Anda di halaman 1dari 5

KOMPAS.

com - Pada Sabtu (7/10/2023), sebuah sirene tanda bahaya berbunyi yang
menunjukkan adanya serangan dari Hamas ke Israel. Kelompok Hamas diketahui melepaskan
tembakan sebanyak 5.000 roket yang menghantam sejumlah kota besar di Israel. Saat
serangan terjadi, warga Israel sedang merayakan festival Sukkot yang berlangsung selama
tujuh hari. Pada hari Sabtu, serangan besar-besaran dari udara, laut, dan darat telah
dilemparkan oleh kelompok Hamas ke Israel.
Berikut ini kronologi serangan Hamas ke Israel.
Kronologi 7 Oktober Juru Bicara Hamas Khaled Qadomi mengungkapkan alasan Hamas
menyerang Israel adalah sebagai bentuk respons atas kekejaman yang telah dirasakan rakyat
Palestina beberapa tahun ke belakang.
Sementara itu, Komandan Militer Hamas Mohammad Deif mengatakan bahwa serangan ke
Israel ini merupakan bentuk respons atas blokade yang terjadi di Gaza selama 17 tahun.
Warga Palestina pun melakukan aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza. Dalam negosiasi
dengan Qatar, Mesir, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hamas mendorong konsesi
Israel yang dapat melonggarkan blokade yang sudah berlangsung lama.
Hal ini diyakini dapat membantu menghentikan terjadinya krisis keuangan yang semakin
parah di Palestina. Pada akhirnya, aksi ini berujung pada serangan masif ke Israel.
Deif menyebutkan, serangan Hamas ke Israel ini sebagai Operasi Badai Al Aqsa yang
bertujuan untuk mengajak warga Palestina dari Yerusalem Timur dan Palestina untuk
bergabung dalam perlawanan ini.
Lantaran kondisi ini, Hamas memutuskan untuk menyerang Israel.
Sekitar pukul setengah tujuh pagi, sirene pertama berbunyi yang memperingatkan adanya
roket yang masuk ke Israel Tengah dan Selatan, kemudian disusul dengan ribuan roket
lainnya.
Lalu, satu jam kemudian, pasukan pertahanan Israel mengonfirmasi bahwa Hamas telah
berhasil menyeberang dari Gaza ke Israel Selatan.
Pihak berwenang pun segera memerintahkan penduduk Israel untuk bersembunyi di rumah
mereka. Hampir dua jam setelah sirene serangan udara pertama terdengar, skala serangan
menjadi terlihat lebih jelas.
Kelompok Hamas telah menyandera Israel Selatan dan menembakkan ribuan roket. Melihat
kondisi yang sudah karut-marut, Israel mengumumkan keadaan waspada perang dan
memanggil sebanyak mungkin pasukan cadangan.
Sekitar pukul 11.35, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat pernyataan
pertamanya bahwa saat ini Israel sedang berperang. Militer Israel kemudian mengirimkan
pasukannya ke Israel Selatan untuk merebut kembali kota-kota yang sudah dikuasai
kelompok Hamas.
Setelah kurang lebih lima jam berlalu, Israel mengatakan setidaknya Hamas telah
menjatuhkan 2.000 roket. Setelah itu, disusul informasi pada pukul 13.46, yang mengatakan
bahwa Israel telah menyerang sebanyak 21 bangunan yang menampung operasi militer
Hamas.
8 Oktober Pada Minggu (8/10/2023), pejabat Israel mengumumkan bahwa pertempuran
berlangsung di enam tempat, termasuk Sderot yang letaknya hanya berjarak 2 mil dari
perbatasan dengan Gaza.
Lalu, diketahui sebuah roket telah melukai empat orang pada Minggu pagi.
Sekitar pukul 09.00 pagi, pemerintah Israel membenarkan bahwa sejumlah warga sipil dan
tentara Israel disandera oleh kelompok Hamas.
9 Oktober Pada Senin (9/10/2023), sirene udara kembali berbunyi. Kali ini, sirene terdengar
di Israel Utara. Pasukan Pertahanan Israel mengklaim setidaknya ada dua roket yang
ditembakkan ke arah Israel Utara dari Lebanon, salah satunya mendarat di wilayah Lebanon.
Lebih lanjut, sekitar jam 6 pagi, setidaknya ada sembilan orang Amerika tewas di Israel sejak
Sabtu akibat serangan kelompok Hamas.
Dua jam berselang, pukul 08.00 pagi, Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan jet
tempurnya telah menyerang 130 sasaran di Jalur Gaza.
Menindaklanjuti aksi itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, memerintahkan
pengepungan total di Gaza. Kemudian, sekitar pukul 13.00, kelompok Hamas mengancam
bahwa mereka akan membunuh satu per satu sandera Israel. Menurut catatan yang diperoleh,
setidaknya ada 30 keluarga yang disandera oleh Hamas. Pada Kamis (12/10/2023), data
Kementerian Kesehatan Palestina memaparkan jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza
akibat serangan balik dari Israel mencapai 1.354 orang dan 6.094 lainnya luka-luka.
Sementara itu, diperkirakan 1.500 jenazah anggota Hamas ditemukan di sepanjang
perbatasan.1

Kawasan Timur Tengah kembali memanas seiring dengan serangan mendadak kelompok
Hamas Palestina ke Israel dekat perbatasan Gaza pada Sabtu (7/10/2023). Serangan tersebut
diklaim merupakan upaya merebut kembali Tanah Air warga Palestina dari pendudukan
Israel.

Korban jiwa telah mencapai lebih dari 1.100 orang, dengan sekitar 700 di antara berasal dari
pihak Israel. Skala pertempuran yang terus meningkat pun akhirnya memaksa Israel untuk
mendeklarasikan perang, pertama sejak 1973.

Lalu, apa yang terjadi pada serangan 7 Oktober lalu dan dampaknya hingga saat ini?

Baca:
6 Update Perang Hamas-Israel: Jumlah Korban, AS Turun Tangan
Serangan pertama Hamas pecah pada Sabtu dini hari. Faksi Palestina tersebut memulai
serangan multi-cabang sekitar pukul 6:30 pagi waktu setempat dengan ribuan roket yang

1
https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/13/140000879/kronologi-serangan-hamas-ke-
israel-pada-oktober-2023?page=all.
ditujukan hingga Tel Aviv dan Yerusalem, beberapa diantaranya melewati sistem pertahanan
Iron Dome dan menghantam bangunan.

Baku tembak terjadi hingga malam hari antara pasukan Israel dan ratusan milisi Hamas di
setidaknya 22 lokasi Israel.

Keadaan pun mulai kacau karena banyak warga sipil yang terlibat dalam baku tembak.
Hamas sebelumnya merilis gambar beberapa warga Israel yang disandera, dan juru bicara
militer lainnya, Daniel Hagari, membenarkan bahwa "ada tentara dan warga sipil yang
diculik".

Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan kota Sderot di Israel dekat Gaza dan di dalam mobil,
kaca depan mobil pecah karena hujan peluru.

"Saya melihat banyak mayat, baik teroris maupun warga sipil," kata seorang pria kepada
AFP, sambil berdiri di samping mayat-mayat yang tertutup di jalan dekat Gevim Kibbutz di
Israel selatan.

"Begitu banyak mayat, begitu banyak mayat."

AFP melaporkan orang-orang bersenjata Palestina berkumpul di sekitar tank Israel yang
terbakar, dan yang lainnya mengendarai Humvee militer Israel yang disita kembali ke Gaza,
di mana mereka disambut oleh kerumunan orang yang bersorak-sorai.

Baca:
Siapa Hamas? Faksi Palestina yang Buat Israel Gaungkan Perang
Eskalasi ini menyusul meningkatnya kekerasan selama berbulan-bulan, sebagian besar terjadi
di Tepi Barat yang diduduki, dan ketegangan di sekitar perbatasan Gaza dan di tempat-tempat
suci yang diperebutkan di Yerusalem.

Sebelum hari Sabtu, setidaknya 247 warga Palestina, 32 warga Israel dan dua warga asing
telah terbunuh tahun ini, termasuk kombatan dan warga sipil, menurut pejabat Israel dan
Palestina.

Hamas menyebut serangannya sebagai "Operasi Banjir Al-Aqsa" dan menyerukan "pejuang
perlawanan di Tepi Barat" serta di "negara-negara Arab dan Islam" untuk bergabung dalam
pertempuran tersebut.

Sayap bersenjatanya, Brigade Ezzedine Al-Qassam, mengeklaim telah menembakkan lebih


dari 5.000 roket, sementara Hecht mengatakan Israel menghitung lebih dari 3.000 roket
masuk.

Ketua Hamas Ismail Haniyeh mengeklaim kelompoknya berada di "ambang kemenangan


besar".

"Siklus intifada (pemberontakan) dan revolusi dalam pertempuran untuk membebaskan tanah
kami dan tahanan kami yang mendekam di penjara pendudukan harus diselesaikan," katanya.

Baca:
Perang Hamas Vs Israel: Rusia Buka Suara, Begini Titah Putin
'Kekejaman Israel'
Juru bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu
melakukan operasi militernya sebagai tanggapan atas kekejaman yang dihadapi warga
Palestina selama beberapa dekade. Selain itu, Israel juga diketahui beberapa kali melakukan
serangan di wilayah Masjid Al Aqsa, yang merupakan tempat suci Umat Islam.

"Kami ingin komunitas internasional menghentikan kekejaman di Gaza terhadap rakyat


Palestina, tempat suci kami seperti Al-Aqsa. Semua hal inilah yang menjadi alasan di balik
dimulainya pertempuran ini," katanya.

Hamas juga meminta kelompok lain untuk bergabung dalam perlawanan, dan mengatakan
bahwa serangan hari Sabtu hanyalah permulaan.

Kelompok itu mengatakan para pejuangnya menyandera beberapa warga Israel di daerah
kantong tersebut, dan merilis video para pejuang menyeret tentara yang berlumuran darah.
Dikatakan bahwa perwira senior militer Israel termasuk di antara para tawanan.

"Hamas juga mengirim paralayang terbang ke Israel," kata militer Israel. Serangan tersebut
mirip pada serangan terkenal pada akhir tahun 1980-an ketika para pejuang Palestina
menyeberang dari Lebanon ke Israel utara dengan pesawat layang gantung dan menewaskan
enam tentara Israel.

Hamas sendiri secara politis menguasai Jalur Gaza, wilayah seluas sekitar 365 km persegi
yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang tetapi diblokade oleh Israel.

Dari segi nama, Hamas merupakan singkatan dari Gerakan Perlawanan Islam dan dalam
bahasa Arab berarti "semangat". Hamas telah berkuasa di Jalur Gaza sejak 2007 setelah
perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas, kepala
Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada 1987 oleh seorang imam Sheikh Ahmed Yasin dan
ajudannya Abdul Aziz al-Rantissi tak lama setelah dimulainya Intifada pertama, sebuah
pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap
militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam. Kelompok tersebut dibuat untuk melakukan
perjuangan bersenjata melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina.

Mereka juga menawarkan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi
korban pendudukan Israel.

Secara prinsip, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel, tidak seperti PLO yang mengakui
keberadaan Negeri Yahudi itu. Hamas menerima negara Palestina berdasarkan perbatasan
tahun 1967.
"Kami tidak akan melepaskan satu inci pun tanah air Palestina, apapun tekanan yang terjadi
saat ini dan berapapun lamanya pendudukan," kata Khaled Meshaal, pemimpin kelompok
Palestina di pengasingan pada tahun 2017.

Hamas juga dengan keras menentang perjanjian perdamaian Oslo yang dinegosiasikan oleh
Israel dan PLO pada pertengahan tahun 1990an. Kelompok ini secara resmi berkomitmen
untuk mendirikan negara Palestina di wilayahnya sendiri.

Kelompok ini secara keseluruhan atau dalam beberapa kasus sayap militernya ditetapkan
sebagai organisasi "teroris" oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Kanada, Mesir,
dan Jepang.

Meski dicap teroris oleh sejumlah negara, Hamas adalah bagian dari aliansi regional yang
juga mencakup Iran, Suriah, dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang menentang kebijakan
AS terhadap Timur Tengah dan Israel.

Hamas dan Kelompok Jihad Islam, kelompok bersenjata terbesar kedua di kawasan,
seringkali bersatu melawan Israel. Namun hubungan kedua kelompok pernah menjadi tegang
ketika Hamas memberikan tekanan pada Jihad Islam untuk menghentikan serangan terhadap
Israel.

Anda mungkin juga menyukai