Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA


“MEMAHAMI DEFINISI DARI KETAHANAN KELUARGA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
Annisa Putri Rinjani A1E121099
Dinda Anggraini A1E121027
Rizka Rahmah Gita A1E121079

DOSEN PENGAMPU

Dinny Rahmayanty, M.Pd.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah komunikasi dalam
keluarga dengan judul” Memahami definisi dari ketahanan keluarga”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah komunikasi dalam keluarga yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Terima kasih.

Jambi, 6 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan kajian 5
1.3 Manfaat makalah 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Ketakberfungsian Keluarga 6
2.2 Keluarga Materialistik 6
2.3 Istri berkuasa 6
2,4 Situasi global 7
2.5 Kekacauan keluarga 7
BAB III 9
PENUTUP 9
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keluarga pada dasarnya adalah sebuah perkumpulan yang berusaha
menciptakan keintiman dalam bentuk perilaku sehingga muncul suatu perasaan
memiliki (rasa identitas), berupa ikatan emosi, pengalaman mendasar, ataupun cita-
cita bersama. Pengertian seperti ini menunjukkan bahwa keluarga harus bisa
melaksanakan fungsi-nya dengan baik untuk mencegah berbagai persoalan yang
sering kali timbul dalam keluarga (Ulfiah, 2016)
Keluarga dianggap sebagai lingkungan pendidikan utama dan paling awal yang akan
menentukan masa depan seseorang. Seorang anak yang mendapatkan pendidikan
awal yang baik di lingkungan keluarganya, akan mampu mengembangkan
keterampilan sosial, emosional, dan fisik mereka dengan baik (Rashid dkk., 2020).
Kekuatan dan ketahanan keluarga, dalam hal ini diibaratkan sebagai sebuah fondasi
bagi seseorang dimana fungsi keluarga bisa menjaga anggotanya dari berbagai
pengaruh negatif sehingga dengan hal itu kehidupan sosial setiap anggota bisa lebih
terjaga (Marie & McClanahan, 2012)
Keterampilan atau kemampuan keluarga dalam menangani situasi-situasi krisis dan
berbagai problematika yang dihadapi dalam rumah tangga inilah yang nantinya akan
menjadi sumber ketahanan dalam keluarga. Kemampuan masing-masing keluarga
dalam menghadapi berbagai masalah tersebut, akan membentuk seberapa besar
daya tahan keluarga dalam merespon persoalan yang ada di masa depan. Dengan
demikian, ketahanan keluarga adalah suatu proses aktif yang dijalani keluarga untuk
menghadapi banyaknya masalah yang datang, untuk memenuhi kebutuhan serta
pertumbuhan (Walsh, 2016). Kemampuan yang dimiliki itu tentunya bersumber dari
pengalaman masa lalu yang pernah dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Hal ini
menjadi penting untuk mengajarkan pada anak-anak bagaimana menghadapi
permasalahan sejak dini agar mereka bisa menyelesaikannya segera dan tidak
berdampak panjang hingga masa dewasa. Pentingnya ketahanan keluarga, bukan
hanya untuk mempertahankan kehidupan berumah tangga, Melainkan juga
utamanya untuk menentukan masa depan anak. Secara teoretis, pentingnya
ketahanan keluarga ini adalah karena ketahanan tersebut akan meningkatkan
kemampuan anggota keluarga dalam menyelesaikan konflik, meningkatkan
kepedulian di antara anggota keluarga, Menjauhkan keluarga dari situasi yang
maladaptif, menjaga stabilitas dan ketahanan emosi anggota keluarga, serta yang
lebih utama adalah mewujudkan kesejahteraan keluarga itu sendiri (Nemeth & Olivier,
2017).
Berbagai masalah yang umum terjadi dalam rumah tangga sendiri, yang seringkali
muncul pada berbagai literatur tentang ketahanan keluarga, Diantaranya adalah
perceraian, poligami dan perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga,
permusuhan antar saudara, hingga bentuk-bentuk kenakalan tertentu pada anak
ataupun orang dewasa (Kolak dkk., 2018). Semua itu menjadi sumber untuk situasi-
situasi krisis dalam keluarga yang berdampak pada berbagai penyakit mental serta
tekanan psikologis pada anggota keluarga, khususnya anak (Ryan dkk., 2017;
D'Onofrio & Emery, 2019). Agar lebih mengetahui berbagai persoalan yang dapat
mempengaruhi ketahanan keluarga lah menjadi latar belakang pembuatan makalah
ini.
1.2 Tujuan kajian
1.2.1 Untuk mengetahui tentang Ketakberfungsian Keluarga
1.2.2 Untuk mengetahui tentang Keluarga Materialistik
1.2.3 Untuk mengetahui tentang Istri berkuasa
1.2.4 Untuk mengetahui tentang Situasi Global
1.2.5 Untuk mengetahui tentang Kekacauan Keluarga
1.3 Manfaat makalah
1.3.1 Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Ketakberfungsian
Keluarga
1.3.2 Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Keluarga Materialistik
1.3.3 Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Istri Berkuasa
1.3.4 Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Situasi Global
1.3.5 Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kekacauan Keluarga
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Ketakberfungsian Keluarga
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi sebagai
unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan keluarga.
Ketidakberfungsian keluarga akan menciptakan lingkungan keluarga menjadi tidak
kondusif seperti kurang harmonisnya hubungan antar anggota keluarga, kurang
kontrolnya orang tua terhadap perilaku anak serta kurangnya kehangatan dan
dukungan antar anggota keluarga (Ahmed, 2015).
2.2 Keluarga Materialistik
Tujuan keluarga adalah mengumpulkan harta benda dengan asumsi bahwa hal itu
akan membahagiakan keluarganya tujuh turunan. Karena suamai/ayah kurang
penghasilanya, maka ibu terjun keluar rumah untuk mencari nafkah. Akibatnya anak-
anak dididik oleh pembantu yang biasanya pendidikan kurang memadai
Anak-anak kehilangan perhatian dan kasih sayang. Sehingga mereka menemukan
perhatian dan kasih sayang diluar rumah yakni dari sekelompok berperilaku negatif
( Willis,2009)
2.3 Istri berkuasa
Islam mengajarkan bahwa laki-laki adalah pemimpin terhadap perempuan atau
suami atas istri dan juga anak anaknya. Namun dalam perjalanan hidup materialistik
terkadang suami yang memiliki pendidikan lebih rendah, Derajat dan penghasilannya
tidak setara dengan istri biasanya menjadi bulan-bulanan istri. Karena istri memiliki
kualitas yang serba tinggi, Maka akan dengan mudah merasa berkuasa atas suami
dan rumah tangga.
Perempuan juga memiliki kesempatan yang Sama, Bekerja mencari pendapatan di
luar Penghasilan suami, Sekaligus tetap mampu menangani urusan rumah tangga,
dengan syarat Keduanya mau menerima dan saling terbuka, Sehingga tidak menjadi
masalah istri memiliki Penghasilan yang lebih besar. Meski terkadang ada Saat-saat
tertentu di mana istri merasa lebih Berkuasa dibandingkan suami. Di sisi lain, Sang
Suami merasa malu dan tidak enak dengan peran Lebih yang dijalani sang istri. Dan
juga perasaan berkuasa ini dapat muncul Ketika rasa lelah datang dan suami tidak
Hadir untuk membantu perannya sebagai istri, ibu, Dan wanita karir.
Rumah tangga yang demikian sering menjadi ajang pertengkaran dan pertentangan
untuk pasangan suami dan istri. Akibatnya anak-anak akan kebingungan dan
kehilangan kendali, Kehilangan kendali juga disebabkan karena anak-anak
terpengaruh oleh lingkungan sosial yang buruk sehingga kewibawaan orangtua
menurun di mata anak-anak.
2,4 Situasi global
Masyarakat islam sangat terkejut ketika muncul usul dari negara-negara barat
melalui PBB dalam sidang ICPD (international Conference on Population and
Development) bulan september tahun 2000 yang lalu di kairo.
Usulnya adalah agar PBB mengakui hal-hal berikut ini:
1.) Pengakuan terhadap keluarga homo dan lesbi.
2.) Mengesahkan pergaulan free sex (seks bebas).
3.) Mengakui keluarga single parent, yaitu seseorang ibu yang memelihara anak
jadah (zinah) disahkan sebagai keluarga.
4.) Dituntut pengakuan masyarakat dunia terhadap aborsi ( pengguguran
kandungan).
Jelas sekali apabila usul-usul dari situasi global tersebut dapat diterima di tengah
masyarakat termasuk islam, Maka dapat dikatakan berarti keluarga sudah hancur.
Namun kejadian itu akan terus berlangsung. Dan hal yang dapat kita lakukan dalam
memerangi isu isu diatas adalah dengan melakukan antisipasi.
Kunci sukses dari antisipasi ini ialah terletak pada:
1.) Kekuatan keluarga, Dimana anak merasa betah untuk berada lama di dalam
rumah, sayang kepada kedua orangtuanya, Taat dalam melakukan ibadah, dan selalu
berkomunikasi dengan keluarganya mengenai berbagai persoalan pribadinya.
2.) Orangtua dapat membatasi tontonan film-film yang sekiranya tidak mendidik dan
dapat merugikan, Orang tua juga dapat memperluas informasi kepada anak
mengenai seks dan pernikahan terdapat remaja melalui diskusi bersama, Seminar
dan juga sosialisasi atau penyuluhan dimasyarakat dan juga disekolah pun dapat
dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap isu-isu global.
2.5 Kekacauan keluarga
Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga,
Terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota
gagal menjalankan kewajiban peran mereka secukupnya (J. Goode, 2009: 184).
Goode (purnaningsih, 2016) Menjelaskan macam utama kekacauan keluarga adalah
sebagai berikut:
(1) Ketidaksahan. Ini merupakan unit keluarga yang tak lengkap. Daxzata dianggap
sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam keluarga, Karena sang
“ayah-suami” tidak ada karenanya tidak menjalankan tugasnya seperti apa yang
ditentukan oleh masyarakat atau oleh sang ibu.
(2) Pembatalan, perpisahan, penceraian, dan meninggalkan. Terputusnya keluarga di
sini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu memutuskan untuk
saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban
perannya.
(3) Keluarga selaput kosong. Di sini anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama
tetapi tidak saling menyapa atau bekerja sama satu dengan yang lain dan terutama
gagal memberikan dukungan emosional satu kepada yang lain.
(4) Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan. Beberapa
keluarga terpecah karena sang suami atau istri telah meninggal, Dipenjarakan atau
terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau malapetaka yang lain.
(5) Kegagalan peran penting yang tak diinginkan. Malapetaka dalam keluarga
mungkin mencakup penyakit mental, emosional atau badaniah yang parah. Penyakit
yang parah dan terus menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan dalam
menjalankan peran utama.
Jika dirinci secara sistematis, Ada dua faktor besar yang menjadi sebab atas
keretakan yang terjadi di dalam keluarga, yaitu:
Faktor internal, Beban psikologis yang dipikul ayah ataupun ibu yang berat
(psychological overloaded) seperti tekanan (stress) di tempat kerja dan juga
kesulitan keuangan keluarga, lalu tafsiran dan perlakuan terhadap perilaku marah
marah dan sebagainya, faktor selanjutnya ialah karena kecurigaan suami ataupun
istri bahwa salah satu diantara mereka diduga berselingkuh, sikap egoitis dan
kurangnya demokratis salah satu orangtua, Misalnya seperti suka mengatur dan
memaksakan pendapat terhadap anak-anak, Sok berkuasa (otoriter), kurang suka
berkomunikasi dan berdiskusi bersama tentang masalah keluarga yang sedang
dihadapi, Mengambil keputusan sendiri tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu
kepada anggota keluarga sehingga menyinggung perasaan anggota keluarga yang
lain juga menjadi faktor penyebab keretakan yang terjadi dalam keluarga secara
internal.
Faktor eksternal, Adanya campur tangan dari pihak ke-3 dalam masalah keluarga
terutama hubungan suami istri dalam bentuk issue-issue negatif yang ditiupkan
secara sengaja ataupun tidak, Lalu pergaulan negatif anggota keluarga seperti
kecanduan narkoba, Sehingga sering mencuri uang dan harta orang tua, Kebiasaan
istri untuk bergunjing dirumah orang lain, Hal ini akan membawa issue negatif untuk
masuk ke dalam rumah dan keluarganya. Dampak dari hal ini mungkin akan
terjadinya pertengkaran diantara suami dan istri sebagai hasil dari pergunjingan
dirumah oranglain, Dan juga kebiasaan buruk seperti berjudi tentunya dapat
berakibat timbulnya kekacauan di dalam keluarga
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga pada dasarnya adalah sebuah perkumpulan yang berusaha menciptakan
keintiman dalam bentuk perilaku sehingga muncul suatu perasaan memiliki (rasa
identitas), berupa ikatan emosi, pengalaman mendasar, ataupun cita-cita bersama.
Pengertian seperti ini menunjukkan bahwa keluarga harus bisa melaksanakan fungsi
-nya dengan baik untuk mencegah berbagai persoalan yang sering kali timbul dalam
keluarga (Ulfiah, 2016). Banyak hal yang menyebabkan kurangnya ketahanan
keluarga seperti ketidak berfungsiang keluarga, keluarga matrealistik, isteri berkuasa,
situasi global, kekacauan keluarga dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
D'Onofrio, B., & Emery, R. (2019). Parental divorce or separation and children's mental
health. World Psychiatry, 18(1), 100-101. https://doi.org/10.1002/wps.20590]
Kolak, A. M., VanWade, C. L., & Ross, L.T. (2018). Family unpredictability and
psychological distress in early adulthood: The role of family closeness and coping
mechanisms. Journal of Child and Family Studies, 27(12), 3842-3852.
https://doi.org/10.1007/s10826-018- 1211-4].
Marie, N., & McClanahan, S. (2012). Family structure, parental practices and high
school completion. American Sociological Review, 56(3), 309-320.].
Purnaningsih, F. (2006). Dasar Motivasi Belajar Remaja yang Mengalami Broken
home. Studi Kasus
Rashid, M. H.-U., Rahman, M. A., Hasan, M. I., & Rahman, M. M. (2020). Educational
psychology impact on primary education: A review. Journal of Research in
Humanities and Social Science, 8(12), 17-20.
Rofiqah, Tamama & Handayani sitepu. ( 2019). Bentuk kenakalan remaja sebagai
akibat broken home dan implikasinya dalam pelayanan bimbingan konseling. Jurnal
kopasta,6 (2), 99- 107
Ryan, R., O'Farrelly, C., & Ramchandani, P. (2017). Parenting and child mental health.
London Journal of Primary Care, 9, 1-9. http://dx.doi.org/10.1080/17571472.20
17.1361630
Ulfiah, U. (2016). Psikologi keluarga: Pemahaman hakikat keluarga dan penanganan
problematika rumah tangga. Ghalia Indonesia.
Walsh, F. (2016). Family resilience: A developmental systems. European Journal of
Developmental, 13(3), 313– 324. https://doi.org/10.1080/17405629.2016 .1154035]
Willis, Sofyan S. (2009). Konseling Keluarga ( family counseling). Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai