Yenrizal
(Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang,
email : yen_rizal@yahoo.com)
Abstrak-Pengembangan ICT adalah sebuah realitas yang tidak bisa dihindari. Semua sisi kehidupan akan
dimasuki oleh bidang ini. ICT adalah bentuk praktis dari ilmu pengetahuan. Dari sekian banyak efek positif, sisi
negatif juga hadir dalam pemanfaatn ICT, terutama sekali penggunaan telepon seluler dan internet. Bagi
Indonesia, ini masih memperlihatkan kondisi masyarakat yang gaptek (gagap teknologi), sehingga ICT lebih
cenderung dipakai sebagai life style, alih-alih substansi. Ada masalah mentalitas yang hadir disitu, sesuatu yang
selama ini terlupakan. Masyarakat hanya diajarkan untuk memakai teknologi, tanpa pernah diberikan
pemahaman, hakekat teknologi tersebut. Masyarakat yang tergagap-gagap, itulah yang tampak saat ini.
Pembenahan institusi pendidikan adalah salah satu kata kunci, di samping penggunaan aturan hukum yang
jelas dan tegas. Tulisan ini adalah hasil analisis berdasarkan kajian-kajian teoritis dan pengamatan realitas
keseharian, diharapkan bisa memotret kondisi yang terjadi, dan menginginkan adanya solusi konkrit lebih jauh
lagi.
hanya mengenal komputer PC dengan yang tercatat 258 juta jiwa. Memang ini tidak bisa
menggunakan perangkat disket, kemudian jadi patokan pasti, karena bisa saja satu orang
masuklah Microsoft dengan produknya Windows. punya lebih dari satu telepon. Walau demikian, data
Sedemikian cepatnya langsung masuk ke berbagai ini sudah menunjukkan fenomena fantastis.
fase berikut, termasuk penggunaan ponsel. Tak ada Pendorong utama adalah makin kompetitifnya
fase jeda, seluruhnya terjadi seolah tiba-tiba. Dulu harga telepon seluler dengan berbagai pilihan, serta
pengetikan menggunakan mesin tik, tiba-tiba harga kartu telepon yang sangat murah.
berubah dengan komputer. Awalnya komunikasi Pesatnya peningkatan pemakaian telepon
tatap muka, tiba-tiba hadir telepon seluler. seluler dan internet, mau tidak mau sudah
Sedemikiannya cepatnya pula, sesuatu yang memasuki ranah sosial budaya dan ekonomi
awalnya dirasa mahal, seketika menjadi demikian masyarakat. Gaya hidup dan prilaku sehari-hari bisa
murah dan mudah didapat. dilihat sudah mengalami perubahan signifikan.
Contoh gampangnya adalah, komunikasi dengan
III. Realitas Penggunaan ICT di Indonesia SMS (short message service). Komunikasi sekarang
tidak mesti tatap muka ataupun percakapan lisan.
ICT berada pada dua tataran penggunaan, sebagai Untuk mengundang datang dalam sebuah rapat
life style dan kebutuhan. Sebagai kebutuhan, resmipun, terkadang cukup dengan SMS. Ucapan
pemanfaatan ICT berguna untuk memperlancar selamat lebaran, natalan, ulang tahun, cukup
proses kehidupan manusia, dengan semua sisi dengan mengirim pesan singkat.
positif yang dimilikinya. Sementara sebagai sebuah Sebuah kajian dari Jan A van Dijk (2011)
life style, pemanfaatan ICT lebih dominan pada sisi mengatakan bahwa pengguna internet di Indonesia
pencitraan, jauh dari esensi dasar teknologi dominan pada masyarakat pada umur 40 tahun ke
tersebut. Dalam bahasa gaul, dikatakan sekedar bawah. Merekalah yang paling memiliki motivasi
“gaya-gayaan”. Fenomena ini pula yang kuat. Penggunaan internet di Indonesia juga lebih
menimbulkan kekhawatiran dan menjadi ciri khas dominan dengan perangkat telepon seluler (mobile
di Indonesia. phone) atau sarana bergerak lainnya ketimbang
Pemakaian ICT yang lebih menonjol pemakaian dengan komputer PC. Ini kemudian
sebagai lifestyle, memang cukup kentara di berkorelasi langsung dengan tingginya intensitas
Indonesia. Efeknya adalah masyarakat lebih pemakaian internet. Van Dijk juga mengatakan
menampilkan aspek luaran dari teknologi ini, bahwa pengguna terbesar internet di Indonesia
namun meminimalisir esensi teknologi tersebut. adalah media jejaring sosial.
Esensi ini berkaitan dengan fungsi dasar, etika, Dalam pemakaian internet (termasuk
aturan main, dan efek negatif yang mungkin pemakaian telepon seluler), terdapat unsur penting
ditimbulkannya. yang menunjukkan trend pemakaian teknologi ini.
Penggunaan ICT yang cukup jadi Van Dijk (2011) menyebutnya dengan digital skill.
perhatian di Indonesia, sebagaimana juga di negara Ada beberapa unsur keahlian yang bisa dipetakan
lain, adalah internet. Menurut data dari Markplus yaitu :
Insight, tahun 2011, tercatat sebanyak 55 juta orang Operational Skills: kemampuan untuk
Indonesia menggunakan internet. Artinya dari total sekedar mengoperasikan komputer. Ini
sekitar 258 juta jiwa penduduk, 23 % sudah termasuk pengetahuan paling dasar.
terkoneksi dengan internet. Dari data tersebut, maka Formal Skills: keahlian untuk
penggunaan internet telah melebihi dari memanfaatkan media-media partikular
penggunaan media tradisional yang ada. Posisinya seperti navigasi, menu dan keterhubungan
malah berada di posisi kedua setelah TV. di internet.
Posisi ini sangat kuat disebabkan oleh Information Skills: keahlian untuk
tersedia berbagai sarana penunjang untuk melakukan pencarian informasi,
pemanfaatannya. Maraknya penjualan modem- menyeleksi dan memproses informasi
modem dengan harga terjangkau, fasilitas wi-fi menggunakan komputer dan sumber-
yang begitu mudah, serta koneksi internet melalui sumber jaringan. Termasuk disini keahlian
telepon seluler yang begitu mudahnya, menjadi berkomunikasi dengan jejaring sosial.
pendorong utama pemakai internet mengalami Strategic Skills: kapasitas untuk
peningkatan drastis. memanfaatkan sumber-sumber informasi
Khusus penggunaan telepon genggam, untuk kepentingan khusus dan sasaran-
menjadi fenomena menarik yang menonjol dalam sasaran besar dalam peningkatan posisi di
10 tahun terakhir. Statistik menunjukkan masyarakat. Seperti, pendidikan,
peningkatan tajam pengguna telepon seluler. Data pemasaran, relasi antar manusia.
dari Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia Content Creation Skills: keahlian untuk
(ATSI) menyebutkan bahwa sampai tahun 2011 membuat dan menciptakan konten-konten
lalu, pengguna telepon seluler di Indonesia sudah yang bisa disebarluaskan dan dipakai pihak
mencapai angka 240 juta, artinya sudah mendekati lain.
total keseluruhan populasi penduduk Indonesia
Untuk kondisi di Indonesia, mengacu pada menjadi sangat rentan terhadap berbagai efek
trend pemakaian teknologi internet dan telepon negatif yang berpotensi muncul.
seluler belakangan ini, agaknya keahlian umum
yang dimiliki baru sampai pada taraf informations IV. Masyarakat Gaptek dan Mentalitas Yang
skills. Pengguna di Indonesia cenderung hanya Terlupakan
memanfaatkan teknologi sebagai hiburan, mencari Istilah masyarakat Gaptek (Gagap
informasi, menjalin hubungan pertemanan, ataupun Teknologi), awalnya bukan istilah baku dalam
sekedar untuk menunjukkan kapasitas pribadi. Sifat khazanah bahasa Indonesia. Ini juga bukan kosa
ini sebenarnya masih berkaitan kuat dengan kata yang sudah resmi dalam dunia ICT.
keahlian dasar sebagai operational skills. Untuk Keseharian masyarakatlah yang memunculkan kata-
sampai pada level content creation skills, masih kata ini sebagai bentuk pengungkapan terhadap
sangat terbatas. keadaan orang-orang yang tidak siap dengan
Gambaran konkrit dari penjelasan di atas perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Namun
dapat dilihat dari statistik penggunaan telepon demikian, Kamus Besar Bahasa Indonesia
seluler di Indonesia (punya keterkaitan erat dengan kemudian mengadopsinya dan memberikan definisi
penggunaan internet secara mobile). Data dari singkat.
Garick Kea & Hanis Harun (2011) menunjukkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penggunaan email mobile di Indonesia, seperti pada 2008 tersebut, gagap diterjemahkan sebagai
gambar berikut. gangguan berbicara, dicirikan dengan orang yang
mengulang-ulang sebuah perkataan. Gagap
Teknologi sendiri, diartikan sebagai orang yang
tidak mengerti teknologi (Pusat Bahasa Depdiknas,
2008). Dari sini sudah bisa diarahkan bahwa
membicarakan kelompok/komunitas Gaptek adalah
komunitas yang tidak mengerti dan memahami
teknologi. Ketidakmengertian ini menjurus pada
sisi yang lebih esensial yaitu pemahaman terhadap
manfaat dasar dari teknologi.
Teknologi sendiri sebenarnya adalah
aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang
digunakan manusia untuk mencapai suatu tujuan
praktis, termasuk aplikasi, metode, cara-cara, alat
fisik seperti mesin agar dapat memecahkan masalah
(Liliweri, 2011;847). Tujuan ini tidak hanya
praktis, tetapi memiliki makna mendalam untuk
membantu kehidupan manusia. Tentu saja
Gambar 1 dibutuhkan manusia-manusia yang memahami
fungsi tersebut. Hal ini tidak lepas dari posisi ganda
Sumber : Garick Kea & Hanis Harun , Market
Insight By Request, Blackberry Devcon 2011, Singapore,
dari teknologi sendiri, bisa membantu kehidupan
December 20113 namun bisa juga menjadi sumber masalah.
Teknologi cenderung bersifat bebas nilai,
Tampak jelas, berdasarkan gambar 1 di manusialah yang memberikan makna pada manfaat
atas, bahwa penggunaan telepon seluler, terutama teknologi tersebut.
perangkat email, lebih dominan untuk kepentingan Teknologi dan masyarakat, terutama
personal. Artinya, ini hanya berkutat pada konteks budaya dan sikap mental, akan sangat
keperluan diri sendiri, seperti hubungan berhubungan. Teknologi mempengaruhi sosial
pertemanan, mempromosikan diri, chatting, dan budaya, sebaliknya sosial budaya juga
prilaku konsumtif. Pemanfaatan media sosial mempengaruhi teknologi (Liliweri, 2011;848).
seperti facebook dan twitter menempati posisi Aplikasinya bisa dilihat dalam realitas keseharian.
teratas. Sangat jelas tampak pada komputerisasi telepon
Mengacu pula pada data dari Van Dijk seluler dan teknologi internet. Kehidupan
sebelumnya, bahwa pengguna internet di Indonesia masyarakat berubah, dan teknologi terus
didominasi oleh kalangan usia 40 tahun ke bawah, berkembang karena kebutuhan manusia itu sendiri.
berarti kaum muda paling banyak Pola komunikasi yang dulunya sangat kuat dengan
menggunakannya. Maka sangat lazim melihat anak konteks tatap muka, kini bergeser pada komunikasi
SMP, SMA, bahkan SD dengan leluasa bermedia.
menggunakan telepon genggam. Kelompok usia ini Tentu saja, sebagaimana dijelaskan di atas
bahwa pengaruh ini akan membawa sisi negatif
atau positif, sangat bergantung pada kemampuan
3
manusia dalam memaknai dan memanfaatkan
http://www.ukmsukses.com/index.php/2012/02/pengguna- teknologi tersebut. Pada konteks masyarakat yang
internet-di-indonesia-baru-sebatas konsumtif/
paham dan bisa berjalan beriringan dengan kondisi telepon seluler, tidak dipahami kapan dan
tersebut, keberimbangan bisa terjadi. Sebaliknya, bagaimana cara pemakaiannya. Ini masalah etika
pada masyarakat yang belum memiliki standar yang berhubungan erat dengan mental dan budaya.
norma yang jelas dan masih dalam tahap mencari-
cari bentuk yang tepat, kondisi gagap teknologilah
(gaptek) yang terjadi. Realitas Indonesia, agaknya
berada pada tahap ini. Lompatan Budaya
Ketika di keseharian, sebagaimana contoh-
contoh kasus yang sudah dijelaskan di awal tulisan
ini, maka fokusnya bukan pada soal teknologi
tersebut, tetapi manusia yang memakainya.
Masy. Masy.
Masalah manusia adalah masalah mentalitas, sikap Tanpa Transisi
Tradisional Modern
mental yang tidak siap dan tidak pernah disiapkan
untuk menerima dan memakai teknologi tersebut.
Sikap mental yang tidak saja berasal dari dalam diri
manusia, namun faktor eksternal yang tidak pernah Masy.
memperhatikan kesiapan ini. Sisi eksternal ini Gaptek
adalah lingkungan di luar diri manusia, seperti
aspek pendidikan, pentahapan perkembangan ke Gambar 2
masyarakat, begitupun dengan aturan-aturan yang Perubahan Masyarakat Gaptek
semestinya bisa mengarahkan sikap mental
tersebut. Di aspek yang lebih luas, ada faktor Gambar di atas memberikan ringkasan
budaya yang mempengaruhi secara kuat. bahwa terjadinya kondisi masyarakat gaptek,
Katz dan Aakhus (Katz, 2008; 379) berhubungan dengan transisi yang tidak selesai.
berkata bahwa konseptualisasi hubungan antara Persoalan ini berkaitan erat dengan lompatan
teknologi dan budaya selalu bermasalah. Di satu budaya yang dialami masyarakat Indonesia begitu
sisi, teknologi adalah produk dari budaya cepat, tanpa ada persiapan sebelumnya. Kecepatan
kontekstual, tetapi di sisi lain, teknologi dapat dalam menerima teknologi, menimbulkan
memicu perubahan budaya dengan cara yang tak kegagapan masyarakat, lebih melihat teknologi
terduga. Kondisi itu membuka kemungkinan baru sebagai life style ketimbang esensinya. Perubahan
yang sampai sekarang tidak tersedia dan kadang yang terjadi tidak memberikan efek besar pada sisi
tidak diperkirakan. Inilah masalah besar yang substansi di masyarakat, namun lebih pada kulit
kemudian melanda masyarakat di negara luar. Aspek tradisional masih menonjol, sementara
berkembang, yang masih mencari-cari jati diri di sisi modernitas dan kemudahan teknologi
tengah transisi yang terus berlangsung. terabaikan. Masyarakat pada dua kaki itulah yang
Persoalan yang tampak dari penggunaan terjadi, sehingga kebiasaan dalam percakapan dan
telepon seluler secara serampangan, sebagaimana tindakan sehari-hari, tetap dibawa.
contoh yang sudah dijelaskan, merupakan dinamika Membenahi sisi mentalitas, dalam kaitan
yang berada pada wilayah ini. Pertierra (Katz, dengan aspek budaya, memerlukan pekerjaan besar
2008;379) mengatakan bahwa teknologi modern seluruh pihak. Perkembangan teknologi sangat
seperti ponsel membawa perubahan di dalam dunia tidak mungkin untuk dihindari. Masalahnya ada
pengguna mereka yang memiliki konsekuensi sosial pada proses penyiapan. Langkah-langkah strategis
dan budaya yang signifikan. Paradoksnya, ponsel harus dimunculkan, menyesuaikan dengan kondisi
mendorong orientasi lebih diprivatisasi dan yang terjadi sekarang ini. Ada beberapa hal yang
personal kepada dunia bila digunakan di depan bisa dilakukan, jika dirunut dari kondisi yang
umum, dan orientasi yang berlawanan bila terjadi saat ini :
digunakan secara pribadi. a. Membenahi metode pendidikan dasar yang
Orientasinyaakan sangat berbahaya secara lebih mengedepankan etika komunikasi
sosial. Orientasi pribadi bisa menjadi tindakan dalam penggunaan teknologi.
kolektif melalui transmisi informasi yang cepat. Ini adalah proyek jangka panjang, perbaikan
Ada kolektivitas yang tampaknya mudah dari sisi mental. Kendati ini terkesan sangat
dimobilisasi. Faktanya tampak dengan jelas. sulit untuk melihat hasilnya, tetapi jangka
Penggunaan media jejaring sosial, sekarang sudah panjang perlu dikedepankan. Jika ditanyakan
dianggap sebagai pembicaraan antarpribadi, kepada generasi yang hidup sekarang,
padahal itu adalah berbicara di depan umum. apakah pernah menerima “pendidikan”
Telepon seluler, yang semestinya dipahami sebagai tentang etika teknologi, jawabannya pasti
komunikasi bermedia, dimana juga berlaku etika tidak. Masyarakat hanya diajarkan untuk
komunikasi bermedia, dianggap sebagai menerima.
komunikasi antarpribadi tatap muka. Dalam b. Memulai menciptakan generasi-generasi
pemakaiannya, hanya sekedar memindahkan bahasa yang bisa bersikap produktif terhadap
tutur dalam bentuk tulisan. Jika menggunakan