Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950
Telepon (021) 5201590 (Hunting)

Nomor : PR.01.05/A.I/4267/2023 4 November 2023


Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Kegiatan Pendampingan Tata Kelola Program
Kesehatan Tahun 2023.

Yth. Bapak/Ibu Kepala Dinas Kesehatan


(Daftar Terlampir)
di Tempat

Dalam rangka penguatan pembangunan kesehatan di daerah, Biro Perencanaan dan Anggaran
bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Perguruan Tinggi
Negeri akan melakukan kegiatan Pendampingan Tata Kelola Program Kesehatan di Kabupaten/Kota
dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) dibawah rata- rata nasional. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas perencana daerah sehingga dapat menyusun
dokumen perencanaan yang evidence based.
Pada tahun 2024, pendampingan akan dilakukan di 69 lokasi prioritas Kabupaten/Kota, penentuan
Kabupaten/Kota yang akan menjadi lokus pendampingan adalah berdasarkan data IPKM 2018. Sebagai
informasi pelaksanaan Pendampingan Tata Kelola Program Kesehatan ini telah dilakukan di 149
kabupaten/kota dan bekerja sama dengan 14 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Adapun beban
biaya yang dilibatkan pada pelaksanaan pendampingan ini akan dibebankan kepada Biro Perencanaan
dan Anggaran Kementerian Kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon Bapak/ibu dapat menyampaikan tanggapan
dan/atau kesediaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai lokus pendampingan tahun 2024.
Tanggapan tersebut dapat disampaikan melalui surel ke pendampinganroren2024@gmail.com paling
lambat tanggal 10 November 2023. Terlampir kami sampaikan Kerangka Acuan Kerja (KAK) sebagai
gambaran kegiatan Pendampingan Tata Kelola Program Kesehatan.
Sebagai informasi dapat kami sampaikan bahwa Biro Perencanaan dan Anggaran tidak memungut
biaya apapun atas pelayanan yang diberikan, dan untuk menjaga integritas maka diharapkan tidak
menyampaikan pemberian dalam bentuk apapun kepada pejabat/pegawai Biro Perencanaan dan
Anggaran.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdri. Ulfa Anggraini (No. Hp. 081932843513).
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Kementerian Kesehatan,

Liendha Andajani

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal,,
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
5. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur,
6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara,
8. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,
9. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
10. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,
11. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku,
12. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara,
13. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur,
14. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua,
15. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat,
16. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya,
17. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Penggunungan,
18. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah,
19. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Selatan.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 1
Nomor : PR.01.05/A.I/4267/2023
Tanggal : 4 November 2023

DAFTAR TUJUAN
1 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh
2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh
3 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh
4 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara
5 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo
6 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
7 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat
8 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat
9 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat
10 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
11 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat
12 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat
13 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat
14 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur
15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku
16 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku
17 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku
18 Kepala Dinas Kesehatan Kota Tual, Provinsi Maluku
19 Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Provinsi Maluku
20 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara
21 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
22 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya
23 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya
24 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya
25 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya
26 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya
27 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah
28 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah
29 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Puncak , Provinsi Papua Tengah
30 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua Tengah
31 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah
32 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya , Provinsi Papua Tengah
33 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah
34 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan
35 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan
36 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Tengah, Provinsi Papua Pegunungan
37 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan
38 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan
39 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua Pegunungan
40 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan
41 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan
42 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah
43 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toli Toli, Provinsi Sulawesi Tengah
44 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara
45 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
46 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
47 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
48 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara
49 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara
50 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan
51 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara
52 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua
53 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, Provinsi Papua
54 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori, Provinsi Papua
55 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua
56 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Waropen, Provinsi Papua
57 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua
58 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
59 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua
60 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat
61 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat
62 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat
63 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat
64 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat
65 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat
66 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan
67 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan
68 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mappi, Provinsi Papua Selatan
69 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bofen Digoel, Provinsi Papua Selatan

Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran


Kementerian Kesehatan,

Liendha Andajani

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PENDAMPINGAN TATA KELOLA PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2024

Latar Belakang
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 20'14 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020 - 2024:
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah dan Rencana Ker.ia Pemerintah Daerah;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan fahun 2020 - 2024.

B. Gambaran Umum
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang djlaksanakan oleh semua
komponen Bangsa lndonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwu.iud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Pada tengah tahun 2019 Kementerian Kesehatan menerbitkan buku lndeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM) 201 I yang menyajikan capaian IPKM tahun 2013 dan 2018.
IPKM 2018 disusun dengan memanfaatkan sumber data Riskesdas 2018, Susenas Maret
20'18 terintegrasi Riskesdas 2018, dan pendataan Potensi Desa (Podes) 2018. IPKM 20'18
dihitung dengan menggunakan model IPKM yang dikembangkan tahun 2013. lndeks ini
mengikutsertakan 30 indikator kesehatan yang dikelompokan menjadi 7 sub indeks, yang
dapat menggambarkan pencapaian pembangunan kesehatan dan potret pembangunan
kesehatan wilayah di setiap kabupaten/kota di lndonesia.

Secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, hal ini dapat terlihat dari
nilai lPKt\il tahun 2018 yang mengalami peningkatan dibandingkan IPKM tahun 2013.
Status gizi pada balita di lndonesia mengalami perbaikan, selain itu kesehatan ibu di

Hal l1
lndonesia juga membaik terlihat dari meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan,
persalinan di fasilitas kesehatan dan pelayanan kunjungan nifas lengkap. Namun perlu
menjadi perhatian adalah penurunan data cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak
umur 12-23 bulan.

Selain itu terdapat pergeseran trend pola penyakit dari Penyakit Menular menjadi Penyakit
Tidak Menular, dimana jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 prevalensi penyakit
tidak menular mengalami kenaikan, antara lain untuk penyakit kanker, stroke, penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular
ini berhubungan dengan pola hidup antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol,
aktivitas fisik, serta pola makan masyarakat lndonesia lebih banyak mengonsumsi
makanan tinggi gula dan garam dan rendah konsumsi buah dan sayur.
Disisi lain masih terdapat disparitas status kesehatan antar wilayah dan kesenjangan yang
terjadi antar kabupaten/kota dalam provinsi. Peringkat provinsi tertinggi dan terendah
ditingkat nasional tidak mengalami perubahan antara tahun 2013 dan tahun 2018.
Peringkat paling tinggi masih melekat pada provinsi Bali, sementara peringkat terendahnya
adalah Provinsi Papua. Selain itu, diketahui juga 10 kabupaten/kota yang mencapai IPKM
tertinggi yakni Gianyar, Solok, Kota Magelang, Tabanan, Kota Denpasar, Badung, Kota
Salatiga,Sarolangun, Sleman, dan Kota Blitar. Sementara 10 kabupaten/kota yang IPKM
nya perlu ditingkatkan adalah Pegunungan Arfak, Deiyai, Yalimo, Mamberamo Raya,
Puncak, Pegunungan Bintang, Nduga, Tolikara, Dogiyai, dan Paniai.
Pemeringkatan IPKM provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dimanfaatkan sebagai dasar
perencanaan program pembangunan kesehatan di kabupatenikota, sebagai bahan
advokasi untuk memperbaiki peringkat dengan melakukan prioritas program kesehatan
beserta sumber dayanya dan juga sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan
kesehatan dari Pusat ke Daerah atau dari Provinsi ke Kabupaten/Kota. Pemerintah daerah
bisa juga menggunakan hasil IPKM sebagai bahan evaluasi dan perbaikan kinerja program
di masing- masing daerah.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kesenjangan antara lain dengan meningkatkan
pembiayaan kesehatan. Berbagai sumber kesehatan kesehatan terus ditingkatkan, Dana
Alokasi Khusus bidang kesehatan terus meningkat, pada tahun 2014 sebesar Rp.2,95
Trilun, dan pada tahun 2017 menjadi Rp.23,22Trilun dan terus meningkat sampai tahun
2021 menjadi sebesar 30, 63 Triliun. Di samping DAK Bidang kesehatan, daerah.juga dapat
memanfaatkan lainnya untuk kesehatan seperti; Anggaran Dana Desa, Cukai rokok, Dana
Otonomi Khusus, dana kapitasi JKN, dan sebagainya.
Dengan semakin meningkatnya pembiayaan kesehatan, sementara beberapa kabupaten
mempunyai IPKM rendah maka perlu peningkatan kualitas SDM kesehatan terutama
kemampuan pengelolaan pembangunan kesehatan melalui peningkatan kualitas
perencanaan pembangunan kesehatan. Perencanaan yang disusun dengan baik dan
benar maka 70% pekerjaan telah terselesaikan. Sebaliknya jika perencanaan disusun
dengan tidak tepat maka sesungguhnya sedang merencanakan kegagalan.
Memperhatikan hal di atas, kiranya perlu dilakukan pendampingan pada daerah yang
bermasalah kesehatan atau daerah dengan lndek Pembangunan Kesehatan Manusia
(IPKM) di bawah rata-rata nasional. Melalui pendampingan diharapkan kemampuan
perencanaan kabupaten akan semakin meningkat sehingga perencanaan yang disusun
berdasarkan evidence based, holistic, komprehensif, dan terintegratif yang akan membawa

Hal l2
dampak positif terhadap pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu,
diharapkan kapasitas dinas kesehatan dalam hal perencanaan, penganggaran, dan
manajemen pelayanan kesehatan meningkat, sehingga mengurangi kesenjangan status
kesehatan antar kabupaten. Peningkatan kualitas perencanaan ini akan dilihat dari hasil
penilaian dokumen Renja PD yang disusun sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan
pendampingan.

ll. Maksud dan Tujuan


A. Maksud
Maksud diadakan kegiatan pendampingan adalah untuk memandu daerah agar
mempunyai kompetensi yang baik dalam menyusun Rencana Kerja Perangkat Daerah
(Renja PD).
B. Tujuan
Tujuan diadakan kegiatan pendampingan adalah meningkatnya mutu pengelolaan
pembangunan kesehatan daerah yang ditunjukkan dengan dokumen Renja PD disusun
secara komprehensif, terintegrasi dan evidence based. Melalui kegiatan pendampoingan
diharapkan daerah mampu:
a. mengenali masalah kesehatan,
b. menentukan prioritas kesehatan,
c. menentukan kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi (prioritas) melalui penyusunan
model " logical frameworK',
d. menentukan peranan atau keterlibatan yang diharapkan darilintas program, lintas sektor,
swasta, perguran tinggidan masyarakat, dan
e. menyusun kerangka acuan kegiatan dan rencana anggaran yang terintegrasi.

Ill. Metode Pendampingan


Pendampingan dilakukan oleh tenaga ahli dari perguruan tinggi dalam bentuk tim yang
selanjutnya disebut pendamping. Dalam pelaksanaannya, pendamping akan dibantu atau
difasilitasi oleh 5 orang Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tim ini
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, berdasarkan usulan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Kriteria Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah:


1. Ketua tim/koordinator: Pejabat eselon lV atau staf yang bertanggung jawab pada
perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (1 orang).
2. Anggota tim sebanyak 3 orang perwakilan pada masing-masing bidang/program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (@ 1 orang).
3. Anggota tim sebanyak 1 orang perwakilan dari bidang penanggung jawab kegiatan AIDS,
TB dan Malaria
4. Staf yang dimaksud pada poin 1 berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
5. PejabaUStaf yang selama ini berperan aktif dalam penyusunan perencanaan.
6. Memiliki pengalaman bekerja di bidang perencanaan pembangunan kesehatan.
7. Sanggup bertugas diluar jam kerja untuk bekerja sama dengan konsultan pendamping
dan memfasilitasi konsultan pendamping selama pelaksanaan pendampingan.

Dalam proses pelaksanaan pendampingan, Tim Pendamping Universitas juga berkoordinasi


dan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi sesuai tugas dan fungsi provinsi sebagai wakil
pemerintah Pusat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kepada kabupaten/kota.

Hal l3
lV. Sasaran
Sasaran pendampingan ditujukan pada:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Kepala Bidang/Kepala Bagiani PejabaUstaf bertanggung jawab pada perencanaan/
program.
3. Tim Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

V. Peran Pendamping
Peran pendamping dari perguruan tinggi adalah sebagai:
'1. Fasilitator
Pendamping sebagai fasilitator memiliki fungsi untuk memberikan kesadaran, pengenalan,
perumusan, serta mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh daerah.
2. l\/lotivator
Pendamping sebagai motivator memiliki fungsi untuk mendorong, mengajak dan
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan berbagai upaya dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pendamping memberikan motivasi kepada dinas kesehatan
bahwa walaupun daerahnya mempunyai banyak masalah namun pembangunan
kesehatan tetap dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada serta dapat
menyampaikan usulan kepada pemerintah pusat atau melibatkan swasta. Pendamping
memotivasi dinas kesehatan untuk bergerak melakukan advokasi bidang kesehatan di
semua sektor di daerahnya.
3. lnovator
Pendamping sebagai inovator memiliki tugas bersama dinas kesehatan untuk melahirkan
gagasan baru yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi masalahnya.
4. Katalisator
Pendamping sebagai katalisator memiliki fungsi menghubungkan dinas kesehatan
dengan pihak lain yang terkait dalam pembangunan kesehatan.
5. Mediator
Pendamping sebagai mediator memiliki peran dan fungsi menengahi dan
mempertemukan antara dinas kesehatan dengan pihak lain dalam melakukan negosiasi
sehingga usulan perencanaan yang disampaikan dapat diterima oleh pihak lain. Peran
pendamping sebagai mediator dapat diukur dari indikator frekuensi pemberian informasi,
kejelasan dalam penyampaian informasi dan menghubungkan sumber informasi dengan
peiabat daerah.

Vl. Kualifikasi Pendamping


1. Pendidikan minimal 52 dengan salah satu (S'l/S2) di bidang Kesehatan dari perguruan
tinggi negeri atau swasta terakreditasi minimal B.
2. Memahami jenis data kesehatan dan kemampuan melakukan analisis data.
3. Memahami penetapan prioritas masalah.
4. Memahami penetapan indikator dan target.
5. Memahami penyusunan kerangka logis kegiatan.
6. Memahami penetapan prioritas kegiatan.
7. Memahami peraturan perundangan-undangan terkait dengan perencanaan dan
penganggaran.
8. Memahami teknik negosiasi dan pengembangan jejaring (net workship).
9. Memahami teknik monitoring dan evaluasi.

Hal l4
'10 Memahami analisis kebijakan publik
11 Mampu memotivasi pada orang atau kelompok.
12 Mampu bekerjasama,
13 Memiliki inisiasi dan inovasi.
14 Memahami penyusunan kerangka acuan kegiatan,
15 Memahami penyusunan rencana anggaran kegiatan
16 Memahami membuat laporan kegiatan.
17 Dapat memfasilitasi pada orang atau kelompok.
18 Menguasai lT.

Kualifikasi tenaga administrasi yaitu:


1. Pendidikan minimal D3 dari perguruan tinggi negeri atau swasta terakreditasi minimal B.
2. Memiliki kompetensi untuk melaksanakan administrasi keuangan, persuratan, pengarsipan.
3. Memahami membuat laporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan APBN.
4. Menguasai lT.

Vll. Lingkup Pekerjaan Pendamping

Lingkup pekerjaan meliputi:


1. Menyusun rencana kerja atau proposal teknis terkait pelaksanaan pendampingan tata
kelola program kesehatan.
2. Melakukan reviu atau analisis terhadap dokumen Renja PD yang telah disusun tahun
sebelumnya. Reviu atau analisis dilakukan untuk mengetahui apakah dokumen
perencanaan yang telah disusun sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan daerah.
3. Berperan aktif dan memberikan bantuan subtantif dan teknis yang dibutuhkan terkait
dengan proses perencanaan yang saat ini sedang berjalan.
4. Memberikan rekomendasi terhadap perencanaan kesehatan tahun selanjutnya kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang didampingi.
5. Melakukan transfer of knowledge kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga
mampu menyusun dokumen Renja PD secara komprehensif dan terintegrasi.
6. Melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Kementerian Kesehatan.
Vlll. Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pendampingan di daerah dilakukan selama I (delapan) bulan dari bulan Maret sampai
dengan Ohober 2024.

lX, Lokasi
Daerah yang telah didampingi dari tahun 2019 - 2023 sebanyak 149 kabupaten/kota. Pada
tahun 2024 Pendampingan akan dilakukan di 69 kabupaten/kota, yaitu :

NO
TIM PENDAMPING
DINAS KESEHATAN
UNIVERSITAS
1 Kabupaten Nagan Raya, Provinsr Aceh
2 Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh Universitas Sumatera
3 Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh Utara
4 Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara
5 Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo Universitas Sriwijaya

Hal l5
TIM PENDAMPING
NO DINAS KESEHATAN
UNIVERSITAS
6 Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
7 Kabupaten Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat
8 Kabupaten Landak, Provinsi Kalimanlan Barat Universitas Padjajaran
I Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat
10 Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
11 Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat Universitas Lambung
12 Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat Mangkurat
13 Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat
14 Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur Universitas Udayana
'15 Universitas Sam
Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku
Ratulangi
16 Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku Universitas Gadjah Mada
Universitas Sam
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku
Ratulangi
18 Kota Tual, Provinsi Maluku Universitas Sriwijaya
to Universitas Sam
Kota Ambon, Provinsi Maluku
Ratulangi
20 Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara Universitas Gadjah Mada
Universitas Nusa
21 Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Cendana
22 Kabupaten Sorong , Provinsi Papua Barat Daya
ZJ Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya
24 Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya
1R Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya
zo Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya
27 Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah
28 Kabupaten Dogiyai , Provinsi Papua Tengah
29 Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah
30 Kabupaten Deiyai , Provinsi Papua Tengah
31 Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah
JZ Kabupaten lntan Jaya, Provinsi Papua Tengah Universitas Hasanuddin
Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah
34 Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan
Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan
Kabupaten Mamberamo Tengah, Provinsi Papua
36
Pegunungan
Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua
38
Pegunungan
?o Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua Pegunungan
40 Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan
41 Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan
42 Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah
Universitas Andalas
43 Kabupaten Toli Toli, Provinsi Sulawesi Tengah

Hal l6
NO
TIM PENDAMPING
DINAS KESEHATAN
UNIVERSITAS'
44 Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara
45 Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Universitas Padjajaran
46 Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Te nggara
47 Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Universitas Udayana
48 Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara Universitas Diponegoro
49 Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara Universitas Andalas
50 Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan Universitas Hasanuddin
E,I Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Universitas Sam
Utara Ratulanqi
E') Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua
53 Kabupaten Keerom, Provinsi Papua
54 Kabupaten Supiori, Provinsi Papua
EE Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua
Universitas Airlangga
56 Kabupaten Waropen, Provinsi Papua
Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua
^-7
58 Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
(o Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Pa pua
60 Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat
ot Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat
ot Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Pa pua Barat
Universitas Gadjah Mada
63 Kabupaten Kaimana, Provinsi Pa pua Barat
64 Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat
65 Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat
bb Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan
67 Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan Universitas Sam
68 Kabupaten Mappi , Provinsi Papua Selatan Ratulangi
Kabupaten Bofen Digoel, Provinsi Papua Selatan

X. Pelaporan
1. Laporan antara
a. Laporan pelaksanaan kegiatan, reviu Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 202312024 dan Druf Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2025 (1 rangkap dan scan asli);
b.
Paparan yang disampaikan Tim Universitas di Biro Perencanaan dan Anggaran
Kementerian Kesehatan di Jakarta (ppUpd|;
c.
Laporan pertanggungjawaban keuangan (1 rangkap dan softf/e scan asli).
2. Laporan Akhir
e.
Laporan pelaksanaan kegiatan, Dokumen Final Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2025 (1 rangkap dan scan asli);
b.
Paparan yang disampaikan Tim Perencana Daerah di Biro Perencanaan dan
Anggaran Kementerian Kesehatan di Jakarta (ppupdD;
c.
Laporan pertanggungjawaban keuangan ('l rangkap dan scan asli).
3. Laporan Tim Perencana Kesehatan Daerah hasil pendampingan.

Aal 7
Xl. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) seperti tercantum dalam DIPA Kementerian Kesehatan Tahun 2024 dan Hibah G/obal
Fund Komponen RSSH Tahun 2024.

ncanaan dan Anggaran


enterian hatan,

S E KRETAR
LEruoenA L

ant
NIP 1 10261989122001

Hal l8

Anda mungkin juga menyukai