Anda di halaman 1dari 28

Satuan Geomorfologi

Asal Fluvial

Silmi Afina Aliyan MT


Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Siklus Perkembangan Sungai

• Air merupakan salah satu faktor erosi


yang berasal dari tenaga eksogen/
asal luar.
• Di daerah beriklim tropik lembab
yang mempunyai angka curah hujan
tinggi seperti Indonesia, peranan air
permukaan sangat penting di dalam
proses geomorfik dalam
pembentukan bentuk lahan
Lembah
• Permukaan lereng mula-
mula dikikis atau dierosi
membentuk lembah kecil
(gully)

• Gully lambat laun


berubah menjadi lembah
yang makin lama makin
dalam
Lembah
▪ Lembah muda berbentuk huruf V
(V shape valley), dasar lembah
sempit & berlereng terjal.
▪ Lembah dewasa (mature) & tua
(old) membentuk diri menyerupai
huruf U yaitu dengan dasar
lembah yang makin rata.
▪ Bentuk lembah menyerupai huruf
U juga dapat terjadi akibat
pekerjaan es (glacier).
Karakteristik Tahapan Sungai
Karakteristik Muda Dewasa Tua
Saluran lurus berkelok bermeander
Bentuk lembah V U U lebar asimetri
Dasar lembah Bedrock, berjeram, Sebagian aluvial, Aluvial, tidak ada
air terjun berjeram, rapid jeram
Sedimentasi Hampir tidak ada Point bar Point bar, flood plain
Erosi Vertikal dominan Vertikal - lateral Lateral dominan
Hubungan dengan Efluent atau tidak Umumnya efluent Umumnya influent
air tanah ada kontak (air sungai mengisi
akifer)
Lebar lembah = lebar penampang < 10 x lebar >10 x lebar
basah penampang basah penampang basah
Dewasa: Kintom, Banggai
Muda: G. Malabar

Tua: S. Kapuas, Kalimantan


Tua: S. Mimika, Papua
Bentuk Lahan Hasil Fluvial
• Perkembangan sekuen pada
sungai dan hubungannya
pada morfologi sungai
meander.

A. Erosi dan akresi pada dasar


sungai menyesuaikan pada
wilayah yang beraliran cepat
dan lambat.
Bentuk Lahan Hasil Fluvial

B. Transformasi dari sungai lurus menjadi sungai meander dan hubungannya


dengan jarak pool
C. Perkembangan tambahan pool dan riffle seiring dengan pemanjangan
sungai meander
Meandering Stream: Alluvial Form
Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS daerah/area/luasan di permukaan Bumi tempat dimana air yang disuplai oleh hujan
dialirkan menuju lautan melalui jaringan lembah sungai, termasuk danau di dalamnya.
• drainage basin (cekungan pengeringan)
• catchment area (daerah tangkapan air)
• watershed (daerah limpasan air)
Orde Sungai
1.Horton: menilai sungai mana yang lebih dulu terbentuk → orde 1
2.Strahler: cabang sungai terhulu berorde 1, orde 1 bertemu Orde 1
bergabung menjadi orde 2, dst
3. Shreve: stream magnitude; cabang sungai terhulu berorde 1, orde 1
bertemu orde 1 menjadi orde 2; 2 + 1 = 3; dst

1 11 1 1
1 3 3
1 1 1 1
1 1
4 1 2 1 4 1 1 2 1 1
2 2
2 2
2 4 2 2 4 2 2 2
2 1 2 2 3 1 2 4

3 3 3 4
1 1 5
1 1 1 1
1 1
9

4 4
1 14 10
1 1

Horton, 1945 Horton,


Strahler, 19541945 Shreve, 1966
1. Luas DAS (A; dalam km2) adalah luas DAS dalam bidang Watershed Citarum

datar. Parameter Cikapundung Cikeruh Citarik Upstream Cisangkuy Ciwidey


2
1. Area of Watershed (A km ) 127 212 272 290 275 210
2. Stream Total Length within
2. Panjang Total Sungai (L; dalam km) adalah panjang seluruh watershed (L km) 193,80 192,00 320,70 421,20 378,80 285,45

segmen sungai di dalam DAS. 3. Drainage density


(L/A km/km )
2
1,52 0,91 1,18 1,45 1,38 1,36
4. Stream Total Length (km):
3. Kerapatan sungai (D; dalam km/km2) adalah nisbah antara st
1 order 102,60 86,50 139,30 219,30 195,80 140,55
panjang total sungai dibagi luas DAS (D = L/A). nd
2 order
rd
3 order
41,25
19,90
44,80
27,80
73,50
68,40
110,00
45,20
94,20
46,60
67,70
29,20

4. Panjang sungai (L; dalam km) adalah panjang setiap orde


th
4 order 9,00 27,60 30,50 21,70 13,20 29,00
th

segmen sungai. 5 order


5. Average stream length (km)
21,00 5,30 9,00 25,00 29,00 19,00

st
1 order 0,996 1.630 1.650 1.754 0,874 0,776
5. Panjang sungai rata-rata (dalam km) adalah jumlah seluruh nd
2 order 1.289 2.990 2.720 2.857 1.385 1.110
panajng sungai dibagi jumlah seluruh sungai. rd
3 order
th
1.809 5,56 9.770 4.305 2.912 1.270
4 order 3,00 13,80 12.200 5.425 2.200 4.143
6. Jumlah sungai (N) adalah jumlah setiap segmen sungai. 6. Stream number (N)
th
5 order 21,00 5,30 9.000 25.000 29.000 19.000

7. Jumlah total sungai (N) adalah jumlah seluruh segmen


st
1 order 103 105 167 250 224 181
nd

sungai di dalam DAS 2 order


rd
3 order
26
9
24
7
48
12
63
17
58
12
51
15
th
4 order 2 2 4 6 5 4
8. Frekuensi sungai (F) adalah nisbah jumlah total sungai dibagi th
5 order 1 1 1 1 1 1
luas DAS (F = N/A). 7.Stream Total Number 141 139 232 569 300 252
8.Stream Frequency N/A 1,11 0,66 0,85 1,96 1,09 1,20
9. Gradien sungai (dalam %) adalah kemiringan lereng setiap 9.Average stream gradient
(%)
segmen sungai. st
1 order
nd
23,04 46,61 34,72 36,82 36,92 39,05
2 order 12,29 16,59 20,53 14,07 16,48 14,24
10. Nisbah percabangan (bifurcation ratio; Rb) adalah nisbah rd
3 order 11,13 8,16 4,60 11,59 7,28 7,11
jumlah antara orde sungai Nu terhadap orde sungai yang th
4 order 5,18 1,29 2,09 5,77 3,32 3,90

setingkat lebih tinggi Nu+1


th
5 order 0,59 0,47 0,28 1,50 2,59 1,45
10.Bifurcation ratio Rb

11. Bobot rata-rata Rb (WRb) adalah nisbah percabangan rata-


Rb1-2 3,96 4,38 3,48 3,97 3,86 3,55
Rb2-3 2,89 3,43 4,00 3,70 4,83 3,40
rata dalam suatu DAS mengikuti Perhitungan Schumm Rb3-4 4,5 3,50 3,00 2,83 2,40 3,75
(1956). Rb4-5 2,00 2,00 4,00 6,00 5,00 4,00
11. Weighted mean of Rb 3,92 3,68 3,55 3,89 3,99 3,54
12. Nisbah Relief adalah perbandingan antara beda tinggi titik (WRb)(see Table 1)

tertinggi dan terendah dalam satu DAS terhadap elongasi 12. Relief Ratio 58,7 59,8 58.8 77,1 61,9 66,2
DAS.
Watershed Citarum
Parameter Cikapundung Cikeruh Citarik Upstream Cisangkuy Ciwidey
2
1. Area of Watershed (A km ) 127 212 272 290 275 210
2. Stream Total Length within
watershed (L km) 193,80 192,00 320,70 421,20 378,80 285,45
3. Drainage density
2
(L/A km/km ) 1,52 0,91 1,18 1,45 1,38 1,36
4. Stream Total Length (km):
st
1 order 102,60 86,50 139,30 219,30 195,80 140,55
nd
2 order 41,25 44,80 73,50 110,00 94,20 67,70
rd
3 order 19,90 27,80 68,40 45,20 46,60 29,20
th
4 order 9,00 27,60 30,50 21,70 13,20 29,00
th
5 order 21,00 5,30 9,00 25,00 29,00 19,00
5. Average stream length (km)
st
1 order 0,996 1.630 1.650 1.754 0,874 0,776
nd
2 order 1.289 2.990 2.720 2.857 1.385 1.110
rd
3 order 1.809 5,56 9.770 4.305 2.912 1.270
th
4 order 3,00 13,80 12.200 5.425 2.200 4.143
th
5 order 21,00 5,30 9.000 25.000 29.000 19.000
6. Stream number (N)
st
1 order 103 105 167 250 224 181
nd
2 order 26 24 48 63 58 51
rd
3 order 9 7 12 17 12 15
th
4 order 2 2 4 6 5 4
th
5 order 1 1 1 1 1 1
7.Stream Total Number 141 139 232 569 300 252
8.Stream Frequency N/A 1,11 0,66 0,85 1,96 1,09 1,20
9.Average stream gradient
(%)
st
1 order 23,04 46,61 34,72 36,82 36,92 39,05
nd
2 order 12,29 16,59 20,53 14,07 16,48 14,24
rd
3 order 11,13 8,16 4,60 11,59 7,28 7,11
th
4 order 5,18 1,29 2,09 5,77 3,32 3,90
th
5 order 0,59 0,47 0,28 1,50 2,59 1,45
10.Bifurcation ratio Rb
Rb1-2 3,96 4,38 3,48 3,97 3,86 3,55
Rb2-3 2,89 3,43 4,00 3,70 4,83 3,40
Rb3-4 4,5 3,50 3,00 2,83 2,40 3,75
Rb4-5 2,00 2,00 4,00 6,00 5,00 4,00
11. Weighted mean of Rb 3,92 3,68 3,55 3,89 3,99 3,54
(WRb)(see Table 1)

12. Relief Ratio 58,7 59,8 58.8 77,1 61,9 66,2


Pola Pengaliran
• Hubungan antara satu sungai dengan sungai
lainnya atau hubungan antara air
permukaan yang mengalir melalui lembah-
lembah membentuk pola/pattern tertentu
• Pola Pengaliran dipengaruhi oleh
perbedaan jenis batuan dan kekerasan
batuan yang ada di permukaan bumi
• Sehingga dari bentuk / pola pengaliran,
dapat ditafsirkan jenis batuan atau gejala
struktur geologi.

Foto udara high oblique sinklin Silat,


Kalimantan (Verstappen, 1977)
Pola Pengaliran Dasar
(Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983)
Pola Pengaliran Dendritik
Terjadi karena kekerasan batuan
relatif homogen dan lereng tidak
terlalu curam.
Hubungan antar tubuh sungai
seperti daun atau pohon dengan
cabang-cabangnya.
Bila sudut antara tiap-tiap cabang
sama dinamakan pinnate .
Pola Pengaliran Sejajar (Pararel)

Terjadi seperti pada pola pengaliran


dendritik tetapi lereng agak terjal
sehingga air bergerak dengan cepat dan
tidak sempat bergabung satu sama
lainnya, melainkan berjajar.
Pola Pengaliran Menangga (Trellis)

Terdapat di daerah terlipat.


Kekerasan batuan berselangan (lemah-keras)
mengakibatkan sungai berbelok-belok.
Kadang memotong batuan keras & menyusuri
batuan lemah.
Sungai subsekuen bila menyusuri bagian
lemah yang sejajar dengan jurus lapisan
batuan, konsekuen bila memotongnya.
Obsekuen: anak sungai yang sejajar dengan
sungai konsekuen tetapi bertentangan arah.
Resekuen: anak sungai yang sejajar & searah
dengan sungai konsekuen.
Pola Pengaliran Menyudut (Rectangular)

▪ Terjadi di daerah yang tersesarkan


atau banyak retakan sehingga
sungai terpengaruh oleh letak
retakan-retakan tersebut.
▪ Bila sudut antar sungai runcing,
maka pola pengaliran dinamakan
angulate.
▪ Bila bersudut hampir tegak
dinamakan rectangular.
Pola Pengaliran Memancar (Radial)

Terjadi pada daerah yang terlipat


atau gunungapi.
Pada daerah bergunungapi, pola ini
sangat sering dijumpai dan merupakan
salah satu penciri utama.
Sungai-sungai mengalir dari satu pusat
ke segala arah, memancar (radial)
disebut juga centrifugal .
Bila sebaliknya yaitu pola sungai
memancar tetapi bearah ke dalam
(pusat) disebut centripetal
Pola Pengaliran Membulat (Annular)
Terjadi pada batuan yang
telipat dan lipatannya
membentuk kubah (dome).
Pola aliran annular adalah arah
aliran sungai yang menyebar
secara radial dari titik
ketinggian kemudian ke arah
hilir yang menyebabkan air
bersatu. Pola aliran annular
biasanya dijumpai pada
morfologi kubah atau intrusi
loccolith.
Pola Pengaliran Multi-basinal
Sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang didominasi oleh batugamping.
Dicirikan oleh aliran sungai yang tidak menerus karena beralih menjadi
sungai bawah tanah akibat adanya proses pelarutan
Pola Pengaliran Deranged/Concorted
Aliran sungai tidak menentu
serta tepi sungai tidak jelas,
bercampur baur dengan rawa.
Terdapat di daerah berawa-
rawa & dekat muka laut.
Di Kalimantan Selatan, sekitar
Banjarmasin, pola pengaliran
semacam ini sering dijumpai.
Pola Pengaliran Modifikasi (van Zuidam, 1985)
SUB DENDRITIK Umumnya struktural

PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMOTIK Dataran banjir, delta atau rawa


MENGANYAM (DIKHOTOMIK) Kipas aluvium dan delta
Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan perbukitan
SUB PARALEL
memanjang

KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting pasir

SUB TRELLIS Bentuklahan memanjang dan sejajar


DIREKSIONAL TRELLIS Homoklin landai seperti beting gisik
TRELLIS BERBELOK Perlipatan memanjang

TRELLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar, sesar paralel

ANGULATE Kekar dan/ atau sesar pada daerah miring

KARST Batugamping
S. Cikapundung

Sesar Lembang

Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran


di sekitar sesar Lembang, Kab. Bandung, Jawa Barat
QUIZ
• Dari pola pengaliran di
samping kelompokkan jenis
pola pengalirannya dan
buatlah analisis hubungan
antara topografi dan kondisi
batuan yang menyusun di tiap
kelompok pola aliran!

Anda mungkin juga menyukai