Laporan Observasi TK 2
Laporan Observasi TK 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI TK X
Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
DESEMBER 2019
LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Guru mengkondisikan
siswa untuk baris
untuk memulai
melakukan senam pagi
dan melakukan
berbagai tepukan yang
dipimpin oleh salah
satu Guru.
2
Setelah siswa meniti, siswa
diminta untuk melewati
trowongan yang guru sudah
sediakan. Siswa sangat
antusias saat melakukannya.
3
guru yang mempimpin barisan memulai senam dengan hitungan, yang
dilanjutkan dengan tepukan. Ada sekitar 10 tepukan yang dilakukan.
Selanjutnya siswa diminta guru untuk membuat barisan satu bersaf,
dimana barisan yang paling depan adalah satu guru yang diikuti oleh kira-kira
10 anak. Setelah itu merekapun melewati berbagai rintangan yang berupa,
meniti jalan, memasuki terowongan, dan menaiki jala. Setelah itu siswa mulai
memasuki ruang kelas masing-masing.
Dalam pembelajaran open class semua siswa di wajibkan untuk
mengikuti pembelajaran tessebut semua siswa berjumlah 80 anak yang
mengikuti pembelajaran tersebut. Karena dalam setiap kelas mempunyai 20
anak dan dalam satu sekolah mempunyai 4 kelas. Dan semua di kelas wajib
mengikuti sebelum pembelajaran di kelas.
4
Hasil wawancara :
Untuk melengkapi hasil observasi kami juga melakukan wawancara
dengan guru dengan hasil sebagai berikut :
Mahasiswa : “Maaf Bu, setelah senam anak-anak mau diarahkan kemana ya
Bu?”.
Guru : “Ini cuma ke depan muter doang kok Mba, karena ini anak anak
sudah lama tidak jalan-jalan”.
Mahasiswa : “Ini kegiatannya memang rutin atau bagaimana Bu?”
Guru : “Engga juga sih Mba, ini kegiatannya Pagi Ceria”.
b. Pembelajaran di kelas
Guru menggunakan metode modeling dengan materi bangun datar,
untuk pembelajaran tema matematika. Guru menjelaskan dengan menunjuk
gambar pada kertas. Dokumentasi kegiatan :
5
Guru menjelaskan terlebih dahulu menjelaskan mengenai bangun datar
apa saja yang ada dalam lembar kertas, selanjutnya siswa diminta untuk
menyebutkan benda yang ada di sekitar yang bentuknya sama seperti yang ada
di lembar kertas. Selanjutnya siswa diminta untuk meniru pola yang ada di
kertas lalu mewarnainya dengan krayon.
6
Setelah istirahat guru ganti
dan menjelaskan tugas apa
yang akan dilakukan Siswa.
Guru menggunakan modul
jadi siswa mendengarkan
dengan seksama halaman
berapa yang akan siswa
kerjakan.
7
Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas anak didik selama proses
pembelajaran disajikan dalam tabel berikut :
Hasil wawancara :
Untuk melengkapi hasil observasi kami juga melakukan wawancara
dengan guru dengan hasil sebagai berikut :
Mahasiswa : “Apakah ada siswa yang tidak berangkat hari ini ?”.
Guru : “Ada Mba, ada 3 siswa yang tidak berangkat”.
Mahasiswa : “Untuk keaktifan siswa dalam kelas memang ada penilaian
khusus?”
Guru : “Ouh tidak Mba, namun untuk siswa yang bernama Abizar itu
memang sebernanya ABK, dulu Abizar sebelum masuk ke TK
orang tua Abizar memasuki Abizar pada sekolah luar biasa
namun tidak kunjung ada perubahan, setelah itu orang tua Abizar
memasuki Abizar pada TK ini, dan Abizar menjadi lebih baik
setelah bersekolah di TK ini, pertama kali Abizar masuk sekolah
dia orangnya masih pendiam dan suka menyendiri, tetapi lama
kelamaan Abizar mulai bisa bersosialisasi”.
8
c. Display Kelas
9
Tampak samping kiri setelah
kami masuk ke dalam ruang
kelas. Terdapat portofolio
siswa, area menghitung,
terdapat juga huruf hijaiyah di
temple di dinding ruang kelas.
10
2. Analisis hasil observasi dan wawancara
a. Pada tahap pembelajaran di luar kelas
Pada awal pembelajaran, guru mengkondisikan siswa untuk baris
untuk memulai senam ceria dan jalan-jalan. Siswa sangat antusias dalam
melakukan yang dipimpin dengan salah satu guru, semua siswa mengikuti
arahan yang diberikan guru dengan senang. Menurut Albert Bandura,
Interaksi antara individu dan perilaku adalah saling pengaruh antara fikiran,
emosi, dan sifat biologis seseorang dengan perilaku. Interaksi dua arah
anatara individu dan lingkungan ini terjadi pada lingkungan sosial dapat
mempengaruhi individu melalui modeling, pembelajaran, dan persuasi sosial.
Namun, harapan, keyakinan dan kompetensi kognitif seseorang akan
mempengaruhi lingkungan sosial. Seperti pada teori Albert Bandura tentang
Belajar Observasional membagi perilaku dapat terjadi melalui tiga model
imitative seperti, same behavior (perilaku sama) terjadi ketika dua atau lebih
individu merespons situasi yang sama dengan cara yang sama.
Dengan perilaku yang sama, semua individu yang terlibat
didalamnya telah belajar secara independen untuk merespons stimulus
tertentu dengan cara tertentu, dan perilaku mereka mencul secara stimultan
saat stimulus, atau yang sejenisnya, terjadi di lingkungan itu. Dalam
modeling yang di pakai dalam proses pembelajaran yaitu Direct Modeling
(Live Model) merupakan meniru individu yang nyata ada, dan perilakunya
diamati secara langsung. Disini siswa langsung melihat apa yang diperagakan
oleh guru dan siswa langsung mengikuti apa yang guru peragakan disini
terjadi proses pembelajaran live model, yaitu seseorang mendemonstrasikan
perilaku yang diinginkan untuk ditiru orang lain.
Menurut pendapat Miller dan Dollard pada teori Copying behavior
(perilaku meniru atau menyalin) adalah melakukan perilaku sesuai dengan
perilaku orang lain. Dari pendapat Albert Bandura, Miller, dan Dollard
11
menjelaskan siswa yang sedang mengikuti arahan salah satu guru yang
memimpin, mengikuti semua gerakan guru yang diperagakan di depan siswa.
Dalam proses pembelajaran di awal ada salah satu guru yang
memberikan satu kode agar anak mau menuruti apa perkataan guru. Ini
menurut B.F.Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan
model instruksi langsunng (directed instruction) dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses pengkondisian.
Pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan
(penguatan positif atau negatif) yang mengakibatkan perilaku tersebut
berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Pada pembelajaran pertama sebelum siswa memasuki ruang kelas
siswa diajak untuk berkeliling daerah sekolah dari pembelajaran itu bisa
terlihat pembelajaran open class pada konsep belajar humanisme dalam
konsep ini peran guru sangat berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk secara aktif membimbing diri mereka sendiri dalam belajar, dan
siswa juga secara aktif memilih materi, metode dan langkah dalam belajar.
12
melakukan aktivitas itu. Reduksi rasa takut yang berasal dari pengamatan atas
tindakan model dalam aktivitas yang ditakuti itu dinamakan disinhibition
(disinhibisi). Seorang model mungkin juga bisa memicu respons pengamat
yang sudah belajar dan tak mengalami hambatan dalam memberi respons itu.
Dalam kasus ini, model meningkatkan kemungkinan si pengamat akan
melakukan respons yang sama. Ini dinamakan facilitation (fasilitas).
Menurut Bruner, agar anak hendaknya belajar melalui berpartisipasi
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Anak dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Hal
ini tercermin dari aktivitas kelas yaitu observasi, menanya, mencoba, menalar,
dan mengkomunikasikan. Hal ini tercermin dari aktifitas belajar dimana siswa
diminta untuk mewarnai suatu gambar dengan menggunakan pewarna
makanan dan cotton bud dimana siswa diperintahkan untuk memberi warna
dengan cara memberi pola titik-titik kecil sampai gambar tertutup warna.
Sebelumnya guru juga memberi contoh cara pengerjaan dan hasilnya sebagai
live model bagi siswa.
Dan jika ada siswa yang menyelesaikan tepat waktu guru berjanji akan
memberi bintang atau nilai yang bagus. Ini sependapat dengan Skinner
menggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar.
Dia berpendapat bahwa tujuan psikolog adalah memprediksi dan mengontrol
tingkah laku. Pada teori ini, guru memberi penghargaan hadiah atau nilai
tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali
atau menghilang sesuai keingingan. Operan conditioning menjamin adanya
respons terhadap stimulus. Bila tidak menunjukan respons terhadap stimulus,
maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan siswa dalam
proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
13
c. Display Kelas
Menurut pendapat Montessori hal perlu dilihat dalam kelas anak usia
dini pada karakteristik kelas, menurut Montessori hal pertama yang mungkin
dilihat oleh siswa usia 3, 4, dan 5 tahun digabungkan, sebagai pula usia 6, 7,
dan 8 tahun. Pada pengaturan ruangan, dengan rak-rak rendah terbuka berisi
banyak materi yang diatur dengan cermat yang bisa diambil oleh siswa.
Alih-alih pengaturan dengan perabot berorientasi tunggal untuk membantu
pengajaran seluruh kelas, meja dan bangku dikelompokkan untuk membantu
pengajaran seluruh kelas, meja dan bangku dikelompokkan untuk membantu
pekerjaan pribadi anak atau kelompok kecil. Ruang terbuka dilantai
membuat anak-anak bisa bekerja di lantai. Menurut penadapat Montesori
sangat sesuai dengan pengkodisian pada TK X.
Ada juga menurut pendapat Pestalozzi dalam teori audio visual
memory (AVM), teori ini mengandung intisari bahwa melalui
pengembangan AVM dapat dikembangkan potensi lain, seperti daya
imajinasi, kerativitas, bakat, minat dari seorang anak, karena melalui
pengembangan: Auditory, anak dapat mengoptimalkan pendengarannya.
Visual, anak dapat mengunakan penglihatannya dengan baik. Memory, anak
dapat mengunakan dan melatih ingatan secara baik. Implikasi ditaman
kanak-kanak menurut Pestalozzi yaitu, dalam konsep pendengaran
(Auditory) guru dan anak-anak bertepuk tangan sebelum melakukan
kegiatan, sehingga anak dapat mendengar berbagai macam bunyi pola tepuk.
Konsep penglihatan (Visual) letakkan cermin di kelas, sehingga anak dapat
melihat dirinya sendiri dengan bagian-bagian tubuhnya. Konsep ingatan
(Memory) guru menyediakan kartu gambar seri. Guru bercerita tentang isi
gamabar secara beruntutan. Kemudian minta salah satu anak menceritakan
kembali tentang isi gambar dengan mengunakan kata-katanya sendiri.
14
3. Daftar Pustaka
Sujiono, Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Rahyubi, Heri. 2014. Teori-Teori Belajar Dan Aplikasi Pembeljaran Motorik. Jawa
Barat: Referensi.
Hergenhahn, Olson. 2010. Theoris Of Learning. Jakarta: Prenada Media Group.
James, Jaipul. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.
Baharuddin, Esa. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
15