Anda di halaman 1dari 24

Occupational Hazard

Occupational hazard adalah suatu kecelakaan atau kejadian yang tidak diharapkan
yang dapat menyebabkan penyakit atau cedera pada seseorang saat berada di tempat kerja,
atau pada saat melaksanakan tugas pekerjaannya.
Mengikuti rekomendasi OSHA, pengusaha harus melakukan analisis tempat kerja
yang komprehensif untuk mengidentifikasi adanya potensi bahaya. Hal ini dapat dilakukan
melalui Job Hazard Analysis (JHA).
Gagasan di balik pelaksanaan JHA adalah pertama-tama membantu mengidentifikasi
bahaya yang tidak terkendali, dan kemudian mengendalikannya untuk mengurangi tingkat
risiko dan membuat tugas kerja lebih aman, yang akan menghasilkan peningkatan
keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja. Ini adalah tiga langkah utama JHA:
- Memecah pekerjaan menjadi serangkaian langkah yang terlibat;
- Mengidentifikasi potensi bahaya yang terkait dengan setiap langkah;
- Merumuskan tindakan perlindungan untuk mengatasi setiap bahaya yang teridentifikasi.
Secara umum, OSHA mengklasifikasikan bahaya di tempat kerja dalam salah satu
kategori berikut:
a) Safety Hazards
b) Physical Hazards
c) Biological Hazards
d) Chemical Hazards
e) Ergonomic Hazards
f) Work Organization Hazards
Menurut publikasi OSHA A Guide to The Globally Harmonized System of
Classification and Labeling of Chemicals (GHS), istilah 'klasifikasi bahaya' digunakan untuk
menunjukkan bahwa hanya sifat intrinsik berbahaya dari zat dan campuran yang melibatkan 3
langkah berikut:
- Identifikasi data yang relevan mengenai bahaya suatu zat atau campuran;
- Meninjau data yang dikumpulkan untuk menentukan bahaya yang terkait dengan bahan
atau campuran; dan
- Keputusan apakah bahan atau campuran akan diklasifikasikan sebagai bahan atau
campuran berbahaya dan tingkat bahaya, jika sesuai, dengan membandingkan data
dengan kriteria klasifikasi bahaya yang disepakati.
A. Safety Hazards
Ini adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar tempat kerja pada satu
waktu atau yang lain. Mereka termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cedera,
penyakit dan kematian.
- Tumpahan di lantai atau bahaya tersandung, seperti gang yang tersumbat atau kabel yang
melintang di lantai
- Bekerja dari ketinggian, termasuk tangga, perancah, atap, atau area kerja yang ditinggikan
- Mesin yang tidak dijaga dan suku cadang mesin yang bergerak; pelindung melepas atau
bagian mesin yang bergerak yang dapat disentuh oleh pekerja secara tidak sengaja
- Bahaya listrik seperti kabel yang berjumbai, kabel yang tidak tepat
- Ruang terbatas
- Bahaya terkait mesin (lockout/tagout, keamanan boiler, forklift, dll.)
B. Physical Hazards
Merupakan faktor dalam lingkungan yang dapat membahayakan tubuh tanpa harus
menyentuhnya.
- Radiasi: termasuk pengion, non-pengion (EMF, gelombang mikro, gelombang radio, dll.)
- Paparan sinar matahari / sinar ultraviolet yang tinggi
- Suhu ekstrem – panas dan dingin
- Suara keras konstan
C. Biological Hazards
Terkait dengan bekerja dengan hewan, manusia, atau bahan tanaman menular.
Bekerja di sekolah, fasilitas penitipan anak, perguruan tinggi dan universitas, rumah sakit,
laboratorium, tanggap darurat, panti jompo, pekerjaan di luar ruangan, dll. dapat membuat
pekerja terkena bahaya biologis.
- Darah dan cairan tubuh lainnya
- Jamur
- Bakteri dan virus
- Tanaman
- Gigitan serangga
- Kotoran hewan dan burung
D. Chemical Hazards
Hadir ketika seorang pekerja terkena persiapan bahan kimia di tempat kerja dalam
bentuk apapun (padat, cair atau gas). Beberapa lebih aman daripada yang lain, tetapi untuk
beberapa pekerja yang lebih sensitif terhadap bahan kimia, bahkan bahan umum dapat
menyebabkan penyakit, iritasi kulit, atau masalah pernapasan.
- Cairan seperti produk pembersih, cat, asam, pelarut – terutama jika bahan kimia berada
dalam wadah yang tidak berlabel!
- Uap dan asap yang berasal dari pengelasan atau paparan pelarut
- Gas seperti asetilen, propana, karbon monoksida dan helium
- Bahan yang mudah terbakar seperti bensin, pelarut, dan bahan kimia yang mudah
meledak.
- Pestisida
E. Ergonomic Hazards
Terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja membebani tubuh
pekerja. Bahaya ini adalah bahaya yang paling sulit dikenali karena pekerja tidak selalu
segera menyadari ketegangan pada tubuhnya atau bahaya yang ditimbulkan oleh bahaya ini.
Paparan jangka pendek dapat menyebabkan "sakit otot" pada hari berikutnya atau pada hari-
hari setelah paparan, tetapi paparan jangka panjang dapat menyebabkan penyakit jangka
panjang yang serius.
- Tempat kerja dan kursi yang tidak diatur dengan benar
- Sering mengangkat
- Postur tubuh yang buruk
- Gerakan yang tidak nyaman, terutama jika berulang-ulang
- Mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang
- Harus menggunakan terlalu banyak kekuatan, terutama jika harus sering melakukannya
- Getaran
F. Work Organization Hazards
Bahaya atau stressor yang menimbulkan stress (efek jangka pendek) dan strain (efek
jangka panjang). Ini adalah bahaya yang terkait dengan masalah tempat kerja seperti beban
kerja, kurangnya kontrol dan/atau rasa hormat, dll.
- Tuntutan beban kerja
- Kekerasan di tempat kerja
- Intensitas dan/atau kecepatan
- Rasa hormat (atau kurangnya)
- Fleksibilitas
- Kontrol tentang berbagai hal
- Dukungan/hubungan sosial
- Pelecehan seksual
Hazard Kimia
Definisi  Terjadi karena adanya paparan bahan kimia di tempat kerja
Klasifikasi Zat Kimia
PELARUT ORGANIK
 Pelarut organik adalah suatu substansi orgnik berbasis hidrokarbon yang melarutkan
substansi lain menjadi homogen.
 Fungsinya sebagai pelarut bahan kimia lainnya
 Penggunaan di industri sebagai:
- Pemisah bahan organik lainnya
- Degreasing
- Pembersih
- Thinning
- Proses ekstraksi, dll.
 Industri yang mengunakan pelarut organik:
- Percetakan: toluene, tinner, golongn amine
- Industri sepatu: benzene, toluene, metil etil keton
- Automotif: golongn amine, formaaldehide, toluene, xylene, metilen klorida, dll
- Tekstil (pewarnaan kain/benang): formaldehid, hidrokarbon, hidrogen sulfida
- Kosmetik: fformalin, metanol, metil alkohol
- Industri kimia, perekat dan pelapisan, farmasi, pengolahan limbah, penyamakan kulit,
dll.
 Pekerja yang berisiko
- Produsen/pengusaha bahan kimia
- Pengirim bahan kimia
- Montir mobil/ mekanikal enginering(me)
- Pekerja yang proses produksinya menggunakan bahan kimia
 Sifat kimia dan fisika
- Suatu bahan kimia berbentuk cair pada suhu kamar dan tidak berwarna atau warna
putih susu
- Sifat utamanya pelarut dalam lemak (lipofilik)
- Daya absorbsi melalui kulit
- Mempunyai daya ledak, mudah terbakar dan mudah menguap
- Jumlah dan jenis pelarut organik sangat banyak (puluhan ribu) dan baru sebagiaan
kecil yang diketahui efek terhadap kesehatan
 Jenis pelarut organik
- Gol alifatik (n-hexane), aromatik (benzene, toluene, xylene), alkohol (metil, butil, n-
butil alcohol), glikol, fenol, keton (aseton, metil etil keton),
- Gol ester (metil asetat, metil format), asam(asam asetat, asam formit, asam
propionik), amine, chlorinated hidrokarbon, terpentin, dll

INORGANIK/LOGAM BERAT
 Sifat kimia dan fisika
- Adalah unsur kimia dengan berat jenis (bj) > 5 x bj air (5 g/cm3)
- Bentuk padat jarang dalam bentuk tunggal biasanya lebih dari 2 bahan kimia (bentuk
alloy)
- Dapat terikat dengan material organic  bentuk hibrids dan karbonil  sangat toksik
- Bila bereaksi dengan asam menjadi hibrids dan karbonil  sangat beracun
- Absorbsi pada umumnya melalui inhalasi dan sebagian kecil ingesti
 Yang termasuk logam berat, misalnya:
- Aluminium, arsen, berilium
- Cadmium, cromium, cobalt, cuprum
- Manngan, merkuri, nikel,,timbal, dll.
 Industri pengguna
- Industri konstruksi
- Otomotif
- Elektronik,glass, dll
 Pekerja yang berisiko
- Pekerja pertambangan
- Pekerja pada produksi pesawat, alat pertahanan, otomotif, alkes, gelas/kaca, dll

BENTUK FISIK ZAT KIMIA


 PADAT
 CAIR
 GAS
- Suatu fluida tak berbentuk yang menempati ruang tertutup secara lengkap pada suhu
25oc dan tekanan 1 atm.
- Contoh: oksigen, nitrogen, karbondioksida.
 UAP (VAPOUR)
- Fase gas dari suatu zat yang normalnya berbentuk cair atau padat pada suhu dan
tekanan normal.
- Contoh: uap benzene dan mercury dari evaporasi bentuk cairnya.
 AEROSOL
- Suatu dispersi partikel-partikel berukuran mikroskopik di udara; bisa partikel padat
(debu, fume, serat) atau partiekl cair (mist).
 DEBU (DUST)
o Partikel padat di udara yang diameternya berukuran 0,1 – 100 µm.
o Contoh: debu kayu dari penggergajian dan pengampelasan kayu; debu kuarsa dari
penghancuran batu.
 FUME
o Partikel padat di udara yang dihasilkan dari kondensasi fase gas. Ukuran diameter
partikelnya biasanya < 1 µm.
o Contoh: fume dari pengelasan atau pemotongan logam dengan temperatur tinggi.
 SERAT (FIBRE)
o Zat padat berbentuk panjang dan tipis.
o Contoh: serat asbes dan gelas.
 MIST
o Droplet cair di udara yang dihasilkan dari kondensasi fase gas atau pemecahan suatu
cairan yang disemprotkan atau dipercikan.
o Contoh: oil mist yang dihasilkan pada saat proses penggerindaan dan pemotongan; acid
mist dari proses electroplating; paint spray mist dari proses pengecatan.

PAJANAN BAHAN KIMIA


 Bahan kimia terdapat dalam berbagai bentuk:
- Gas, debu, uap, asap, kabut, dll.
 Absorbsi bahan kimia ke dalam tubuh tersering melalui:
- Inhalasi,
- Kontak kulit dan kadang-kadang melalui
- Saluran pencernaan
 Sumber pajanan:
- Kecelakaan,
- Kebocoran,
- Kerusakan pada alat ventilasi dan
- Proses kerja yang tidak sesuai standar
Apa yang membuat zat kimia beracun ? EFEK TOKSISITAS
TOKSISITAS BAHAN KIMIA
 Adalah kemampuan dari suatu zat untuk menimbulkan efek yang tidak diinginkan ketika
zat tersebut kadarnya telah melampaui batasan tertentu yang tidak mampu diatasi oleh
tubuh.
 Toksisitas adalah ukuran kekuatan racun bahan kimia.
o Zat kimia dengan toksisitas rendah  memerlukan dosis besar untuk menyebabkan
keracunan.
o Zat kimia dengan toksisitas tinggi  hanya membutuhkan dosis kecil untuk
menyebabkan keracunan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat toksisitas bahan kimia :


 Rute masuk ke dalam tubuh
 Jumlah atau dosis yang masuk ke dalam tubuh
 Toksisitas bahan kimia
 Penghapusan/removal dari tubuh
 Variabel lingkungan
 Variabel biologis (keadaan fisiologis tubuh)
o Perempuan memiliki persentase lemak lebih besar dari pria.
o Perempuan juga memiliki kerentanan yang berbeda terhadap gangguan sistem
reproduksi dan efek teratogenik.

EFEK TOKSISITAS BAHAN KIMIA


 Toksisitas akut
 Pajanan mendadak/jangka pendek atau terpajan dalam jumlah yang relatif besar
 Contoh kejadian melalui:
- Penanganan bahan kimia yang tidak tepat, atau
- Ada tumpahan atau kebocoran dari katup atau pipa pembawa bahan kimia.
- Saat pemeliharaan atau pembersihan peralatan yang mengandung bahan kimia.
 Inhalasi uap asam konsentrasi rendah, menyebabkan hilangnya enamel gigi kerusakan
gigi.
 Inhalasi dan absobsi kulit dari beberapa pelarut organik, dalam jangka waktu yang lama,
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf.
 Paparan debu silika dapat menyebabkan jfibrosis paru-paru. Efek ini akhirnya
menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan permanen.
 Toksisitas kronis
 Pajanan berulang dalam jangka waktu lama.
 Inhalasi uap asam konsentrasi rendah, menyebabkan hilangnya enamel gigi
kerusakan gigi.
 Inhalasi dan absobsi kulit dari beberapa pelarut organik, dalam jangka waktu yang lama,
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf.
 Paparan debu silika dapat menyebabkan jfibrosis paru-paru. Efek ini akhirnya
menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan permanen.

JALAN MASUK KE DALAM TUBUH

1. Inhalasi  jalan masuk utama di industri.


2. Absorbsi  penyerapan oleh kulit
3. Ingesti  melalui saluran pencernaan

Jalan masuk ke dalam tubuh menentukan :


 Berapa banyak zat kimia yang masuk
 Organ apa yang pertama kali terpajan dengan konsentrasi tinggi dari zat kimia tersebut.

INHALASI
PARTIKULAT
 Partikulat adalah padatan atau cairan yang didistribusikan dalam gas.
 Di tempat kerja, istilah "partikulat" mengacu pada partikel, debu, kabut, atau asap yang
tersuspensi di udara sekitar.
 Bahaya partikulat bahan kimia di udara dapat terinhalasi yang mungkin memiliki efek
buruk pada kesehatan seseorang.
 Sistem pernafasan terbagi menjadi 2 daerah utama:
- Saluran udara (hidung, tenggorokan, trachea, bronkus)
- Alveoli tempat terjadinya pertukaran gas.
 Sistem pernafasan paling rentan
- Area kontak sangat luas
- Kaya akan pembuluh kapiler.
 Jumlah total zat kimia yang dapat diserap melalui saluran pernafasan tergantung pada:
- Konsentrasi zat kimia tersebut di udara
- Lama pajanan
- Volume ventilasi paru meningkat jika aktivitas kerja lebih tinggi.

DEPOSIT PARTIKEL DI DAERAH PARU-PARU, SEBAGIAN BESAR DI


DASARKAN PADA UKURAN PARTIKEL

 0,1–10 mikron : mudah dihirup


 5–10 mikron : tertahan di saluran napas atas
 3 – 5 mikron : tertahan di saluran napas tengah
 1 – 3 mikron : paling berbahaya, karena tertahan dan tertimbun di saluran napas kecil
 < 1 mikron : tidak mudah mengendap
 0,1–0,5 mikron : mengikuti dengan gerak brown

ABSORBSI MELALUI KULIT

 Zat kimia yang melewati kulit hampir selalu dalam bentuk cair.
 Bentuk padat dan gas atau uap umumnya tidak melewati kulit kecuali jika terlebih dahulu
larut dalam kelembapan di permukaan kulit.
 Kulit adalah rute paling umum kedua di mana bahan kimia di tempat kerja masuk ke
dalam tubuh.
 Zat kimia dapat menembus kulit dan mencapai pembuluh darah di bawah kulit serta
masuk ke dalam aliran darah, Setelah masuk aliran darah, zat kimia dapat diangkut ke
berbagai organ tubuh.
- Jumlah zat kimia yang diserap melalui kulit > dari yang diserap melalui inhalasi : zat
kimia organik.
 Area tubuh seperti lengan bawah yang mungkin berbulu, paling mudah ditembus oleh
bahan kimia karena dapat masuk ke saluran kecil yang berisi batang rambut.
 Zat kimia juga dapat masuk melalui luka, tusukan atau goresan pada kulit karena adanya
kerusakan pada lapisan pelindung.
 Kontak dengan beberapa bahan kimia seperti detergen atau pelarut organik dapat
menyebabkan kulit:
- Kulit kering dan pecah-pecah.
- Gatal-gatal,
- Ulserasi atau
- Pengelupasan kulit.
 Laju penyerapan beberapa zat kimia organik melalui kulit meningkat jika :
- Suhu lingkungan dan keringat meningkat.
- Jadi penyerapan pada iklim panas > iklim normal.

MELALUI SALURAN PENCERNAAN/ INGESTI


 Dari makan dan minum yang terkontaminasi zat kimia.
 Makanan dan minuman paling sering terkontaminasi melalui kontak dengan tangan,
sarung tangan atau pakaian yang tidak dicuci, atau terpajan di tempat kerja.
 Menggigit kuku dan merokok juga dapat berkontribusi terhadap paparan.
 Beberapa zat kimia, seperti alkohol, dapat melewati dinding lambung dan masuk ke aliran
darah, kemudian dibawa ke seluruh tubuh oleh aliran darah.
 Beberapa bahan kimia, yang tidak larut atau molekulnya terlalu besar akan diekskresi
melalui feses tanpa diserap ke dalam aliran darah.
 Beberapa asam, basa, dan organik dapat menyebabkan kerusakan "luka bakar" parah pada
sistem pencernaan jika tertelan dalam konsentrasi tinggi.
 Faktor yang mempengaruhi penyerapan:
- Biotransformasi oleh hati (first-pass).
- Disolusi zat kimia dalam lingkungan saluran pencernaan
- Aliran darah
- Interaksi dengan makanan

 Toksikokinetik
- Adalah pengaruh zat toksik pada tubuh
- Ilmu yang mempelajari perjalanan zat toksik dalam tubuh.
- Absorbsi, distribusi, metabolisme,dan eksresi
 Toksikodinamik:
- Efek atau dampak molekuler, biokimia dan fisiologis dari zat kimia atau metabolitnya
dalam sistem biologi dari organ tubuh.
- Seseorang bisa menjadi sakit dimulai dari perubahan di dalam molekulernya yang
berlanjut hingga respons dari organismenya.
- Perubahan ini dapat kembali ke kondisi normal baik dengan perbaikan ataupun tidak,
tetapi tidak semua perubahan dapat berubah kembali ke kondisi semula.

EFEK KESEHATAN AKIBAT PAJANAN ZAT KIMIA


1) Asfiksisasi (asphyxiation)
2) Iritasi
3) Narkosis
4) Toksisitas sistemik
5) Genotoksisitas dan karsinogenisitas
6) Sensitisasi
7) Efek reproduksi

Asfiksisasi

 Asphyxiant adalah zat kimia yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh ke
tingkat yang berbahaya.
 Asphyxiation (kekurangan oksigen) adalah sesak napas akibat gangguan proses
oksigenisasi dalam jaringan tubuh
 Asphyxiation terbagi menjadi 2 jenis:
1) Simple asphyxiation
- Menurunkan kadar oksigen di udara akibat adanya gas tertentu yang
menggantikannya sehingga menimbulkan sesak napas.
- Contoh: nitrogen, karbondioksida, ethane, helium, argon.
2) Chemical asphyxiation
- Bahan kimia yang dapat mempengaruhi dan mengganggu kemampuan tubuh untuk
mengangkut dan menggunakan oksigen dalam proses metabolisme selular yang
normal.
- Menurunnya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen ke berbagai jaringan tubuh
- Oksigen dalam udara dan yang masuk normal tetapi tubuh tidak dapat
menggunakannya.
- Contoh: karbonmonoksida, hidrogen sianida.
SISTEM ORGAN YANG SERING DIPENGARUHI OLEH PAJANAN BERBAHAYA

Occupational Disease
Kesehatan Kerja
Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh deraja
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar “kesehatan pada
sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang
dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work). Keselamatan kerja sama dengan
hygene perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut.
a. Sasarannya adalah manusia.
b. Bersifat medis.
Fungsi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut.
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja.
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja termasuk
desain tempat kerja.
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD.
d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.

Penyakit Akibat Kerja


Lingkup Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan
kerja termasuk penyakit terkait kerja. Penyakit terkait kerja adalah penyakit yang mempunyai
beberapa agen penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya.
Definisi penyakit akibat kerja (ILO)
1. Menurut Protokol 2002 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
2. 1981, istilah "penyakit akibat kerja" mencakup setiap penyakit yang diderita sebagai
akibat dari paparan faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja.
3. Rekomendasi Tunjangan Kecelakaan Kerja ILO, 1964 (No. 121), Paragraf 6(1),
mendefinisikan penyakit akibat kerja dalam istilah berikut: “Setiap Anggota harus,
berdasarkan kondisi yang ditentukan, mempertimbangkan penyakit yang diketahui
muncul dari paparan zat dan kondisi berbahaya dalam proses, perdagangan atau pekerjaan
sebagai penyakit akibat kerja.”
4. Ada dua elemen utama dalam definisi penyakit akibat kerja:
5. hubungan kausal antara paparan di lingkungan kerja atau pekerjaan tertentu aktivitas dan
penyakit tertentu; dan fakta bahwa penyakit tersebut terjadi di antara sekelompok orang
yang terpapar dengan frekuensi di atas rata-rata morbiditas penduduk lainnya.
Epidemiologi
- ILO menyatakan tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena
kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja
Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Penyebab penyakit akibat kerja dibagi menjadi 5 (lima) golongan, yaitu:
 Golongan fisika
- Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non pengion dan
tekanan udara
 Golongan kimia
- Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain.
 Golongan biologi
- Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.
 Golongan ergonomi
- Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif,
penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
 Golongan psikososial
- Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
Klasifikasi
WHO
Penyakit akibat kerja tidak hanya dicirikan oleh penyakit itu sendiri, tetapi oleh kombinasi
dari penyakit dan paparan, serta hubungan antara keduanya. Klasifikasi pekerjaan penyakit
telah dikembangkan terutama untuk dua tujuan:
(A) pengawasan dan pemberitahuan untuk persalinan tujuan pemeriksaan dan
(B) tujuan jaminan sosial (kompensasi).
Sebagian besar klasifikasi sistem memiliki hierarki berikut:
1. Penyakit yang disebabkan oleh agen
1.1 Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
1.2 Penyakit yang disebabkan oleh agen fisik
1.3 Penyakit yang disebabkan oleh agen biologis
2. Penyakit menurut organ sasaran
2.1 Penyakit pernapasan akibat kerja
2.2 Penyakit kulit akibat kerja
2.3 Penyakit muskuloskeletal akibat kerja
3. Kanker kerja
4. Lainnya
Klasifikasi berisi kategori yang ditentukan oleh agen penyebab dan kategori yang
ditentukan oleh diagnosa medis. Kasus penyakit tertentu karena itu dapat jatuh ke dalam
beberapa kategori. Tidak adanya kriteria diagnostik terpadu, sistem pengkodean dan
klasifikasi mengurangi kompatibilitas dan komparatif statistik nasional penyakit akibat kerja.
Bahkan untuk penyakit akibat kerja klasik seperti asbestosis, ada heterogenitas dalam statistik
nasional dan praktik klinis dalam kondisi seperti apa yang dikodekan di bawah judul umum
asbestosis).
ILO
Prinsip-Prinsip Penyakit Akibat Kerja
Dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja terdapat 3 (tiga) prinsip yang harus diperhatikan:
1. Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.
2. Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi daripada pada masyarakat.
3. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Penegakan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Diagnosis penyakit akibat kerja memiliki :
1. Aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana penyakit akibat kerja serta
membatasi kecacatan dan keparahan penyakit.
2. Aspek komunitas: untuk melindungi pekerja lain
3. Aspek legal: untuk memenuhi hak pekerja
Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dalam melakukan interpretasi secara tepat. Pendekatan tersebut
dilakukan melalui 7 (tujuh) langkah diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan sebagai berikut
Langkah 1. Menegakkan diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:
1. anamnesa;
2. pemeriksaan fisik
3. bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus.
Langkah 2. Menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
Beberapa pajanan dapat menyebabkan satu penyakit, sehingga dokter harus mendapatkan
informasi semua pajanan yang dialami dan pernah dialami oleh pekerja. Untuk memperoleh
informasi tersebut, dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap, mencakup:
1. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang
2. dialami (pekerjaan terdahulu sampai saat ini).
3. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan.
4. Produk yang dihasilkan.
5. Bahan yang digunakan.
6. Cara bekerja.
7. Proses kerja.
8. riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia).
9. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan.
Informasi tersebut semakin bernilai, bila ditunjang dengan data yang objektif, seperti MSDS
(Material Safety Data Sheet) dari bahan yang digunakan dan catatan perusahaan mengenai
informasi tersebut diatas.
Langkah 3. Menentukan hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis
Pajanan yang teridentifikasi berdasarkan evidence based dihubungkan dengan penyakit yang
dialami. Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis dipengaruhi oleh waktu timbulnya gejala
setelah terpajan oleh bahan tertentu. Penyakit lebih sering timbul apabila berada di tempat
kerja dan berkurang saat libur atau cuti. Hasil pemeriksaan pra-kerja dan berkala dapat
digunakan sebagai salah satu data untuk menentukan penyakit berhubungan dengan
pekerjaannya.
Langkah 4. Menentukan besarnya pajanan
Penilaian untuk menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala penyakit
dapat dilakukan secara :
1. kualitatif :
a. pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja
dan masa kerja.
b. Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar
pajanan.
2. kuantitatif :
a. data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan secara periodik.
b. data monitoring biologis.
Langkah 5. Menentukan faktor individu yang berperan
Faktor individu yang berperan terhadap timbulnya penyakit antara lain:
1. jenis kelamin
2. usia
3. kebiasaan
4. riwayat penyakit keluarga (genetik)
5. riwayat atopi
6. penyakit penyerta.
Langkah 6. Menentukan pajanan di luar tempat kerja
Penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh pajanan yang sama di luar tempat kerja
sehingga perlu informasi tentang kegiatan yang dilakukan di luar tempat kerja seperti hobi,
pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan.
Langkah 7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Berdasarkan enam langkah diatas, dibuat kesimpulan penyakit yang diderita oleh pekerja
adalah penyakit akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja.
Factor of Disease Causation
 Predisposing factors (faktor predisposisi) adalah faktor yang menciptakan keadaan
kerentanan, membuat host rentan terhadap agen. Ini adalah usia, jenis kelamin dan
penyakit sebelumnya.
 Enabling factors (faktor pendukung) adalah faktor yang membantu perkembangan (atau
pemulihan dari) penyakit; misalnya kondisi tempat tinggal, status sosial ekonomi.
 Precipitating factors adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan paparan langsung
terhadap agen penyakit atau timbulnya penyakit, mis. minum air yang terkontaminasi,
kontak dekat dengan kasus TB paru.
 Reinforcing factors (faktor pendorong) adalah faktor yang memperburuk penyakit yang
sudah ada, mis. malnutrisi, paparan berulang.
 Faktor risiko adalah kondisi, kualitas atau atribut, yang kehadirannya meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk memiliki, berkembang atau terpengaruh secara merugikan
oleh proses penyakit. Faktor risiko tidak harus selalu menyebabkan penyakit tetapi
meningkatkan kemungkinan bahwa orang yang terpapar faktor tersebut dapat dengan
mudah terkena penyakit.

Anda mungkin juga menyukai