A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan
orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001).
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan
terdiri dari:
1. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun
psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan
rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
2. Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal
lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik
terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka
dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen,
Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan
berkompromi dengan orang lain.
3. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang
mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman
sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya
dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4. Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen
antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka
terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan
menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda
adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya
menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.
6. Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan
orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih
dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku.
Sikap bermusuhan/hostilitas
Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang
terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
Ekspresi emosi yang tinggi
Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat
bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang
salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita
skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan
stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau
dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
4. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi
antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego
pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai
berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.
c. Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang spontan,
apatis(kurang acuh terhadap lingkungan)ekspresi wajah kurang berseri(ekspresi sedih),
afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal
menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
mengisolasi dari(menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau
kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu,
retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi(tenaga), harga diri rendah, posisi
janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif termasuk: keterlibatan
dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman, menggunakan kretivitas
untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan
e. Mekanisme Defensif
f. Mekanisme yang digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi(Damaiyanti, 2012:84).
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul, yaitu:
3.Pohon Masalah
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah:
a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah kronik
c. Resiko gangguan persepsi sensori :Halusinasi
5. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama Klien:.Nn. A......... Diagnosa Medis:Isolasi Sosial............
Ruangan :.....Gelatik.... No.RM :0684xx....................
1 2 3 4 5 6 7
5. klien 5.1 klien dapat 5.1.1 dorong klien untuk Agar klien
dapat mengungkapka mengungkapkan lebih
mengungka n perasaanya perasaanya bila percaya diri
pkan setelah berhubungan dengan untuk
perasaanya berhubungan orang lain berhubunga
stelah dengan orang 5.1.2 diskusikan dengan n dengan
berhubunga lain : klien tentang perasaan orang lain
n dengan a. diri sendori manfaat berhubungan
orang lain b. orang lain dengan orang lain
5.1.3 beri reinfosement
positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
klien manfaat
berhubungan dengan
orang lain
7.1.3Anjurkan Klien
minta sendiri obatnya
kepada perawat agar
klien dapat merasakan
manfaatnya
7.1.4Beri reinforcement
positif bila klien
menggunakan obat
dengan benar
7.1.5Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan
dokter
7.1.6Anjurkan klien
untuk konsultasi dengan
dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu…… perkenalkan nama saya , biasa dipanggil
. Saya mahasiswa stikes rs husada yang akan dinas di ruangan Dewa Ruci ini selama 3
minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat
ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan kemampuan
yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal
sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
2. Fase kerja.
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A
pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa
yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan
beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu. Begini
ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita
dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama Bapak
siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan
dengan saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi
pasien bercakap-cakap).
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b. RTL
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan teman?
Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi
pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar.
Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu
bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik
tertentu. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?? Baiklah
bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum Wr,Wb.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana perasaan ibu setelah mulai
berkenalan?
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai mana
berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin banyak teman.
Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di ruangan
Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat bagaimana cara
berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat
kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien
dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu, selain nama,alamat, hobby apakah ada yang
ingin ibu ketahui tetang perawat C dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan) wah bagus sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam
ini? Bagai mana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di
ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain.
Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan
teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu( jika pasien diam
dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas
meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu
bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu melakukan
menyusun gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-cakap ibu.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. RTL
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan bercakap-
cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa ibu
latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4
orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu
bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya akan
kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi Assalamualaikum
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan
yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan
bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu
berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap
dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak sedang
memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana. Bagaimana jika kita
berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabubg dengan banyak orang? Nah ibu
sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan diri seperti yang
sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-orang disana
senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat sekarang ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan
kembali keruma).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan kegiatan
harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh merapikan kamar baiklah dengan
siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat
tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat mengaja pasien E untuk menemani
pasien merapikan tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan
teman sekamar bercakap-cakap.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ? kalau
setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman ibu yang menyenangkan
berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung dengan orang
banyak?
b. RTL :
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu bisa
ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-teman ibu.
jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita cantumkan
dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah pada pagi jam
08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan
berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi
Assalamualaikum.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa enggan
berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah
dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu? sudah berapa orang baru
yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana? Apakah sudah
bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu setelah melakukan semua kegiatan?
Waah ibu memang luar biasa.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu dalam
menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan kegiatan
sosial. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu
bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika ada
pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu siti menghitung total
pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu
mulai ( perawat mendampingi pasien)
3. Terminasi.
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan
diri. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya permisi
Assalamualaikum
6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
a.Klien mampu
menyebutkan apa
yang dia alami.
b.Klien mampu
menyebutkan
kerugian dan
keuntungannya.
c.Klien
menyebutkan cara
berkenalan.
d.Kontak Mata
kurang.
e.Afek tumpul
Bicara lambat
f.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
kedalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul 10.00.
A:
SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P
Isolasi Sosial pada
pertemuan ke-2 pada
hari Senin, 7 Mei
2012 Pukul 11.00 di
ruang Perawatan
pasien.
Klien:
Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan sesuai jadwal
yang dibuat.
O:
a.Klien
menyebutkan cara
berkenalan.
b.Klien
mempraktekan
berkenalan dengan
seorang perawat.
c.Kontak Mata
kurang
d.Afek tumpul
e.Bicara lambat
f.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
dengan satu orang
kedalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul 11.00
dan 16.00.
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P
Isolasi Sosial pada
pertemuan ke-3 pada
hari Selasa 8 Mei
2012 Pukul 08.00 di
ruang Perawatan
pasien.
Klien:
Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat lain
sesuai jadwal yang
dibuat.
O:
a.Klien
mempraktekan
berkenalan dengan
seorang perawat
dan klien lain.
b.Kontak Mata
kurang
c. Afek tumpul
d.Bicara lambat
e.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
dengan orang ke
dua ke dalam
jadwal hariannya
yaitu pada pukul
13.00.
A: SP3P tercapai
P:
Perawat: Lanjutkan
SP budaya Isolasi
Sosial ada hari
Selasa 8 Mei 2012
Pukul 10.00 diruang
Perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat dan
klien lain sesuai
jadwal yang dibuat
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
2. Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
3. Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
4. Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24
Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/
6. Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.
7. Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar
Interpratama.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KE - 1
Hari / Tanggal : Selasa / 10 Oktober 2023
A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif :-
Objektif : Klien tampak sering menunduk, selalu mondar-mandir, lebih sering
menyendiri dan kurang bersosialiisasi dengan temannya dikarenakan
menurut pengakuan dari teman-teman ia tidak pernah berbicara maupun
bergabung main. Pada saat jam makan lebih milih makan dibawah
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Identifikasi penyebab Isolasi sosial klien
4. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan dengan pasien keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Mengajarkan pasien cara berkenalan
3. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
S : “Bagaimana Nn.A setelah saya ajari cara berkenalan, apa Nn.A senang?”
O: "Nah sekarang ibu ulangi lagi gimana cara berkenalan seperti tadi yang dipelajari".
"Satu lagi coba sebutkanapa saja keuntungan dan kerugian berkenalan dengan orang
lain".
Tindak Lanjut
“Baiklah Nn.A dalam satu hari mau berapa kali Nn.A latihan bercakap-cakap dengan
temannya? Oh baik satu kali saja ya? Dan untuk jam, Nn.A bisa jam berapa untuk
latihan? Saya akan berikan jadwal, baik kita isi jam 09.00. Apa Nn.A mengerti? ... Nah
bagus Nn.A”
Kontrak yang akan datang
a. Topik
“Baiklah Nn.A, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang gimana Nn.A
berbicara dengan temannya. Apa Nn.A bersedia?”
b. Waktu
"Nn.A mau jam berapa? ... Baik jam 09.00 saja".
c. Tempat
"Nn.A mau dimana untuk besok kita ketemu? Oh di tempat tidur saja. Baikalah Nn.A,
besok saya akan kesini jam 09.00. Sampai jumpa besok ya Nn.A. Saya permisi,
Assalamualaikum wr. wb".
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KE - 2
Hari / Tanggal : Rabu / 11 Oktober 2023
A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif : Pasien mengatakan “Moh” saat ditanya sudah berkenalan dengan
temannya.
Objektif : 1. Pasien selalu menyendiri dilantai dan tidak berbicara namun mau
bergabung dengan temannya.
2. Pasien mau memanggil nama “Hilmi” tanpa arahan.
3. Pasien masih tetap menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Pasien dapat mempraktikan cara berkenalan dengan orang lain.
b. Pasien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal harian pasien.
- Memberiikan kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan orang
lain.
- Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian.
A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif : Pasien mengatakan “Tidak” saat dilakukan perkenalan pertemuan kedua.
Objektif : 1. Pasien tampak takut saat orang kedua melakukan perkenalan.
2. Pasien tampak gelisah dan pergi meninggalkan tempat pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Pasien dapat mempraktikkan berkenalan dengan orang lain
b. Pasien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan orang
lain
- Membantu pasien melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian
Terdapat seorang pasien yaitu Nn.A berusia 17 tahun di Ruang Gelatik, RSJ MENUR,
Surabaya. Masuk ke rumah sakit jiwa pada tanggal 05 September 2023. Nn.A sudah di rawat
selama 6 minggu.
Nn.A dirawat karena mengalami kekerasan disekolah yaitu perundungan atau bullying
oleh teman kelasnya sendiri. Nn.A mengalami kekerasan fisik juga verbal selama hampir setahun
semenjak dirinya masuk sekolah menengah atas.
Seminggu sebelum masuk rumah sakit jiwa Nn.A dirundung oleh temannya sepulang
sekolah, Nn.A diperlakukan secara kasar dengan cara ditampar, dijambak, diinjak dan tas
sekolahnya dibuang ke selokan. Teman Nn.A mengancam akan menyiksanya lebih keras jika
Nn.A berani melapor ke keluarga atau pihak sekolah. Semenjak kejadian itu Nn.A menjadi
murung selalu mengurung diri di kamar tidak mau beraktivitas seperti biasanya. Nn.A menolak
berinteraksi dengan orang- orang di sekitarnya, karena Nn.A merasa takut dan terancam.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
RUANGAN RAWAT : Gelatik TANGGAL DIRAWAT : 5 September 2023
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. A(L/P) TanggalPengkajian : 10 oktober 2023
Umur : 17 tahun RM No. : 0684xx
Informan : pasien, perawat, rekam medik
Alamat : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya, Jawa Timur
II. ALASAN MASUK
Saat dilakukan pengkajian awal Nn. A tertunduk diam, mengepalkan tangan, mondar mandir dari
tempat tidur ke lantai
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil
Kurang
berhasil
Tidak
berhasil
Aniaya seksual
4 5
Penolakan
Tindakan criminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pertama kali masuk
kerumah sakit jiwa dan pasien mengatakan dirinya pernah dibully oleh teman sekelasnya.
Masalah Keperawatan :
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan/perawatan : -
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : ..Pasien mengatakan merasa gatal pada bagian kepala dan terlihat
sering mengaruk-garuk kepala terus menerus
Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan
Defisit volume cairan tubuh
Perubahan volume cairan 2 Perubahan nutrisi: resiko kurang dari
Risiko tinggi terhadap infeksi kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi: kurang dari Perubahan eliminasi urine
kebutuhan tubuh P Lain-lain, jelaskan
Gangguan integritas kulit
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Klien
: Garis hubungan keluarga
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Pasien hanya mengangguk saat dirinya ditanyai apakah ia menyenangi
dirinya sendiri dan pasien saring memegangia area kepala terlebih rambut
d. Ideal diri : pasien mengatakan setelah keluar dari RSJ Ingin berada di rumah
bersama adiknya
e. Harga diri : pasien tampak malas ketika ada kegiatan dan memilih tidak mengikuti
dan hanya duduk serta mengatakan ingin kembali ke kamarnya
Masalah Keperawatan :
Perubahan unilateral Harga diri rendah kronik
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : tidak ada karna waktu di tanya klien hanya menangis jika di
tanya perihal keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : disaat melakuakan kegiatan kelompok
sepertisenam pagi dan TAK, pasien mengatakan capek dan langsung duduk untuk
menjauhkan diri dari kelompok
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : pasien mengatakan ”disini saja”saat
dimintai untuk melakukan interaksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien hanya mengangukkan waktu ditanya apakah ia beragama
islam
Masalah Keperawatan :
Distress Spiritual
Lain-lain, jelaskan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Masalah Keperawatan :
Sindrom Defisit Perawatan Diri (makan, mandi, toileting, instrumentasi)
Lain-lain, jelaskan
2. Pembicaraan
Jelaskan : Nn. A sangat lambat untuk menjawab pertanyaan dan harus diulang-ulang Nn. A
tidak bisa memulai pembicaraan tanpa adanya rangsangan
Masalah Keperawatan :
Kerusakan Komunikasi verbal
Lain-lain, jelaskan
3. Aktivitas Motorik:
Jelaskan : Nn. A tampak gelisah dan ingin cepat-cepat selesai agar tidak dilaintai dan tampak
lesu untuk melakukan aktivitas lainnya
Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera Kerusakan mobilitas fisik
Intoleransi Aktivitas Lain-lain, jelaskan
4. Alam perasaaan
Jelaskan : Nn. A lebih sering menangis ketika memberikan jawaban dan terlihat tatapannya
penuh rasa takut
Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera Risiko bunuh diri
Ketakutan Ketidakberdayaan
Lain-lain, jelaskan
5. Afek
Tidak sesuai
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : Nn. A saat dilakukan pengkajian lebih sering menunduk dan berinteraksi hanya
dengan menjawab seperlunya
Masalah Keperawatan :
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Nn. A tampak sekali meninduk dan menangis sambil menutupi matanya..............
Masalah Keperawatan :
Lain-lain, jelaskan
8. Proses Pikir
Masalah Keperawatan :
9. Isi Pikir
10.Waham
Agama Somatik Ke besaran
Jelaskan : Nn. A tampak sering menyendiri dilaintai dan berpindah-pindah ke tempat tidur
dan saat dihampiri oleh pasien Nn. A hanya diam tanpa berkomunikasi
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : pasien tampak bingung dan sesekali lihat kanan kiri atas ditanya Nn. A dapat
menyebutkan waktu tempat dan orang saat ditanya oleh perawat
Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera Lain-lain, jelaskan
12. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : Nn.A tidak dapat menyebutkan banyak hal tentang masa lalu seperti masalah yang
telah terjadi
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses pikir, jelaskan
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses pikir, jelaskan Isolasi sosial
Lain-lain, jelaskan
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan : Nn. A tidak mampu melakukan penilainan tentang dirinya maupun keputusan
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses pikir, jelaskan
Jelaskan : Nn. A mengatakan ingin cepat keluar karna merasa dirinya sudah tidak nyaman dan
ingin sendiri
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses pikir, jelaskan Ketidakpatuhan
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Masalah Keperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan Perubahan eliminasi urine/feses
Adaptif Maladaptif
Lainnya Lainnya
Masalah Keperawatan :
Koping individu tidak efektif (koping defensif) Koping individu tidak efektif
(menyangkal) Lain-lain, jelaskan
Masalah Keperawatan :
Koping Obat-obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan :
Diagnosa Medik :
Udifferentiated Schizophrenia
Terapi Medik :
1. Trifluoprezine 5mg 1 table : pagi dan malam
2. Chlorpromazone 100mg 1 table : malam
3. Cefixime 200mg 2 kali sehari : 1 tablet
ANALISA DATA SINTESA
Do :
1. Pasien tampak sering
menunduk.
2. Pasien selalu mondar-
mandir
3. Lebih sering
menyendiri dan kurang
sosialisasi dan tidak mau
berbicara dan juga pada
jam makan lebih sering
duduk dibawah
4. Pasien tampak takut
saat ada orang ketiga
POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Core Problem (CP)
1. Isolasi Sosial
2........................................................................................................................
3........................................................................................................................
4........................................................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
NAMA KLIEN : Nn.A
NO. RM : 0684xx
USIA : 17 Tahun
ALAMAT : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya, Jawa Timur