Anda di halaman 1dari 47

PUTUSAN

Nomor 38/PHPU.D-VI/2008

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat
pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto
yang diajukan:

[1.2] 1. Nama : H. Sjamsuddin Zainal, S.E., M.P


Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Lanto Dg. Pasewang Nomor 6 Jeneponto dan/atau
Jalan Kenanga Nomor 6 Kelurahan Empowang, Kecamatan
Binamu, Kabupaten Jeneponto
KTP : 73.0403.050153.0003

2. Nama : Djahini, S.H


Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jalan Melati, Kelurahan Empowang, Kecamatan Binamu,
Kabupaten Jeneponto
KTP : 73.0403.010752.0005

Dalam hal ini telah memberikan kuasa kepada:


1. Irwan Muin, S.H., M.H.;
2. Anwar, S.H;
3. Murlianto, S.H;
2

Kesemuanya Advokat, yang berkantor di Jalan Cendana Nomor 195 Panakkukang


Makassar, Telepon (0411) 5087858, Kontak Person Handphone 08124115917,
bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama berdasarkan surat kuasa tanggal 6 November 2008;
Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------------------------- Pemohon;
Terhadap:

[1.3] Nama : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto

Alamat : di Jalan Lanto Dg. Pasewang Nomor 30 Kota Jeneponto;


Dalam hal ini telah memberikan kuasa kepada:
1. Mappinawang, S.H;
2. Sofyan, S.H;
3. Bakhtiar, S.H;
4. Mursalin Jalil, S.H., M.H;
Kesemuanya Advokat, yang berkantor di Jalan Topaz Raya Ruko Zamrud I Blok
G/12 Telepon 0411 423221 Makassar Sulawesi Selatan bertindak untuk dan atas
nama Pemberi Kuasa, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berdasarkan surat
kuasa tanggal 12 November 2008;
Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------------- Termohon;

[1.4] Telah membaca permohonan dari Pemohon;


Telah mendengar keterangan dari Pemohon;
Telah mendengar keterangan dan membaca keterangan tertulis dari
Termohon Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto;
Telah memeriksa bukti-bukti dan saksi-saksi Pemohon;
Telah memeriksa bukti-bukti dan saksi-saksi Termohon;
Telah membaca kesimpulan dari Pemohon;
Telah membaca kesimpulan dari Termohon;

2. DUDUK PERKARA

[2.1] Menimbang bahwa Pemohon di dalam permohonannya bertanggal 7


November 2008 yang terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya
3

disebut Kepaniteraan Mahkamah) dengan registrasi Nomor 38/PHPU.D-VI/2008,


tanggal 10 November 2008 telah diperbaiki pada persidangan hari Jumat tanggal
14 November 2008, yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah/Peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008, yang oleh Termohon
ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 6 (enam);

2. Bahwa sesuai dengan kedudukan dan kewenangan yang dimilikinya, Termohon


telah menyelenggarakan tahap Pemungutan Suara Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2008 pada tanggal 28 Oktober 2008;

3. Bahwa Permohonan Keberatan ini diajukan masih dalam waktu tenggat, yaitu
diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak diterbitkannya/di
tetapkannya Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati
Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008, tertanggal 6
November 2008 oleh KPU Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto oleh Termohon. Sehingga berdasarkan
pada ketentuan hukum yang diatur dalam Pasal 94 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Pasal 5 ayat (1)
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman
Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Kepala Daerah, maka mohon
perkenan Majelis Hakim Konstitusi berkenan untuk menerima, memeriksa dan
memutus perkara a quo;

4. Bahwa Pemohon mengajukan keberatan terhadap Berita Acara Penetapan


Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Periode 2008-2013
4

Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tertanggal 6 November 2008 oleh KPU


Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Jeneponto Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Jeneponto yang diterbitkan oleh Termohon dengan hasil rekapitulasi
penghitungan sebagai berikut:

Suara Sah
Nama Pasangan Calon
Perolehan Suara Persentase

1. Agus Anwar Mokka dan Natsar Desi 2.128 1,12%

2. Baharuddin Baso Tika dan Agus Abdullah 15.305 8,09%

3. Jabbal Natsir dan Sarbini Haerah 3.276 1,73%


4. Sonda Tayang dan Aries K Syamsuddin
1.912 1,01%
DL

5. Radjamilo dan Burhanuddin Baso Tika 100.434 53,07%

6. Sjamsuddin Zainal dan Djahini 66.189 34,98%

5. Bahwa menurut Termohon rekapitulasi hasil penghitungan suara tersebut di atas


diperoleh dari hasil penghitungan suara yang menyebar di 11 (sebelas) Wilayah
Kecamatan oleh masing-masing pasangan calon sebagai berikut:

No WILAYAH Calon Calon Calon Calon Calon Calon


KECAMATAN Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor
Urut 1 Urut 2 Urut 3 Urut 4 Urut 5 Urut 6
1 Bangkala Barat 146 922 102 262 8.792 3.412
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
2 Bangkala 206 1.864 517 446 17.439 7.402
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
3 Tamalatea 250 4.333 454 195 10.220 6.419
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
4 Bontoramba 245 1.756 310 298 11.876 5.231
5

Suara Suara Suara Suara Suara Suara


5 Binamu 284 2.179 579 135 12.585 13.061
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
6 Turatea 447 568 255 79 9.737 5.627
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
7 Kelara 314 473 279 93 6.447 6.221
Suara Suara Suara Suara Suara Suara
8 Rumbia 53 Suara 1.117 222 97 6.001 5.514
Suara Suara Suara Suara Suara
9 Batang 55 Suara 655 93 159 5.575 4.413
Suara Suara Suara Suara Suara
10 Arungkeke 39 Suara 834 81 48 5.174 4.628
Suara Suara Suara Suara Suara
11 Tarowang 89 Suara 604 384 100 6.588 4.261
Suara Suara Suara Suara Suara

I. FAKTA “PENGGELEMBUNGAN SUARA PEMILIH PEMOHON”

6. Bahwa Hasil Penghitungan Suara yang dilakukan oleh Termohon yang hasilnya
sebagaimana tersebut di atas, telah menempatkan perolehan suara Pasangan
Calon Nomor Urut 5 (lima) lebih besar jumlahnya dari perolehan suara Pemohon,
yaitu selisih sejumlah 34.245 (tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima)
suara, adalah hasil penghitungan yang tidak benar. Karena penghitungan
tersebut didasarkan pada data-data atau fakta-fakta yang justru bersumber dari
terjadinya “penggelembungan suara” yang diperoleh oleh Pasangan Calon
Nomor Urut 5 (lima) pada beberapa Tempat Perhitungan Suara (TPS) serta
terjadinya “penggembosan suara” sebagai kelalaian sistematis yang dilakukan
oleh Termohon yang mengakibatkan berkurangnya jumlah perolehan suara
Pemohon pada saat dilakukan tahap penghitungan suara oleh Termohon.
Secara tabelaris terjadinya kedua fakta tersebut dapat dilihat secara tabelaris
sebagai berikut:
6

Perbandingan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara menurut versi Pemohon dan


Termohon

KPU
NeJ KECAMATAN DPT Jml S.Sah Tdk

TPS Mode Bagus Amanah Setia Kerabat Sejalan Sah

"

1 Bangkala' Barat 34441 73 146 922 102 262 8792 3412 13.636 402

2 Bangkala 27560 57 206 1864 517 446 17439 7402 27874 675
3 Tamalatea 34723 73 250 4333 454 195 10220 6419 21871 641
4 Bontoramba ,14121 34 245 1756 310 298 11876 5231 19716 481
5 Binamu 18441 41 284 2179 579 135 12585 13061 28823 579
6 Turatea 16886 36 447 568 255 79 9737 5627 16713 461
7. Kelara 26535 56 314 473 279 93 6447 6221 13827 347
8 Rumbia 21657 45 53 1117 222 97 6001 5514 13004 385
9 Batang 13269 28 55 655 93 159 5575 4413 10950 283
10 Arungkeke 17499 44 39 834 81 48 5174 4628 10804 276

11 Tarowang 16862 36 89 604 384 100 6588 4261 12026 266

241994 523 2128 15305 3276 1912 100434 66189 189.244 4796
JUMLAH
1,12% 8,09% 1,73% 1,01% 53,07% 34,98%

Penggelem
Pemilih sejalan
PEMOHON
yg tdk dpt Bungan

Mode Bagus Amanah Setia Kerabat Sejalan undangan

146 922 102 262 8792 5259 1847 -

206 1864 517 446 17439 11155 3753 -


250 4333 454 195 10220 11001 4582 -
245 1756 310 298 11197 10752 5521 679
284 2179 579 135 12584 16901 3840 1
447 568 255 79 9737 8584 2957 -
314 473 279 93 6447 9112 2891 -
53 1117 222 97 6001 8759 3245 -
55 655 93 159 5575 6355 1942 -
39 834 81 48 5174 6367 1739 -

89 604 384 100 6588 7224 2963 -

2128 15305 3276 1912 99754 101469 35280 680

0,96% 6,85% 1,46% 0,85% 44,56% 45,32%

7. Bahwa berdasarkan data-data pada tabel tersebut di atas diperoleh fakta-fakta


7

sebagai berikut:

7.1 Bahwa telah terjadi “penggelembungan suara” sejumlah 680 (enam ratus
delapan puluh) suara yang terjadi dan menyebar pada beberapa Tempat
Pemungutan Suara (TPS) khususnya di wilayah Kecamatan Bontoramba
dan Kecamatan Binamu, dimana sejumlah “penggelembungan suara”
tersebut dinikmati oleh Pasangan Calon Nomor Urut 5 (lima) atas tindakan
kelalaian dari Termohon Keberatan;

7.2 Bahwa terjadinya “penggelembungan suara” tersebut disebabkan oleh


tindakan atau ulah dari sejumlah orang-orang tertentu, yang secara sengaja
bertindak sedemikian rupa pada tahap pemungutan suara dengan maksud
menguntungkan/menambah secara matematis perolehan suara Pasangan
Calon Nomor Urut 5. Sehingga karenanya pada saat tahap penghitungan
suara terjadi ketidaksesuaian atau ketidakcocokan yang nyata antara
jumlah rekapitulasi Pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan jumlah
rekapitulasi surat suara yang terkumpul dan setelah dihitung oleh KPPS
di TPS atau di PPK;

8. Bahwa karakteristik modus operandi “penggelembungan suara” tersebut yang


umumnya terjadi di Wilayah Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamu,
dapat dipahami pada kasus-kasus (kasuistis) sebagai berikut:
8.1 Ada orang yang sudah meninggal tapi ternyata masih terdaftar dalam DPT;
8.2 Ada satu dusun yang jumlah penduduknya dapat terakomodir dalam 1 TPS,
namun penduduknya dipindahkan/dimobilisir oleh Kepala Desa untuk
memilih di TPS dusun lain yang jaraknya cukup jauh dari dusunnya;
8.3 Di salah satu TPS, semua pemilih di TPS tersebut tidak diberi tinta pada
jemarinya setelah melakukan pencoblosan, oleh saksi SEJALAN kejadian
tersebut diprotes ke KPPS tapi tidak digubris oleh KPPS;
8.4 Ada 3 desa, (1) Dusun Sarwangin, Desa Tanam Mawang, terdapat 30 wajib
pilih yang terdaftar dalam DPT tapi tidak mendapatkan undangan/kartu
pemilih, (2) Dusun Tabbuakkang, Desa Batualan, terdapat 31 orang wajib
pilih yang terdaftar dalam DPT tapi tidak mendapatkan undangan/kartu
pemilih. Dan sebagaian undangan/kartu pemilih diberikan kepada orang lain
8

yang tidak terdafatar dalam DPT dan ini dilakukan oleh Tim Peluncur
Kerabat (a/n. Baco) atas persetujuan KPPS;
8.5 Di Dusun Balla Rompo, terdapat 5 (lima) orang tidak dapat undangan/kartu
pemilih padahal terdaftar dalam DPT, kemungkinan surat suara tersebut
diberikan kepada orang lain untuk digunakan;
8.6 Di TPS 2 Desa Tanam Mawang, terdapat Berita Acara Perhitungan Suara
yang dibawa ke PPK tetapi tidak/belum ditandatangani oleh masing-masing
saksi pasangan calon, termasuk KPPS sendiri, namun oleh PPK tetap
melakukan rekap;
8.7 Di TPS 5 Desa Batu Jala, terjadi keadaan dimana 331 jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilih namun setelah perhitungan suara ternyata kertas
suara yang terpakai berjumlah 334, berarti terdapat 3 penggelembungan
kertas suara;
8.8 Di TPS 5 Dusun Bungung Kanona, Kelurahan Tolo Barat, terdapat
penggelembungan suara dimana terdapat 267 total surat suara (termasuk
cadangan), surat suara terpakai 189 dan surat suara tidak terpakai 90.
Dengan demikian terdapat penggelembungan surat suara yang masuk ke
kotak sebanyak 12 surat suara.
9. Bahwa akibat dari terjadinya “penggelembungan suara” tersebut adalah secara
nyata telah menambah secara signifikan perolehan Pasangan Calon Nomor Urut
5 (lima) yaitu sejumlah 680 (enam ratus delapan puluh) suara. Dimana
perolehan “penggelembungan suara” sejumlah tersebut merupakan salah satu
faktor utama dan berkorelasi erat dengan perolehan suara Pasangan Calon
Nomor Urut 5 (lima) yang telah mengantarkannya mengalahkan perolehan suara
khususnya Pemohon a quo maupun Pasangan Calon lainnya. Sehingga
seharusnya sejumlah “penggelembungan suara” tersebut sepenuhnya
dikurangkan dari perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 (lima);
10. Bahwa pula telah terjadi suatu fakta yang jika dipandang secara proporsional
dan kontekstual, sangat memungkinkan memiliki korelasi erat dengan terjadinya
fakta “penggelembungan suara” tersebut. Fakta yang dimaksudkan adalah
dimana sejumlah 315 (tiga ratus lima belas) saksi pasangan calon Pemohon
yang ditempatkan menyebar pada beberapa TPS, yaitu dimana pada saat
9

sebelum dan/atau sesudah tahap penghitungan suara dilakukan ternyata tidak


diberikan/tidak memperoleh lembaran formulir Berita Acara/Catatan Hasil
Perolehan Suara untuk tiap Pasangan Calon di TPS (Formulir Jenis C2-KWK)
maupun Sertifikat Hasil Penghitungan Suara untuk Pasangan Calon di TPS
(Formulir Jenis C1-KWK);
11.Bahwa perbuatan/tindakan Termohon cq. KPPS sebagai jajaran Termohon
tersebut merupakan tindakan yang melanggar hukum, karena tidak sesuai
dengan apa yang ditentukan dalam Pasal 83 ayat (11) Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
12.Bahwa perbuatan/tindakan Termohon cq. KPPS sebagai jajaran Termohon
tersebut tidak hanya dilakukan terhadap saksi-saksi Pemohon a quo di beberapa
TPS tetapi perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap saksi-saksi pasangan
calon lainnya [dalam hal ini saksi-saksi Pasangan Calon Nomor Urut 3 (tiga),
sebagaimana dirilis oleh Media Surat Kabar Lokal “Tribun Timur” tanggal 31
Oktober 2008]. Sehingga karenanya perbuatan/tindakan Termohon tersebut
tidak bisa secara sederhana dipandang sebagai sebuah “kelalaian” semata,
tetapi merupakan suatu kesengajaan yang telah terkonsfirasi dengan maksud-
maksud dan niat-niat tertentu yang secara nyata dan pasti telah menimbulkan
kerugian khususnya bagi Pemohon;

II. FAKTA “PENGGEMBOSAN” SUARA PEMILIH PEMOHON


13.Bahwa berdasarkan data-data yang dikeluarkan oleh Termohon, diperoleh fakta
dimana jumlah Pemegang Hak Pilih/ Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT) yang ditetapkan oleh Termohon sendiri tidak semuanya
berkesempatan yang sama dapat mempergunakan hak pilihnya, mendatangi
TPS melakukan pencoblosan pada tahap pemungutan suara pada tanggal 28
Oktober 2008. Data tentang hal ini dapat dicermati secara tabelaris sebagai
berikut:
10

NO WILAYAH SUARA PEMILIH YG TDK


KECAMATA JUMLAH SUARA TDK MENGGUNAKAN
N DPT SAH SAH HAK PILIH
(1) (2) (3) 1 - (2 + 3)
1 Bangkala 34.441 27.874 675 5.892
2 Tamalatea 27.560 21.871 641 5.048
3 Binamu 34.723 28.823 579 5.321
4 Batang 14.121 10.950 283 2.888
5 Kelara 18.441 13.827 347 4.267
6 Bangkala Barat 16.886 13.636 402 2.848

7 Bontoramba 26.535 19.716 481 6.338


8 Turatea 21.657 16.713 461 4.483
9 Arungkeke 13.269 10.804 276 2.189
10 Rumbia 17.499 13.004 385 4.110
11 Tarowang 16.862 12.026 266 4.570
JUMLAH 241.994 189.244 4.796 47.954

14.Bahwa dari data tabel tersebut di atas terdapat sejumlah 47.954 (empat puluh
tujuh ribu sembilan ratus lima puluh empat) Pemilih dalam DPT yag tidak
menggunakan hak pilihnya. Dimana secara umum dari jumlah tersebut terbagi
ke dalam 2 (dua) kategoris, yaitu:
14.1 Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya karena secara sadar dan
sengaja berkehendak tidak menyalurkan hak pilihnya di TPS (“golput”);
14.2 Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya karena kelalaian Termohon
dan jajarannya yang tidak memberikan undangan dan/atau Kartu Pemilih
kepada mereka. Sehingga mereka telah terhalangi haknya untuk
menyalurkan hak pilihnya pada saat Tahap Pemungutan Suara di TPS;

15.Bahwa berdasarkan data yang ada, dari sejumlah 241.994 (dua ratus empat
puluh satu ribu sembilan ratus sembilan puluh empat) pemilih yang terdaftar
dalam DPT, pemilih yang secara sadar menggunakan hak pilihnya adalah
sebanyak 194.040 (seratus sembilan puluh empat ribu empat puluh ) pemilih. Ini
menjadi suatu indikasi utama bahwa tingkat partisipasi politik warga Kabupaten
11

Jeneponto menyalurkan hak pilihnya di TPS pada Pemilu Kepala Daerah Tahun
2008 adalah cukup tinggi karena mencapai sebesar + 80% (delapan puluh
persen). Sedangkan sisanya sebesar 47.954 Pemilih + 20% dua puluh persen)
tidak dapat menggunakan hak pilihnya dikarenakan kedua kategoris yang
disebutkan di atas. Sehingga dapat ditarik suatu pemahaman bahwa jika saja
para Pemilih yang tidak mendapatkan undangan/kartu pemilih
mendapatkan/memperoleh undangan/kartu pemilih resmi dari Termohon, maka
dapat dipastikan tingkat partisipasi politik pemilih pada Pemilu Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto akan lebih tinggi lagi;

16.Bahwa dari sejumlah 47.954 Pemilih (+ 20%) tersebut yang tidak dapat
menggunakan hak pilihnya, terdapat sejumlah + 35.280 (tiga puluh lima ribu
dua ratus delapan puluh) pemilih yang tersebar di beberapa wilayah TPS yang
berkehendak menggunakan hak pilihnya pada saat Tahap Pemungutan Suara
(tanggal 28 Oktober 2008), namun terhalangi maksudnya karena tidak diberikan
undangan dan/atau kartu pemilih oleh Termohon dan jajarannya. Sehingga
karenanya sejumlah + 35.280 (tiga puluh lima ribu dua ratus delapan puluh)
pemilih tersebut merasa sangat dirugikan hak politiknya untuk memilih
mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 6 (Pemohon) pada saat tahap
pemungutan suara. Begitu pula dampak kerugian nyata yang dialami oleh
Pemohon karena telah kehilangan suara sebesar + 35.280 (tiga puluh lima ribu
dua ratus delapan puluh) dari pendukungnya/pemilihnya, yang apabila mereka
tersebut diberikan kesempatan oleh Termohon menggunakan hak pilihnya
dengan memberikan undangan/kartu pemilih, maka dipastikan dapat
mengantarkan Pemohon sebagai pemenang pada pelaksanaan Pemilu Kepala
Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008;

III. RASIO MATEMATIS

17.Bahwa berdasarkan uraian data dan fakta sebagaimana tersebut di atas, secara
matematis seharusnya perolehan suara masing-masing pasangan calon pada
Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 adalah sebagai
berikut:
12

17.1 Pada fakta terjadinya “Penggelembungan Suara”.


Penggelembungan suara sebanyak 680 (enam ratus delapan puluh) suara,
merupakan fakta yang seharusnya dinilai berdampak terhadap perolehan
suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 (lima), sehingga karenanya harus
dikurangkan sepenuhnya dari perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut
5 (lima) dalam tabelaris dapat dilihat sebagai berikut:

NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN PEROSENTASI


CALON SUARA
1 Agus Anwar Mokka dan 2.128 1,12 %
Natsar Desi
2 Baharuddin Baso Tika 15.305 8,11 %
dan
Agus Abdullah
3 Jabbal Natsir dan 3.276 1,73 %
Sarbini Haerah
4 Sonda Tayang dan 1.912 1,01 %
Aries K Syamsuddin DL
5 Radjamilo dan 99.754 52,90 %
Burhanuddin Baso Tika
6 Sjamsuddin Zainal dan 66.189 35,10 %
Djahini

17.2 Pada Fakta Pemilih Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Karena Tidak
Dapat Undangan dan Kartu Pemilih:

Fakta ini menghasilkan sejumlah 35.280 (tiga puluh lima ribu dua ratus
delapan puluh) Pemilih yang terdaftar dalam DPT namun tidak dapat
menggunakan hak pilihnya karena tidak mendapatkan undangan/kartu
pemilih dari Termohon. Jumlah ini seluruhnya ditarik menjadi penambahan
perolehan suara bagi Pemohon, sehingga dapat dilihat secara tabelaris
sebagai berikut:
13

NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN PERSENTASE


CALON SUARA
1 Agus Anwar Mokka dan 2.128 0,94 %
Natsar Desi
2 Baharuddin Baso Tika 15.305 6,81 %
dan
Agus Abdullah
3 Jabbal Natsir dan 3.276 1,45 %
Sarbini Haerah
4 Sonda Tayang dan 1.912 0,85 %
Aries K Syamsuddin DL
5 Radjamilo dan 100.434 44,73 %
Burhanuddin Baso Tika
6 Sjamsuddin Zainal dan 101.469 45,19 %
Djahini

18.Bahwa apabila antara fakta “Penggelembungan Suara” dan fakta


“penggembosan suara Pemilih Pemohon” tersebut dijadikan sebagai rujukan
utama untuk untuk mendongkrak perolehan suara Pemohon, dengan demikian
karenanya penghitungan suara yang benar secara tabelaris adalah sebagai
berikut:

NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN PERSENTASE


CALON SUARA
1 Agus Anwar Mokka dan 2.128 0,96 %
Natsar Desi
2 Baharuddin Baso Tika 15.305 6,85 %
dan
Agus Abdullah
3 Jabbal Natsir dan 3.276 1,46 %
Sarbini Haerah
14

4 Sonda Tayang dan 1.912 0,85 %


Aries K Syamsuddin DL
5 Radjamilo dan 99.754 44,56 %
Burhanuddin Baso Tika
6 Sjamsuddin Zainal dan 101.469 45,32 %
Djahini

19.Bahwa berlandaskan pada sudut pandang asas-asas berdemokrasi dalam


Pemilu yang menjunjung tinggi falsafah jujur, adil, langsung, umum, bebas dan
rahasia maka terjadinya ”penggelembungan suara” maupun ” penggembosan
suara pemilih” tersebut adalah suatu fakta yang tidak bisa ditolerir karena tidak
saja merugikan secara matematis jumlah perolehan suara Pemohon dan
Pasangan Calon lainnya yang turut dikalahkan oleh Pasangan Calon Nomor Urut
5 (lima) tetapi secara substansial telah menciderai sendi-sendi berdemokrasi
khususnya di Kabupaten Jeneponto;

Suara Sah
Nama Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Perolehan Suara Porsentase

1. Agus Anwar Mokka dan Natsar Desi 2.128 1,12%

2. Baharuddin Baso Tika dan Agus Abdullah 15.305 8,09%

3. Jabbal Natsir dan Sarbini Haerah 3.276 1,73%


4. Sonda Tayang dan Aries K Syamsuddin
1.912 1,01%
DL

5. Radjamilo dan Burhanuddin Baso Tika 100.434 53,07%

6. Sjamsuddin Zainal dan Djahini 66.189 34,98%

Berdasarkan hal-hal yang diterangkan tersebut di atas, maka Pemohon keberatan


memohon perkenan Majelis Hakim dalam perkara ini untuk memutuskan:
Primair:
15

1. Mengabulkan permohonan keberatan Pemohon untuk keseluruhan;


2. Menyatakan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten
Jeneponto berdasarkan Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil
Bupati Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tertanggal 6
November 2008 oleh KPU Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 Oleh Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Jeneponto adalah tidak benar;
3. Membatalkan Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati Dan Wakil Bupati
Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tertanggal 6
November 2008 oleh KPU Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto;
4. Menetapkan hasil penghitungan suara yang benar adalah sebagai berikut:

NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN PERSENTASE


CALON SUARA
1 Agus Anwar Mokka dan 2.128 0,96 %
Natsar Desi
2 Baharuddin Baso Tika 15.305 6,85 %
dan
Agus Abdullah
3 Jabbal Natsir dan 3.276 1,46 %
Sarbini Haerah
4 Sonda Tayang dan 1.912 0,85 %
Aries K Syamsuddin DL
5 Radjamilo dan 99.754 44,56 %
Burhanuddin Baso Tika
6 Sjamsuddin Zainal dan 101.469 45,32 %
Djahini
16

5. Menyatakan Pasangan Calon Nomor Urut 6, atas nama H. Sjamsuddin Zainal,


S.E., M.P. dan Djahini, S.H sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
terpilih Kabupaten Jeneponto untuk Periode 2008 -2013;
6. Memerintahkan kepada Termohon untuk segera menetapkan Pasangan Calon
Nomor Urut 6, atas nama H. Sjamsuddin Zainal, S.E., M.P. dan Djahini, S.H
sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih Kabupaten Jeneponto
untuk Periode 2008 -2013;

B. Subsidair:

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequa et bono)

[2.2] Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalilnya Pemohon


melampirkan bukti-bukti tertulis yang diberi tanda Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-
25, serta 6 (enam) saksi yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah,
sebagai berikut:
1. Bukti P-1 : Fotokopi Berita Acara Terpilih Calon Terpilih Bupati dan Wakil
Bupati Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P/.KWK-
JP/XI/2008, beserta lampiran-lampiran yang terkait;
2. Bukti P-2 : Fotokopi Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto di tingkat Kecamatan
oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Kecamatan Bontoramba;
3. Bukti P-3 : Fotokopi Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan suara
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto 2008 di tingkat
Kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Kecamatan
Binamu;
4. Bukti P-4 : Fotokopi daftar pernyataan/pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan formulir
C1-KWK), yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Bangkala;
5. Bukti P-5 : Fotokopi daftar pernyataan/pengakuan saksi pasangan calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
17

memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara


untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Tamalatea;
6. Bukti P-6 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Binamu;
7. Bukti P-7 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi pasangan calon
Nomor urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Batang;
8. Bukti P-8 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Kelara;
9. Bukti P-9 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Bangkala
Barat;
10.Bukti P-10 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Bontoramba;
11.Bukti P-11 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
18

untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir


C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Rumbia;
12. Bukti P-12 : Fotokopi daftar pernyataan pengakuan saksi pasangan calon
Nomor urut 6 di TPS-TPS yang tidak mendapatkan/tidak
memperoleh Formulir Berita Acara/catatan hasil perolehan suara
untuk tiap pasangan calon di TPS (Formulir C2-KWK dan Formulir
C1-KWK) yang bertugas di wilayah PPK Kecamatan Tarowang;
13. Bukti P-13 : Fotokopi daftar usulan saksi-saksi pasangan Calon Nomor Urut 6
yang ditempatkan pada setiap TPS, diajukan ke KPU Kabupaten
Jeneponto;
14. Bukti P-14 : Fotokopi klipping koran ”Tribun Timur” terbitan tanggal 31 Oktober
2008;
15. Bukti P-15 : Fotokopi surat hasil klarifikasi Panwas Pilkada Kabupaten
Jeneponto kepada Lawyer team ”SEJALAN”;
16. Bukti P-16 : Fotokopi daftar perubahan atas rekapitulasi jumlah penduduk, TPS
dan pemilih Pemilu Bupati dan Wakil Bupati periode 2008-2013
Kabupaten Jeneponto;
17. Bukti P-17 : Fotokopi daftar pernyataan pemilih yang tidak mendapatkan
undangan/kartu pemilih oleh KPU Kabupaten Jeneponto pada saat
pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun
2008, Wilayah Pemilihan Kecamatan Tamalatea;
18. Bukti P-18 : Fotokopi pernyataan pemilih yang tidak mendapatkan
undangan/kartu pemilih oleh KPU Kabupaten Jeneponto pada saat
pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun
2008 Wilayah Pemilihan Kecamatan Bangkala;
19. Bukti P-19 : Fotokopi pernyataan pemilih yang tidak mendapatkan
undangan/kartu pemilih oleh KPU Kabupaten Jeneponto pada saat
pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun
2008 Wilayah Pemilihan Kecamatan Bangkala Barat;
20. Bukti P-20 : Fotokopi pernyataan pemilih yang tidak mendapatkan
undangan/kartu pemilih oleh KPU Kabupaten Jeneponto pada saat
19

pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun


2008 Wilayah Pemilihan Kecamatan Kelara;
21. Bukti P-21 : Fotokopi pernyataan pemilih yang tidak mendapatkan
undangan/kartu pemilih oleh KPU Kabupaten Jeneponto pada saat
pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun
2008 Wilayah Pemilihan Kecamatan Bontoramba;
22. Bukti P-22 : Berita Acara Penerimaan Laporan Panwas Kecamatan
Bontoramba yang dilaporkan oleh a.n Syamsu tentang dugaan
kasus ”money politik”;
23. Bukti P-23 : Berita Acara Penerimaan Laporan Panwas Kecamatan Turatea
yang dilaporkan oleh a.n H. Rajaming tentang dugaan kasus
”money politik”;
24. Bukti P-24 : Fotokopi Surat Keputusan KPU Kabupaten Jeneponto Nomor
25/P.KWK-JP/VIII/2008 tentang Penetapan Nomor urut Pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008;
25. Bukti P-25 : Fotokopi Daftar Pernyataan /Pengakuan Saksi Pasangan Calon
Urut 6 ”SEJALAN” Wilayah PPK Kecamatan Turatea Kabupaten
Jeneponto;

1. Keterangan Saksi Zulkifli KR. Ngupa

- Saksi sebagai Ketua Tim Sukses Pemohon dan saksi KPU;


- Saksi mengatakan bahwa pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Jeneponto tidak
sesuai dengan rambu-rambu yang ada;
- Bahwa semua saksi Tim ”Sejalan” di tingkat TPS tidak diberi blangko C-KWK. Di
tingkat PPK Kecamatan ada 11 (sebelas) Kecamatan di Jeneponto hanya dua
orang saksi yang dapat rekapitulasi perolehan suara;
- Pada saat pelaporan PPS ke KPU saksi sempat hadir dan hasil evaluasi
rekapitulasi langsung dibawa ke kamar KPU untuk direkap dan saksi tidak
diperkenankan masuk dengan alasan penting sekali dan dijaga ketat;
20

2. Keterangan Saksi Mustani

- Saksi menerangkan pada H-2 di Desa Batujalan, Dusun Taboakan ada 31 (tiga
puluh satu) orang sebagai wajib pilih yang tidak diberikan kartu pemilih atau
undangan dan saksi sudah menanyakan kepada Ketua KPPS kenapa tidak
diberikan kartu undangan oleh KPPS mengatakan yang membagi undangan
ternyata orang lain yang disuruh pendukung Nomor Urut 5 (lima);
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Sarwangin ada 36 (tiga puluh enam) orang yang
tidak diberikan kartu pemilih;
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Kaware ada 12 (dua belas) orang tidak
diberikan kartu pemilih;
- Di Dusun Balarompo ada 5 (lima) orang tidak diberikan kartu pemilih;
- Saksi juga menerangkan bahwa pada H-1 ada yang memberikan uang masing-
masing Rp.50.000.- (lima puluh ribu rupiah) untuk mencoblos salah satu kandidat
dan pada waktu itu yang bersangkutan sudah melapor ke Panwaslu Kecamatan
Bonteramba dan sudah sampai ke Kejaksaan;
- Saksi mengatakan ditemukan 53 (lima puluh) orang tidak diberi kartu pemilih;
- Saksi menerima penghitungan suara di PPK setelah 3 (tiga) hari dan tidak
menandatangani karena semua TPS yang ada di Kecamatan Botoramba
prosesnya banyak pelanggaran dan rekap suara secara global bukan per TPS;
3. Keterangan Saksi Indar DG. Tonang

- Saksi menjadi saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1
KWK dan formulir C-2 KWK walaupun telah diminta;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 7 pagi sampai selesai tahapan penghitungan suara
jam 13.30;
- Saksi juga mengatakan bahwa selesai penghitungan suara disuruh tanda tangan
dan yang mengisi berita acara adalah Ketua PPS dan anggotanya;

4. Keterangan Saksi Ahmad Basir


- Sebagai saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1KWK dan
formulir C-2 KWK;
- Saksi juga menerangkan telah meminta formulir tersebut tetapi dijawab itu
urusan KPPS yang akan melaporkan ke Kecamatan;
21

- Saksi ikut pada waktu penghitungan suara sampai selesai dan tidak ada yang
keberatan;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 6.45 pagi sampai tahapan penghitungan suara dan
pernah meninggalkan TPS untuk mengantarkan pemilih yang sakit dan kembali
lagi ke TPS;
5. Keterangan Saksi DG. Rate

- Saksi menerangkan telah didaftar tetapi tidak diberikan undangan untuk memilih
pada waktu pencoblosan;

6. Keterangan Saksi P. DG. Rewa


- Saksi mengatakan, bahwa saksi dan 3 (tiga) anggota keluarga telah didaftar
tetapi pada waktu pencoblosan tidak diberi kartu pemilih atau undangan dan
tidak protes;

[2.3] Menimbang bahwa Termohon telah memberikan jawaban tertulis


bertanggal 18 November 2008, yang diserahkan pada persidangan hari Selasa
tanggal 18 November 2008, yang pada pokoknya sebagai berikut:

I. DALAM EKSEPSI:

1. Bahwa pertama-tama dan utama Termohon menolak keseluruhan dalil-dalil


keberatan permohonan Pemohon sebagai dalil-dalil dan alasan-alasan yang
tidak termasuk dalam ruang lingkup (Materiale Sphere) Kewenangan Mahkamah
Konstitusi, sesuai ketentuan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15
Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Kepala Daerah juncto Pasal 109 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 juncto Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah;
2. Bahwa dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK) Nomor 15 Tahun 2008
dengan tegas mengatur bahwa Peradilan Perselisihan Hasil Pemilukada bersifat
cepat dan sederhana (Contante Justitie) sebagai peradilan tingkat pertama dan
terakhir yang bersipat final dan mengikat (Pasal 2 PMK Nomor 15 Tahun 2008).
Oleh karena itu, maka objek yang ditetapkan sengketa pada Mahkamah
22

Konstitusi dibatasi pada hal-hal keadaan hukum yang berkaitan dengan


Penghitungan Suara, yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagaimana diisyaratkan dalam Ketentuan Pasal 4 juncto Pasal 6 ayat (2) butir
1 PMK Nomor 15 Tahun 2008 sebagai berikut:
"Objek Perselisihan Pemilukada adalah Hasil Penghitungan Suara yang
ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi:
a. penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua
Pemilukada, atau
b. terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;

3. Bahwa Pemohon dalam keberatan/permohonannya hanya menguraikan dalil-


dalil yang tidak relevan sebagai Sengketa Hasil Penghitungan Pemilukada
sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 15 Tahun 2008 tentang Peraturan
Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah, yakni
ketentuan Pasal 1 angka 8 PMK Nomor 15 Tahun 2008. Dalam ketentuan
tersebut ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Permohonan adalah:
"Pengajuan Keberatan Terhadap Penetapan Hasil Penghitungan Suara
Pemilukada".
4. Bahwa sudah menjadi pemahaman hukum bahwa, Penetapan Hasil
Penghitungan Suara adalah hanya berkaitan dengan Tahapan Penghitungan
Suara Pemilukada yang rangkaian kegiatannya diawali dengan Rapat
Penghitungan Suara di tingkat KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara) sampai pada Pleno (terbuka) untuk Rekapitulasi Penghitungan Suara
Hasil Pemilukada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota;
Hal termaksud adalah sesuai pula dengan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto
Nomor 01/P.KWK-JP/IV/2008 tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto Tahun
2008;
23

Selanjutnya ketentuan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


ditentukan yakni:
(1) Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan melalui
masa persiapan dan tahap pelaksanaan;
(2) Masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ------------ dan seterusnya -------- sampai e.
(3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penetapan daftar pemilih;
b. Pendaftaran dan penetapan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
c. Kampanye;
d. Pemungutan suara;
e. Penghitungan suara; dan
t. Penetapan pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih,
pengesahan dan pelantikan.
5. Bahwa dengan mengamati secara saksama dan teliti keseluruhan dalil-dalil
permohonan keberatan Pemohon pada dasamya berisi dua hal pokok yakni:
Pertama:
asumsi-asumsi prediksi perolehan suara yang tidak didasarkan pada fakta
empirik maupun fakta hukum berupa Berita Acara Hasih Penghitungan Suara
resmi yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat TPS, PPK sampai ke
tingkat KPU Kabupaten;
Kedua:
dugaan-dugaan pelanggaran yang direkayasa sendiri Pemohon secara subyektif
dan apriori yang tidak berdasarkan fakta, dan tidak memiliki dasar hukum
karena kesemuanya yang dikemukakan oleh para Pemohon tersebut tidak
termasuk kewenanganIjurisdiksi Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
mengadili dan memutuskannya seperti terlihat pada dalil-dalil permohonan
Pemohon.

Berdasarkan alasan-alasan permohonan Pemohon tersebut di atas, bahwa


materi permohonan Pemohon adalah menyalahi ketentuan atau persyaratan
yang digariskan oleh PMK Nomor 15 Tahun 2008 dimana kewenangan
Mahkamah Konstitusi adalah semata-mata memeriksa dan mengadili serta
24

memutus sengketa Hasil Penghitungan Suara Pemilukada. Pelanggaran-


pelanggaran dan/atau keadaan-keadaan sebagaimana diuraikan dalam
permohonan Pemohon, sekiranya terjadi (quad-non) adalah menjadi wewenang
mutlak Panwaslu dan pihak Kepolisian untuk melakukan proses hukum
selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pemilukada dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;

6. Bahwa permohonan Pemohon yang materinya hanya menyangkut masalah


dugaan-dugaan pelanggaran dan asumsi-asumsi/prediksi Pemohon adalah tidak
sesuai dan tidak memenuhi syarat-syarat secara juridis formal suatu
permohonan dalam sengketa Pemilukada sebagaimana diatur dalam
penggarisan Pasal 6 ayat (2) huruf b angka 1 Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 15 Tahun 2008 yang menentukan bahwa "permohonan sekurang-
kurangnya memuat uraian yang jelas mengenai kesalahan penghitunqan yang
ditetapkan oleh Termohon".
7. Lebih lanjut dikaitkan dengan ketentuan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 juncto Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Jeneponto Nomor 01/P.KWK-JP/IV/2008 tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Tahun 2008,
adalah jelas bahwa materi permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat
karena berada di luar konteks tahapan penghitungan suara yang telah
dijadwalkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto yakni
dari tanggal 28 Oktober sampai dengan Tanggal 6 Nopember 2008;

Berdasarkan alasan-alasan dan dasar hukum eksepsi-eksepsi Termohon tersebut di


atas, maka kiranya berdasar dan beralasan hukum untuk memohonkan
keberatan/permohonan Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima;

II. DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa segala uraian dan alasan-alasan hukum yang dimuat dalam bagian
Eksepsi Termohon, kiranya pula dipandang termuat secara hukum dan undang-
undang (mutatis-mutandis) dalam Bagian Pokok Perkara ini, sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan;
25

2. Bahwa Termohon dengan ini menyatakan secara hukum dan undang-undang


menolak keseluruhan dalil-dalil Posita dan Petitum permohonan Pemohon
berkenaan dengan Pokok Perkara ini sebagai permohonan yang tidak berdasar
hukum dan tidak beralasan hukum karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal
1 angka 8 juncto Pasal 4 juncto 6 ayat (2) huruf b angka 1 PMK Nomor 15
Tahun 2008 juncto Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juncto
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto Nomor
01/P.KWK-LW/IV/2008 tentang Tahapan, Program dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto Tahun
2008;

3. Bahwa rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon benar


adanya karena data-data yang tertuang di dalamnya diperoleh dari hasil
rekapitulasi perolehan suara yang benar di tingkat (Panitia Pemilihan
Kecamatan PPK), selanjutnya hasil rekapitulasi ditingkat PPK diperoleh dari
penghitungan suara yang benar pada seluruh TPS di Kabupaten Jeneponto.
Sebaliknya, bahwa rincian angka-angka yang dituangkan Pemohon dalam
Permohonannya sebagai hasil penggelembungan suara di 11 (sebelas)
kecamatan adalah dalil-dalil yang tidak benar dan tidak berdasar fakta;

4. Dalil Pemohon menyangkut pendukung Pemohon yang dianggap tidak


mendapatkan surat panggilan merupakan dalil yang mengada-ada. Jika klaim
Pemohon tersebut benar adanya, maka sebagai pendukung pasangan calon
pastilah berusaha untuk memilihImemberikan suaranya di TPS-TPS kendati
tidak menerima undangan/pemberitahuan tertulis dari Termohon selaku
penyelenggara Pemilukada.
5. Bahwa dalam mengantisipasi keterlambatan/atau tidak sampainya
undangan/pemberitahuan kepada Pemilih maka Termohon telah melakukan
upaya lain untuk mengajak para Pemilih menggunakan hak pilihnya dengan
mengeluarkan Surat yang menegaskan, bagi penduduk yang terdaftar pada
Daftar Pemilih Tetap (DPT), tetapi tidak menerima formulir Model C6 (surat
26

pemberitahuan waktu dan tempat pemungutan suara), maka setiap pemilih


dapat menggunakan hak pilihnya dengan terlebih dahulu memperlihatkan KTP,
SIM, atau identitas lain seperti Kartu Keluarga pada petugas TPS dimana
pemilih yang bersangkutan terdaftar. Demikian pula dengan ajakan dan
himbauan kepada para pemilih terdaftar yang dilakukan Termohon dengan
menyebarluaskan informasi tentang hari pemungutan Suara kepada masyarakat
di Kabupaten Jeneponto melalui radio dan mesjid-mesjid untuk berpartisipasi
dalam Pemilukada;
6. Bahwa dengan kegiatan-kegiatan seperti di atas Termohon telah melaksanakan
kewajibannya sebagai Penyelenggara Pemilukada sesuai ketentuan dan
peraturan perundang-undangan. Bahwa masih adanya Pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya, tidak lagi menjadi tanggung jawab Pemohon apalagi
memilih dalam suatu Pemilihan Umum adalah merupakan dan dari setiap
warganegara dan bukan sebagai kewajiban;
7. Pernyataan dan dalil Pemohon yang menyatakan terjadi penggelembungan
suara adalah merupakan alasan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak rasional
sebab penggelembungan suara hanya mungkin terjadi terhadap hasil
penghitungan suara karena adanya penambahan sejumlah angka hanya
merupakan asumsi-asumsi yang tidak berdasar sudah melebihi jumlah suara
yang diperoleh dari Hasil Penghitungan Surat Suara Sah di tingkat TPS. Bahwa
Pemilih Terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya di TPS tentu suaranya
tidak dapat diperhitungkan sebab tidak diberikan melalui atau dengan cara
mencoblos surat suara;
8. Bahwa data-data perolehan suara Pemohon yang dicantumkan pada tabulasi
hasil penghitungan Pemohon (vide, Permohonan hal 7) merupakan angka-
angka fiktif, sebab tidak berasal dari hasil penghitungan surat suara yang sah,
melainkan diambil dari selisih jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih
dengan jumlah pemilih terdaftar;
9. Bahwa klaim Pemohon sebagai pemilik suara dari 35.280 Pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Kabupaten Jeneponto sehingga
suara Pemohon menjadi 66.189+35.280=101.469 atau melebihi jumlah suara
pasangan terpilih yaitu pasangan Nomor 5 yaitu H. Radjamilo dan Burhanuddin
27

Baso Tika adalah sungguh-sungguh merupakan cara penghitungan yang "sesat”


dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum;
10. Dalil Pemohon tentang penggelembungan 680 suara yang terjadi dan menyebar
pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) khususnya dalam wilayah
Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamo adalah dalil-dalil yang sama
sekali tidak didukung fakta-fakta berupa berita acara resmi hasil penghitungan
suara secara berjenjang dari TPS, PPK dan KPU Kabupaten. Perlu ditegaskan
oleh Termohon bahwa dalil penggelembungan yang disinyalir oleh Pemohon
tersebut di atas bertentangan dengan fakta dimana saksi-saksi Pemohon untuk
rekapitulasi penghitungan suara, masing-masing Abdul Rasyid di Kecamatan
Binamo dan Sudirman Tompo, S.Pd di Kecamatan Bontoramba kesemuanya
menandatangani Berita Acara Rekapitulasi Tingkat Kecamatan tanpa alasan-
alasan keberatan;
11. Bahwa dalil Pemohon tentang terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah pemilih
yang menggunakan hak pilihnya dengan jumlah surat suara yang terkumpul
adalah dalil yang keliru, dan menunjukkan ketidakfahaman Pemohon mengenai
tata cara penghitungan suara serta tatacara pengisian berita acara hasil
pemungutan suara. Berdasarkan norma penghitungan suara, jumlah pemilih
bersumber dari pemilih yang terdaftar pada DPT di TPS tersebut ditambah
jumlah pemilih dari TPS lain harus sama dengan jumlah Surat Suara Terpakai
(yang berisi suara sah dan suara tidak sah). Nampaknya, Pemohon dalam
penghitungannya tidak memasukan unsur Pemilih dari TPS lain ke dalam jumlah
pemilih yang menggunakan hak pilih di TPS-TPS yang dianggapnya terjadi
penggelembungan suara;
12. Bahwa demikian pula dengan distribusi surat suara yang melebihi jumlah daftar
pemilih tetap yang oleh Pemohon dianggap sebagai upaya untuk
menggelembungkan suara adalah alasan atau dalil yang didasarkan pada
ketidakfahaman Pemohon mengenai ketentuan perundang-undangan yang
mengatur tentang pengadaan dan pendistribusian surat suara dalam
Pemilukada. Mengenai hal tersebut Pasal 87 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menegaskan:
28

1. Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dicetak
sama dengan jumlah pemilih tetap dan ditambah 2,5% (dua setengah
perseratus) dari jumlah pemilih tersebut;
2. Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara pemilih yang
keliru memilih pilihannya serta surat suara yang rusak.
3. penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuatkan berita acara;
Lebih lanjut dipertegas lagi dalam Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah:
(1) Jumlah surat suara pemilihan pasangan calon dicetak sama dengan jumlah
pemilih tetap dan ditambah paling banyak 2,5% (dua setengah perseratus)
dari jumlah pemilih tersebut.
(2) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan
sebagai cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara pemilih yang
keliru memilih pilihannya serta surat suara yang rusak.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dibuatkan berita acara.
Sehingga kertas suara yang melebihi dari jumlah pemilih tetap (DPT) maksimal
2,5% adalah sesuatu yang dibenarkan oleh UU, mengingat dalam pencoblosan
kertas suara di TPS terkadang ada kerusakan, kesalahan dalam melakukan
pencoblosan, serta adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam TPS tetapi
melakukan pencoblosan di TPS tersebut (pemilih dari TPS lain), sehingga kertas
suara cadangan diperlukan. Namun penggunaan kertas suara tersebut tetap
dirinci dalam Berita Acara Penghitungan Suara pada semua tingkatan;
13. Bahwa suara yang diklaim sebagai pemilih Pemohon yang tidak mendapatkan
undangan sebanyak 35.280 sebagaimana yang dipaparkan pada halaman 7
(tujuh) adalah klaim sepihak yang tidak jelas asal usul data tersebut, mengingat
pengakuan sepihak seperti yang dilakukan Pemohon bahwa jumlah suara
sebanyak 35.280 yang apabila mempergunakan hak pilihnya akan serta merta
juga memilih Pemohon. Merupakan asumsi yang tidak dapat dijadikan dasar
29

untuk menggugat hasil perolehan suara pasangan calon tertentu, karena hal itu
melanggar asas Pemilukada yang langsung, umum, bebas dan rahasia;
14. Bahwa tidak benar dalil-dalil Pemohon dalam permohonannya sebagaimana
pada poin 10 (sepuluh) yang menyatakan sejumlah 315 (tiga ratus lima belas)
saksi pasangan calon Pemohon yang tidak memperoleh lembaran formulir
Berita Acara (Formulir jenis C2-KWK) hal tersebut diakibatkan oleh saksi
Pemohon sendiri yang tidak menghadiri proses rekapitulasi penghitungan suara
sampai selesai. Hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saksi
pasangan calon, sebab sebelum pemungutan suara dilakukan Termohon sudah
menyampaikan tata tertib atau aturan-aturan persaksian kepada seluruh
pasangan calon untuk menjadi pedoman dalam penugasan saksi-saksinya
pada semua tingkat penghitungan suara;
15. Bahwa apa yang diurai oleh Pemohon pada poin 7 (tujuh) adalah asumsi-asumsi
dan dugaan-dugaan yang tidak jelas yang didalilkan oleh Pemohon. Demikian
halnya dengan dalil pada poin 8 (delapan) yang menguraikan tentang "modus
operandi" "penggelembungan suara" adalah tahapan yang belum memasuki
tahap penghitungan suara. Sehingga Pemohon seharusnya melakukan
keberatan atau pengaduan kepada Panwas Pemilukada untuk ditindaklanjuti
sebagai pelanggaran administratif ataukah perbuatan tindak pidana;

Berdasarkan keseluruhan uraian Termohon Komisi Pemilihan Umum (KPU)


Kabupaten Jeneponto sebagaimana telah dikemukakan dalam bagian eksepsi-
eksepsi dan Jawaban dalam Pokok Perkara ini, maka bersama ini Termohon
memohonkan kehadapan yang terhormat Ketua Majelis Hakim Mahkamah
Konstitusi, kiranya berkenan memutuskan perkara ini sesuai hukum:

I. Dalam eksepsi-eksepsi

1. Menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi dari Termohon;


2. Menyatakan permohonan keberatan yang diajukan Pemohon tidak dapat
diterima;

II. Dalam Pokok Perkara


1. Menolak keberatan Pemohon untuk seluruhnya;
30

2. Menolak permohonan Pemohon seluruhnya;


3. Menyatakan sah menurut hukum:
- Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto Nomor
48/P.KWK-JP/XI/2008 tanggal 6 November 2008 tentang Penetapan
Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Jeneponto Tahun 2008;
- Berita Acara Pleno Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tentang Penetapan Calon
Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto Periode 2008-2013;

[2.4] Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalilnya Termohon telah


mengajukan bukti-bukti tertulis yang diberi tanda Bukti T-1 sampai dengan Bukti
T-26, serta 3 (tiga) saksi yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah,
sebagai berikut:

1. Bukti T-1 : Fotokopi Surat Keputusan Nomor 48/P.KWK-JP/XI/2008 tentang


Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah Kabupaten Janeponto
Tahun 2008;
Fotokopi Berita Acara Pleno Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tentang
Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Jeneponto Periode 2008 -2003;
Fotokopi Berita Acara tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Suara Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto
Tahun 2008;
2. Bukti T-2 : Fotokopi Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Jeneponto Tahun 2008 di Kecamatan Bontoramba dan Lampiran
Model DA.1-KWK;
3. Bukti T-3 : Fotokopi Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Derah Kabupaten
Jeneponto Tahun 2008 di Kecamatan Binamu dan Lampiran Model
DA.1-KWK;
31

4. Bukti T-4 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah


dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Bangkala berserta lampirannya;
5. Bukti T-5 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Bangkala Barat beserta lampirannya;
6. Bukti T-6 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Batang beserta lampirannya;
7. Bukti T-7 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Kelara beserta lampirannya;
8. Bukti T-8 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Tamalatea beserta lampirannya;
9. Bukti T-9 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Turatea beserta lampirannya;
10. Bukti T-10 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Arungkeke beserta lampirannya;
11. Bukti T-11 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Kecamatan Rumbia beserta lampirannya;
12. Bukti T-12 : Fotokopi Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 di
Tarowang beserta lampirannya;
13. Bukti T-13 : Fotokopi Surat Penyampaian tentang Pemilih Terdaftar yang tidak
memiliki Kartu Pemilih;
14. Bukti T-14 : Fotokopi Berita Acara Perubahan Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Jeneponto Tahun 2008;
32

15. Bukti T-15 : Fotokopi Surat Penyampaian Perubahan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 kepada para Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati (Peserta Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah);
16. Bukti T-16 : Fotokopi Surat Termohon Nomor 59/P.KWK-JP/X/2008 tentang
Permintaan kepada Pasangan Calon untuk mengutus Saksi pada
hari Pemungutan Suara;
17. Bukti T-17 : Fotokopi Surat Termohon Nomor 71/P.KWK-JP/X/2008 tentang
Penyampaian Tata Tertib Saksi kepada Pasangan Calon;
18. Bukti T-18 : Fotokopi Surat Perjanjian Kerjasama Penyiaran untuk Sosialisasi
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Janeponto antara KPU Kabupaten Jeneponto dengan Raduo
Paburitta FM Janeponto;
19. Bukti T-19 : Fotokopi Surat Nomor 74/P.KWK-JP/X/2008 tentang Tanggapan
dan Penjelasan KPU Kabupaten Janeponto atas Keberatan Tim
Sejalan;
20. Bukti T-20 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 02 Tanammawang Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
21. Bukti T-21 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 01 Kawari Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
22. Bukti T-22 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 05 Batujala Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
23. Bukti T-23 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 04 Sarroangin Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
24. Bukti T-24 : Fotokopi Rekapitulasi Penduduk Pemilih dan TPS Terdaftar
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Tahun 2008 tanggal
16 Juli 2008;
33

25. Bukti T-25 : Fotokopi Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilu Bupati
dan Wakil Bupati Jeneponto Tahun 2008 hasil pemutakhiran
tanggal 21 Oktoberi 2008;
26. Bukti T-26 : Fotokopi Surat Ketua KPU Kabupaten Janeponto ke PPK dan
PPS se Kabupaten Jeneponto terhadap penjelasan Formulir
Model A3, A4, dan C5 tanggal 21 Oktober 2008.

1. Keterangan Saksi Edi


- Saksi diberi formulir berita acara penghitungan suara dan ada 4 (empat) orang
yang tidak diberi formulir yaitu di Desa Mero Kecamatan Bontoramba;
- Pada waktu hari pencoblosan tidak ada yang memaksa untuk memilih salah satu
kandidat;

2. Keterangan Saksi Abdul Razak

- Saksi adalah tim sukses Nomor Urut 5 (lima) dan sebelumnya telah diberikan
bimbingan tentang pencoblosan sampai penghitungan suara;

3. Keterangan Saksi Hamka S.Pdi


- Saksi adalah Ketua Panwaslu Kabupaten Jeneponto;
- Pada waktu pencoblosan saksi melihat bahwa saksi-saksi Nomor Urut 1, 2, 3, 4 ,
5, 6 mengikuti proses penghitungan suara tetapi hanya memperhatikan Nomor
Urut yang diwakilinya dan apabila yang diwakilinya kalah langsung pulang;
- Saksi menerangkan ada dua kasus yang terjadi yang pada tingkat berwenang
yaitu penggunaan kartu pemilih di TPS 6 (enam) Pasamutarukan Kecamatan
Binamu dan money politic yang dilakukan oleh mantan Kepala Desa
Buluksibatang Kecamatan Bontoramba;

[2.5] Menimbang bahwa Termohon pada tanggal 20 November 2008


menyampaikan kesimpulan bertanggal 18 November 2008 yang diserahkan melalui
Kepaniteraan Mahkamah;

[2.6] Menimbang bahwa Pemohon pada tanggal 21 November 2008


menyampaikan kesimpulan bertanggal 19 November 2008 yang diserahkan melalui
Kepaniteraan Mahkamah;
34

[2.7] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, segala
sesuatu yang terjadi di persidangan cukup ditunjuk dalam berita acara persidangan,
dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini;

3. PERTIMBANGAN HUKUM

[3.1] Menimbang bahwa permasalahan utama permohonan Pemohon adalah


keberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah (Pemilukada) Kabupaten Jeneponto berdasarkan Berita Acara Penetapan
Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-
JP/XI/2008 bertanggal 6 November 2008 juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
oleh KPU Kabupaten Jeneponto;

[3.2] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkara,


Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah) terlebih dahulu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. kewenangan Mahkamah memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan
a quo;
2. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan Permohonan
a quo;
3. tenggang waktu pengajuan keberatan.

Terhadap ketiga hal dimaksud, Mahkamah berpendapat sebagai


berikut:

Kewenangan Mahkamah
[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD
1945) dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316, selanjutnya
35

disebut UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara
yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung.
Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721)
ditentukan, ”Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah
pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945”;
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal
236C menetapkan, ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan
kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling
lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”;
Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua
Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara
Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 di atas.
36

[3.4] Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa


hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Jeneponto
sesuai dengan Berita Acara Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum dan
Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Periode 2008-2013
bertanggal 4 November 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus permohonan a quo;

Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon

[3.5] Menimbang bahwa Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (selanjutnya disebut PMK 15/2008)
menentukan hal-hal, antara lain, sebagai berikut:
a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan
suara Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat
mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

[3.6] Menimbang bahwa terkait dengan kedudukan hukum (legal standing)


Pemohon, Mahkamah akan mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 106
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008 seperti dimaksud dalam paragraf [3.5] sebagai
berikut:

- bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto, yang oleh Termohon, telah ditetapkan pada nomor urut 6
(enam);
- bahwa permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto Nomor 77/P.KWK-
JP/XI/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008
37

bertanggal 6 November 2008. Keberatan dimaksud disebabkan Pemohon secara


keliru telah ditetapkan hanya memperoleh suara sejumlah 66.189, yang berada
pada peringkat 2 (dua) di bawah pasangan calon Radjamilo dan Burhanuddin
Baso Tika yang memperoleh suara sejumlah 100.434;
- bahwa menurut Pemohon hasil rekapitulasi perhitungan suara yang dilakukan oleh
Termohon dengan hasil sebagaimana disebut di atas terjadi karena penghitungan
dilakukan berdasarkan data atau fakta yang bersumber dari terjadinya
penggelembungan suara yang diperoleh pasangan calon Radjamilo dan
Burhanuddin Baso Tika pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebagai
kelalaian sistematis yang dilakukan oleh Termohon. Menurut Pemohon, yang
benar adalah 101.469 suara, sehingga seharusnya Pemohon yang ditetapkan
sebagai Pasangan Calon Terpilih Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto. Oleh
karena itu, Pemohon meminta agar Mahkamah membatalkan perhitungan suara
yang dilakukan oleh Termohon;

[3.7] Menimbang bahwa Berita Acara Penghitungan Suara dan Penetapan


Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto 2008-2013 yang
dilakukan oleh Termohon ditetapkan pada tanggal 6 November 2008 dengan Nomor
77/P-KWK-JP/XI/2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan
Termohon tersebut telah diajukan pada tanggal 10 November 2008 dan didaftarkan
di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 November 2008;

[3.8] Menimbang bahwa Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan, “Permohonan


hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang
bersangkutan”, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih
dalam tenggang waktu yang ditentukan;

[3.9] Menimbang bahwa berdasarkan penilaian fakta dan hukum pada paragraf

[3.6] dan [3.8] tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo
sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-
38

Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 3 dan 4 PMK 15/2008, dan permohonan
Pemohon juga masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 5 PMK 15/2008;

[3.10] Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah berwenang memeriksa,


mengadili, dan memutus permohonan a quo dan Pemohon memiliki kedudukan
hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan, serta diajukan masih dalam
tenggang waktu yang ditentukan, maka Mahkamah akan mempertimbangkan lebih
lanjut pokok permohonan.

Pokok Permohonan

[3.11] Menimbang bahwa Pemohon pada pokoknya mendalilkan dalam


permohonannya sebagai berikut:
• Bahwa KPU Kabupaten Jeneponto telah mengumumkan hasil penghitungan
suara Pemilukada bagi Pemohon sejumlah 66.189 suara, sedangkan
Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah nomor urut 5 (lima),
Radjamilo dan Burhanuddin Baso Tika, ditetapkan sebagai Pasangan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto terpilih dengan jumlah
perolehan suara sejumlah 100.434 suara;
• Bahwa perolehan suara Pasangan Calon dengan nomor urut 5 (lima)
didasarkan pada perhitungan yang salah, karena:
a. telah terjadi penggelembungan suara sejumlah 680 suara pada beberapa
TPS, khususnya di Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamu, yang
dilakukan karena tindakan sejumlah orang-orang tertentu, dengan cara-
cara: (i) adanya orang meninggal masih terdaftar dalam DPT; (ii) adanya
dusun yang jumlah penduduk masih dapat diakomodir dalam satu TPS,
dimobilisasi oleh Kepala Desa untuk memilih di TPS dusun lain yang
jaraknya jauh; (iii) semua pemilih di TPS tidak diberi tinta pada jari setelah
pencoblosan; (iv) adanya 30 (tiga puluh) pemilih di Dusun Sarwangin Desa
Tanam Mawang, 31 (tiga puluh satu) pemilih di Dusun Tabbuakkang Desa
Batualan, dan 5 (lima) orang di Dusun Balla Rompo, yang terdaftar dalam
DPT tetapi tidak mendapat undangan untuk memilih,
39

sedangkan undangan diberikan kepada orang lain yang tidak terdaftar


dalam DPT; (v) di TPS 5 (lima) Desa Batu Jala jumlah pemilih hanya
sebanyak 331 orang yang menggunakan hak pilih, akan tetapi ternyata
surat suara yang terpakai berjumlah 334, sehingga terjadi
penggelembungan 3 (tiga) suara, dan (vi) di Dusun Bungung Kanona,
Kelurahan Tolo Barat, terjadi penggelembungan suara, karena total surat
suara termasuk cadangan sejumlah 268, yang terpakai sejumlah 189, dan
tidak terpakai sejumlah 90, sehingga terdapat penggelembungan sejumlah
12 (dua belas) suara. Bahwa akibat penggelembungan suara tersebut
pasangan calon nomor urut 5 (lima) memperoleh penambahan 680 suara.
b. Bahwa terdapat 35.280 pemilih yang tersebar di beberapa TPS tidak
memperoleh undangan dan/atau kartu pemilih sehingga tidak dapat
menggunakan hak pilihnya, yang menimbulkan kerugian nyata bagi
Pemohon karena telah menyebabkan Pemohon kehilangan suara kurang
lebih sejumlah 35.280 dari para pendukungnya, yang apabila mereka
diberikan kesempatan oleh Termohon, dipastikan dapat mengantarkan
Pemohon sebagai pemenang Pemilukada, sehingga berdasarkan rasio
matematis seharusnya tanpa penggembosan suara Pemohon dan tanpa
penggelembungan suara calon nomor urut 5 (lima), maka penghitungan
suara yang benar bagi Pemohon adalah 101.469, sedangkan pasangan
calon dengan nomor urut 5 (lima) hanya memperoleh 100.434 suara;

[3.12] Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil permohonannya tersebut,


Pemohon telah mengajukan baik bukti tertulis (Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-25),
maupun 6 (enam) orang saksi yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah
dalam persidangan tanggal 18 November 2008, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:

1. Keterangan Saksi Zulkifli KR. Ngupa

- Saksi sebagai Ketua Tim Sukses Pemohon dan saksi KPU;


- Saksi mengatakan bahwa pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Jeneponto tidak
sesuai dengan rambu-rambu yang ada;
40

- Bahwa semua saksi Tim ”Sejalan” di tingkat TPS tidak diberi blangko C-KWK. Di
tingkat PPK Kecamatan ada 11 (sebelas) Kecamatan di Jeneponto hanya dua
orang saksi yang dapat rekapitulasi perolehan suara;
- Pada saat pelaporan PPS ke KPU saksi sempat hadir dan hasil evaluasi
rekapitulasi langsung dibawa ke kamar KPU untuk direkap dan saksi tidak
diperkenankan masuk dengan alasan penting sekali dan dijaga ketat;

2. Keterangan Saksi Mustani

- Saksi menerangkan pada H-2 di Desa Batualan, Dusun Tabbuakkang ada 31


(tiga puluh satu) orang sebagai wajib pilih yang tidak diberikan kartu pemilih atau
undangan dan saksi sudah menanyakan kepada Ketua KPPS kenapa tidak
diberikan kartu undangan oleh KPPS mengatakan yang membagi undangan
ternyata orang lain yang disuruh pendukung nomor urut 5 (lima);

- Di desa Tanam Mawang, Dusun Sarwangin ada 36 (tiga puluh enam) orang yang
tidak diberikan kartu pemilih;
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Kaware ada 12 (dua belas) orang tidak
diberikan kartu pemilih;
- Di Dusun Balla Rompo ada 5 (lima) orang tidak diberikan kartu pemilih;
- Saksi juga menerangkan bahwa pada H-1, ada yang memberikan uang masing-
masing Rp50.000.- (lima puluh ribu rupiah) untuk mencoblos salah satu kandidat
dan pada waktu itu yang bersangkutan sudah melapor ke Panwaslu Kecamatan
Bontoramba dan sudah sampai ke Kejaksaan;
- Saksi mengatakan ditemukan 53 (lima puluh) orang tidak diberi kartu pemilih;

- Saksi menerima penghitungan suara di PPK setelah 3 (tiga) hari dan tidak
menandatangani karena semua TPS yang ada di Kecamatan Bontoramba
prosesnya banyak pelanggaran dan rekap suara secara global bukan per TPS;

3. Keterangan Saksi Indar DG. Tonang

- Saksi menjadi saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1
KWK dan formulir C-2 KWK walaupun telah diminta;

- Saksi hadir di TPS mulai jam 7 pagi sampai selesai tahapan penghitungan suara
jam 13.30;
41

- Saksi mengatakan bahwa selesai penghitungan suara disuruh tanda tangan dan
yang mengisi berita acara adalah Ketua PPS dan anggotanya;

4. Keterangan Saksi Ahmad Basir


- Sebagai saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1 KWK dan
formulir C-2 KWK;
- Saksi juga menerangkan telah meminta formulir tersebut tetapi dijawab itu
urusan KPPS yang akan melaporkan ke Kecamatan;
- Saksi ikut pada waktu penghitungan sampai selesai dan tidak ada yang
keberatan;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 6.45 pagi sampai tahapan penghitungan suara dan
pernah meninggalkan TPS untuk mengantarkan pemilih yang sakit dan kembali
lagi ke TPS;
5. Keterangan Saksi DG. Rate

- Saksi menerangkan telah didaftar, tetapi tidak dikasih undangan untuk memilih
pada waktu pencoblosan;

6. Keterangan Saksi P. DG. Rewa


- Saksi mengatakan bahwa saksi dan 3 (tiga) anggota keluarga telah didaftar
tetapi pada waktu pencoblosan tidak diberi kartu pemilih atau undangan dan
tidak protes;

[3.13] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, Termohon


telah menyampaikan jawabannya, yang selengkapnya termuat pada bagian Duduk
Perkara di atas, yang pada pokoknya, sebagai berikut:

• bahwa rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon benar


adanya karena data-data yang tertuang di dalamnya diperoleh dari hasil
rekapitulasi perolehan suara yang benar di tingkat (Panitia Pemilihan
Kecamatan—PPK), selanjutnya hasil rekapitulasi di tingkat PPK diperoleh dari
penghitungan suara yang benar pada seluruh TPS di Kabupaten Jeneponto;

• bahwa dalil Pemohon yang menyatakan terjadi penggelembungan suara adalah


merupakan alasan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak rasional sebab
penggelembungan suara hanya mungkin terjadi terhadap hasil penghitungan
42

suara karena adanya penambahan sejumlah angka hanya merupakan asumsi-


asumsi yang tidak berdasar sudah melebihi jumlah suara yang diperoleh dari
Hasil Penghitungan Surat Suara Sah di tingkat TPS. Bahwa Pemilih Terdaftar
yang tidak menggunakan hak pilihnya di TPS tentu suaranya tidak dapat
diperhitungkan sebab tidak diberikan melalui atau dengan cara mencoblos surat
suara;

• bahwa klaim Pemohon sebagai pemilik suara dari 35.280 Pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Kabupaten Jeneponto sehingga
suara Pemohon menjadi 66.189+35.280=101.469 atau melebihi jumlah suara
pasangan terpilih yaitu pasangan nomor urut 5 (lima) yaitu H. Radjamilo dan
Burhanuddin Baso Tika adalah sungguh-sungguh merupakan cara penghitungan
yang "sesat” dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum;

• bahwa dalil Pemohon tentang penggelembungan 680 suara yang terjadi dan
menyebar pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) khususnya dalam
wilayah Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamo adalah dalil-dalil yang
sama sekali tidak didukung fakta-fakta berupa berita acara resmi hasil
penghitungan suara secara berjenjang dari TPS, PPK, dan KPU Kabupaten. Dalil
penggelembungan yang disinyalir oleh Pemohon tersebut bertentangan dengan
fakta saksi-saksi Pemohon untuk rekapitulasi penghitungan suara, masing-
masing Abdul Rasyid di Kecamatan Binamo dan Sudirman Tompo, S.Pd di
Kecamatan Bontoramba, kesemuanya menandatangani Berita Acara
Rekapitulasi Tingkat Kecamatan tanpa alasan-alasan keberatan;

• bahwa dalil Pemohon tentang terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah pemilih


yang menggunakan hak pilihnya dan jumlah surat suara yang terkumpul adalah
dalil yang keliru, dan menunjukkan ketidakpahaman Pemohon mengenai tata
cara penghitungan suara, serta tata cara pengisian berita acara hasil
pemungutan suara. Nampaknya, Pemohon dalam penghitungannya tidak
memasukan unsur Pemilih dari TPS lain ke dalam jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilih di TPS-TPS yang dianggapnya terjadi penggelembungan
suara;
43

• bahwa suara yang diklaim sebagai pemilih Pemohon yang tidak mendapatkan
undangan sebanyak 35.280 sebagaimana yang dipaparkan pada halaman 7
(tujuh) adalah klaim sepihak yang tidak jelas asal usul data tersebut, mengingat
pengakuan sepihak seperti yang dilakukan Pemohon bahwa jumlah suara
sebanyak 35.280 yang apabila mempergunakan hak pilihnya akan serta merta
juga memilih Pemohon. Hal itu merupakan asumsi yang tidak dapat dijadikan
dasar untuk menggugat hasil perolehan suara pasangan calon tertentu, karena
hal itu melanggar asas Pemilukada yang langsung, umum, bebas, dan rahasia;

[3.14] Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil permohonannya tersebut,


Termohon telah mengajukan bukti tertulis (Bukti T-1 sampai dengan Bukti T-26) dan
3 (tiga) orang saksi yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah dalam
persidangan tanggal 18 November 2008, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:

1. Keterangan Saksi Edi


- Saksi diberi formulir berita acara penghitungan suara dan ada 4 (empat) orang
yang tidak diberi formulir berita acara penghitungan suara, yaitu di Desa Mero
Kecamatan Bontoramba;
- Pada waktu hari pencoblosan tidak ada yang memaksa untuk memilih salah satu
kandidat;

2. Keterangan Saksi Abdul Razak

- Saksi adalah tim sukses nomor urut 5 (lima) dan sebelumnya telah diberikan
bimbingan tentang pencoblosan sampai penghitungan suara;

3. Keterangan Saksi Hamka S.Pdi


- Saksi adalah Ketua Panwaslu Kabupaten Jeneponto;
- Pada waktu pencoblosan saksi melihat bahwa saksi-saksi Nomor Urut 1, 2, 3, 4 ,
5, 6 mengikuti proses penghitungan suara tetapi hanya memperhatikan Nomor
Urut yang diwakilinya dan apabila yang diwakilinya kalah langsung pulang;
- Saksi menerangkan ada dua kasus yang terjadi yang pada tingkat berwenang
yaitu penggunaan kartu pemilih di TPS 6 (enam) Pasamutarukan Kecamatan
44

Binamu dan money politic yang dilakukan mantan Kepala Desa Buluksibatang
Kecamatan Bontoramba;

Pendapat Mahkamah

[3.14] Menimbang bahwa setelah memeriksa dengan saksama permohonan dan


dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon, serta bukti-bukti yang diajukan, dan
memeriksa pula keterangan Termohon, bukti-bukti, serta keterangan saksi yang
diajukan, Mahkamah memberikan pendapat sebagai berikut:

[3.14.1] Bahwa bukti-bukti tertulis Pemohon (P-17 sampai dengan P-21) telah
menunjukkan adanya pemilih yang tidak mendapatkan undangan atau kartu pemilih,
meskipun tidak dapat dipastikan apakah nama-nama yang tercantum dalam daftar
pernyataan dimaksud juga termuat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), karena
pernyataan dimaksud dalam bukti P-17 sampai dengan bukti P-21 tidak memuat
fakta yang demikian. Bukti tersebut oleh Mahkamah hanya dipandang sebagai
petunjuk;

[3.14.2] Bahwa bukti P-4 sampai dengan P-12 yang merupakan pernyataan atau
pengakuan saksi Pasangan Calon nomor urut 6 (enam) di TPS-TPS yang tidak
mendapatkan formulir Berita Acara/Catatan Hasil Perolehan Suara untuk tiap
pasangan di TPS, sebanyak 9 (sembilan) TPS, tidak dapat dipandang menegasikan
keabsahan hasil penghitungan dan perolehan suara di masing-masing TPS, karena
seharusnya keberatan-keberatan yang ada pada tingkat TPS dari tiap saksi
pasangan calon pada saat penghitungan suara akan dapat memperbaiki kesalahan
yang dilakukan, dan kesalahan yang tidak segera diperbaiki di TPS yang
bersangkutan harus dicatat dalam Berita Acara. Hal demikian tidak ternyata dari
alat-alat bukti yang diajukan.

[3.14.3] Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan keyakinan adanya


penggelembungan suara sebanyak 679 di Kecamatan Bontoramba dan satu suara
di Kecamatan Binamu, yang kesemuanya berjumlah 680 dihitung menjadi perolehan
suara Pasangan Calon nomor urut 5 (lima) sama sekali tidak didukung bukti-bukti
45

yang sah, sehingga oleh karenanya tidak dapat diterima sebagai alasan untuk
mengurangkan jumlah suara yang didalilkan demikian dari perolehan pasangan
nomor urut 5 (lima) tersebut;

[3.14.4] Bahwa dalil Pemohon tentang penggembosan perolehan suara Pemohon


sebanyak 35.280, disebabkan alasan bahwa 35.280 pemilih yang tidak memperoleh
undangan atau kartu pemilih di seluruh Kabupaten Jeneponto, diyakini sebagai
pendukung pasangan calon nomor urut 6 (enam), sehingga seharusnya suara
demikian diperhitungkan kepada perolehan suara Pemohon. Dengan demikian,
Pemohon memperoleh 66.189 ditambah 35.280 yang keseluruhannya berjumlah
101.469, sehingga dapat mengubah kedudukan perolehan suara untuk menetapkan
Pemohon sebagai Pasangan Calon terpilih. Dalil demikian juga tidak didukung oleh
bukti yang sah bahwa jumlah pemilih 35.280 yang didalilkan tersebut akan memilih
Pemohon;

[3.15] Menimbang bahwa meskipun saksi-saksi yang diajukan Pemohon telah


memberi bukti yang sah tentang adanya pemilih yang tidak memperoleh undangan
atau kartu pemilih, akan tetapi angka yang ditunjukkan tidak dengan sendirinya
dapat dihitung sebagai perolehan suara bagi Pemohon, dan seandainya pun
demikian—quod non—tidak cukup signifikan untuk mengubah kedudukan Pasangan
Calon nomor urut 5 (lima) sedemikian rupa, sehingga menjadikan Pemohon sebagai
Pasangan Calon terpilih, karena penggembosan suara Pemohon yang didalilkan
terjadi akibat adanya sejumlah 35.280 pemilih yang tidak menggunakan hak pilih
karena tidak memperoleh undangan atau kartu pemilih, tidak dengan sendirinya
diperhitungkan sebagai perolehan suara untuk Pemohon. Hal demikian semata-
mata hanya merupakan asumsi, yang seharusnya didukung oleh bukti-bukti yang
sah.

4. KONKLUSI

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah


berkesimpulan:
46

[4.1] bahwa meskipun terdapat pemilih yang tidak mendapat undangan atau
kartu pemilih di Kabupaten Jeneponto pada Pemilukada Kabupaten
Jeneponto pada tanggal 28 Oktober 2008, namun tidak serta merta dapat
dianggap sebagai suara yang akan memilih Pemohon;

[4.2] bahwa dalil mengenai adanya penggelembungan suara sejumlah 680 suara
bagi Pasangan Calon nomor urut 5 (lima) dan penggembosan suara
sebanyak 35.280 yang menjadi hak Pemohon tidak dapat dibuktikan;

[4.3] bahwa karena dalil-dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan
meyakinkan, maka permohonan Pemohon harus ditolak untuk seluruhnya.

5. AMAR PUTUSAN

Mengingat Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman,
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

Mengadili,

Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim Konstitusi


oleh 9 (sembilan) hakim konstitusi pada hari Senin tanggal dua puluh empat bulan
November tahun dua ribu delapan dan diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk
umum pada hari yang sama oleh kami Moh. Mahfud MD sebagai Ketua merangkap
Anggota dan Maruarar Siahaan, Maria Farida Indrati, Muhammad Alim, H. Abdul
Mukthie Fadjar, H. M. Arsyad Sanusi, H. Achmad Sodiki, Jimly Asshiddiqie, dan
47

H.M. Akil Mochtar masing-masing sebagai Anggota dengan didampingi oleh Ida Ria
Tambunan sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya dan
Termohon/Kuasanya.

KETUA

ttd.

Moh. Mahfud MD

ANGGOTA-ANGGOTA,

ttd. ttd.
Maruarar Siahaan Maria Farida Indrati

ttd. ttd.
Muhammad Alim H. Abdul Mukthie Fadjar

ttd. ttd.
H. M. Arsyad Sanusi H. Achmad Sodiki

ttd. ttd.
Jimly Asshiddiqie H. M. Akil Mochtar

PANITERA PENGGANTI,
ttd.
Ida Ria Tambunan

Anda mungkin juga menyukai