STANDAR PROSEDUR
APOTIK OPERASIONAL No. 01 / AUH / 2023
UTAMA PENERIMAAN Tanggal terbit
12 Desember 2023
HUSADA PERBEKALAN FARMASI
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab atau personil yang ditunjuk untuk bertanggung jawab dalam
menerima perbekalan kefarmasian
3. PROSEDUR
a. Periksa legalitas faktur dan surat jalan yang meliputi identitas apotek pemesan dan
identitas distributor
b. Cocokkan dan beri tanda pada faktur dengan perbekalan farmasi yang diterima antara
lain kesesuaian nama perbekalan farmasi, jumlah, kebutuhan kemasan, tanggal
kadaluarsa, dan nomer batch.
c. Beri paraf, tanggal saat menerima dan stempel pada faktur penerimaan perbekalan
farmasi
d. Konfirmasi kepada pihak distributor apabila terjadi ketidaksesuaian jumlah
e. Beri coretan dan tulis kembali nomer batch yang tertera di perbekalan farmasi apabila
nomer batch yang diterima tidak sama antara faktur dan barang
f. Catat dalam kartu stok (asal distributor, nomer batch, tanggal kadaluarsa dan jumlah
yang diterima
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab atau personil yang ditunjuk untuk bertanggung jawab dalam
menerima perbekalan kefarmasian
3. PROSEDUR
a. Catat jumlah, nomer batch dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi di kartu stok
b. Simpan perbekalan farmasi yang diterima pada rak yang sesuai berdasarkan aspek
farmakologi (suhu penyimpanan yang sesuai), bentuk sediaan, alfabetis atau
penyimpanan khusus
c. Setiap peyimpanan perbekalan farmasi harus mengikuti prinsip FIFO (First In First
Out = pertama masuk – pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out =
pertama kadaluarsa – pertama keluar )
d. Isi kartu stok setiap ada transaksi penambahan atau pengeluaran perbekalan farmasi
e. Hindari menyimpan sediaan farmasi dengan kekuatan yang berbeda dalam satu
wadah
f. Simpan obat obat khusus seperti narkotika, psikotropika dan obat obat tertentu
dalam lemari khusus yang terkunci
g. Simpan perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa dalam tempat tersendiri dan
lakukan dokumentasi
Halaman1dari 1
APOTIK STANDAR PROSEDUR No. 03 / AUH / 2023
OPERASIONAL
UTAMA Tanggal terbit
PELAYANAN RESEP 12 Desember 2023
HUSADA
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi dan dokter hewan
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab
3. PROSEDUR
Skrining Resep
Periksa kelengkapan dah keabsahan resep meliputi identitas dokter (nama
dokter, nomer ijin praktek (SIP), alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan
atau paraf dokter) dan identitas pasien (nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin
dan berat badan pasien (khusus anak))
Lakukan pemeriksaan farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis, frekuensi,
kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat
Kaji aspek klinis dengan melakukan assessment kepada pasien terkait adanya
alergi, keluhan pasien,efek samping obat
Konfirmasi kepada penulis resep bila terdapat masalah terkait resep
Penyiapan Obat
Siapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang tertera pada resep
Hitung kesesuaiaan dosis
Ambil perbekalan farmasi yang di minta
Catat jumlah pengeluaran di kartu stok
Siapkan etiket warna putih untuk obat per oral atau etiket biru untuk obat luar
Tulis nama pasien, nomer resep, tanggal resep, aturan pakai sesuai petunjuk atau
informasi lain
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan atas pengelolaan
obat yang perlu perhatian khusus (High Alert Medications) untuk meningkatkan
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai dan memastikan keselamatan pasien selama
mendapatkan terapi pengobatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Look A like Sound A like Error
Tidak meletakkan obat-obat yang kemasannya mirip tetapi berbeda kandungan
secara berdekatan.
Obat-obat dengan penulisan dan bunyi nama yang mirip tetapi berbeda
kandungan maka pelabelan dalam rak atau etalase harus mengikuti penulisan
Tallmenletter dan tidak diletakkan berdekatan.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pemeriksaan dan pengelolaan perbekalan farmasi yang kadaluarsa atau rusak.
2. PENANGGUNGJAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Pemeriksaan tanggal kadaluarsa dilakukan secara berkala setiap bulan (bisa berubah
sesuai perkembangan apotek, kecuali sediaan narko-psiko selalu dilakukan tiap
bulan) dan pada saat pengambilan perbekalan farmasi untuk diberikan kepada
konsumen.
b. Pemeriksaan ED dilakukan pada semua perbekalan farmasi secarat eliti.
c. Untuk perbekalan farmasi yang mendekati ED (maksimal 3 bulan sebelum ED)
diberi label atau penandaan khusus dengan warna mencolok sehingga mudah
dipantau.
d. Hasil pengecekan tanggal kadalursa dicatat peritem dibuku kadaluarsa.
e. Dilakukan retur perbekalan farmasi yang telah mendekati ED sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya dengan pihak pemasok.
f. Untuk perbekalan farmasi yang mendekati ED tetapi tidak bias diretur, maka harus
diutamakan penjualannya untuk mengurangi kerugian bagi apotek.
g. Untuk perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa atau rusak harus dipisahkan dan
disimpan di tempat khusus barang kadaluarsa atau rusak dengan diberi tanda
“KADALUARSA” atau “RUSAK” untuk menunggu waktu pemusnahan.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pemusnahan dan penarikan supaya terlaksana sesuai prosedur yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Melakukan inventaris perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan.
b. Obat yang kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.
c. Menyiapkan administrasi berupalaporan dan Berita Acara Pemusnahan.
d. Menetapkan jadwal, metode, dant empat pemusnahan.
e. Menyiapkan tempat pemusnahan.
f. Proses pemusnahan dilakukan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan:
Dimulai dengan membukakemasan dan melepaskan identitas pada sediaan
Untuk sediaan tablet atau kaplet dan jumlahnya sedikit dimusnahkan dengan cara
dihancurkan lalu dilarutkan dalam air dan dibuang jauh dari sistem perairan
penduduk. Jika jumlahnya banyak, dihancurkan dan dikubur dalam tanah kecuali
obat golongan antibiotik.
Untuk kapsul, bias dihancurkan seperti sediaan tablet atau kaplet atau dibuka satu
persatu cangkangnya kemudian dimusnahkan seperti sediaan tablet.
Untuk sediaan cair, diencerkan terlebih dahulu (ditambah air) dan dibuang jauh dari
system perairan penduduk.
Untuk sediaan semisolid, dikeluarkan dari tube atau wadahnya kemudian ditanam.
g. Membuat laporan pemusnahan yang sekurang-kurangnya memuat waktu dan tempat
pelaksanaan; nama dan jumlah perbekalan farmasi yang dimusnahkan; nama apoteker
pelaksanaan pemusnahan dan nama saksi dalam kegiatan pemusnahan.
h. Pemusnahan obat yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kota Probolinggo.
Halaman2dari2
i. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik/kerja.
j. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan BMHP yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
k. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undnagan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh BPOM (mandatoryrecall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntaryrecall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
l. Penarikan Alat Kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pengelolaan resep yang dilayani di Apotik Fajar.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Setiap kali selesai melayani obat resep, resep dikumpulkan pada plastik yang telah
disediakan.
b. Pengelompokkan resep dibedakan antara resep biasa dengan resep yang berisi obat
narkotika dan psikotropika.
c. Resep dikumpulkan secara berurutan dan disimpan di tempat penyimpanan resep dan
tiap akhir bulan akan dikumpulkan semua resep dalam satu bulan dan diurutkan sesuai
tanggal.
d. Semua resep diberi keterangan bulan, tahun, dan narko-psiko untuk resep yang berisi
obat narkotika dan psikotropika.
e. Semua resep disimpan dilemari arsip dan dikunci
f. Resep yang telah disimpan lebih dari 5(lima) tahun dapat dimusnahkan dengan tata
cara seperti pada SPO pemusnahan.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pemusnahan resep yang telah disimpan lebih dari 5(lima) tahun.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Menyiapkan administrasi berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan.
b. Menetapkan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan.
c. Menyiapkan tempat pemusnahan.
d. Resep yang berisi obat narkotika dan psikotropika dihitung jumlahnya.
e. Resep lainnya ditimbang
f. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar dalam insenerator jika ada.
g. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat waktu dan
tempat pelaksanaan jumlah resep narkotika dan psikotropika dan berat resep lainnya
yang dimusnahkan nama apoteker pelaksanaan pemusnahan resep; dan nama saksi
dalam kegiatan pemusnahan resep.
h. Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugaslain di apotek yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Probolinggo.
1. PENGERTIAN
Pengendalian adalah kegiatan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran.
2. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pengendalian perbekalan farmasi untuk menghindari terjadnya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
4. PROSEDUR
a. Kegiatan pengendalian dilakukan menggunakan kartu stok baik secara manual
(narkotika, psikotropika dan prekusor) atau elektronik dengan system tervalidasi,
mudah ditelusuri, dan dapat dicetak.
b. Stock opname di Apotik Utama Husada minimal dilakukan setiap 6bulan sekali kecuali
stockopname obat golongan narkotika dan psikotropika yang akan terus dilakukan
secara berkala tiap bulan.
c. Obat dan produk lain yang mendekati ED dibuatkan daftar agar memudahkan
monitoring dan menghindari penjualan barang ED kekonsumen secara tidak sengaja.
d. Jikamemungkinkan,obatyangmendekatiEDdapatditukarkePBF.
e. Apotik Utama Husada memiliki system keamanan berupa CCTV yang ditempatkan
pada lokasi-lokasi penyimpanan persediaan untuk mengantisipasi terjadinya pencurian
perbekalan farmasi.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pencatatan
dan pelaporan untuk memudahkan penelusuran ketika diperlukan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
3. PROSEDUR
a. Kegiatan pencatatan di Apotik Utama Husada dilakukan pada setiap proses
pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi:
Perencanaan buku defekta
Pengadaan surat pesanan dan surat permintaan
Penerimaan faktur barang dan faktur pajak
Penyimpanan kartu stok
Penyerahan nota/struk pembelian
Pemusnahan buku kadaluarsa dan berita acara pemusnahan
Penarikan faktur dan surat penarikan dari BPOM atau PBF
Pencatatan lain yang diperlukan
b. Pencatatan kartu stok di Apotik Utama Husada dilakukan secara manual (narkotika,
psikotropika dan prekusor) maupun elektronik.
c. Pencatatan barang masuk dilakukan setiap kali barang datang baik secara manual pada
kartustok (narkotika, psikotropika dan prekusor) maupun elektronik pada computer
kasir sekaligus entry harga barang.
d. Pencatatan komputer setiap hari mencocokkan dengan data penjualan pada computer
kasir dan dihitung uang lebih yang didapat.
e. Karyawan yang bertugas wajib melakukan pelaporan keuangan, stockopname, dan
laporan lainnya kepada APJ sesuai jadwal pelasanaan kegiatan yang telah ditetapkan
sebagai pelaporan internal.
f. APJ wajib melakukan pelaporan narkotika dan psikotropika secara online melalui
website SIPNAP setiap bulan sebelum tangga 10 sebagai pelaporan eksternal
g. Pelaporan eksternal lainnya meliputi pelaporan obat prekursor, statistika resep,
penggunaan obat generik, laporan pajak, laporan nakes, dan laporan lainnya.
1. PENGERTIAN
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pemberian informasi menganai obat (obat resep,
OWA, obat bebas dan herbal) yeng dilakukan oleh Apoteker dengan tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis, dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek pengguna obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
2. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pelayanan
informasi obat supaya informasi yang diberikan akurat, tidak bias, faktual, terkini mudah
dimengerti, etis, dan bijaksana.
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
4. PROSEDUR
a. Informasi yang diberikan meliputi: dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian (frekuensi dan waktu pemberian), cara pakai alat kesehatan, farmakokinetika,
terapiutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, cara mengatasi efek samping, stabilitasi (cara simpan), ketersediaan, harga, sifat
fisika kima obat, dan lain-lain.
b. Kegiatan pemberian informasi obat di Apotik Utama Husada dapat dilakukan melalui
berbagai kegiatan sebagai berikut:
Menjawab pertanyaan secara lisan maupun tulisan;
Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet yang dicetak maupun melalui
media sosial;
Mengadakan atau ikut melakukan penyuluhan (pemberdaya masyarakat);
Memberikan informasi dan mengdukasi pasien;
Melakukan penelitian menggunaan obat;
Membuat dan menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
Melakukan program jaminan mutu
c. Kegiatan relatif singkat dengan menggunakan formulir Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. PENGERTIAN
Home Pharmacy Care adalah kegiatan pelayanan kefarmasian oleh apoteker yang bersifat
kunjungan rumah, khususnya untun kelompok pasien lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya seperti DM.
6. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pelayanan
kefarmasian di rumah (home pharmacy care) untuk memonitoring pengobatan pasien agar
dicapai hasil terapi yang optimal sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup pasien.
7. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
8. PROSEDUR
a. Home Pharmacy Care bersifat rahasia dan dilakukan atas persetujuan pasien.
b. Menilai atau melakukan assessment masalah yang dialamai pasien.
c. Mengidentifikasi kepatuhan pasien, bisa dilakukan dengan menanyakan sisa obat.
d. Melakukan pendampingan pengelolahan obat atau alat kesehatan di rumah, misalnya cara
pakai obat asma, penyimpanan insulin. Jika pasien mudah lupa, Apoteker bisa meminta
bantuan anggota keluarga lain untuk menginagtkan dan memastikan pasien meminum obat
tepat waktu dengancara pakai atau minum obat yang tepat.
e. Melakukan Konsultasi masalah oba atau kesehatan secara umum.
f. Memonitoring pelaksanaan, efektivitas, dan keamanan dan pengunaan obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien.
g. Dilakukan dokumentasi kegiatan Home Pharmacy Care menggunakan formulir Home
Pharmacy Care.
1. PENGERTIAN
PTO adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
2. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemantauan
terapi obat.
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
4. PROSEDUR
1. Kriteria pasien untuk kegiatan PTO yaitu anak-anak dan lansia, ibu hamil, dan menyusui;
menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis; adanya multidiagnosis; pasien dengan gangguan
fungsi gijal atau hati; menerima obat dengan indeks terapi sempit; dan pasien menerima
obat yang diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan.
2. Kegiatan PTO di Apotek Utama Husada baru akan dilakukan ketika apotek Utama Husada
telah memiliki pasien tetap.
3. Kegiatan PTO dilakukan sebagai berikut:
a. Pemilihan pasien yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan;
b. Menggali data riwayat pengobatan pasien (riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat,
dan riwayat alergi) melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga
kesehatan lain;
c. Mengidentifikasi masalah terkait obat seperti adanya indikasi tetapi tidak diterapi,
pemberian obat tanpa indakasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi atau
rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau interaksi obat;
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan apakah
masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi;
e. Merekomendasikan atau memberikan rencana tidak lanjut berupa rencana pemantauan
untuk memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki;
f. Melakukan dokumentasi pelaksanaan kegiatan PTO menggunakan formulir pemantauan
terapi obat.
1. PENGERTIAN
MESO merupakan kegiatan pemantauan terhadap setiap respon merugikan atau tidak
diharapkan yang muncul dari penggunaan obat yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi memodifikasi
fungsi fisiologis.
2. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan monitoring efek
samping obat (MESO).
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Penanggung Jawab (APJ)
4. PROSEDUR
1. Kegiatan MESO berfokus pada penamuan efek samping obat (ESO) yang berat, tidak
dikenal dan frekuensi kejadiannya jarang.
2. Kegiatan MESO bertujuan untuk meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak
diinginkan, mengurangi atau menangani reaksi obat yang tidak diinginkan, dan mencegah
terulangnya kejadian reaksi oabt yang tidak diinginkan.
3. Dipergunakan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam pelaksaan MESO.
4. Dilakukan pendokumentasian kegiatan MESO.
5. Kegiatan MESO berupa:
a. Identifikasi obat dan pasien yeng mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping
obat.
b. Pengisian formulir MESO.
c. Pelaporan ke pusat MESO Nasional.