Anda di halaman 1dari 5

Persepsi kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak

kekerasan pada anak merupakan masalah sosial yang memiliki dampak besar pada
aspek kesehatan yangmemeliki dampak besar pada aspek kesehatan yang
berpengaruh buruk terhadap proses tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun
psikologis terutama trauma psikologis yang berdampak paa kualitas hidup anak

Beberapa orang tua membenarkan penggunaan kekuasan dengan beranggapan


bahwa hal tersebut cukup efektif dan tidak berbahaya. Tetapi hal itu bukan berarti
bahwa penggunaan kekuasaan dan otoritas itu tidak merugikan; penggunaan
kekuasan dan otoritas itu akan lebih berbahaya apabila orang tua tidak konsisten.

beberapa tindakan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang tua dengan keyakinan
bahwa anak tidak dapat dipercaya karena nakal sejak lahir.

sikap yang demikian terhadap anak telah lama berpengaruh kuat terhadap filsafat
membesarkan anak dalam kebudayaan barat. karena sikap itu adalah praktek"
mengusir setan dalam diri anak" dan keyakinan "mematahkan kemauan anak".
pandangan negatif orang tua yang luar biasa tentang sifat anak-anak berakar kuat
dalam sejarah kita.

ketidakkematangan emosional orangtua mengakibatkan perlakuan-perlakuan orang


tua yang kurang terhadap anak-anak, misalnya sangat menguasai anak secara
otoritas dan memperlakukan anak dengan keras. kalau orang tua bereaksi terhadap
emosi negatif anak dengan emosi negatif pula, tidak akan membuat anak merasa
aman untuk mengekspresikan emosinya. emosi orang tua yang kuat membuat anak
takut sehingga mereka menjadi tidak peka terhadap perasaan-perasaannya karena
baginya tidak aman mengekspresikan emosinya.

kekerasan pada anak mencakup semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan


secara fisik ataupun emosional, penyalagunaan seksual , pelantaran, eksploitasi
komersial atau eksploitasi lainnya yang mengakibatkan cidera/ kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak , kelangsungan hidup anak , tumbuh-
kembangnya anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan
tanggungjawab

kekerasan fisik adalah kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik myata ataupun
potensial terhadap anak sebagai akibat dari interaksi atau tidak adanya interaksi
layaknya ada dalam kendali orangtua atau orang dalam hubungan posisi
tanggungjawab,kepercayaan atau kekuasaan

kekerasan seksual adalah pelibatan anak dalam kegiatan seksual dimana ia sendiri
tidak sepenuhnya memahami, atau tidak mampu memberi persetujuan

kekerasan emosional adalah suatu perbuatan terhadap anak yang mengakibatkan


atau sangat mungkin untuk mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan
fisik,mental,spiritual,moral dan sosial

pelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang


dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya

Dampak kekerasan pada anak

terdapat jangka pendek dan jangka panjang

jangka pendek. terutama hubungan dengan masalah fisik antara lain: lebam, lecet,
luka bakar, patah tulang, kerusakan organ, robekan selaput dara, keracunan,
gangguan susunan saraf pusat . terjadi gangguan emosi atau perubahan perilaku
seprti pendiam, menangis, dan menyendiri

jangka panjang. dapat terjadi pada kekerasan fisik,seksual, maupun emosional

Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child
abuse) , antara lain;

1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya
akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam
kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang
pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam
Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada
hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil.
Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik
hingga menyebabkan korban meninggal dunia.

2) Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering


dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru
perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan
kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol
dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991),
kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan
bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik.

Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan


dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina
persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat
dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri.

3) Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara


korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah
diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau
bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-
anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika
kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang
ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol,
mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan
simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991);

4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami
hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak,
Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua
menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan
perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada
masa yang akan datang.
Persepsi menjadi penyebab perilaku negative remaja

remaja melakukan salah satu bentuk sosialisasi yang sangat dikenal dalam masa
remaja yaitu konformitas teman sebaya. Remaja yang memiliki teman sebaya yang
melakukankenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan. Teman
yang dipilih akan sangat menentukan arah remaja yang bersangkutan untuk berbuat.

Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan
kondisi kepribadian yang kurang matang akan menjadi pemicu timbulnya berbagai
penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan
norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan
remaja.remaja mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang atau tingkah laku
yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran hingga tindak kriminal (Kartono,
2003).Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan
hubungan yang tidak menyenangkan dengan orang-orang di luar rumah
(Hurlock,1999). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang
kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang matang akan menjadi pemicu
timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang
melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat.

Referensi

Dalyono, M.Drs, (1997). psikologi pendidikan. jakarta : P:T. Rineka Cipta

atam fazli.tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga: jurnal pendidikan penabur

Ginott, Halim G, Dr. (2001). Between parents and child. jakarta : P.T. Gramedia
pustaka utama

Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta : Penerbit Nuansa,Emmy

Soekresno S. Pd.(2007). Mengenali Dan Mencegah Terjadinya TindakKekerasan


Terhadap Anak.

Anda mungkin juga menyukai