Nomor 38/PHPU.D-VI/2008
[1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat
pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto
yang diajukan:
2. DUDUK PERKARA
3. Bahwa Permohonan Keberatan ini diajukan masih dalam waktu tenggat, yaitu
diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak diterbitkannya/di
tetapkannya Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati
Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008, tertanggal 6
November 2008 oleh KPU Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto oleh Termohon. Sehingga berdasarkan
pada ketentuan hukum yang diatur dalam Pasal 94 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Pasal 5 ayat (1)
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman
Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Kepala Daerah, maka mohon
perkenan Majelis Hakim Konstitusi berkenan untuk menerima, memeriksa dan
memutus perkara a quo;
Suara Sah
Nama Pasangan Calon
Perolehan Suara Persentase
6. Bahwa Hasil Penghitungan Suara yang dilakukan oleh Termohon yang hasilnya
sebagaimana tersebut di atas, telah menempatkan perolehan suara Pasangan
Calon Nomor Urut 5 (lima) lebih besar jumlahnya dari perolehan suara Pemohon,
yaitu selisih sejumlah 34.245 (tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima)
suara, adalah hasil penghitungan yang tidak benar. Karena penghitungan
tersebut didasarkan pada data-data atau fakta-fakta yang justru bersumber dari
terjadinya “penggelembungan suara” yang diperoleh oleh Pasangan Calon
Nomor Urut 5 (lima) pada beberapa Tempat Perhitungan Suara (TPS) serta
terjadinya “penggembosan suara” sebagai kelalaian sistematis yang dilakukan
oleh Termohon yang mengakibatkan berkurangnya jumlah perolehan suara
Pemohon pada saat dilakukan tahap penghitungan suara oleh Termohon.
Secara tabelaris terjadinya kedua fakta tersebut dapat dilihat secara tabelaris
sebagai berikut:
6
KPU
NeJ KECAMATAN DPT Jml S.Sah Tdk
"
1 Bangkala' Barat 34441 73 146 922 102 262 8792 3412 13.636 402
2 Bangkala 27560 57 206 1864 517 446 17439 7402 27874 675
3 Tamalatea 34723 73 250 4333 454 195 10220 6419 21871 641
4 Bontoramba ,14121 34 245 1756 310 298 11876 5231 19716 481
5 Binamu 18441 41 284 2179 579 135 12585 13061 28823 579
6 Turatea 16886 36 447 568 255 79 9737 5627 16713 461
7. Kelara 26535 56 314 473 279 93 6447 6221 13827 347
8 Rumbia 21657 45 53 1117 222 97 6001 5514 13004 385
9 Batang 13269 28 55 655 93 159 5575 4413 10950 283
10 Arungkeke 17499 44 39 834 81 48 5174 4628 10804 276
241994 523 2128 15305 3276 1912 100434 66189 189.244 4796
JUMLAH
1,12% 8,09% 1,73% 1,01% 53,07% 34,98%
Penggelem
Pemilih sejalan
PEMOHON
yg tdk dpt Bungan
sebagai berikut:
7.1 Bahwa telah terjadi “penggelembungan suara” sejumlah 680 (enam ratus
delapan puluh) suara yang terjadi dan menyebar pada beberapa Tempat
Pemungutan Suara (TPS) khususnya di wilayah Kecamatan Bontoramba
dan Kecamatan Binamu, dimana sejumlah “penggelembungan suara”
tersebut dinikmati oleh Pasangan Calon Nomor Urut 5 (lima) atas tindakan
kelalaian dari Termohon Keberatan;
yang tidak terdafatar dalam DPT dan ini dilakukan oleh Tim Peluncur
Kerabat (a/n. Baco) atas persetujuan KPPS;
8.5 Di Dusun Balla Rompo, terdapat 5 (lima) orang tidak dapat undangan/kartu
pemilih padahal terdaftar dalam DPT, kemungkinan surat suara tersebut
diberikan kepada orang lain untuk digunakan;
8.6 Di TPS 2 Desa Tanam Mawang, terdapat Berita Acara Perhitungan Suara
yang dibawa ke PPK tetapi tidak/belum ditandatangani oleh masing-masing
saksi pasangan calon, termasuk KPPS sendiri, namun oleh PPK tetap
melakukan rekap;
8.7 Di TPS 5 Desa Batu Jala, terjadi keadaan dimana 331 jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilih namun setelah perhitungan suara ternyata kertas
suara yang terpakai berjumlah 334, berarti terdapat 3 penggelembungan
kertas suara;
8.8 Di TPS 5 Dusun Bungung Kanona, Kelurahan Tolo Barat, terdapat
penggelembungan suara dimana terdapat 267 total surat suara (termasuk
cadangan), surat suara terpakai 189 dan surat suara tidak terpakai 90.
Dengan demikian terdapat penggelembungan surat suara yang masuk ke
kotak sebanyak 12 surat suara.
9. Bahwa akibat dari terjadinya “penggelembungan suara” tersebut adalah secara
nyata telah menambah secara signifikan perolehan Pasangan Calon Nomor Urut
5 (lima) yaitu sejumlah 680 (enam ratus delapan puluh) suara. Dimana
perolehan “penggelembungan suara” sejumlah tersebut merupakan salah satu
faktor utama dan berkorelasi erat dengan perolehan suara Pasangan Calon
Nomor Urut 5 (lima) yang telah mengantarkannya mengalahkan perolehan suara
khususnya Pemohon a quo maupun Pasangan Calon lainnya. Sehingga
seharusnya sejumlah “penggelembungan suara” tersebut sepenuhnya
dikurangkan dari perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 (lima);
10. Bahwa pula telah terjadi suatu fakta yang jika dipandang secara proporsional
dan kontekstual, sangat memungkinkan memiliki korelasi erat dengan terjadinya
fakta “penggelembungan suara” tersebut. Fakta yang dimaksudkan adalah
dimana sejumlah 315 (tiga ratus lima belas) saksi pasangan calon Pemohon
yang ditempatkan menyebar pada beberapa TPS, yaitu dimana pada saat
9
14.Bahwa dari data tabel tersebut di atas terdapat sejumlah 47.954 (empat puluh
tujuh ribu sembilan ratus lima puluh empat) Pemilih dalam DPT yag tidak
menggunakan hak pilihnya. Dimana secara umum dari jumlah tersebut terbagi
ke dalam 2 (dua) kategoris, yaitu:
14.1 Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya karena secara sadar dan
sengaja berkehendak tidak menyalurkan hak pilihnya di TPS (“golput”);
14.2 Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya karena kelalaian Termohon
dan jajarannya yang tidak memberikan undangan dan/atau Kartu Pemilih
kepada mereka. Sehingga mereka telah terhalangi haknya untuk
menyalurkan hak pilihnya pada saat Tahap Pemungutan Suara di TPS;
15.Bahwa berdasarkan data yang ada, dari sejumlah 241.994 (dua ratus empat
puluh satu ribu sembilan ratus sembilan puluh empat) pemilih yang terdaftar
dalam DPT, pemilih yang secara sadar menggunakan hak pilihnya adalah
sebanyak 194.040 (seratus sembilan puluh empat ribu empat puluh ) pemilih. Ini
menjadi suatu indikasi utama bahwa tingkat partisipasi politik warga Kabupaten
11
Jeneponto menyalurkan hak pilihnya di TPS pada Pemilu Kepala Daerah Tahun
2008 adalah cukup tinggi karena mencapai sebesar + 80% (delapan puluh
persen). Sedangkan sisanya sebesar 47.954 Pemilih + 20% dua puluh persen)
tidak dapat menggunakan hak pilihnya dikarenakan kedua kategoris yang
disebutkan di atas. Sehingga dapat ditarik suatu pemahaman bahwa jika saja
para Pemilih yang tidak mendapatkan undangan/kartu pemilih
mendapatkan/memperoleh undangan/kartu pemilih resmi dari Termohon, maka
dapat dipastikan tingkat partisipasi politik pemilih pada Pemilu Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto akan lebih tinggi lagi;
16.Bahwa dari sejumlah 47.954 Pemilih (+ 20%) tersebut yang tidak dapat
menggunakan hak pilihnya, terdapat sejumlah + 35.280 (tiga puluh lima ribu
dua ratus delapan puluh) pemilih yang tersebar di beberapa wilayah TPS yang
berkehendak menggunakan hak pilihnya pada saat Tahap Pemungutan Suara
(tanggal 28 Oktober 2008), namun terhalangi maksudnya karena tidak diberikan
undangan dan/atau kartu pemilih oleh Termohon dan jajarannya. Sehingga
karenanya sejumlah + 35.280 (tiga puluh lima ribu dua ratus delapan puluh)
pemilih tersebut merasa sangat dirugikan hak politiknya untuk memilih
mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 6 (Pemohon) pada saat tahap
pemungutan suara. Begitu pula dampak kerugian nyata yang dialami oleh
Pemohon karena telah kehilangan suara sebesar + 35.280 (tiga puluh lima ribu
dua ratus delapan puluh) dari pendukungnya/pemilihnya, yang apabila mereka
tersebut diberikan kesempatan oleh Termohon menggunakan hak pilihnya
dengan memberikan undangan/kartu pemilih, maka dipastikan dapat
mengantarkan Pemohon sebagai pemenang pada pelaksanaan Pemilu Kepala
Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008;
17.Bahwa berdasarkan uraian data dan fakta sebagaimana tersebut di atas, secara
matematis seharusnya perolehan suara masing-masing pasangan calon pada
Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 adalah sebagai
berikut:
12
17.2 Pada Fakta Pemilih Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Karena Tidak
Dapat Undangan dan Kartu Pemilih:
Fakta ini menghasilkan sejumlah 35.280 (tiga puluh lima ribu dua ratus
delapan puluh) Pemilih yang terdaftar dalam DPT namun tidak dapat
menggunakan hak pilihnya karena tidak mendapatkan undangan/kartu
pemilih dari Termohon. Jumlah ini seluruhnya ditarik menjadi penambahan
perolehan suara bagi Pemohon, sehingga dapat dilihat secara tabelaris
sebagai berikut:
13
Suara Sah
Nama Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Perolehan Suara Porsentase
B. Subsidair:
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequa et bono)
- Saksi menerangkan pada H-2 di Desa Batujalan, Dusun Taboakan ada 31 (tiga
puluh satu) orang sebagai wajib pilih yang tidak diberikan kartu pemilih atau
undangan dan saksi sudah menanyakan kepada Ketua KPPS kenapa tidak
diberikan kartu undangan oleh KPPS mengatakan yang membagi undangan
ternyata orang lain yang disuruh pendukung Nomor Urut 5 (lima);
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Sarwangin ada 36 (tiga puluh enam) orang yang
tidak diberikan kartu pemilih;
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Kaware ada 12 (dua belas) orang tidak
diberikan kartu pemilih;
- Di Dusun Balarompo ada 5 (lima) orang tidak diberikan kartu pemilih;
- Saksi juga menerangkan bahwa pada H-1 ada yang memberikan uang masing-
masing Rp.50.000.- (lima puluh ribu rupiah) untuk mencoblos salah satu kandidat
dan pada waktu itu yang bersangkutan sudah melapor ke Panwaslu Kecamatan
Bonteramba dan sudah sampai ke Kejaksaan;
- Saksi mengatakan ditemukan 53 (lima puluh) orang tidak diberi kartu pemilih;
- Saksi menerima penghitungan suara di PPK setelah 3 (tiga) hari dan tidak
menandatangani karena semua TPS yang ada di Kecamatan Botoramba
prosesnya banyak pelanggaran dan rekap suara secara global bukan per TPS;
3. Keterangan Saksi Indar DG. Tonang
- Saksi menjadi saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1
KWK dan formulir C-2 KWK walaupun telah diminta;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 7 pagi sampai selesai tahapan penghitungan suara
jam 13.30;
- Saksi juga mengatakan bahwa selesai penghitungan suara disuruh tanda tangan
dan yang mengisi berita acara adalah Ketua PPS dan anggotanya;
- Saksi ikut pada waktu penghitungan suara sampai selesai dan tidak ada yang
keberatan;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 6.45 pagi sampai tahapan penghitungan suara dan
pernah meninggalkan TPS untuk mengantarkan pemilih yang sakit dan kembali
lagi ke TPS;
5. Keterangan Saksi DG. Rate
- Saksi menerangkan telah didaftar tetapi tidak diberikan undangan untuk memilih
pada waktu pencoblosan;
I. DALAM EKSEPSI:
1. Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dicetak
sama dengan jumlah pemilih tetap dan ditambah 2,5% (dua setengah
perseratus) dari jumlah pemilih tersebut;
2. Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara pemilih yang
keliru memilih pilihannya serta surat suara yang rusak.
3. penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuatkan berita acara;
Lebih lanjut dipertegas lagi dalam Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian
Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah:
(1) Jumlah surat suara pemilihan pasangan calon dicetak sama dengan jumlah
pemilih tetap dan ditambah paling banyak 2,5% (dua setengah perseratus)
dari jumlah pemilih tersebut.
(2) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan
sebagai cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara pemilih yang
keliru memilih pilihannya serta surat suara yang rusak.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dibuatkan berita acara.
Sehingga kertas suara yang melebihi dari jumlah pemilih tetap (DPT) maksimal
2,5% adalah sesuatu yang dibenarkan oleh UU, mengingat dalam pencoblosan
kertas suara di TPS terkadang ada kerusakan, kesalahan dalam melakukan
pencoblosan, serta adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam TPS tetapi
melakukan pencoblosan di TPS tersebut (pemilih dari TPS lain), sehingga kertas
suara cadangan diperlukan. Namun penggunaan kertas suara tersebut tetap
dirinci dalam Berita Acara Penghitungan Suara pada semua tingkatan;
13. Bahwa suara yang diklaim sebagai pemilih Pemohon yang tidak mendapatkan
undangan sebanyak 35.280 sebagaimana yang dipaparkan pada halaman 7
(tujuh) adalah klaim sepihak yang tidak jelas asal usul data tersebut, mengingat
pengakuan sepihak seperti yang dilakukan Pemohon bahwa jumlah suara
sebanyak 35.280 yang apabila mempergunakan hak pilihnya akan serta merta
juga memilih Pemohon. Merupakan asumsi yang tidak dapat dijadikan dasar
29
untuk menggugat hasil perolehan suara pasangan calon tertentu, karena hal itu
melanggar asas Pemilukada yang langsung, umum, bebas dan rahasia;
14. Bahwa tidak benar dalil-dalil Pemohon dalam permohonannya sebagaimana
pada poin 10 (sepuluh) yang menyatakan sejumlah 315 (tiga ratus lima belas)
saksi pasangan calon Pemohon yang tidak memperoleh lembaran formulir
Berita Acara (Formulir jenis C2-KWK) hal tersebut diakibatkan oleh saksi
Pemohon sendiri yang tidak menghadiri proses rekapitulasi penghitungan suara
sampai selesai. Hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saksi
pasangan calon, sebab sebelum pemungutan suara dilakukan Termohon sudah
menyampaikan tata tertib atau aturan-aturan persaksian kepada seluruh
pasangan calon untuk menjadi pedoman dalam penugasan saksi-saksinya
pada semua tingkat penghitungan suara;
15. Bahwa apa yang diurai oleh Pemohon pada poin 7 (tujuh) adalah asumsi-asumsi
dan dugaan-dugaan yang tidak jelas yang didalilkan oleh Pemohon. Demikian
halnya dengan dalil pada poin 8 (delapan) yang menguraikan tentang "modus
operandi" "penggelembungan suara" adalah tahapan yang belum memasuki
tahap penghitungan suara. Sehingga Pemohon seharusnya melakukan
keberatan atau pengaduan kepada Panwas Pemilukada untuk ditindaklanjuti
sebagai pelanggaran administratif ataukah perbuatan tindak pidana;
I. Dalam eksepsi-eksepsi
15. Bukti T-15 : Fotokopi Surat Penyampaian Perubahan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 kepada para Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati (Peserta Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah);
16. Bukti T-16 : Fotokopi Surat Termohon Nomor 59/P.KWK-JP/X/2008 tentang
Permintaan kepada Pasangan Calon untuk mengutus Saksi pada
hari Pemungutan Suara;
17. Bukti T-17 : Fotokopi Surat Termohon Nomor 71/P.KWK-JP/X/2008 tentang
Penyampaian Tata Tertib Saksi kepada Pasangan Calon;
18. Bukti T-18 : Fotokopi Surat Perjanjian Kerjasama Penyiaran untuk Sosialisasi
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Janeponto antara KPU Kabupaten Jeneponto dengan Raduo
Paburitta FM Janeponto;
19. Bukti T-19 : Fotokopi Surat Nomor 74/P.KWK-JP/X/2008 tentang Tanggapan
dan Penjelasan KPU Kabupaten Janeponto atas Keberatan Tim
Sejalan;
20. Bukti T-20 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 02 Tanammawang Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
21. Bukti T-21 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 01 Kawari Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
22. Bukti T-22 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 05 Batujala Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
23. Bukti T-23 : Fotokopi Catatan Pelaksanaan Penghitungan Suara dan
Lampiran Model C1-KWK TPS 04 Sarroangin Kecamatan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto;
24. Bukti T-24 : Fotokopi Rekapitulasi Penduduk Pemilih dan TPS Terdaftar
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Tahun 2008 tanggal
16 Juli 2008;
33
25. Bukti T-25 : Fotokopi Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilu Bupati
dan Wakil Bupati Jeneponto Tahun 2008 hasil pemutakhiran
tanggal 21 Oktoberi 2008;
26. Bukti T-26 : Fotokopi Surat Ketua KPU Kabupaten Janeponto ke PPK dan
PPS se Kabupaten Jeneponto terhadap penjelasan Formulir
Model A3, A4, dan C5 tanggal 21 Oktober 2008.
- Saksi adalah tim sukses Nomor Urut 5 (lima) dan sebelumnya telah diberikan
bimbingan tentang pencoblosan sampai penghitungan suara;
[2.7] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, segala
sesuatu yang terjadi di persidangan cukup ditunjuk dalam berita acara persidangan,
dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini;
3. PERTIMBANGAN HUKUM
Kewenangan Mahkamah
[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD
1945) dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316, selanjutnya
35
disebut UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara
yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung.
Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721)
ditentukan, ”Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah
pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945”;
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal
236C menetapkan, ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan
kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling
lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”;
Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua
Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara
Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 di atas.
36
[3.5] Menimbang bahwa Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (selanjutnya disebut PMK 15/2008)
menentukan hal-hal, antara lain, sebagai berikut:
a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan
suara Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat
mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
- bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah
Kabupaten Jeneponto, yang oleh Termohon, telah ditetapkan pada nomor urut 6
(enam);
- bahwa permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto Nomor 77/P.KWK-
JP/XI/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008
37
[3.9] Menimbang bahwa berdasarkan penilaian fakta dan hukum pada paragraf
[3.6] dan [3.8] tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo
sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-
38
Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 3 dan 4 PMK 15/2008, dan permohonan
Pemohon juga masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 5 PMK 15/2008;
Pokok Permohonan
- Bahwa semua saksi Tim ”Sejalan” di tingkat TPS tidak diberi blangko C-KWK. Di
tingkat PPK Kecamatan ada 11 (sebelas) Kecamatan di Jeneponto hanya dua
orang saksi yang dapat rekapitulasi perolehan suara;
- Pada saat pelaporan PPS ke KPU saksi sempat hadir dan hasil evaluasi
rekapitulasi langsung dibawa ke kamar KPU untuk direkap dan saksi tidak
diperkenankan masuk dengan alasan penting sekali dan dijaga ketat;
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Sarwangin ada 36 (tiga puluh enam) orang yang
tidak diberikan kartu pemilih;
- Di desa Tanam Mawang, Dusun Kaware ada 12 (dua belas) orang tidak
diberikan kartu pemilih;
- Di Dusun Balla Rompo ada 5 (lima) orang tidak diberikan kartu pemilih;
- Saksi juga menerangkan bahwa pada H-1, ada yang memberikan uang masing-
masing Rp50.000.- (lima puluh ribu rupiah) untuk mencoblos salah satu kandidat
dan pada waktu itu yang bersangkutan sudah melapor ke Panwaslu Kecamatan
Bontoramba dan sudah sampai ke Kejaksaan;
- Saksi mengatakan ditemukan 53 (lima puluh) orang tidak diberi kartu pemilih;
- Saksi menerima penghitungan suara di PPK setelah 3 (tiga) hari dan tidak
menandatangani karena semua TPS yang ada di Kecamatan Bontoramba
prosesnya banyak pelanggaran dan rekap suara secara global bukan per TPS;
- Saksi menjadi saksi pada ”Tim Sukses Sejalan”, tidak diberikan formulir C-1
KWK dan formulir C-2 KWK walaupun telah diminta;
- Saksi hadir di TPS mulai jam 7 pagi sampai selesai tahapan penghitungan suara
jam 13.30;
41
- Saksi mengatakan bahwa selesai penghitungan suara disuruh tanda tangan dan
yang mengisi berita acara adalah Ketua PPS dan anggotanya;
- Saksi menerangkan telah didaftar, tetapi tidak dikasih undangan untuk memilih
pada waktu pencoblosan;
• bahwa klaim Pemohon sebagai pemilik suara dari 35.280 Pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Kabupaten Jeneponto sehingga
suara Pemohon menjadi 66.189+35.280=101.469 atau melebihi jumlah suara
pasangan terpilih yaitu pasangan nomor urut 5 (lima) yaitu H. Radjamilo dan
Burhanuddin Baso Tika adalah sungguh-sungguh merupakan cara penghitungan
yang "sesat” dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum;
• bahwa dalil Pemohon tentang penggelembungan 680 suara yang terjadi dan
menyebar pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) khususnya dalam
wilayah Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamo adalah dalil-dalil yang
sama sekali tidak didukung fakta-fakta berupa berita acara resmi hasil
penghitungan suara secara berjenjang dari TPS, PPK, dan KPU Kabupaten. Dalil
penggelembungan yang disinyalir oleh Pemohon tersebut bertentangan dengan
fakta saksi-saksi Pemohon untuk rekapitulasi penghitungan suara, masing-
masing Abdul Rasyid di Kecamatan Binamo dan Sudirman Tompo, S.Pd di
Kecamatan Bontoramba, kesemuanya menandatangani Berita Acara
Rekapitulasi Tingkat Kecamatan tanpa alasan-alasan keberatan;
• bahwa suara yang diklaim sebagai pemilih Pemohon yang tidak mendapatkan
undangan sebanyak 35.280 sebagaimana yang dipaparkan pada halaman 7
(tujuh) adalah klaim sepihak yang tidak jelas asal usul data tersebut, mengingat
pengakuan sepihak seperti yang dilakukan Pemohon bahwa jumlah suara
sebanyak 35.280 yang apabila mempergunakan hak pilihnya akan serta merta
juga memilih Pemohon. Hal itu merupakan asumsi yang tidak dapat dijadikan
dasar untuk menggugat hasil perolehan suara pasangan calon tertentu, karena
hal itu melanggar asas Pemilukada yang langsung, umum, bebas, dan rahasia;
- Saksi adalah tim sukses nomor urut 5 (lima) dan sebelumnya telah diberikan
bimbingan tentang pencoblosan sampai penghitungan suara;
Binamu dan money politic yang dilakukan mantan Kepala Desa Buluksibatang
Kecamatan Bontoramba;
Pendapat Mahkamah
[3.14.1] Bahwa bukti-bukti tertulis Pemohon (P-17 sampai dengan P-21) telah
menunjukkan adanya pemilih yang tidak mendapatkan undangan atau kartu pemilih,
meskipun tidak dapat dipastikan apakah nama-nama yang tercantum dalam daftar
pernyataan dimaksud juga termuat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), karena
pernyataan dimaksud dalam bukti P-17 sampai dengan bukti P-21 tidak memuat
fakta yang demikian. Bukti tersebut oleh Mahkamah hanya dipandang sebagai
petunjuk;
[3.14.2] Bahwa bukti P-4 sampai dengan P-12 yang merupakan pernyataan atau
pengakuan saksi Pasangan Calon nomor urut 6 (enam) di TPS-TPS yang tidak
mendapatkan formulir Berita Acara/Catatan Hasil Perolehan Suara untuk tiap
pasangan di TPS, sebanyak 9 (sembilan) TPS, tidak dapat dipandang menegasikan
keabsahan hasil penghitungan dan perolehan suara di masing-masing TPS, karena
seharusnya keberatan-keberatan yang ada pada tingkat TPS dari tiap saksi
pasangan calon pada saat penghitungan suara akan dapat memperbaiki kesalahan
yang dilakukan, dan kesalahan yang tidak segera diperbaiki di TPS yang
bersangkutan harus dicatat dalam Berita Acara. Hal demikian tidak ternyata dari
alat-alat bukti yang diajukan.
yang sah, sehingga oleh karenanya tidak dapat diterima sebagai alasan untuk
mengurangkan jumlah suara yang didalilkan demikian dari perolehan pasangan
nomor urut 5 (lima) tersebut;
4. KONKLUSI
[4.1] bahwa meskipun terdapat pemilih yang tidak mendapat undangan atau
kartu pemilih di Kabupaten Jeneponto pada Pemilukada Kabupaten
Jeneponto pada tanggal 28 Oktober 2008, namun tidak serta merta dapat
dianggap sebagai suara yang akan memilih Pemohon;
[4.2] bahwa dalil mengenai adanya penggelembungan suara sejumlah 680 suara
bagi Pasangan Calon nomor urut 5 (lima) dan penggembosan suara
sebanyak 35.280 yang menjadi hak Pemohon tidak dapat dibuktikan;
[4.3] bahwa karena dalil-dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan
meyakinkan, maka permohonan Pemohon harus ditolak untuk seluruhnya.
5. AMAR PUTUSAN
Mengadili,
H.M. Akil Mochtar masing-masing sebagai Anggota dengan didampingi oleh Ida Ria
Tambunan sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya dan
Termohon/Kuasanya.
KETUA
ttd.
Moh. Mahfud MD
ANGGOTA-ANGGOTA,
ttd. ttd.
Maruarar Siahaan Maria Farida Indrati
ttd. ttd.
Muhammad Alim H. Abdul Mukthie Fadjar
ttd. ttd.
H. M. Arsyad Sanusi H. Achmad Sodiki
ttd. ttd.
Jimly Asshiddiqie H. M. Akil Mochtar
PANITERA PENGGANTI,
ttd.
Ida Ria Tambunan