Anda di halaman 1dari 18

Simplex – Big M Method

PERTEMUAN #4
METODE BIG M
• Untuk penyelesaian LP bila dijumpai fungsi
kendala tidak hanya dalam bentuk
pertidaksamaan ≤, tapi juga ≥ dan/atau
persamaan (=).
• Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥
mempunyai surplus variable, tidak ada slack
variables.
• Surplus variable tidak bisa menjadi variabel
basis awal. Oleh karena itu harus
ditambahkan satu variabel baru yang dapat
berfungsi sebagai variabel basis awal.
• Variabel yang dapat berfungsi sebagai
variabel basis awal hanya slack variables dan
artificial variables (variabel buatan).
1. Jika semua fungsi kendala dalam bentuk
pertidaksamaan ≤ maka variabel basis awal
semuanya adalah slack variables. Penyelesaian
solusi optimal untuk kasus seperti ini dilakukan
dengan cara yang sudah diperkenalkan sebelumnya.
2. Jika fungsi kendala dalam bentuk pertidaksamaan ≤
dan/atau ≥ maka variabel basis awal adalah slack
variables dan/atau variabel buatan. Penyelesaian
optimal untuk kasus seperti ini dilakukan dengan
memilih antara metode Big M, Dua Fase atau Dual
Simpleks.
3. Jika fungsi kendala menggunakan persamaan maka
variabel buatan akan ditemukan pada variabel basis
awal. Penyelesaian solusi optimal untuk kasus
seperti ini hanya dapat dilakukan dengan memilih
antara metode Big M atau Dua Fase.
BEDA BIG M METHOD DENGAN SIMPLEKS BIASA
➢ Terletak pada pembentukan tabel awal.
➢Jika fungsi kendala dalam bentuk
pertidaksamaan ≥, perubahan dari bentuk
umum ke bentuk baku memerlukan satu
variabel surplus.
➢ Variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai
variabel basis awal, karena koefisiennya
bertanda negatif. Sebagai variabel basis pada
solusi awal, harus ditambahkan satu variabel
buatan. Variabel buatan pada solusi optimal
harus bernilai 0, karena variabel ini memang
tidak ada.
BEDA BIG M METHOD DENGAN SIMPLEKS BIASA
➢ Teknik yang digunakan untuk memaksa
variabel buatan bernilai 0 pada solusi optimal
adalah dengan cara berikut:
o Penambahan variabel buatan pada fungsi
kendala yang tidak memiliki variabel slack,
menuntut penambahan variabel buatan
pada fungsi tujuan.
o Jika fungsi tujuan adalah maksimisasi,
maka variabel buatan pada fungsi tujuan
mempunyai koefisien -M; jika fungsi
tujuan adalah minimisasi, maka variabel
buatan pada fungsi tujuan mempunyai
koefisien +M.
BEDA BIG M METHOD DENGAN SIMPLEKS BIASA
o Karena koefisien variabel basis pada tabel
simpleks harus bernilai 0, maka variabel
buatan pada fungsi tujuan harus
digantikan dengan nilai dari fungsi
kendala yang memuat variabel buatan
tersebut.
contoh
Bentuk Umum
Min. z = 4 x1 + x2
Terhadap: 3 x1 + x2 = 3
4 x1 + 3 x2 ≥ 6
x1 + 2 x 2 ≤ 4
x1, x2 ≥ 0

Bentuk Baku:
Min. z = 4 x1 + x2
Terhadap: 3 x1 + x2 = 3 ........ (1)
4 x1 + 3 x2 - s1 = 6 ........ (2)
x1 + 2 x2 + s2 = 4 ........ (3)
x1, x2, s1, s2 ≥ 0
Kendala 1 dan 2 tidak mempunyai slack
variables, sehingga tidak ada variabel basis
awal. Untuk berfungsi sebagai variabel basis
awal, pada kendala 1 dan 2 ditambahkan
masing-masing satu variabel buatan (artificial
variable).

Maka bentuk baku Big M-nya adalah:

Min. z = 4 x1 + x2 + M A1 + M A2
Terhadap: 3x1 + x2 + A1 =3
4x1 + 3 x2 - s1 + A2 =6
x1 + 2 x2 + s2 = 4
x1, x2, s1,s2 ≥ 0
1. Nilai A1 digantikan dari fungsi kendala
pertama.
A1 = 3 - 3 x1 - x2
MA1 berubah menjadi: M(3 - 3x1 - x2) =
3M-3Mx1 -Mx2
2. Nilai A2 digantikan dari fungsi kendala
ketiga.
A2 = 6 - 4x1 - 3x2 + s1
MA2 berubah menjadi: M(6 - 4x1 - 3x2 + s1) =
6M-4Mx1 – 3Mx2 + Ms1
3. Fungsi tujuan berubah menjadi
Min z = 4x1 + x2 + 3M-3Mx1 -Mx2 + 6M-4Mx1
– 3Mx2 + Ms1
= (4 -7M) x1 +(1 - 4M) x2 + M s1 +9M
4. Tabel awal simpleks Z - (4 -7M) x1 -(1 - 4M) x2 - M s1 = 9M

VB x1 x2 S1 A1 A2 S2 NK
Z -4+7M -1+4M -M 0 0 0 9M
A1 3 1 0 1 0 0 3
A2 4 3 -1 0 1 0 6
S2 1 2 0 0 0 1 4

5. Perhitungan iterasinya sama dengan simpleks sebelumnya.


Iterasi 0
VB x1 x2 S1 A1 A2 S2 NK Index
Z -4+7M -1+4M -M 0 0 0 9M -
A1 3 1 0 1 0 0 3 1
A2 4 3 -1 0 1 0 6 3/2
S2 1 2 0 0 0 1 4 2
Iterasi 1

VB x1 x2 S1 A1 A2 S2 NK Index
Z 0 (1+5M)/3 -M (4-7M)/3 0 0 4+2M -
x1 1 1/3 0 1/3 0 0 1 3
A2 0 5/3 -1 -4/3 1 0 2 6/5
S2 0 5/3 0 -1/3 0 1 3 9/5

Iterasi 2

VB x1 x2 S1 A1 A2 S2 NK Index
Z 0 0 1/5 8/5-M -1/5-M 0 18/5 -
x1 1 0 1/5 3/5 -1/5 0 3/5 25/3
x2 0 1 -3/5 -4/5 3/5 0 6/5 -
S2 0 0 1 1 -1 1 1 -1
Iterasi 3 → OPTIMAL
VB x1 x2 S1 A1 A2 S2 NK
Z 0 0 0 7/5-M -M -1/5 17/5
x1 1 0 0 2/5 0 -1/5 2/5
x2 0 1 0 -1/5 0 3/5 9/5
S1 0 0 1 1 -1 1 1

x 1 = 2/5 = 0.4

x 2 = 9/5 = 1.8

Z = 17/5 = 3.4
PENYELESAIAN DENGAN GRAFIK

4,5

3,5

2,5
x1

1,5

0,5

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
x2
SELESAIKAN UNTUK KASUS LP DIBAWAH INI

Minimize Z = $6x1 + $3x2


subject to
2x1 + 4x2  16 lb of nitrogen
4x1 + 3x2  24 lb of phosphate
x 1, x 2  0

Minimize Z = x1 - 2x2
subject to
x1 + x2  2
-x1 + x2  1
x2 ≤ 3
x 1, x 2  0
CATATAN:
Perbedaan antara kasus maksimasi dan
minimasi terletak pada penentuan kolom
pivot.
Pada kasus minimasi kolom pivot
ditentukan dengan memilih nilai pada baris
fungsi tujuan yang positif paling besar.
Langkah selanjutnya sama dengan
pengerjaan kasus maksimasi
RESERVOAR, P

SUNGAI, R

ANAK SUNGAI, T
KOTA, A

SUMUR BOR, Q
R

KOTA, B

KOTA, D
R

KOTA, C

SUMUR BOR, S
R

Gambar 1. Denah Suplai Jaringan Air Perkotaan


Gambar 1 diatas menunjukkan denah fasilitas jaringan suplai air di perkotaan.
Pada Gambar terdapat tiga kota yaitu kota A, B dan C yang terletak pada tepi
Sungai, R. Kota-kota tersebut memanfaatkan air sungai R untuk kebutuhan
warganya, dengan cara membendung sungai tersebut di bagian hulu dan
alirannya dikontrol secara parsial dengan membatasi jumlah air yang dikeluarkan
dari Reservoar, P, yang terletak dibelakang bendung. Dibawah kota A terdapat
anak sungai,T, yang alirannya bertemu dengan sungai R. Anak sungai ini
memberi kontribusi aliran yang tidak terkontrol ke dalam sungai R. Kota A dan B
selain dapat menggunakan ketersediaan air dari sungai, kota tersebut dapat juga
dilayani dengan air bawah tanah yang berasal dari sumur bor, Q. Sumur bor
lainnya, S, dapat mensuplai kota B dan C. Sebuah kota kecil, D, berada jauh dari
aliran sungai karena itu kebutuhan airnya disuplay sendiri dari sumur bor Q
dan/atau S.
Kota A, B,C dan D memiliki kebutuhan air harian berturut-turut DA, DB, DC dan
DD. Sumur bor Q dan S dapat mensuplai air maksimum masing-masing SQ dan
SS. Reservoar mampu mengeluarkan maksimum air sejumlah, SP kedalam
sungai dan anak sungai memberi kontribusi aliran sebesar ST ke dalam aliran
sungai R. Ketentuan mengharuskan bahwa sungai R harus selalu mempunyai
aliran didalamnya paling tidak sebesar SR.
Dari informasi diatas muncul permasalahan bagaimana mengoperasikan atau
mengelola fasilitas-fasilitas tersebut untuk memuaskan warga kota dengan tetap
memenuhi seluruh persyaratan dan menghasilkan biaya yang semurah mungkin.
Formulasikan permasalahan ini menjadi sebuah persoalan linier program.

Anda mungkin juga menyukai