Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Dosen Pengampu: Moh.Jufriyanto S.Kep.Ns.M.,Kep

Disusun Oleh/kelompok 2/2D:

Shindy Permata Hadi (33412101119)

Putri Imaniar Aulia (33412201139)

Moh. Nawwaf Baydowi (33412201143)

Anisatul Firdaus (33412201145)

Retno Holifah Syafitri (33412201147)

Aprilia Irawati (33412101151)

Abdur Rahman Walet (33412201154)

Mutiara Salma (33412201178)

Hilmi Amirul Hanif (33412201179)

JURUSAN KESEHATAN/PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK NEGERI MADURA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. DEFINISI
 Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).

 Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan
orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).

 Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2007).

 Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001).
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan
terdiri dari:
1. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun
psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan
rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
2. Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal
lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik
terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka
dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen,
Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan
berkompromi dengan orang lain.
3. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang
mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman
sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya
dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4. Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen
antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka
terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan
menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda
adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5. Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya
menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.
6. Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan
orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih
dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku.
 Sikap bermusuhan/hostilitas
 Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
 Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya.
 Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang
terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
 Ekspresi emosi yang tinggi
 Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat
bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang
salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.

d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita
skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan
stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau
dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
4. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi
antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego
pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai
berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

D. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya
tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti
melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan
yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran.

E. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor berbagai faktor yang dapat menimbulkan
respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sunden(2007), belum ada suatu kesimpulan
yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor Prediposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
3) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah
otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Klien skizifrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan
pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak
serta perubahan struktur limbik.
4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat menghantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif dan
mendorong anak mengemmbangkan anak harga diri rendah, sesorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan,
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhungan
dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Faktor Presipitas
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal meliputi:
1) Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti perceraian,
berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di
rumah sakit atau di penjara.
2) Stresor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengasinya akan menyebakan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

c. Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang spontan,
apatis(kurang acuh terhadap lingkungan)ekspresi wajah kurang berseri(ekspresi sedih),
afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal
menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
mengisolasi dari(menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau
kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu,
retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi(tenaga), harga diri rendah, posisi
janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif termasuk: keterlibatan
dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman, menggunakan kretivitas
untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan

e. Mekanisme Defensif

f. Mekanisme yang digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi(Damaiyanti, 2012:84).
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul, yaitu:

a. Perilaku curiga: regresi, represi


b. Perilaku dependen: regresi
c. Perilaku manipulatif: regresi, represi
d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi(Prabowo, 2014:113)
2. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan
parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,
gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping
diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan
yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi
dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang meliputi:
 Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
 Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
 Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan
sesudah mandi.
 Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
 Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
 Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut,
kuku dan lain-lain.
 Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
 Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada
pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering
merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
 Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara
dengan kawannya dan sebagainya.
 Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
 Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang
lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan
dalam berkomunikasi.
 Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan
orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
 Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang
harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
 Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan
santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
 Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

3.Pohon Masalah

4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah:
a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah kronik
c. Resiko gangguan persepsi sensori :Halusinasi
5. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama Klien:.Nn. A......... Diagnosa Medis:Isolasi Sosial............
Ruangan :.....Gelatik.... No.RM :0684xx....................

T No Diagn Perencanaan Intervensi Rasional


gl Dx osa
Keper Tujuan Kriteria
awata Evaluasi
n

1 2 3 4 5 6 7

Isolasi 1.Klien 1.1Ekspresi 1.1.1Bina hubungan Hubungan


Sosial dapat wajah saling percaya saling
membina bersahabat dengan percaya
hubungan menunjukk mengungkapkan merupakan
saling an ras prinsip komunikasi dasar untuk
percaya asenang, terapeutik kelancaran
ada kontak a.sapa klien dengan hubungan
mata, mau ramah baik verbal interaksi
berjabat maupun non verba selanjutnya
tangan, b.Perkenalkan diri
mau dengan sopan
menjawab c.Tanyakan nama
salam, klien lengkap klien dan
mau duduk nama panggilan
berdamping yang disukai klien
an dengan d.Jelaskan tujuan
perawat, pertemuan
mau e.Jujur dan menepati
mengutarak janji
an masalah f.Tunjukkan sikap
yang empati dari
dihadapi. menerima klien
apaadanya
g.Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien
2.Klien 2.1 Klien dapat 2.1.1 kaji pengetahuan Di
dapat menyebutk klien tentang ketahuinya
menyebut an perilaku menarik penyebab
kan penyebab diri dan tanda- akan dapat
penyebab menarik tandanya di
menarik diri yang 2.1.2 beri kesemapatan hubungkan
diri berasal dari kepada klien untuk dengan
a. diri mengungkapkan faktor
sendiri perasaan penyebab resipitasi
b. orang menarik diri atau yang di
lain tidak mau bergaul alami klien
c. 2.1.3 diskusikan bersama
lingkungan klien tentang
perilaku menarik
diri tanda-tanda
serta penyebab yang
muncul
2.1.4 berikan pujian
terhadap kempuan
klien dalam
menggunakan
perasaannya

3. klien 3.1 klien dapat 3.1.1kaji pengetahuan Klien harus


dapat menyebutk klien tentang dicoba
menyebut an manfaat dan berinteraksi
kan keuntungan keuntungan secara
keuntunga berhubunga berhubungan dengan bertahap
n n dengan orang lain agar
berhubung orang lain 3.1.2 beri kesempatan terbiasa
an dengan dengan klien untuk membina
orang lain mengungkapkan hubungan
dan perasaan tentang yang sehat
kerugian keuntungan denagn
tidak berhubungan dengan orang lain
berhubung orang lain
an dengan 3.1.3 diskusikan bersama
orang lain. klien tentang
keuntungan
berhubungan dengan
orang lain
3.1.4 beri reinforsement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
keuntungan Mengevalua
3.2 1 klien berhubungan dengan si manfaat
dapat orang lain yang di
menyebut 3.2.1 kaji pengetahuan rasakan
kan klien tentang klien
kerugian manfaat dan sehingga
berhubung kerugian tidak timbul
an dengan berhubungan dengan motivasi
orang lain orang lain untuk
3.2..2 beri kesempatan berinteraksi
kepada klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
keruguian tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.2.3 diskusikan bersama
klien tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
3.2.4 beri reinfosement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain

4. klien 4.1 klien dapat 4.1.1 kaji kemampuan Mengetahui


dapat mendemostrasi klien membina hubungan sejauh mana
melaksanak kan hubungan dengan orang lain pengetahua
an sosial secara 4.1.2 dorong dan bantu n klien
hubungan bertahap klien untuk berhubungan tentang
sosial antara: dengan orang lain berhubunga
secara klien-perawat. melalui tahap n dengan
bertahap klien-perawat- Klien-perawat orang lain
klien lain. Klien-perawat-perawat
Klien-perawat-
keluarga. lain
Klien-perawat- Klien-perawat-
kelompok. perawatlain-lainlain
Klien-perawat-keluarga/
kelompok/masyarakat
4.1.3beri reinfosement
terhadap keberhasilan
yang telah tercapai
4.1.4 bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
4.1.5 disusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
4.1.6 motivasi klien
untuk mengikuti kegiatan
ruangan
4.1.7 beri reinforsement
atas kegiatan klien dalam
ruangan

5. klien 5.1 klien dapat 5.1.1 dorong klien untuk Agar klien
dapat mengungkapka mengungkapkan lebih
mengungka n perasaanya perasaanya bila percaya diri
pkan setelah berhubungan dengan untuk
perasaanya berhubungan orang lain berhubunga
stelah dengan orang 5.1.2 diskusikan dengan n dengan
berhubunga lain : klien tentang perasaan orang lain
n dengan a. diri sendori manfaat berhubungan
orang lain b. orang lain dengan orang lain
5.1.3 beri reinfosement
positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
klien manfaat
berhubungan dengan
orang lain

6. klien 6.1 keluarga 6.1.1 bisa berhubungan Keterlibatan


dapat dapat : saling percaya dengan keluarga
memberday a. menjelaskan keluarga : sangat
akan sistem perasaanya a. salam, perkenalkan mendukung
pendukung b. menjelaskan diri terhadap
atau cara merawat b. sampaikan tujuan proses
keluarga klien menarik c. buat kontrak perubahan
mampu diri d. eksplorasi perasaan perilaku
mengemban c. keluarga klien.
gkan mendemostrasi 6.1.2 diskusikan dengan
kemampuan kan cara anggota keluarga
klien untuk perawatan tentang:
berhubunga klien menarik a. perilaku menarik diri
n dengan diri b. penyebab perilaku
orang lain d. menarik diri
berpartoisipasi c. akibat yang akan
dalam terjadi jika perilaku
perawatan menarik diri tidak di
klien menarik tanggapi
diri d. cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri
6.1.3 dorong anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain
6.1.4 anjurkan anggota
keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk
klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5beri reinfosement
atas hal-hal yang telah di
capai oleh keluarga.

7.Klien 7.1Klien dapat 7.1.1Diskusikan dengan Minum


dapat menyebutkan: klien tentang kerugian oabat dapat
menggunak dan keuntungan tidak menyembuh
an obat a.Manfaat minum, serta kan klien
dengan minum obat karakteristik obat yang
benar dan b.Kerugian diminum(nama, dosis,
tepat tidak minum frekuensi, efek samping
obat minum obat)

c.Nama, 7.1.2Bantu dalam


warna, dosis, menggunakan obat
efek samping dengan prinsip 5
obat benar(benar
pasien,obat,dosis,cara,wa
ktu)

7.1.3Anjurkan Klien
minta sendiri obatnya
kepada perawat agar
klien dapat merasakan
manfaatnya

7.1.4Beri reinforcement
positif bila klien
menggunakan obat
dengan benar

7.1.5Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan
dokter

7.1.6Anjurkan klien
untuk konsultasi dengan
dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) ISOLASI SOSIAL


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu…… perkenalkan nama saya , biasa dipanggil
. Saya mahasiswa stikes rs husada yang akan dinas di ruangan Dewa Ruci ini selama 3
minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat
ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan kemampuan
yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal
sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.

2. Fase kerja.
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A
pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa
yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai menyebutkan
beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu. Begini
ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita
dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama Bapak
siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan
dengan saya.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi
pasien bercakap-cakap).
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b. RTL
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan teman?
Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi
pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar.
Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu
bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik
tertentu. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?? Baiklah
bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum Wr,Wb.

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Data objektif :
 Klien menyendiri di kamar.
 Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
 Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang.
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana perasaan ibu setelah mulai
berkenalan?
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai mana
berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin banyak teman.
Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di ruangan
Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat bagaimana cara
berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat
kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien
dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu, selain nama,alamat, hobby apakah ada yang
ingin ibu ketahui tetang perawat C dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan) wah bagus sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam
ini? Bagai mana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di
ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain.
Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan
teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu( jika pasien diam
dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas
meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu
bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu melakukan
menyusun gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-cakap ibu.

3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. RTL
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan bercakap-
cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa ibu
latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4
orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu
bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya akan
kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi Assalamualaikum
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) ISOLASI SOSIAL


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan masih sedikit malas ber interaksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien tampak sudah mau keluar kamar.
 Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan
yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan
bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu
berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap
dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak sedang
memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana. Bagaimana jika kita
berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabubg dengan banyak orang? Nah ibu
sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan diri seperti yang
sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-orang disana
senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat sekarang ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan
kembali keruma).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan kegiatan
harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh merapikan kamar baiklah dengan
siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat
tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat mengaja pasien E untuk menemani
pasien merapikan tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan
teman sekamar bercakap-cakap.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ? kalau
setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman ibu yang menyenangkan
berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung dengan orang
banyak?
b. RTL :
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu bisa
ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-teman ibu.
jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita cantumkan
dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah pada pagi jam
08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan
berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi
Assalamualaikum.

STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4) ISOLASI SOSIAL


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien sudah mau keluar kamar.
 Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa enggan
berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah
dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu? sudah berapa orang baru
yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana? Apakah sudah
bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu setelah melakukan semua kegiatan?
Waah ibu memang luar biasa.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu dalam
menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan kegiatan
sosial. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu
bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika ada
pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu siti menghitung total
pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu
mulai ( perawat mendampingi pasien)
3. Terminasi.
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan
diri. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya permisi
Assalamualaikum
6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ No.Di Diagnosa Rencana Implementasi Evaluasi


Tgl agnosa Keperaw Keperaw Keperawatan Keperawatan
kepera atan atan
watan

Senin 1 Isolasi SP1P Melakukan SP1P S: "Walikumsalam,"


sosial Isolasi Isolasi Sosial:
7 Mei sosial "Nama saya J pak,
2012 1. Mengidentifikasi baik, setuju pak."
09.00 penyebab isolasi "Saya senang aja
sosial. sendiri, karena lebih
enak sendiri,
2. Berdiskusi dengan keuntungannya
klien tentang banyak teman dan
keuntungan bila ada teman ngobrol,
berhubungan dengan kerugiannya tidak
orang lain. ada teman dan sepi."
3. Berdiskusi dengan "Bersalaman,
klien tentang ucapkan salam,
kerugian bila tidak sebutkan nama, hobi,
berhu bungan dan asal, tanyakan
dengan orang lain. namanya,hobinya
4. Mengajarkan klien dan asalnya."
cara berkenalan. "Masukan
5. Menganjurkan klien dijadwalnya jam
memasukkan 10.00 ya pak."
kegiatan latihan
berkenalan ke dalam
kegiatan harian. o:

a.Klien mampu
menyebutkan apa
yang dia alami.

b.Klien mampu
menyebutkan
kerugian dan
keuntungannya.

c.Klien
menyebutkan cara
berkenalan.

d.Kontak Mata
kurang.

e.Afek tumpul
Bicara lambat

f.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
kedalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul 10.00.

A:

SP1P tercapai

P:

Perawat:

Lanjutkan SP2P
Isolasi Sosial pada
pertemuan ke-2 pada
hari Senin, 7 Mei
2012 Pukul 11.00 di
ruang Perawatan
pasien.

Klien:

Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan sesuai jadwal
yang dibuat.

11.00 2 Isolasi SP2P Melakukan SP2P S: "Wa alaikum


sosial isolasi Isolasi Sosial: salam" "Saya tadi
sosial jam 10.00 latihan
1. Mengevaluasi berkenalan saya
jadwal kegiatan lakukan pak"
harian klien. "Assalamualaikum,
2. Memberikan perkenalkan nama
saya J, hobi maen
kesempatan pada tenis meja, asal dari
klien bontang, nama bapak
mempraktikkan cara siapa, hobi bapak
berkenalan. dan asal bapak dari
mana?"
3. Mengajarkan klien
berkenalan dengan "Assalamualaikum,
orang pertama kenalkan nama saya
(seorang Perawat). J, hobi saya maen
tenis meja, asal saya
dari bontang. Nama
4. Menganjurkan klien suster siapa, hobinya
memasukkan suster apa, kalau
kedalam jadwal asalnya dari mana?"
kegiatan harian. "Masukkan jam
11.00 dan 16.00 saja
pak"

O:

a.Klien
menyebutkan cara
berkenalan.

b.Klien
mempraktekan
berkenalan dengan
seorang perawat.

c.Kontak Mata
kurang

d.Afek tumpul
e.Bicara lambat

f.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
dengan satu orang
kedalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul 11.00
dan 16.00.

A: SP2P tercapai
P:

Perawat:

Lanjutkan SP3P
Isolasi Sosial pada
pertemuan ke-3 pada
hari Selasa 8 Mei
2012 Pukul 08.00 di
ruang Perawatan
pasien.

Klien:

Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat lain
sesuai jadwal yang
dibuat.

Selasa 3 Isolasi SP3P Melakukan SP3P S:


8 Mei sosial Isolasi isolasi sosial:
2012 sosial "Wa alaikumsalam,"
08.00 1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan "Saya tadi jam 11.00
harian klien. dan jam 16.00
latihan berkenalan
2. Memberikan dengan perawat dan
kesempatan pada teman saya pak"
klien "Assalamualaikum,
mempraktikkan cara Perkenalkan nama
berkenalan dengan saya J, hobi maen
orang pertama. tenis meja, asal dari
bontang, nama bapak
3. Melatih klien siapa, hobi bapak
berinteraksi secara dan asal bapak dari
bertahap mana?
(Berkenalan dengan "Assalamualaikum,
orang kedua - kenalkan nama saya
Seorang klien). J, hobi saya maen
4. Menganjurkan klien tenis meja, asal saya
memasuk kan ke dari bontang. Nama
dalam jadwal bapak siapa, hobinya
kegiatan harian. apa, kalau asalnya
dari mana”
"Masukkan jam
13.00 saja pak."

O:

a.Klien
mempraktekan
berkenalan dengan
seorang perawat
dan klien lain.

b.Kontak Mata
kurang

c. Afek tumpul

d.Bicara lambat

e.Klien dapat
memasukkan
latihan berkenalan
dengan orang ke
dua ke dalam
jadwal hariannya
yaitu pada pukul
13.00.

A: SP3P tercapai

P:
Perawat: Lanjutkan
SP budaya Isolasi
Sosial ada hari
Selasa 8 Mei 2012
Pukul 10.00 diruang
Perawatan pasien

Klien:

Memotivasi klien
latihan berkenalan
dengan perawat dan
klien lain sesuai
jadwal yang dibuat
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
2. Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
3. Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
4. Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24
Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/
6. Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.
7. Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar
Interpratama.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KE - 1
Hari / Tanggal : Selasa / 10 Oktober 2023

A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif :-
Objektif : Klien tampak sering menunduk, selalu mondar-mandir, lebih sering
menyendiri dan kurang bersosialiisasi dengan temannya dikarenakan
menurut pengakuan dari teman-teman ia tidak pernah berbicara maupun
bergabung main. Pada saat jam makan lebih milih makan dibawah
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Identifikasi penyebab Isolasi sosial klien
4. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan dengan pasien keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Mengajarkan pasien cara berkenalan

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Nurinda biasa dipanggil
Nurin. Saya mahasiswa Politeknik Negeri Madura yang berjaga pada siang hari ini.
Nah sebelumnya nama Mbak siapa ya? Siapa? Kenapa bu, boleh saya liat gelangnya?
Oala Mbak Alina ya, Jadi gini bu, Mbak Alina apa Mbak bisa menyebutkan lagi? Nah
benar.”
b. Evaluasi
- “Bagaimana perasaan Mbak Alina hari? Kenapa hanya diam, gimana perasaannya.
Mengapa Mbak sering duduk dan tidur dilantai? ”
c. Kontrak
“Baik, jadi begini Nn.A. Apa Nn.A mau jika saya berbicara tentang cerita-cerita
perasaan Nn.A. Apakah Nn.A bersedia? Tujuan pembicaraan disini agar saya dapat
mengenal Nn.A dan sekaligus Nn.A dapat mengetahui tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan apa saja kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Nah
untuk waktunya Nn.A mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja ya? Untuk
tempatnya Nn.A mau dimana, apa mau disini saja?”
2. Kerja (langkah-langkah)
“Sebelumnya saya ingin bertanya apakah disini Nn.A memiliki teman dekat diruang
ini? Ruangan apa ini Nn.A?... benar disini ruang Flamboyan. Ohya siapa teman
Nn.A? ... kok diam Nn.A? Nn.A tidak punya teman? Jadi gini, Nn.A harus punya teman
untuk berbicara supaya tidak kesepian, tidak sendirian. Kalau punya teman kan enak
nanti bisa bicara bareng, makan bareng, ketawa bareng, duduk bareng. Apa Nn.A tidak
mau cerita-cerita dengan temannya? Coba Nn.A lihat teman lain, mereka senang punya
teman. Nah sekarang saya ajari berkenalan dengan orang lain, apa Nn.A mau?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI MADURA
JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Pertama, Nn.A harus mengucapkan salam, gimana? ... Nah benar. Selanjutnya bilang
"perkenalkan nama aku Alin, namamu siapa?". Bisa ya Nn.A? Mari saya tuntun untuk
perkenalannya. Ayo dimulai... Nah bagus. Nanti Nn.A coba ketemannya.”

3. Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
S : “Bagaimana Nn.A setelah saya ajari cara berkenalan, apa Nn.A senang?”
O: "Nah sekarang ibu ulangi lagi gimana cara berkenalan seperti tadi yang dipelajari".
"Satu lagi coba sebutkanapa saja keuntungan dan kerugian berkenalan dengan orang
lain".
 Tindak Lanjut
“Baiklah Nn.A dalam satu hari mau berapa kali Nn.A latihan bercakap-cakap dengan
temannya? Oh baik satu kali saja ya? Dan untuk jam, Nn.A bisa jam berapa untuk
latihan? Saya akan berikan jadwal, baik kita isi jam 09.00. Apa Nn.A mengerti? ... Nah
bagus Nn.A”
 Kontrak yang akan datang
a. Topik
“Baiklah Nn.A, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang gimana Nn.A
berbicara dengan temannya. Apa Nn.A bersedia?”
b. Waktu
"Nn.A mau jam berapa? ... Baik jam 09.00 saja".
c. Tempat
"Nn.A mau dimana untuk besok kita ketemu? Oh di tempat tidur saja. Baikalah Nn.A,
besok saya akan kesini jam 09.00. Sampai jumpa besok ya Nn.A. Saya permisi,
Assalamualaikum wr. wb".
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KE - 2
Hari / Tanggal : Rabu / 11 Oktober 2023

A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif : Pasien mengatakan “Moh” saat ditanya sudah berkenalan dengan
temannya.
Objektif : 1. Pasien selalu menyendiri dilantai dan tidak berbicara namun mau
bergabung dengan temannya.
2. Pasien mau memanggil nama “Hilmi” tanpa arahan.
3. Pasien masih tetap menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Pasien dapat mempraktikan cara berkenalan dengan orang lain.
b. Pasien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal harian pasien.
- Memberiikan kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan orang
lain.
- Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum Nn.A. Selamat pagi , masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi
- “Bagaimana dengan perasaan Nn.A hari ini? Apa Nn.A masih kesepian? Apa masih
bersemangat untuk lanjut berkenalan?”
c. Kontrak
- Topik
“Baik ya, sesuai janji kita kemarin hari ini kita latihan y, nah sekarang ada dua orang.
Apa Nn.A bersedia?”
- Waktu
“Berapa lama Nn.A mau berbincang-bincang? 10 menit giman? Nn.A mau?”
- Tempat
“Untuk tempatnya Nn.A mau dimana? Disini …. Kenapa dilantai, nanti kedinginan.
Apa mau ditempat tidur saja?”
2. Kerja (langkah-langkah)
“Baik Nn.A apa bisa saya mulai? Sebelum lanjut saya mau tanya nih, apa Nn.A maish
ingat dengan saya, siapa coba? … Bagus ternyata Nn.A masih ingat. Kalau cara
berkenalan yang saya ajari kemarin masih ingat? … Kok diam Nn.A? Ayo diingat lagi,
apa mau saya ajari lagi? … Yasudah saya ajari lagi ya.. Nah pintar benar gitu ya Nn.A,
harus diingat ya. Kalau semisal saya bawa teman Nn.A kenalan ya… sebentar saya
panggil terlebih dahulu.”
“Ini teman saya Nn.A, ayo kenalan dulu … Nn.A mau kemana? Kenalan dulu ya …
Yasudah kalau Nn.A tidak mau. Besok dicoba lagi ya.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI MADURA
JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
3. Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
S : “Bagaimana perasaannya Nn.A ketika saya membawa teman? Kenapa Nn.A malah
menghindar?”
O: Klien tampak takut saat saya membawa teman disaat ingin melakukan perkenalan.
 Tindak Lanjut
“Jadi begini Nn.A, Nn.A tidak perlu takut, kan sudah saya apa saja keuntungan semisal
Nn.A punya teman banyak yakan?.. Jadi besok Nn.A coba keknalan lagi ya…”
 Kontrak yang akan datang
a. Topik
“Jadi, untuk besok tetap sama ya kernalan dengan teman yanng tadi atau dengan teman
Nn.A sendiri ya…”
b. Waktu
“Nah untuk waktunnya Nn.A mau berapa menit?… berapa?… Kalau 15 menit, mau? ..
Baik 15 menit saja ya…”
c. Tempat
“Untuk tempatnya Nn.A mau dimana … didepan TV? Jadi besok setelah senam pagi ya
… baik-baik boleh kok. Sampai ketemu besok sesudah senam pagi Nn.A,
Assalamualaikum selamat istirahat.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI KE - 3
Hari / Tanggal : Kamis / 12 Oktober 2023

A. Strategi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif : Pasien mengatakan “Tidak” saat dilakukan perkenalan pertemuan kedua.
Objektif : 1. Pasien tampak takut saat orang kedua melakukan perkenalan.
2. Pasien tampak gelisah dan pergi meninggalkan tempat pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. SP 1 : a. Pasien dapat mempraktikkan berkenalan dengan orang lain
b. Pasien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktikkan cara berkenalan dengan orang
lain
- Membantu pasien melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum Nn.A, selamat pagi masih ingat dengan saya? ... Nah benar iya
dengan Hilmi, bagus Nn.A sudah mengingat nama saya.”
b. Evaluasi
- “Sekarang bagaimana perasaannya? Oh apalagi sesudah senam nih, pasti semangat
ya ..., gitu ya Nn.A jangan murung terus. Senyum kan cantik.”
c. Kontrak
- Topik
“Baik kan kemari Nn.A sudah janji yakan, mau berkenalan dengan teman saya, Nn.A
mau ya? Nah begitu jangan takut, teman saya baik kok”
- Waktu
“Untuk waktu yang sudah disepakati kemarin 15 menit ya …”
- Tempat
“Jadi untuk tempat sesuai yang kemarin ya di depan TV atau Nn.A mau pindah di
tempat tidur atau dikursi saja? ... Baiklah kalau Nn.A tetap mau disini, saya mulai
boleh?”
2. Kerja (langkah-langkah)
“Nah sekarang saya panggil dulu ya teman saya .... Ini teman saya. Nn.A pintar
langsung mengulurkan tangan buat kenalan. Ayo bisa dicoba lagi ... Alhamdulillah
Nn.A sudah berani ya berkenalan dengan orang lain. Nah untuk selanjutnya mau
kenalan sama temannya, mau ya? ... Baik pintar Nn.A ya ...
"Itu ada temannya, dicoba ya kenalan dulu .... Kenapa tidak mau bocara Nn.A? Saya
tuntun lagi ya ... wah sudah bisa ya ... gapapa dua orang dulu, nanti dicoba lagi ya kalau
sudah diruangan."”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI MADURA
JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
3. Terminasi
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
S : “Bagaimana perasaannya sekarang sudah bisa berkenalan dengan orang lain, seru kan?”
O: “Nah nati kalau sudah masuk ke kamar, bisa kenalan sendiri kan tadi sudah berani,
dicoba ya Nn.A .…”
 Tindak Lanjut
“Sekarang saya bisa nih memasukkan jadwal berkenalan dengan dua orang atau lebih,
mau? .... Sip bagus kalau mau.”
 Kontrak yang akan datang
a. Topik
“Selanjut kalau besok pagi kita ketemu, besok mencoba berkenalan lebih dari dua
orang ya Nn.A?”
b. Waktu
“Untuk waktunya mau berapa lama? ... Seperti tadi 15 menit ya ..”
c. Tempat
“Tempatnya Nn.A mau dimana kalau beok pagi? ... Disana? Oh di tempat tidur?
Baiklah kalau begitu, sampai ketemu besok ya . Assalamualaikum wr. wb.”
Kasus Isolasi Sosial

Terdapat seorang pasien yaitu Nn.A berusia 17 tahun di Ruang Gelatik, RSJ MENUR,
Surabaya. Masuk ke rumah sakit jiwa pada tanggal 05 September 2023. Nn.A sudah di rawat
selama 6 minggu.
Nn.A dirawat karena mengalami kekerasan disekolah yaitu perundungan atau bullying
oleh teman kelasnya sendiri. Nn.A mengalami kekerasan fisik juga verbal selama hampir setahun
semenjak dirinya masuk sekolah menengah atas.
Seminggu sebelum masuk rumah sakit jiwa Nn.A dirundung oleh temannya sepulang
sekolah, Nn.A diperlakukan secara kasar dengan cara ditampar, dijambak, diinjak dan tas
sekolahnya dibuang ke selokan. Teman Nn.A mengancam akan menyiksanya lebih keras jika
Nn.A berani melapor ke keluarga atau pihak sekolah. Semenjak kejadian itu Nn.A menjadi
murung selalu mengurung diri di kamar tidak mau beraktivitas seperti biasanya. Nn.A menolak
berinteraksi dengan orang- orang di sekitarnya, karena Nn.A merasa takut dan terancam.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
RUANGAN RAWAT : Gelatik TANGGAL DIRAWAT : 5 September 2023
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. A(L/P) TanggalPengkajian : 10 oktober 2023
Umur : 17 tahun RM No. : 0684xx
Informan : pasien, perawat, rekam medik
Alamat : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya, Jawa Timur
II. ALASAN MASUK
Saat dilakukan pengkajian awal Nn. A tertunduk diam, mengepalkan tangan, mondar mandir dari
tempat tidur ke lantai
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak 

2. Pengobatan sebelumnya.

Berhasil
Kurang
berhasil
Tidak
berhasil

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


3. Aniaya fisik 4 5

Aniaya seksual
4 5
Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan criminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya pertama kali masuk
kerumah sakit jiwa dan pasien mengatakan dirinya pernah dibully oleh teman sekelasnya.

Masalah Keperawatan :

Perubahan pertumbuhan dan


perkembangan
Berduka Antisipasi
Berduka Disfungsional
 Respon Pasca Trauma
Sindrom trauma pemerkosaan
Risiko Tinggi kekerasan
Lain-lain, jelaskan

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya
 Tidak

Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan/perawatan : -

 Masalah Keperawatan :

Koping keluarga tidak


efektif : ketidak
mampuan
Koping keluarga tidak
efektif : kompromi
Risiko Tinggi kekerasan
 Lain-lain jelaskan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien hanya mengelengkan kepala saat di tanya pengalaman yang tidak
menyenangkan ..................................................................................................................................
........
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 100 S : 36,5 C RR : 20

2. Ukur : TB : ___150____ BB : __46 Kg_____

3. Keluhan fisik : f Ya Tidak

Jelaskan : ..Pasien mengatakan merasa gatal pada bagian kepala dan terlihat
sering mengaruk-garuk kepala terus menerus
Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan
Defisit volume cairan tubuh
Perubahan volume cairan 2 Perubahan nutrisi: resiko kurang dari
Risiko tinggi terhadap infeksi kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi: kurang dari Perubahan eliminasi urine
kebutuhan tubuh P Lain-lain, jelaskan
Gangguan integritas kulit
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Klien
: Garis hubungan keluarga
: Garis perkawinan

: Garis keturunan

Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian Nn. A mengatakan dirinya anak


pertama dari 3 bersaudara

Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga tidak efektif: ketidakmampuan

 Koping keluarga: potensi untuk pertumbuhan

Koping keluarga Tidak Efektif: kompromi

2. Konsep diri
a Gambaran diri : Pasien hanya mengangguk saat dirinya ditanyai apakah ia menyenangi
dirinya sendiri dan pasien saring memegangia area kepala terlebih rambut

b. Identitas : pasien mengatakan dirinya bernama Nn. A

c. Peran : pasien mengatkan bahwa dirinya seorang kakak dari 3 bersaudara

d. Ideal diri : pasien mengatakan setelah keluar dari RSJ Ingin berada di rumah
bersama adiknya

e. Harga diri : pasien tampak malas ketika ada kegiatan dan memilih tidak mengikuti
dan hanya duduk serta mengatakan ingin kembali ke kamarnya

 Masalah Keperawatan :
Perubahan unilateral  Harga diri rendah kronik

Gangguan citra tubuh Harga diri rendah situasional

Gangguan identitas diri Lain-lain, jelaskan

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : tidak ada karna waktu di tanya klien hanya menangis jika di
tanya perihal keluarga

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : disaat melakuakan kegiatan kelompok
sepertisenam pagi dan TAK, pasien mengatakan capek dan langsung duduk untuk
menjauhkan diri dari kelompok

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : pasien mengatakan ”disini saja”saat
dimintai untuk melakukan interaksi dengan orang lain

 Masalah Keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal  Isolasi sosial

Kerusakan Integritas sosial Lain-lain, jelaskan

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : pasien hanya mengangukkan waktu ditanya apakah ia beragama
islam

b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan tidak pernah sholat

 Masalah Keperawatan :
 Distress Spiritual
Lain-lain, jelaskan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan

 Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak


tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : penampilan Nn. A tmpak tidak rapi dan tampak tidak memperhatikan penampilan

 Masalah Keperawatan :
 Sindrom Defisit Perawatan Diri (makan, mandi, toileting, instrumentasi)
Lain-lain, jelaskan

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap

In inkoheren Apatis  Lambat

Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : Nn. A sangat lambat untuk menjawab pertanyaan dan harus diulang-ulang Nn. A
tidak bisa memulai pembicaraan tanpa adanya rangsangan

 Masalah Keperawatan :
 Kerusakan Komunikasi verbal
Lain-lain, jelaskan

3. Aktivitas Motorik:

 Lesu Tegang Gelisah


Agitasi Tik Grimasen
Tremor Kompulsif

Jelaskan : Nn. A tampak gelisah dan ingin cepat-cepat selesai agar tidak dilaintai dan tampak
lesu untuk melakukan aktivitas lainnya
 Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera  Kerusakan mobilitas fisik
Intoleransi Aktivitas Lain-lain, jelaskan

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa

Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : Nn. A lebih sering menangis ketika memberikan jawaban dan terlihat tatapannya
penuh rasa takut

 Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera Risiko bunuh diri

Ansietas Isolasi sosial

 Ketakutan Ketidakberdayaan

Lain-lain, jelaskan

5. Afek

Datar  Tumpul Labil

Tidak sesuai

Jelaskan : Nn. A hanya mampu menjawab ketika diberikan sedikit sentuhan

 Masalah Keperawatan :

Risiko tinggi cedera


 Kerusakan interaksi sosial
Kerusakan komunikasi
verbal
Lain-lain, jelaskan

6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Nn. A saat dilakukan pengkajian lebih sering menunduk dan berinteraksi hanya
dengan menjawab seperlunya
 Masalah Keperawatan :

Kerusakan komunikasi verbal Risiko perilaku kekerasan

 Kerusakan interaksi sosial Risiko bunuh diri

Isolasi sosial Lain-lain, jelaskan

7. Persepsi

Pendengaran  Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Nn. A tampak sekali meninduk dan menangis sambil menutupi matanya..............

 Masalah Keperawatan :

 Perubahan persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan,


penghidu

Lain-lain, jelaskan

8. Proses Pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea  Blocking Pengulangan


pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Nn.A hanya diam dan engan berbicara setelahnya

 Masalah Keperawatan :

 Perubahan proses pikir, jelaskan

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

 Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

10.Waham
Agama Somatik Ke besaran

Curiga Nihilistic  Siap pikir

Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Nn. A tampak sering menyendiri dilaintai dan berpindah-pindah ke tempat tidur
dan saat dihampiri oleh pasien Nn. A hanya diam tanpa berkomunikasi

 Masalah Keperawatan :

 Perubahan proses pikir, jelaskan

11. Tingkat kesadaran

 bingung sedasi stupor Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : pasien tampak bingung dan sesekali lihat kanan kiri atas ditanya Nn. A dapat
menyebutkan waktu tempat dan orang saat ditanya oleh perawat

 Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi cedera  Lain-lain, jelaskan

Perubahan proses pikir, jelaskan. (ansientas)

12. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

 gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : Nn.A tidak dapat menyebutkan banyak hal tentang masa lalu seperti masalah yang
telah terjadi

 Masalah Keperawatan :
 Perubahan proses pikir, jelaskan

13. Tingkat konsentrasi dan berhitung

 mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan : Nn. A menjawab pertanyaan tidak tetap dan berubah-ubah jawabannya

 Masalah Keperawatan :
 Perubahan proses pikir, jelaskan Isolasi sosial

Lain-lain, jelaskan

14. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan 
 Gangguan bermakna

Jelaskan : Nn. A tidak mampu melakukan penilainan tentang dirinya maupun keputusan
 Masalah Keperawatan :
 Perubahan proses pikir, jelaskan

15. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita  menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Nn. A mengatakan ingin cepat keluar karna merasa dirinya sudah tidak nyaman dan
ingin sendiri

 Masalah Keperawatan :
 Perubahan proses pikir, jelaskan Ketidakpatuhan

Ketidakefektifan regimen terapeutik Lain-lain, jelaskan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

 Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

 Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi

 Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

 Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 12.30 s/d 15.00

Tidur malam lama : 20.00 s/d 05.30

Kegiatan sebelum / sesudah tidur : BAB atau BAK / senam pagi

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal  Bantuan total


7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan  Ya Tidak

Perawatan pendukung  Ya Tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan  Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah  Ya Tidak

Mencuci pakaian  Ya Tidak

Pengaturan keuangan  Ya Tidak

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya  Tidak

Transportasi Ya  Tidak

Lain-lain Ya  Tidak

Jelaskan : Nn.A tidak melakukan kegiatan apapun

 Masalah Keperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan Perubahan eliminasi urine/feses

Perilaku mencari bantuan kesehatan Sindrom defisit perawatan diri

Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah  Lain-lain, jelaskan

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif  Menghindar


Olahraga Mmencederai diri

Lainnya Lainnya

 Masalah Keperawatan :

Kegiatan Penyesuaian Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif (koping defensif) Koping individu tidak efektif
(menyangkal) Lain-lain, jelaskan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik :


Nn. A mengatakan tidak pernah berada pada suatu kelompok masyarakat

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :


Nn. A hanya sering berada dalam ruangan untuk bersosialisasi

Masalah dengan pendidikan, spesifik :


Nn.A mengatakan dengan cara mengangguk bahwa dia masih kelas 1 SMA

Masalah dengan pekerjaan, spesifik :


Nn.A tidak memiliki pekerjaan pada saat ia masuk ke RSJ

Masalah dengan perumahan, spesifik :


Nn.A merupakan pasien dari dinsos dan tidak pernah mengatakan rumahnya dimana

Masalah ekonomi, spesifik :


Saat ditanya pasien hanya diam

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik


Saat di tanya pasien hanya diam

Masalah lainnya, spesifik


Tidak ada

 Masalah Keperawatan :

Perubahan pemeliharaan kesehatan perubahan kinerja peran

Perubahan eliminasi urine Perilaku mencari bantuan

 Gangguan konsep diri Ketidakberdayaan

Keputus asaan Lain-lain, jelaskan


X. Pengetahuan Kurang Tentang:

 Penyakit jiwa  System pendukung


 Faktor presipitasi  Penyakit fisik

 Koping Obat-obatan

Lainnya :

 Masalah Keperawatan :

Perilaku mencari bantuan kesehatan Ketidak puasan

Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif  Kurang pengetahuan


(spesifik)

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik :
Udifferentiated Schizophrenia

Terapi Medik :
1. Trifluoprezine 5mg 1 table : pagi dan malam
2. Chlorpromazone 100mg 1 table : malam
3. Cefixime 200mg 2 kali sehari : 1 tablet
ANALISA DATA SINTESA

NAMA PX : Nn.A NO. RM : 0684xx


USIA : 17 Tahun ALAMAT : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya, Jawa Timur
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Ds : Resiko gangguan persepsi Isolasi Sosial
1. Pasien mengatakan sensori
“Moh” saat ditanya sudah Halusinasi
melakukan berkenalan ↑
dengan orang lain Isolasi Sosial
10-
2. Pasien mengatakan ↑
Okt-
“Tidak” saat dilakukan Harga diri rendah kronik
2023
perkenalan kedua. causa

Do :
1. Pasien tampak sering
menunduk.
2. Pasien selalu mondar-
mandir
3. Lebih sering
menyendiri dan kurang
sosialisasi dan tidak mau
berbicara dan juga pada
jam makan lebih sering
duduk dibawah
4. Pasien tampak takut
saat ada orang ketiga

POHON MASALAH

Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Effect

Isolasi Sosial
Core Problem (CP)

Haga Diri Rendah Kronik


Causa
Diagnosa Keperawatan Jiwa (Sesuai Prioritas) :

1. Isolasi Sosial
2........................................................................................................................
3........................................................................................................................
4........................................................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
NAMA KLIEN : Nn.A
NO. RM : 0684xx
USIA : 17 Tahun
ALAMAT : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya, Jawa Timur

Tgl No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan Kriteria
Evaluasi
10 1 Isolasi sosial 1.1 Ekspesi wajah Lakukan SP1 : SP 1 pasien:
Oktober bersahabat 1. Mengidentifikasi 1.Untuk
2023 menunjukkan rasa penyebab Isolasi mengetahui
senang, ada kontak sosial penyebab isolasi
mata, mau berjabat 2. Berdiskusi sosial Klien
tangan, mau dengan klien tentang 2.Mendiskusikan
menjawab salam, keuntungan bila dengan klien
klien mau duduk berhubungan dengan tentang manfaat
berdampingan orang lain. berinteraksi
dengan perawat, 3. Berdiskusi dengan orang
mau mengutarakan dengan klien tentang lain
masalah yang di kerugian bila tidak 3.Mendiskusikan
hadapi berhubungan dengan dengan klien
oranglain. tentang kerugian
4. Mengajarkan tidak
klien cara berinteraksi
berkenalan. dengan orang
Mengajarkan klien lain
memasukkan 4.Mengajarkan
kedalam kegiatan klien cara
latihan berkenalan berkenalan
ke jadwal harian. dengan
seseorang
5.Menganjurkan
klien
memasukkan
kegiatan latihan
berbincang
bincang dengan
orang lain dalam
kegiatan harian
11 2 3.1 Klien dapat Lakukan Sp2 : SP 2 Pasien:
Oktober menyebutkan 1. Mengevaluasi 1.Mengevaluasi
2023 penyebab menarik jadwal kegiatan jadwal kegiatan
diri yang berasal harian pasien. harian klien
dari : 2. Memberikan 2.Memberikan
- Diri sendiri kesempatan pada kesempatan
- Orang lain klien untuk kepada klien
- Lingkungan mempraktikan cara mempraktikkan
3.2 Klien dapat berkenalan. cara berkenlan
menyebutkan 3. Mengajarkan dengan satu
kerugian tidak pasien berkenalan orang
berhubungan dengan orang 3.Membantu klien
dengan orang lain pertama. memasukkan
Memasukkan ke kegiatan
dalam jadwal. bercakap cakap
dengan orang
lain sebagai
salah satu
kegiatan harian
12 3 Isolasi Sosial Lakukan SP3 : SP3 Pasien:
Oktober 1. Evaluasi jadwal 1.Mengevaluasi
2023 kegiatan harian jadwal kegiatan
klien harian klien
2. Berikan 2.Memberikan
kesempatan kepada kesempatan
klien berkenalan kepada klien
dengan dua orang berkenalan
atau lebih dengan dua
orang atau lebih
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA PX : Nn.A NO. RM : 0684xx


USIA : 17 Tahun ALAMAT : Jalan bahagia Rt 05 Rw 03 Surabaya,
Jawa Timur
TGL &
DX KEP. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI T.T
PELAKSANAAN
Isolasi 10-Oktober- 2023 Melakukan Sp1 : Ds :
Sosial 1. Mengidentifikasi 1. Pasien sudah bisa
penyebab Isolasi sosial mengenalkan dirinya.
2. Berdiskusi dengan klien 2. Pasien mengatakan
tentang keuntungan bila beberapa keuntungan
berhubungan dengan orang dan kerugian
lain. berhubungan dengan
3. Berdiskusi dengan klien orang lain.
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan Do :
oranglain. 1. Pasien tampak
4. Mengajarkan klien cara antusias diajari
berkenalan. perkenalan.
5. Mengajarkan klien 2. Pasien tampak
memasukkan kedalam senang berkenalan
kegiatan latihan berkenalan dengan perawat.
ke jadwal harian.
A : Sp1 tercapai.
P : Lanjutkan Sp2,
tetapkan lakukan
kontrak.

Isolasi 11-Oktober-2023 Melakukan Sp2 : Ds :


Sosial 1. Mengevaluasi jadwal 1. Pasien mengatakan
kegiatan harian pasien. tidak bisa / mau
2. Memberikan kesempatan berkenalan dengan
pada klien untuk teman lainnya.
mempraktikan cara
berkenalan. Do :
3. Mengajarkan pasien 1. Pasien Tampak
berkenalan dengan orang takut
pertama. 2. Pasien tampak
4. Memasukkan ke dalam menghindar
jadwal. A : Sp2 belum
tercapai.
P : Tetap di SP2 pada
perteman ketiga

Anda mungkin juga menyukai