Anda di halaman 1dari 6

PAMERAN SENI DRAMA

DRAMA MALIN KUNDANG

Alfi Zaidatussholihah-3101420011

Tugas 3

Indonesia kaya merupakan kanal YouTube yang mempersembahkan drama musikal


cerita rakyat Indonesia. Indonesia Kaya menggandeng BOOW LIVE sebagai mitranya untuk
menampilkan Cerita Rakyat Indonesia. Terdapat 6 cerita yang ditampilkan yaitu Malin
Kundang, Timun Mas, Rara J, Sangkuriang, dan Bawang Merah & Bawang Putih. Terbit di
masa pandemic, drama musikal dengan tag line MusikalDiRumahAja menemani penonton
pada tanggal 23 Juli-23 Agustus 2021.

https://www.youtube.com/watch?v=dZaRInn4Fno&t=80s dengan durasi 42 menit.

Musikal DiRumahAja memanjakan penonton yang terhalang ruang karena pandemic


Covid-19. Dimulai dengan penayangan drama Malin Kundang yang disutradarai oleh Rama
Suprapto sebagai sutradara teater, Brikta Gita ariya Negara sebagai sutradara film, dan Titien
Wattimena sebagai penulis naskah, Bayu Pontiagust sebagai produser eksekutif, Dimitri
Hariastuti sebagai produser dan asisten sutradara musik, Dian HP sebagai penata musik dan
composer, Mayk Wongkar sebagai sinematografer, Vida Sylvia sebagai penata artistic, Aline
Jusria sebagai penyunting gambar, Zaki Fauzan sebagai visual grafis, Ilustrator di
tanggungjawabkan kepada Ocular Studio Design dan Yahya Nathanael Lahan.
Drama Malin Kundang yang ditampilkan ini dibuka dengan lagu Malin Kundang.
Naura, penyanyi yang melantunkan lagu tersebut berirama dalam aksara:

Ini kisah, pulang kampung

Pergi ke seberang, tak jua pulang

Tinggalkan bunda seorang diri

Sabar menanti, hari sehari

Malin, oh malin2x

Namamu bergema sepanjang masa

Bukan karena sifatmu mulia

Namun kearena kau lupakan bunda

Malin oh malin…

Drama bermula ketika Malin yang dibesarkan oleh cinta kasih ibunya, pergi merantau
ke kota. Disana, ia menikah dengan seorang gadis bernama Nur. Suatu saat, ketika Malin
sedang duduk bersantai, Nur menginginkan untuk pulang kampung ke kampung halaman
suaminya untuk bertemu ibu mertua. Namun Malin berdalih, jika ibunya telah meninggal.
Malin pernah bercerita kepada istrinya kalau kampung halamannya seindah surga. Ia juga
bercerita bahwa di kampung halaman, ia merupakan orang kaya. Begitulah malin membalas
dengan melantunkan lagu.

Bunda, oh bunda

Sekepal nasi tanpa lauk terasa nikmat

Selama bunda yang menanak

Bunda, oh bunda

Dipan tua tanpa Kasur terasa surga

Selama bunda disisi hamba

Rupanya, Nur menaruh kecurigaan terhadap suaminya. Ia merasa ada yang


disembunyikan. Ia berujar akan dapat menemukan kebenaran setelah sampai di kampung
halaman Malin kundang.
Malin, oh Malin

Pasti ada yang engkau sembunyikan

Yang enggan kau ungkapan

Malin, oh Malin

Akan kutemukan jawabannya

Begitu kita tiba di sana….

Sementara itu, Ibu Malin yang mulai menua, setiap hari tak pernah absen
mengunjungi Pantai. Ia berharap akan kedatangan putranya, Malin Kundang.

Setiap hari, ku menunggu

Berharap ada kapal yang berlabuh

Terbayang Malin tersenyum penuh

Melangkah turun Siap memelukku

Bertahun tahun engkau pergi

Rindu bunda tak kunjung henti

Kapal berlabuh silih berganti

Tiada juga engkau kembali

Apakah kamu putraku

Ketika kau kanak tiada terpisah

Tak jua oleh kemiskinan

Ingatkan itu, putraku?

Sejak ayahmu pergi kita tiada menyerah

Tak juga karena kehilangan

Namun, keajaiban menghampiri. Malin Kundang dan Nur terlihat dari kejauhan telah
berlabuh dan turun dari kapal. Panggilan dengan nada tinggi dan bersemangat, ditujukkan
kepada Malin. “Malin, Malin, Malin”, panggil ibunya. Nur yang mendengar panggilan itu
kemudia bertanya kepada Malin siapakah gerangan yang memanggilnya dengan bersemangat
itu. Malin bergemin, ia tidak tahu sambal menggelengkan kepalanya.“Hanya seorang Wanita
tua”, tambahnya.

Ibu Malin menghampiri mereka berdua dan meyakinkan kalau ia adalah ibunda Malin
Kundang. Nur terkaget..

Inikah yang engkau sembunyikan

Kau bilang ayah ibumu kaya raya

Tetap Malin menegaskan jikalau wanita tua itu bukan ibunya.

Dia bukan ibuku

Ibuku sudah tiada

Buih yang pernah Malin agungkan, kembali disajikan oleh istrinya.

Rumahmu semewah istana

Masa, Wanita itu yang kau sebut bunda

Tak gentar dan tak goyah, Malin kembali menguatkan.

Ibuku sudah tiada

Mewarisanku kekuasaan dan harta

Istrinya terus memperlihatkan kenyataan.

Lihat yang mengaku bundamu

Ia begitu lusuh

Tak mungkin ia sama dengan gaunku

Malin terus meyakinkan istrinya.

Dia bukan ibuku

Andai ia masih ada

Tak mungkin seburuk itu rupanya

Ibunda Malin:
Setiap hari ku menunggu

Berharap ada kapal yang berlabuh

Ia yang kutunggu

Sudah kembali

Bukan memeluk malah memaki

Bertahun-tahun sudah engkau pergi

Rindu bunda tak kunjung henti

Engkau yang pergi menjelma doa

Putraku sendiri melupakannya

Ingatkah kamu, putaku?

Ketika kau kanak kita tiada terpisah

Tak juga kalau kemiskinan

Ingatkah itu, putaraku

Sejak ayahmu pergi

Kita tiada menyerah

Tak juga kalau kehilangan

Malin dengan tegas membantah kalau ia adalah anak dari wanita tua dengan berbaju
lusuh itu. Malin tetap menyangkal dan tetap berkomitmen pada kisah yang diceritakannya
pada istrinya. Gemuruh petir ditepian laut terpanggil. Suasana berubah menjadi dramatis.

Oh langit yang kelabu

Berubahlah menjadi gemuruh

Hujan turunlah jatuh

Ombak bergulunglah teduh

Tuhanku, memelihara manusia

Dimanakah anakku yang dulu


Yang mencintaiku sedemikian rupa

Meski aku miskin tiada harga

Tuhanku penguasa semesta

Kemanakan ku harus meminta

Tunjukkan kuasamu yang megah

Adililah dia yang telah melawan sang putra…

Raungan tangisan Malin Kundang rupanya tidak bisa menutupi rasa sakit hati atas
tindakannya terhadap ibundanya. Semesta telah mengiyakan doa Ibu Malin Kundang.
Terkutuklah pria ini menjadi batu.

Internalisasi Pemaknaan Drama Malin Kundang

Tontonan yang sangat apik di momen yang tepat. Drama musical Malin Kundang
dapat menjadi bonding bagi orang tua terhadap anaknya. Ketika ditonton seksama dengan
keluarga, secara tidak langsung memberikan pelajaran bahwa bagaimanapun keadaan
keluarga, bagaimanapun keadaan ibu, hal tersebut tidak dapat diganti atau dihilangkan.
Gengsi dan sombong yang berhasil merajai Malin, tidak dapat ditiru. Artinya, ini momen
yang tepat bagi keluarga untuk merefleksikan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebaikan
dari kisah Malin Kundang.

Pandangan Kritis

Terlepas dari pembahasan bahwa cerita rakyat yang tidak masuk dalam sejarah karena
tidak bisa dibuktikan secara empiris, kisah Malin Kundang dapat menjadi suatu cara untuk
membentuk karakter sejak dini kepada anak-anak. Kutukan menjadi batu adalah bukti bahwa
setiap tindakan memiliki konsekuensinya sendiri. Nilai-nilai yang dapat dipetik dari kisah
Malin Kundang adalah tidak sombong, menghormati orang tua, dan konsekuensif.

Anda mungkin juga menyukai