A. Latar Belakang
Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya merupakan
salah satu aspek dalam upaya pencegahan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya jarang
menimbulkan transmisi penyakit infeksi nosokomial namun pada pasien-pasien yang
immunocompromise harus lebih diwaspadai dan diperhatikan karena dapat meninggalkan
beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi lainnya seperti infeksi saluran pernapasan
Aspergillus, Legionella, Mycobacterium TB, Varicella Zoster, Virus Hepatitis B, HIV.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan
tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
Panduan pengendalian lingkungan dibuat agar pelaksanaannya di lapangan dapat
terstandar dan berjalan dengan baik secara berkesinambungan baik implementasi dan
monitoring evaluasinya. Kerjasama antar setiap unsur di lingkungan RS sangat diperlukan
untuk mendukung berjalannya kegiatan ini.
Tujuan Khusus
1. Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat disekitar sarana kesehatan sehingga
infeksi nosokomial dapat dicegah dengan mempertimbangkan cost efektif.
2. Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
3. mencegah terjadinya kecelakaan kerja
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan upaya
peningkatan kesehatan, pelayanan kesehtan promotif, kesehatan preventif, dan
pelayanan kesehatan curative.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit.
3. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya Departemen Kesehatan 2009.
D. Sasaran
1. Direksi RS
2. Seluruh staf di lingkungan RS
Dengan adanya panduan pengendalian lingkungan ini semoga langkah dan usaha RS dalam
pencapaian mutu dan kualitas Rumah sakit yang lebih baik akan tercapai. Dalam payung yang
lebih besar dan lebih luas panduan ini ada di dalam pedoman pelaksaan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di RS.
A. Pengertian
Pembersihan Lingkungan adalah proses membuang semua atau sebagian besar
patogen dari permukaan dan benda yang terkontaminasi. Pembersihan permukaan di
lingkungan pasien sangat penting karena agen infeksius yang dapat menyebabkan ISPA
dapat bertahan di lingkungan selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Pembersihan
dapat dilakukan dengan air dan detergen netral.
Disinfektan standar rumah sakit yang dibuat dengan larutan yang dianjurkan dan
digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik dapat mengurangi tingkat kontaminasi permukaan
lingkungan. Pembersihan harus dilakukan sebelum proses disinfeksi. Hanya perlengkapan
dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit atau mukosa pasien atau sudah sering
disentuh oleh petugas yang memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan. Jenis disinfeksi yang
digunakan di fasilitas kesehatan tergantung pada ketersediaannya dan peraturan yang
berlaku.
Sebagian disinfektan yang cocok untuk keperluan ini adalah:
1. Sodium hipoklorit – digunakan pada permukaan atau peralatan bukan logam
2. Alkohol – digunakan pada permukaan yang lebih kecil
3. Senyawa fenol
4. Senyawa amonium quaterner , dan/atau
5. Senyawa peroksigen
1. Operasi 10
4. Sterilisasi 200
5. Dapur 200-500
6. Administrasi, pertemuan 200 - 500
G. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai
dengan peruntukannya seperti dalam tabel berikut:
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Suhu Kelembaban
No Ruang atau Unit Tekanan
(ºC) (%)
1 Operasi 19 – 24 45 – 60 Positif
2 Perawatan 22 – 24 45 – 60 Seimbang
4 Sterilisasi 22 – 30 35 – 60 Positif
5 Dapur 22 – 30 35 – 60 Seimbang
4. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan
harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku)
I. Permukaan Lingkungan
1. Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan
2. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang , menghasilkan mist atau
aerosol
3. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk meralatan non kritikal dan
permukaan lingkungan
4. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai petunjuk pabrik, jika tidak ada
petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
5. Hindari penggunaan karpet
6. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot diarea perawatan
pasien
7. Kultur permukaan lingkungan
J. Penyehatan Air
Kualitas/mutu air adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik
fisik, kimiawi, dan bakteriologis → dihubungkan dengan fungsinya untuk keperluan
fasilitas kesehatan (untuk minum, mandi, pencucian, pembersihan dll)
Upaya penyehatan kualitas air
1. Pemilihan sumber air yang mempertimbangkan :
a. Kualitasnya baik (fisik, kimia,biologis)
b. Kontinuitas (ketersediaannya terjamin)
c. Kuantitas (Q & H)
2. Batasi kontaminasi air atau sumber air
3. Bersihkan dan disinfeksi sink, penampungan air
4. Evaluai untuk kemungkinan sumber air terkontaminasi
5. Hindari penempatan dekorasi air mancur dan kolam ikan di area perawatan pasien
Evaluasi Penyediaan Air
1. Tersedianya air bersih minimum 500 l/TT/hari
2. Pemeriksaan kimia air 2 x / tahun dari reservoir dan keran terjauh
3. Sampel dikirim ke laboratorium yang berwenang
4. Setiap 24 jam dilakukan pengukuran sisa khlor, pH, dan kekeruhan
5. Untuk ruang farmasi dan hemodialisis → air dimurnikan untuk penyiapan
obat/pengenceran larutan dan hemodialisis dapat menggunakan UV atau Hepa
filter
Perbandingan jumlah karyawan dengn jumlah toilet dan jumlah kamar mandi
No Jumlah karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi
L. Hygiene Sanitasi Makanan
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah makanan dan minuman yang disajikan
dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang di jual di
dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian
makanan yang rusak.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan. Misalnya menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain
Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan
1. Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml sampel minuman
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya
100/cm² permukaan dan tidak ada kuman E. Coli
3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 °C atau
dalam suhu dingin kurang dari 4 º C. Untuk makanan yang yang disajikan lebih dari 6
jam disimpan dalam suhu – 5 º C sampai – 1 º C.
4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10 º C
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :
1 minggu atau
Makanan 3 hari atau kurang1 minggu atau lebih
kurang
–5 º C sampai Kurang dari –10º
Daging, ikan, udang 0ºC –10º C sampai C
dan olahannya 5ºC
Telur, susu dan –5 º C sampai
olahannya 5 º C sampai 7 ºC 0ºC Kurang dari - 5º C
Sayur, buah dan
minuman 10º C 10º C 10º C
Tepung dan biji 25º C 25º C 25º C
9. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan :
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan persyaratan
kontruksi, bangunan, dan ruangan dapur
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan
antiseptik
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap
4) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux
b. Peralatan Masak
M. Pengelolaan Limbah
1. Definisi:
a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non
medis
c. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi
d. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
Resiko bahaya Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktorbiologi, fisik, Kimia,
fisiologi/ergonomi dan psikologi dapat menyebabkan dan kecelakaan bagi perkerja, pengunjung,
pasien dan masyarakat disekitar lingkungan Rumah Sakit. Pekerja Rumah Sakit memiliki resiko
kerja yang lebih tinggi dibanding pekerja industri lainsehingga resiko bahaya tersebut harus
dikendalikan
Salah satu upaya pengendalian adalah melaukan sosialisasi kepada seluruh pekerja rumah
sakit tentang resiko bahaya tersebut sehingga pekerja mampu mengenal resiko bahaya tersebut.
Dengan mengenal resiko bahaya diharapkan pekerja mampu mengidentifikasi resiko bahaya
yang ada disatuan kerjanya dan mengetahui upaya pengendalian resiko bahaya yang sudah
dialkukan oleh rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap sistem
pengendalian resiko bahaya yang sudah dilakukan.