Alfi Zaidatussholihah-3101420011
Tugas 3
Malin, oh malin2x
Malin oh malin…
Drama bermula ketika Malin yang dibesarkan oleh cinta kasih ibunya, pergi merantau
ke kota. Disana, ia menikah dengan seorang gadis bernama Nur. Suatu saat, ketika Malin
sedang duduk bersantai, Nur menginginkan untuk pulang kampung ke kampung halaman
suaminya untuk bertemu ibu mertua. Namun Malin berdalih, jika ibunya telah meninggal.
Malin pernah bercerita kepada istrinya kalau kampung halamannya seindah surga. Ia juga
bercerita bahwa di kampung halaman, ia merupakan orang kaya. Begitulah malin membalas
dengan melantunkan lagu.
Bunda, oh bunda
Bunda, oh bunda
Malin, oh Malin
Sementara itu, Ibu Malin yang mulai menua, setiap hari tak pernah absen
mengunjungi Pantai. Ia berharap akan kedatangan putranya, Malin Kundang.
Namun, keajaiban menghampiri. Malin Kundang dan Nur terlihat dari kejauhan telah
berlabuh dan turun dari kapal. Panggilan dengan nada tinggi dan bersemangat, ditujukkan
kepada Malin. “Malin, Malin, Malin”, panggil ibunya. Nur yang mendengar panggilan itu
kemudia bertanya kepada Malin siapakah gerangan yang memanggilnya dengan bersemangat
itu. Malin bergemin, ia tidak tahu sambal menggelengkan kepalanya.“Hanya seorang Wanita
tua”, tambahnya.
Ibu Malin menghampiri mereka berdua dan meyakinkan kalau ia adalah ibunda Malin
Kundang. Nur terkaget..
Ia begitu lusuh
Ibunda Malin:
Setiap hari ku menunggu
Ia yang kutunggu
Sudah kembali
Malin dengan tegas membantah kalau ia adalah anak dari wanita tua dengan berbaju
lusuh itu. Malin tetap menyangkal dan tetap berkomitmen pada kisah yang diceritakannya
pada istrinya. Gemuruh petir ditepian laut terpanggil. Suasana berubah menjadi dramatis.
Raungan tangisan Malin Kundang rupanya tidak bisa menutupi rasa sakit hati atas
tindakannya terhadap ibundanya. Semesta telah mengiyakan doa Ibu Malin Kundang.
Terkutuklah pria ini menjadi batu.
Tontonan yang sangat apik di momen yang tepat. Drama musical Malin Kundang
dapat menjadi bonding bagi orang tua terhadap anaknya. Ketika ditonton seksama dengan
keluarga, secara tidak langsung memberikan pelajaran bahwa bagaimanapun keadaan
keluarga, bagaimanapun keadaan ibu, hal tersebut tidak dapat diganti atau dihilangkan.
Gengsi dan sombong yang berhasil merajai Malin, tidak dapat ditiru. Artinya, ini momen
yang tepat bagi keluarga untuk merefleksikan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebaikan
dari kisah Malin Kundang.
Pandangan Kritis
Terlepas dari pembahasan bahwa cerita rakyat yang tidak masuk dalam sejarah karena
tidak bisa dibuktikan secara empiris, kisah Malin Kundang dapat menjadi suatu cara untuk
membentuk karakter sejak dini kepada anak-anak. Kutukan menjadi batu adalah bukti bahwa
setiap tindakan memiliki konsekuensinya sendiri. Nilai-nilai yang dapat dipetik dari kisah
Malin Kundang adalah tidak sombong, menghormati orang tua, dan konsekuensif.