Anda di halaman 1dari 9

p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.

php/konfiks

ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES S. PIERCE


PADA POSTER STREET HARASSMENT KARYA SHIRLEY

Manesti Pangestuti1)
Universitas Negeri Surabaya
E-mail manestip@gmail.com

Abstrak
Pelecehan seksual di ranah publik sering terjadi dan menjadi masalah yang meresahkan korban maupun
masyarakat. Sebagai usaha untuk memberikan himbauan kepada masyarakat agar lebih memahami dan tanggap
terhadap perilaku pelecehan seksual di ranah publik secara serius ditunjukkan oleh Shirley melalui poster yang
berisi gambar, tanda, serta cuitan-cuitan pelecehan seksual. Intepretasi dilakukan dengan menggunakan teori
semiotika Pierce tentang representasi, objek, dan interpretan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil menunjukkan pesan yang terdapat dalam poster memuat informasi dari warna, font, gambar, dan kata-kata
secara rinci tentang bentuk pelecehan seksual di ranah publik yang kerap terjadi.
Kata Kunci: street harassment, pelecehan seksual, trikotomi, poster

Abstract
Street harassment often occurs and becomes a problem that worries both the victim and the community. In this
regard, the community tries to give an appeal to better understand street harassment which often occurs but is
not taken seriously by the law. Shirley's efforts to provide appeals related to sexual harassment on the street
were shown through street harassment posters by providing images, forms, and signs of harassment. To find out
the overall meaning and message, Pierce's semiotics will be used about representations, objects, and
interpretants with a descriptive qualitative approach. The results obtained show that the poster gives a message
to the reader to be more careful and alert to harassment which is often ignored. The colors, fonts, pictures, and
words on the poster describe in detail the forms of harassment or street harassment.

Keyword: street harassment, trichotomy, poster

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 25
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

Sependapat dengan pernyataan tersebut,


1. PENDAHULUAN
(Sudjana, 2005) mendefinisikan poster sebagai
Penggunaan media untuk menyampaikan
media yang menyuguhkan pesan melalui
sebuah pesan agar lebih mudah dipahami oleh
warna-warna yang kuat untuk menangkap
masyarakat dirancang dalam berbagai macam
perhatian orang yang lewat. Namun, tidak
bentuk, salah satunya media grafis. Kegunaan
semua orang mampu merepresentasikan poster
media grafis ialah untuk menyajikan fakta, ide,
yang dilihat sedalam pengertian pembuatnya.
gagasan melalui kata, kalimat, simbol, maupun
Bagian yang diperhatikan pembaca hanyalah
gambar secara visual. Pesan yang
highlight dari tagline. Pemaknaan terhadap
divisualisasikan dapat lebih mudah diterima
warna, gambar, hingga font jarang
dan diingat karena terlihat lebih menarik serta
diperhatikan. Untuk mengetahui keseluruhan
lebih memperjelas penyajian ide dalam sebuah
makna tersirat tersebut dapat dianalisis
ilustrasi yang singkat dan padat. Salah satu
menggunakan teori semiotika. Poster
media grafis adalah poster. Penyampaian pesan
menyajikan rangkuman makna-makna yang
menggunakan poster tidak membutuhkan
mampu menjelaskan keseluruhan tujuan,
terlalu banyak kalimat karena gambar, warna,
deskripsi acara atau objek.
grafis, serta kata-kata di dalamnya telah
Ada berbagai macam poster,
merepresentasikan pesan yang ingin
berdasarkan isinya poster dapat mengandung
disampaikan. Permainan warna dan gambar di
informasi pelayanan masyarakat,
dalam poster tidak hanya dibuat begitu saja
mempromosikan jasa, ajakan untuk sebuah
tetapi juga terdapat makna-makna yang
acara, hingga berisikan edukasi. Berdasarkan
terselip, sehingga pesan yang hendak
tujuannya poster yang menyajikan motivasi
disampaikan tertuang tidak hanya dalam kata
untuk pembaca disebut dengan poster
dan kalimatnya tetapi juga dalam warna-warna
propaganda atau afirmasi, poster pemilu atau
hingga bentuk font didalamnya.
kampanye, poster film, komik, riset, komersial,
Poster banyak dipilih untuk berbagai
dan lain sebagainya. Berbagai macam poster
macam hal, dalam pemasaran, pembelajaran
tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni
dan berbagai hal lainnya. Menurut (Stevick,
menginformasikan sesuatu di dalamnya. Salah
1982) keuntungan poster yaitu mudah dibawa
satu poster yang menarik perhatian
kemanapun atau praktis. Poster dibuat dengan
menginformasikan tentang street harassment
menggunakan kertas yang ukurannya
atau pelecehan di ranah publik karya Shirley
disesuaikan dengan kebutuhan, namun pada
merupakan sebuah poster himbauan kepada
dasarnya poster dibuat tidak begitu besar agar
masyarakat dengan memberikan gambaran
mudah dibawa dan ditempatkan dalam
terkait perlecehan di jalan atau edukasi
berbagai tempat strategis. Sesuai dengan
terhadap perempuan agar lebih waspada jika
tujuan poster yaitu memberikan informasi,
menghadapi pelecehan yang selama ini
mengajak melakukan sesuatu, maupun
dianggap biasa saja atau dianggap
menghimbau pembaca terkait informasi di
mengganggu tetapi tidak dilaporkan sebagai
dalamnya, seperti pernyataan (Wright, 1989)
pelecehan karena terlalu sering terjadi
bahwa poster digunakan untuk
sehingga dianggap sebagai candaan wajar.
menggambarkan tempat, objek, maupun acara.
Poster tersebut memberikan peringatan
Dengan kedua pernyataan tersebut
terhadap masyarakat agar tidak melakukan
disimpulkan bahwa poster memuat informasi-
pelecehan di jalan dan agar lebih waspada serta
informasi namun dengan desain yang praktis
sehingga dapat menarik pembacanya.

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 26
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

berani mengadukan pelecehan tersebut agar Sebuah objek memiliki makna di dalamnya,
tidak terjadi kembali. dan makna tersebut didapatkan dari tanda-
(Dhillon & Bakaya, 2014) tanda yang digambarkan oleh sebuah objek
mendefinisikan street harassment sebagai atau peristiwa. Menurut (Sobur, 2006)
pelecehan oleh yang sering dihadapi semiotika merupakan suatu ilmu yang
perempuan di sebuah ranah publik seperti mengkaji tanda yaitu berupa perangkat yang
jalan, taman, stasiun, maupun di dalam digunakan dalam upaya mencari jalan di
transportasi umum seperti bus dan kereta. tengah manusia. Penyataan (Danesi, 2010)
Pelecehan tersebut dapat dilakukan dengan serupa dengan Sobur yang mengatakan bahwa
memberikan pernyataan, tanda, gestur, atau kehidupan manusia merupakan pencampuran
mimik wajah yang mengakibatkan perempuan tanda dan penggunaannya yang bersifat
atau korban yang dituju merasa terintimidasi. representatif. Dari kedua pendapat tersebut
(Dewi, 2019) menyebutkan bahwa siulan, dapat disimpulkan bahwa semiotika mengkaji
cuitan, atau panggilan seperti “sayang”, tanda-tanda dalam kehidupan dari sebuah
“cantik”, “ganteng”, “mau ditemenin, gak?” objek maupun peritiwa hingga diketahui
yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal makna-maknanya. Tanda dan makna dalam
dapat membuat rasa tidak aman dan tidak kehidupan manusia merepresentasikan latar
nyaman terhadap korbannya. Penelitian dari belakang kebudayaan mereka, sehingga tanda-
ActionAid menunjukkan data sebanyak 2.657 tanda tersebut berbeda di setiap daerahnya.
kasus pelecehan terhadap perempuan di ranah Perbedaan tanda dan perbedaan penafsiran
publik pada tahun 2017. Melihat jumlah data dapat terjadi sesuai dengan latar belakang dan
tersebut, pelecehan di ruang publik bukanlah kapasitas pemahaman.
pelecehan yang dapat diabaikan, sehingga Pierce berpendapat bahwa sebuah tanda
edukasi terhadap masyarakat dapat digalakan. berfungsi mewakili sesuatu yang lain.
Dalam poster karya Shirley tersebut Pendapat tersebut menyebutkan bahwa tanda
terdapat sebuah gambar perempuan dan merupakan representamen dari berbagai hal
beberapa kata di dalamnya, ada juga beberapa seperti benda, figur, dan lain sebagainya. Hal-
kalimat singkat mengenai street harassment hal tersebut disebut objek dan memiliki makna
tetapi dengan singkatnya kalimat dan sebuah dalam benak atau pikiran seseorang yang
gambar multitafsir dapat menghadirkan melihatnya, makna tersebut disebut dengan
beberapa spekulasi terhadap poster tersebut. interpretan. (Danesi, 2010) mengatakan bahwa
Untuk mengetahui keseluruhan makna dari tanda sebagai representamen, sedangkan benda
warna, font, dan gambar dalam poster tersebut atau objek yang diacu disebut objek, lalu
dapat dianalisis menggunakan teori semiotika makna dari impresi, kogitasi, perasaan dan lain
yang menafsirkan indeks, simbol, dan ikon sebagainya diberi istilah interpretan. Dalam
hingga menyeluruh. Teori yang akan teori Pierce dikenal istilah trikotomi yaitu
digunakan adalah semiotika dari Charles kaitan dari objek, representamen, dan
Sanders Pierce. interpretan. Menurut (Patriansyah, 2014)
Dalam objek terdapat:
2. KAJIAN TEORI a. Ikon yaitu tanda yang mengandung
Disiplin ilmu yang mengkaji atau kemiripan rupa.
menganalisis tanda-tanda pada sebuah objek b. Indeks yaitu tanda yang memiliki
untuk diketahui makna yang terkandung di keterkaitan fenomenal dan eksistensial
dalamnya merupakan kajian dari semiotika. di antara representamen dengan objek.

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 27
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

c. Simbol yaitu tanda dengan sifat subjektivitas yang dilandasi oleh keberagaman
konvensional. kebudayaan, ideologi, dan pengalaman
Dalam representamen terdapat: perorangan, sehingga, pemaknaan tidak secara
a. Qualisign yaitu tanda berdasarkan sifat. akurat objektif karena representasi kehidupan
b. Sinsign yaitu tanda berdasarkan berbeda satu daerah ke daerah lainnya. Tetapi,
tampilan nyatanya. semiotika memiliki tatanan secara sistematis
c. Legisign yaitu tanda berdasarkan untuk analisis tanda yang dapat dijadikan
peraturan yang berlaku. Pada interpretan acuan dalam mengintrepetasikan makna. Sama
terdapat: halnya dalam menganalisis poster street
a. Tanda yang penafsirannya dapat harassment dan berbagai poster lainnya
dikatakan subjektif karena dipengaruhi sebagai sebuah teks nonverbal yang di
berbagai macam latar belakang disebut dalamnya memiliki tanda-tanda dan makna.
dengan rheme. Penelitian ini menggunakan teori
b. Disent merupakan penafsiran yang telah semiotika Charles Sanders Pierce, metode
memiliki nilai kebenaran. deskriptif, dan pendekatan kualitatif (Maxwell,
c. Argument yaitu tanda yang 2008) mengidentifikasi penelitian kualitatif
menimbulkan penafsiran dengan sebagai sebuah proses pengumpulan dan
menggunakan alasan-alasan tertentu. penganalisisan data, pengembangan dan
Penggunaan semiotika bisa digunakan pemodifan teori, penguraian dan mengerucutan
untuk menganalisis poster street harassment penelitian, serta pengidentifikasian masalah
dan poster lainnya. Dalam poster street penelitian. Ada pun (Creswell, 2010)
harassment terdapat gambar dan kata-kata menyebutkan bahwa kualitatif adalah proses
yang dapat dikaji untuk mengetahui eksplorasi makna yang berkaitan dengan
keseluruhan makna atau pesan yang hendak masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian
disampaikan oleh pembuat poster kepada kualitatif menggunakan dua perspektif, yang
pembacanya. pertama merupakan perspektif-konstruktif
yaitu pemaknaan berdasarkan pengalaman
3. METODE PENELITIAN
individu dari nilai sosial yang membentuk
Cabang ilmu yang mengkaji tentang cara
sebuah pola. Kemudian ada juga perspektif
memahami tanda dan simbol disebut
partisipatori yang orientasinya cenderung pada
semiologi. Tanda dan simbol membentuk politik, isu, atau kolaborasi keduanya. Dalam
makna atau pesan yang dapat diinterpretasikan
hal ini, analisis poster street harassment dapat
dengan semiologi. Interpretasi makna dapat
menggunakan perspektif konstruktif yang
dilakukan ketika telah mengetahui konsep
menyampaikan nilai-nilai sosial dan budaya.
tanda yang merepresentasikan sebuah objek Langkah yang dilakukan untuk analisis
maupun peristiwa. Keterkaitan antara ketiga
semiotika dilakukan dengan mencari pertandan
hal ini selalu bisa diketahui setelah
dan penanda melalui proses membaca secara
menganalisis ketiga hal tersebut. Media yang
cermat keseluruhan isi poster, mengartikan
digunakan dapat berupa teks baik teks verbal setiap kata dalam poster tersebut, membuat
maupun nonverbal. Menurut Vera (2014:8)
daftar representasi, objek, dan interpretan,
teks mengandung pesan dari kumpulan-
kemudian dilanjutkan dengan memberikan
kumpulan tanda yang dikonstruksi dengan penjabaran serta pendukung yang dapat
acuan genre dan media tertentu. Pesan atau
memperjelas interpretasi poster sehingga
makna dari tanda-tanda tersebut secara tersurat
maupun tersirat dapat dipengaruhi oleh

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 28
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

didapatkan makna implisit serta pesan yang merepresentasikan cirri-ciri perempuan. Dalam
hendak diberikan kepada masyarakat. gambar tersebut terdapat gambar jari-jari
4. HASIL DAN PEMBAHASAN tangan di daerah belakang rambut, dada,
pinggul bawah atau pantat, paha atas, serta
betis. Di atas gambar tersebut terdapat kalimat
“When this happen on the street” atau yang
berarti, “Jika ini terjadi di jalan” lalu di
samping gambar terdapat beberapa balon kata
berisi kalimat berikut:
1. “Whistling” = bersiul
2. Hey sexy = halo seksi
3. Smile Babe = senyum,
sayang
4. Wanna have fun? = mau
bersenang-senang?
5. Nice leg = kaki yang
bagus
Kelima kalimat tersebut sering diucapkan
oleh laki-laki kepada perempuan yang sedang
berjalan di hadapannya. Beberapa kalimat
Poster di atas mengenai pelecehan
tersebut dapat diartikan sebagai pelecehan.
perempuan yang sering terjadi di jalan atau
Shirley ingin memberi gambaran tentang
tempat umum. Ada beberapa bagian poster,
sebuah pelecehan verbal yang kerap terjadi di
yaitu headline dengan kalimat “It’s called
jalan, maupun pelecehan nonverbal seperti
harassment” yang memiliki arti “Itulah yang
gambar tangan yang menyentuh daerah sensitif
disebut pelecehan” dengan diikuti kalimat
perempuan. Makna dari poster tersebut secara
setelahnya, “Street harassment is not
menyeluruh dapat dianalisa menggunakan teori
compliment. It’s not normal, cultural, nor okay
semiotika Charles Sanders Pierce untuk
to do that ti anyone. It disturbs the victims and
mengenali tanda-tanda di dalam poster.
it’s punishable by law.” Dengan arti bahwa
Pierce mengemukakan definisi semiotik
pelecehan di jalan/ tempat umum bukanlah
sebagai ilmu memadukan entitas yang disebut
sebuah pujian. Hal itu tidak normal, bukan
sebagai representamen dengan entitas lain
sebuah budaya, dan tidak baik melakukannya
yang disebut sebagai objek. Tanda adalah
kepada siapapun. Hal tersebut mengganggu
sesuatu yang merepresentasikan atau
korban dan dapat dihukum. Dilanjutkan
menggambarkan sesuatu yang lain
dengan slogan, “Stop Street Harassment, Be
(Patriansyah, 2015). Semiotika Pierce dikenal
Pleasant.” Yang artinya, “Hentikan pelecehan
dengan konsep triadic/trikotomi yaitu tanda
di jalan, dan bersikaplah baik.”
yang terdiri dari 3 unsur.
Poster tersebut dibuat oleh Shirley dari
Pada poster ini representamen atau tanda
Universitas Ciputra. Di atas headline ada
berupa tampilan visual dan verbal dalam poster
gambar siluet seorang perempuan berwarna
siluet perempuan dengan headline “It’s Called
merah. Penentuan gender perempuan dilihat
Harassment” dan tagline “Stop Street
dari rambut panjang berponi, mengenakan
Harassment, Be Pleasant.” Adapun objek
gaun selutut, serta sepatu hak tinggi yang

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 29
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

dalam poster ini merupakan siluet wanita sesuai dengan cerminan perempuan
berwarna merah dengan beberapa gambar pada umumnya
tangan di bagian tubuhnya, serta beberapa 2. Gambar tangan digambarkan seperti
balon kata di samping gambar tersebut, tangan pada umumnya dengan 5 jari
3. Kalimat dalam balon kata sesuai
sehingga memunculkan interpretasi
dengan kalimat yang sering
(interpretan) bahwa perempuan tersebut
diucapkan pelaku pelecehan.
sedang dilecehkan oleh tangan-tangan yang
sedang menyentuhnya di daerah sensitifnya Indeks Sentuhan dan kalimat sebagai bentuk
seperti pada rambut, dada, pinggul bawah atau pelecehan
pantat, paha atas, dan betis. Siluet perempuan Simbol 1. Gambar siluet tersebut sebagai
sebagai ikon dari perempuan yang sedang simbol perempuan/ korban
berjalan dan mendapatkan pelecehan seksual pelecehan yang pada umumnya
secara verbal dan nonverbal. perempuan
2. Tangan menyimbolkan perilaku
pelaku pelecehan/ daerah sensitif
Representasi
perempuan yang menjadi perhatian
Qualisign 1. Warna merah pada siluet
3. Kalimat dalam balon kata
perempuan menandakan bahaya
menyimbolkan pelecehan verbal
atau larangan.
2. Warna kuning pada gambar tangan
dan latar menandakan takut atau
pengecut Interpretan
Rheme 1. Tubuh kurus dalam siluet
Sinsign 1. Kaki siluet perempuan menandakan tubuh ideal
menggunakan sepatu, dan tidak perempuan
rapat satu sama lain menandakan 2. Gaun selutut dan sepatu hak
sedang berjalan di luar rumah tinggi menandakan kecantikan,
2. Wajah tertunduk keanggunan, dan keseksian
menandakan kesedihan atau 3. Gambar tangan menandakan
ketidakpercayaan diri nafsu pelaku pelecehan
3. Gambar tangan di beberapa
bagian tubuh menandakan Dicent Gambar tangan dan kalimat dalam
area sensitif perempuan balon kata sebagai larangan

Legsign 1. Stereotip perempuan tergambar Argument Kecantikan dan keanggunan


dengan rambut panjang terurai, perempuan seperti pada gambar
gaun selutut, dan sepatu hak tinggi dapat menjadi objek yang dapat
menandakan keanggunan dan memicu nafsu dan mengakibatkan
kecantikan pelecehan seksual
2. Gambar tangan merepresentasikan Sebaliknya, sentuhan dan kalimat
sentuhan yang tertera dapat dijadikan
3. Menyentuh daerah sensitif sebagai tanda pelecehan verbal
merupakan pelecehan dan non verbal

Objek Berdasarkan teori semiotika Pierce,


Ikon 1. Gambar siluet perempuan digambar representasment terbagi menjadi qualisign,
sinsign, dan legsign. Qualisign adalah kualitas

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 30
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

pada tanda berdasarkan sifat. Dalam poster ini, Begitu juga gambar tangan yang menyerupai
qualisign ditunjukkan oleh gambar siluet tangan aslinya dengan 5 jari. Ikon balon kata
seorang perempuan yang sedang berjalan dengan beberapa kalimat di dalamnya
diberi warna merah yang menurut Hasyim menunjukkan kalimat-kalimat yang sering
(2018) bahwa warna merah dapat berarti diucapkan dalam dunia nyata oleh masyarakat
“bahaya” dan “dilarang” sedangkan warna yang melakukan tindak pelecehan. Ketiga
latar kuning diartikan sebagai “ketakutan” atau gambar tersebut sesuai dengan gambar aslinya
“kepengecutan” sehingga warna merah pada dengan indeks menunjukan bahwa letak
gambar siluet perempuan dan warna tangan tangan-tangan tersebut berada pada area
dan latar kuning menandakan larangan sensitif perempuan. Indeks merupakan
perempuan tidak boleh disentuh, lalu warna hubungan yang timbul karena kedekatan
tangan kuning merupakan tindakan pengecut eksistensi, kausal, dan sebab akibat. Dengan
dan latar kuning bisa diartikan sebagai rasa menyentuh area tersebut, perempuan akan
ketakutan perempuan terhadap sekitarnya. merasa terganggu dan dilecehkan. Wajah
Sinsign adalah eksistensi aktual dari perempuan yang menunduk mengindekskan
benda atau peristiwa pada tanda. Sinsign dari rasa sedih dan tidak percaya diri karena adanya
poster tersebut dilihat dari kaki perempuan gangguan atau pelecehan dari tangan-tangan
sedang melangkah, artinya ia sedang berjalan, yang menyentuh tanpa ijin, atau kalimat-
serta wajah tertunduk memberikan arti bahwa kalimat yang diucapkan pelaku pelecehan
ia sedang bersedih atau tidak percaya diri. Arti verbal ketika perempuan sedang berjalan atau
gambar tangan di tubuhnya menandakan lewat di hadapannya.
sebuah pelecehan, gangguan, dan penggodaan. Simbol yaitu tanda yang terbentuk secara
Selanjutnya legsign adalah norma pada tanda konvensional atau atas dasar kesepakatan
sesuai dengan aturan umum, hal ini dapat sosial. Dari poster tersebut menunjukkan siluet
dilihat dari siluet perempuan yang berambut perempuan yang mengenakan gaun selutut dan
panjang, berponi, mengenakan gaun, dan sepatu hak tinggi sebagai bentuk keanggunan
sepatu hak tinggi sebagai gambaran stereotip dan kecantikan. Arti tangan yang tergambar di
seorang perempuan pada umumnya yang beberapa bagian tubuh tersebut sebagai simbol
terlihat feminin, anggun, dan cantik. Lalu tangan pelaku pelecehan yang menyentuh
daerah sensitif yang tersentuh oleh tangan tubuh di area sensitif, atau juga bisa sebagai
secara sengaja oleh pelaku tersebut merupakan tanda pandangan pelaku pelecehan terhadap
tanda ketabuan dan mengakibatkan tindak tubuh perempuan di area-area sensitif, atau
pelecehan karena tidak sesuai dengan norma sebagai peringatan kepada perempuan terhadap
masyarakat yang menganggap bahwa area-area sensitif. Kalimat dalam balon kata
menyentuh orang lain pada daerah sensitif sebagai simbol dari pelecehan verbal.
serta tanpa seijin orang tersebut berakibat Berdasarkan interpretan, tanda terbagi
menganggu atau merugikan dapat dikatakan menjadi Rheme, Dicent, dan Argument. Rheme
juga sebagai tindakan tercela. adalah tanda yang memungkinkan penafsiran.
Berdasarkan objeknya, tanda terbagi Dalam poster tersebut, rheme gambar siluet
menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon perempuan dengan tubuh kurus menandakan
merupakan tanda yang mirip dengan acuannya, tubuh ideal perempuan, gaun selutut
ditunjukan oleh gambar siluet perempuan yang menandakan seksi atau berpakaian terbuka,
bentuk tubuh, rambut, dan pakaiannya sama sepatu hak tinggi juga menandakan keseksian
seperti gambaran perempuan sebenarnya. dan keanggunan. Gambar tangan di beberapa

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 31
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

bagian tubuh tersebut menandakan nafsu dari digolongkan pada tindak kriminal. Di akhir
pelaku/masyarakat terhadap area sensitif poster tersebut, Shirley menegaskan dengan
perempuan. Dicent atau tanda sesuai kenyataan slogan “Stop Street Harassment, Be Pleasant.”
menunjukan seorang perempuan yang sedang Ditujukan kepada pelaku pelecehan agar
mengalami pelecehan seksual di jalan. Gambar berhenti melakukan pelecehan dan bertindak
tangan di beberapa bagian tubuh menandakan baik.
larangan menyentuh area sensitif tersebut
karena merupakan sebuah pelecehan seksual. 5. KESIMPULAN
Kemudian argument merupakan tanda yang Poster street harassment memberikan
langsung memberikan alasan tertentu, pesan moral agar masyarakat lebih
ditunjukkan dengan kecantikan dan memerhatikan tingkah laku hingga tindak tutur
keanggunan perempuan menjadi objek yang yang dapat menyakiti atau berakibat buruk
dapat memicu nafsu dan mengakibatkan bagi orang lain. Street harassment dalam
pelecehan seksual. poster tersebut digambarkan dengan cara
Poster tersebut menunjukkan bahwa bersiul, memanggil dengan nada genit, hingga
pelecehan sering terjadi kepada perempuan, menyentuh tubuh perempuan tanpa ijin.
tidak hanya di daerah sepi, tetapi kerap terjadi Penggunaan teori semiotika Pierce dalam
di jalan atau tempat umum dengan kalimat- analisis poster memberikan kesimpulan bahwa
kalimat seperti yang ditunjukkan dalam balon warna yang digunakan dalam poster tersebut
kata. Hal tersebut diartikan sebagai tindakan memberikan pesan untuk berhati-hati atau
wajar atau pujian oleh pelaku pelecehan, tetapi waspada, sedangkan gambar perempuan
dapat memberikan rasa tidak nyaman, menunjukan objek dari street harassment yang
menganggu, serta menyakiti, sehingga biasanya memang ditujukan kepada seorang
dikatakan bahwa hal tersebut bukan sebuah perempuan dan pelakunya adalah laki-laki.
pujian, tidak normal, bukan sebuah budaya, Beberapa kata dalam balon kata merupakan
dan dapat menjadi tindak kriminal. Poster kata atau kalimat yang sering kali dilontarkan
tersebut menghimbau pada masyarakat agar oleh pelaku pelecehan di jalan. Representasi
tidak meneriakkan atau mengucapkan kalimat- menunjukkan tanda-tanda yang mewakili
kalimat yang dapat diartikan sebagai pelecehan bentuk atau gambaran dari pelecehan, objek
verbal. Serta tidak melakukan tindak kriminal atau peristiwa yang disajikan merupakan objek
pelecehan dengan menyentuh area-area sensitif tunggal seorang perempuan dan pelakunya
maupun bagian tubuh manapun tanpa ijin. laki-laki, dari objek tersebut terdapat tanda-
Tidak hanya menyentuh dengan tangan, tanda lain yang menunjukkan bagian tubuh
pelecehan dapat dilakukan hanya dengan sensitif yang kerap menjadi sasaran pelecehan.
memandang area-area sensitif wanita hingga Kemudian interpretasi dari poster tersebut
membuat ketidaknyamanan. Poster tersebut menunjukkan tindak pelecehan yang
ditujukan kepada perempuan sekaligus kepada merugikan dan berlawanan dengan hukum atau
masyarakat terutama pelaku pelecehan seksual norma yang berlaku di masyarakat Indonesia.
di jalan, sehingga perempuan dapat lebih Makna atau pesan yang ingin disampaikan
waspada, berhati-hati, dan melindungi diri. berkaitan dengan himbauan agar perempuan
Masyarakat diharapkan mendapatkan edukasi lebih waspada dan melindungi diri agar tidak
yang sama sehingga bisa melindungi korban dilecehkan atau agar mengetahui bentuk
pelecehan, dan kepada pelaku pelecehan verbal pelecehan, dan juga pesan kepada laki-laki
dapat mengetahui bahwa kalimatnya dapat

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 32
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal. 25-33 Vol. 8 No. 1, 2021 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks

untuk lebih menjaga perilaku karena dapat


diartikan sebagai tindak yang merugikan.

6. REFERENSI

Creswell, J. W. (2010). Research design


pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. In Yogyakarta: pustaka pelajar.
Pustaka Pelajar.
Danesi, M. (2010). Pesan, tanda, dan makna.
In Yogyakarta: Jalasutra. Jalasutra.
Dewi, I. A. A. (2019). Catcalling: Candaan,
pujian atau pelecehan seksual. Acta
Comitas: Jurnal Hukum Kenotariatan,
4(2), 198–212.
Dhillon, M., & Bakaya, S. (2014). Street
harassment: A qualitative study of the
experiences of young women in Delhi.
SAGE Open, 4(3).
https://doi.org/10.1177/21582440145437
86
Hasyim, M., & Si, M. (2018). Bahasa Warna :
Konsep Warna dalam Budaya Jawa
Dosen Pengasuh : May.
Maxwell, J. A. (2008). Designing a qualitative
study (Vol. 2). The SAGE handbook of
applied social research methods.
Patriansyah, M. (2014). Analisis Semiotika
Charles Sanders Peirce Karya Patung
Rajudin Berjudul Manyeso Diri. Ekspresi
Seni, 16(2), 239.
https://doi.org/10.26887/ekse.v16i2.76
Patriansyah, M. (2015). Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Karya Seni JURNAL
EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Karya Seni. Ekpresi
Seni. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Karya Seni, 17(1), 20–40.
Sobur, A. (2006). Analisis teks media: suatu
pengantar untuk analisis wacana,
analisis semiotik dan analisis framing.
Remaja Rosdakarya.
Stevick, E. W. (1982). Teaching and learning
languages (Vol. 32). Cambridge
University Press Cambridge.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Tarsito.
Wright, A. (1989). Pictures for Language
Learning. Cambridge University Press.
https://books.google.co.id/books?id=c8R
TcqmL%5C_HAC

Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk/xxxx 33

Anda mungkin juga menyukai