Anda di halaman 1dari 15

ARMED ICON BERBAGI PAGI

CLEAN ROOM
Peran PPI Dalam Mewujudkan Konsep Clean Room
dr RIDHA WAHYUTOMO, M.Arch, Sp.MK, FISQua, GA
13 September 2023

Silahkan menambahkan dan menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa saja selama tidak untuk
tujuan komersial
MUQADDIMAH
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah Dzul Jalali wal Ikram, kami memuji-Nya, memohon pertolongan
dari-Nya dan mohon ampun kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada
orang yang mampu menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka
tidak ada orang yang mampu memberikan petunjuk kapadanya. Saya bersaksi, bahwa tidak
ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Saya
bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Semoga Allah melimpahkan
salam dan shalawat kepadanya. Alhamdulillah sebuah tulisan sederhana mengenai beberapa
hal tentang clean room dari sudut PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi telah tersusun.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat terutama bagi dunia pendidikan kesehatan dan
bagi program PPI di rumah sakit. Serta usaha ini berpahala di sisi Allah SWT

Perifer Area Jawa Tengah, 13 September 2023


CLEAN ROOM
dr RIDHA WAHYUTOMO, M.Arch, Sp.MK, FISQua, GA

Pengertian
Cleanrooms merupakan sebuah ruang atau area tertutup yang khusus didesain dengan
sistem pengendalian terhadap partikel di udara (kontaminan udara) agar didapatkan dalam
jumlah terbatas, pengaturan suhu, pengaturan kelembaban, pengaturan tekanan udara,
pengaturan pola aliran dan tekanan udara, pengaturan gerak udara, pengaturan getaran,
pengaturan kebisingan, pengaturan jenis dan jumlah mikrorganisme, dan pengaturan
pencahayaan.

Sejarah Cleanroom
Sejarah pengaturan ruang sebagai cleanroom, berawal dari kontribusi Lord Lister yang
dikenal dengan Joseph Lister, 1st Baron Lister , Bt., OM, FRS, PC (5 April 1827 - 10
Februari 1912). Dikenal sebagai Sir Joseph Lister,. Bt, adalah seorang ahli bedah
berkebangsaan Inggris dan pelopor prinsip antiseptik pada operasi. Beliau menyadari bahwa
infeksi luka bedah dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Sehingga ruang operasi
diharapkan harus bebas mikroorganisme atau memiliki jumlah minimal sesuai standar yag
disepakati.

Gambar 1: Joseph Lister


Lord Lister menerapkan ilmu dari Louis Pasteur dalam bidang mikrobiologi, ia
menyampaikan idenya mengenai operasi dengan kaidah sterilitas saat bekerja di Glasgow
Royal Infirmary. Lister berhasil memperkenalkan karbol (sekarang dikenal sebagai fenol )
untuk mensterilkan instrumen bedah dan untuk membersihkan luka, hal ini berdampak pada
penurunan angka infeksi paska operasi dan membuat operasi lebih aman bagi pasien serta
pekerja kesehatan.
Pada tahun 1860, Lister mengurangi angka infeksi di ruang operasinya di Glasgow
Royal Infirmary dengan menggunakan larutan antiseptik berupa asam karbol yang memiliki
kemampuan mematikan bakteri. Beliau menggunakan larutan ini pada instrumen operasi,
luka, tangan dokter bedah, dan mencegah infeksi udara oleh penyemprotan larutan antiseptik
ke udara.
Lord Lister menginstruksikan setiap ahli bedah yang berada di bawah tanggung
jawabnya untuk memakai sarung tangan bersih dan mencuci tangan mereka sebelum dan
sesudah operasi dengan larutan asam karbol 5%. Instrumen juga dicuci dalam larutan yang
sama dan asisten beliau menyemprotkan larutan tersebut dalam ruang operasi. Selain itu,
beliau meminta untuk menghentikan penggunaan bahan-bahan berpori alami dalam
pembuatan pegangan alat-alat medis karena berpotensi menyimpan debu yang sulit
dijangkaku dalam proses pembersihan.
Pengurangan sepsis akibat infeksi luka dilakukan Lord Lister dengan metode
penggunaan desinfektan pada perban, tangan dokter bedah dan dalam lingkungan ruang
operasi. Pada tahun 1900, sarung tangan bedah, masker dan gaun telah diperkenalkan.

Gambaran singkat Cleanroom


Cleanroom adalah ruang dan lingkungan yang terkendali dengan ketat dan memiliki
tingkat rendah polutan lingkungan seperti debu, mikroorganisme di udara, partikel aerosol
dan uap kimia. Udara memasuki ruang bersih yang lalu disaring dan kemudian diedarkan
melalui filter udara partikulat efisiensi tinggi (HEPA) dan / atau partikulat udara ultra-rendah
(ULPA) filter untuk menghilangkan kontaminan yang dihasilkan secara internal. Staf pekerja
mengenakan pakaian pelindung, harus masuk dan keluar melalui airlocks, sementara
peralatan dan perabotan di dalam ruangan dirancang khusus untuk menghasilkan partikel
kontaminan yang minimal.
Partikel udara didapatkan di udara sekitar kita. Mikroorganisme dan aneka debu dapat
menyebar terbawa aliran udara lalu dihembuskan ke beberapa arah. Para pekerja dapat
menjadi sumber utama partikel (misalnya dari serpihan kulit, rambut, serat pakaian,
kosmetik, pernapasan, bakteri dari keringat dan sebagainya).
Partikel-partikel udara bervariasi ukurannya, dari 0,001 pM sampai beberapa ratus
mikrometer. Partikel yang lebih besar dari 5 ʯm cenderung untuk menetap oleh pengaruh
gravitasi. Dalam banyak proses manufaktur, partikel-partikel udara dipandang sebagai
sumber kontaminasi.

Klasifikasi Cleanroom
Spesifikasi cleanroom berdasarkan ukuran partikel dan jumlah per unit volume yang
diijinkan ada di ruangan tersebut.
Ketentuan untuk menilai seberapa bersih suatu area tergantung dari penggolongan kelas
berdasarkan aturan Federal 209.

Kelas 0,1 μm 0,2 μm 0,3 μm 0,5 μm 5 μm

1 35 7 3 1

10 350 75 30 10

100 3500 750 300 100

1,000 1000 7

10,000 10.000 70

100,000 100.000 700

Sebagai contoh, kelas 100 tak diijinkan memiliki sejumlah 100 partikel yang ukurannya
lebih besar dari 0,5 mikron per kubik udara.

Penerapan berdasarkan kelas


􀂃 Kelas 1 & 10 – laboratorium elektronik
􀂃 Kelas 100 – laboratorium fotografi, implant medis
􀂃 Kelas 10.000 – kamar operasi, produksi tabung televisi
􀂃 Kelas 100.000 – produksi bantalan bola
Komponen Utama Dalam Desain Cleanroom
1) Arsitektur Cleanroom
2) Sistem HVAC
3) Interaksi alat, orang dan pembersihan
4) Sistem pemantauan

Arsitektur Cleanroom
Pemilihan material konstruksi sebaiknya berdasarkan pertimbangan daya tahan bahan,
kemudahan pembersihan dan disinfeksi permukaan, ketahanan terhadap pengaruh kimiawi,
dan lokasi dari bangunan tersebut.
Material konstruksi ada yang bersifat keras dan lunak. Material lunak seperti material
plastik atau bahan lain yang fleksibel, tidak memiliki daya tahan selama bahan keras. Dalam
proses pembersihan dan disinfeksinyapun lebih sulit, sehingga konsekuensinya, bahan
cleanroom yang menggunakan bahan ini sebainya dipertimbangkan untuk digunakan dalam
jangka waktu tertentu.
Spesifikasi untuk cleanroom berbahan keras, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Dinding yang bersifat modular, memiliki panel pengunci dengan sendi-sendi
penghubung yang ditutup sela-selanya mempergunakan epoxy. Seluruh permukaan dapat
dibersihkan dan didisinfeksi.
2. Dinding dan langit-langit harus memiliki permukaan yang halus dan mudah
dibersihkan. Penghubung antara dinding, lantai dan langit-langit harus tertutup dan tak
menyudut atau dibuat melekuk sehingga mudah dibersihkan.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
a) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak berjamur
dan anti bakteri.
b) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
c) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d) Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus
aliran udara.
e) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan
(utuh), dan mudah dibersihkan.
f) Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin (merupakan
bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panel system maka sambungan
antaranya harus di-seal dengan silikon anti bakteri sehingga memberikan diding
tanpa sambungan (seamless), mudah dibersihkan dan dipelihara.
g) Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2 (dua) sisinya dicat
dengan cat anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia, dengan sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan diding
tanpa sambungan (seamless).

Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :


a) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti
bakteri.
b) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
c) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
d) Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga bisa dipergunakan untuk
tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam gantungan seperti diffuser air
conditioning dan lampu fluorescent.
diffuser air conditioning

e) Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat beragam. Bagaimanapun


peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena menyebabkan jatuhnya
debu pengangkut mikro-organisme setiap kali digerakkan.

3. Jika menggunakan lantai tipe raised floor maka instalasi listrik dapat diletakkan di
bawahnya.

raised floor

Tipe ini terdapat penutup lantai yang memiliki ketentuan:


a) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan
tahan terhadap api.
b) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan
anti bakteri.
c) Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.
d) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu
tingkat tahanan listrik lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
e) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
f) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
g) Hubungan/ pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan
bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan
lantai (Hospital plint).
h) Tinggi plint, maksimum 15 cm.
i) Lantai didesain tanpa kelim dan mudah dibersihkan.

4. Jendela, pintu, pass-through, tempat masuk peralatan bebas dari bingkai sempit.
a) disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka tutup
secara otomatis.
b) Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup dengan
menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau menggunakan sensor,
namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak, pintu dapat dibuka secara
manual.
c) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama ada aktifitas (misal operasi) maupun
waktu jeda antar aktifitas.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double glass
fixed windows).
e) Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti bakteri dan
jamur dengan warna terang.
f) Pintu dan jendela disusun dengan konstruksi double panes dan flush frames.
g) Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah dalam dan
alat penutup pintu otomatis (automatic door closer) harus dibersihkan setiap selesai
aktifitas.
5. Desain cleanroom sebaiknya diberi pass-through untuk lalu lintas material antar
ruangan ke anteroom. Langkah ini mengurangi kontaminasi.
Persyaratan kesehatan bangunan.
1. Sistem ventilasi.
a. Ventilasi merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan
sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan gas-gas dalam
ruangan.
b. Dua puluh lima kali pertukaran udara per jam (25 ACH) di ruang bedah yang
disarankan.
c. Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak menghilangkan
limbah gas-gas anestesi. Filter penyaring udara, praktis hanya menghilangkan
partikel-partikel debu.
d. Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem scavenger untuk
gas (penghisapan gas) adalah mutlak, terutama untuk menghindari
pengumpulan gas anestesi yang merupakan risiko berbahaya untuk kesehatan
anggota tim bedah.
e. Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.

f. Tekanan dalam ruang harus lebih besar dari yang berada di koridor-koridor,
ruang sub steril dan ruang pencucian tangan (scrub-up) (tekanan positif).
g) Tekanan positif diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat
pada langit-langit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille
yang berada pada + 20 cm diatas permukaan lantai.
h) Mikroorganisme dalam udara bisa masuk ke dalam ruangan, kecuali tekanan
positip dalam ruangan dipertahankan.
2. Sistem air bersih.
a) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbang
kan sumber air bersih dan sistem distribusinya.
b) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau
sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan rehabilitasi medik
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

3. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.


a. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
b. Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk
pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan.
c. Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam
bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.

4. Sistem pembuangan kotoran dan sampah.


a) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
b) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan
tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan rehabilitasi medik,
yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume kotoran dan sampah.
c) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
5. Sistem penyaluran air hujan.
a. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
b. Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dan pekarangannya harus
dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
c. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah
pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan
drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat
diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang
dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
e. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya
endapan dan penyumbatan pada saluran.
6. Sistem pengkondisian udara.
a. Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
harus mempertimbang kan temperatur dan kelembaban udara.
b. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam
ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan
mempertimbangkan :
1. fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.
2. kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
3. prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
c. Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya
ledakan. Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai
dengan 60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi.
d. Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan
muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya.
Loncatan bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah.
e. Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 190C sampai 240C.
f. Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit
pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang
tertentu.
g. Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.
h. Ruang operasi dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan
hembusan udara dari plenum ( 8 sampai 9 m 2). Pada kondisi kerja dengan
lampu operasi dinyalakan dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil
hembusan udara dipilih sedemikian rupa sehingga aliran udara tidak lewat
melalui setiap sumber kontaminasi sebelum mengalir kedalam area bedah atau
diatas meja instrumen.
i. Jika pada area penyiapan instrumen/ peralatan steril tidak dilakukan di bawah
aliran udara aliran udara ke bawah dari langit-langit, preparasi steril dengan
sistem aliran laminar kebawah harus dibuat sendiri dalam area preparasi steril
atau tempat dimana preparasi steril dilakukan (contoh di koridor kompleks
bedah).
j. Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada emisi debu dari bagian bawah langit-
langit pada area preparasi dan ruang operasi ke dalam ruangan. Langit-langit
dengan bagian bawah yang rapat sebaiknya digunakan atau ruangan di bagian
bawah langit-langit sebaiknya dapat menahan tekanan khususnya di area
preparasi dan ruang operasi.
k. Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara masuk dan keluar dari
sistem ventilasi guna mencegah terkontaminasinya udara buang terisap
kembali jika angin meniup dalam arah tertentu.
REKOMENDASI ADMINISTARTIF
1. Hanya petugas berwenang yang diijinkan masuk. Personel yang masuk harus
mengenakan pakaian dan APD khusus yang disediakan.
2. Sebelum masuk cleanroom, berdiri di area “air shower”.
3. Setelah mengenakan pakaian dan APD, dilarang masuk area kotor.
4. Dilarang mondar-mandir di area cleanroom kecuali untuk hal-hal terkait kinerja.
5. Dilarang membawa produk yang dapat menjadi kontaminan seperti tembakau,
makanan, minuman, kosmetik, dompet, kertas yang tak perlu.
6. Dilarang menggunakan pensil, hanya pen saja.
7. Mengenakan handscoen saat dibutuhkan.
8. Jangan menyentuh area kontaminan setelah memakai handscoen.
9. Dilarang menggaruk kepala atau menggosok kuku, jaga kuku dalam kondisi
bersih.
10. Barang pribadi diletakkan di loker.
11. Jaga meja kerja bersih.
12. Bersihkan filter AC.
13. Dilarang menyapu lantai ruang cleanroom, gunakan mop basah atau vakum.
14. Bersihkan dinding, lantai, langit-langit dan perabot dengan lap basah.
15. Pakaian dicuci dalam periode tertentu.
16. Bersihkan peralatan dan perabot sebelum dimasukkan dalam cleanroom.
17. Minimalisasi perawatan alat dilakukan di dalam cleanroom.
18. Pembongkaran kemasan mesin untuk ruang cleanroom dilakukan di luar area
cleanroom.

drridhowahyutomo@gmail.com
ARMED iCON ARchitecture MEDical infection CONtrol

Anda mungkin juga menyukai