolom pivot karena memiliki
koefisien negatif terbesar. Karena koefisien pembatas pada kolom X2 non-positif (negatif
atau nol), berarti X2 dapat bertambah harganya secara tak terbatas, karena setiap unit
penambahan X2 akan meningkatkan Z sebesar 4 (lihat persamaan fungsi tujuan) maka
penambahan yang tak terbatas pada X2 akan meningkatkan harga Z secara tak terbatas.
Pada tabel terlihat bahwa pada iterasi kedua (tabel optimum), artificial variabel beharga
positif (R1 = 1 dan R2 = 4). Ini sebagai indikasi ruang solusi tidak layak, dan solusi tersebut
merupakan solusi optimum samaran (pseudo optimal).