Anda di halaman 1dari 4

Analisis Dongeng Malin Kundang

BAB I
Pendahuluan

Malin kundang

Latar Belakang Masalah

Malin kundang merupakan dongeng popular di Indonesia yang berasal dari Sumatra Barat.
Kisah ini bercerita mengenai seorang pemuda yang bernama Malin yang hidup Miskin bersama
Ibunya disebuah Gubuk tua peninggalan Almarhum Ayahnya sejak ia masil kecil. Malin
dibesarkan oleh ibunya dengan keadaan yang seadanya hingga dewasa ia memutuskan pergi
Merantau untuk mengubah nasibnya di Negeri Orang. Namun setelah ia sukses Malin lupa
dengan ibunya bahkan tidak mau mengakui ibunya lagi.

Permasalahan

Bagaimana seorang pemuda yang bernama Malin bisa durhaka kepada ibunya setelah sukses
menjadi orang kaya karena sebab kesombongan dan kekayaan lah yang membuat malin tidak
mengakuinya dan mengusir ibunya dari kapal megah miliknya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, Identifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana unsur intrinsic dongeng Malin Kundang?


2. Apakah dogeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3. Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam Dongeng tersebut?

SINOPSIS

Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah kampung nelayan di Pantai Air
Manis. Perempuan miskin setengah baya tersebut mempunyai seorang anak lelaki tunggal
bernama Malin Kundang. Malin Kundang sejak kecil telah ditinggal mati oleh bapaknya. Jadilah
Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya dengan
mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin
Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja.
Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis, Malin Kundang mengutarakan
maksud hatinya kepada ibunya. Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri
seberang guna merubah nasib hidup dan masa depannya. Sang ibu tak kuasa menahan dan
melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata. Tinggallah ibunya seorang diri dan berdoa
semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang.
Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari nakhoda yang sering berlabuh di
Pantai Air Manis. Sungguh tak dapat dibayangkan ternyata Malin Kundang telah menjadi kaya
dan mempunyai istri yang cantik di rantau sana. Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang
mendengar kabar baik tersebut. Tiap malam sang ibu berdoa semoga Malin Kundang segera
kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya.
Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air
Manis. Hati sang ibu sungguh sangat bahagia, karena doanya dikabulkan Tuhan untuk dapat
kembali bertemu dengan anaknya yang telah berpuluh tahun pergi jauh dari pangkuannya. Main
Kundang tampak gagah turun dari kapal bersama istri cantiknya. Malin, Malin, ini ibu nak,
sahut ibu sambil berlinangan air mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang
telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang
compang-camping itu sebagai ibunya. Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu,
dasar tua bangka yang tak tahu diri!, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang
adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka
anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.
Malin Kundang lantas berlalu dan meninggalkan ibunya yang masih bersimpuh sambil
menangis sedih. Tak lama kemudian kapal Malin Kundang mulai bergerak meninggalkan
sandaran. Sang ibu berdoa sambil meneteskan air mata. Ya Tuhan, kalau memang Malin
Kundang anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu kepada ku.
Tak lama kemudian datanglah badai disertai petir dan gelombang laut yang dahsyat. Tak
pelak kapal Malin Kundang dihantam gelombang laut yang datang secara tiba-tiba. Malin
Kundang sempat memanggil nama ibunya, namun kebesaran Tuhan telah datang, Malin
Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya dan terdampar di tepi Pantai Air Manis.
Konon karena kutukan ibunya, Malin Kundang bersama istrinya berubah menjadi batu.

Unsur intrisik

1. Tema : Kedurhakaan terhadap Orang Tuanya


Bukti : Terletak pada paragraph ke 4
Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau
mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. Saya
tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!,
begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu
tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan
sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.
2. Tokoh
a. Malin Kundang
b. Ibu Malin Kundang

3. Perwatakan
a. Malin Kundang : Protagonis dan Antagonis
Bukti : Terletak pada Paragraf ke 2 dan 4
Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri seberang guna merubah nasib
hidup dan masa depannya(Protagonis)
Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui
wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. Saya tidak punya
ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!, begitu kata Malin
Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak
sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang
hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya. (Antagonis)
b. Ibu Malin Kundang : Baik Hati dan Penyayang ( Protagonis )
Bukti : Terletak pada paragraph ke 1 dan 2
Jadilah Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya
dengan mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin
Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja.
Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata.
Tinggallah ibunya seorang diri dan berdoa semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang.
4. Alur : Maju
5. Latar
a. Latar Tempat : Di Pantai Air Manis
Terletak Pada Paragraf ke 1 : Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah
kampung nelayan di Pantai Air Manis.
Terletak pada paragraph ke 2 : Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis,
Malin Kundang mengutarakan maksud hatinya kepada ibunya
Terletak pada paragraph ke 3 : Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari
nakhoda yang sering berlabuh di Pantai Air Manis.
Terletak pada paragraph ke 4 : Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa
Malin Kundang di pantai Air Manis.
Terletak pada paragraph ke 6 : Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa
Malin Kundang di pantai Air Manis.
b. Latar Waktu : Siang dan Malam
Terletak pada paragraph ke 3 dan 4 : Tiap malam sang ibu berdoa semoga Malin Kundang
segera kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya. (3)
Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi
dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.(4)
c. Latar Suasana : Bahagia dan Menyedihkan
Terletak pada paragraph ke 2 : Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai
dengan cucuran air mata.
Terletak pada paragraph ke 3 : Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang mendengar kabar baik
tersebut.
Terletak pada paragraph ke 4 : Malin, Malin, ini ibu nak, sahut ibu sambil berlinangan air
mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia
tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya.
Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!,
begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu
tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan
sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.
6. Amanat :
Janganlah durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap ibu kita. Durhaka terhadap orang tua
apalagi terhadap seorang ibu merupakan perilaku yang tercela dan sangat dilarang oleh agama.
Ingatlah bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu, berprilaku baik dan
lemah lembut lah terhadap ibu kita.
7. Sudut Pandang : Orang Ketiga.

Anda mungkin juga menyukai