Anda di halaman 1dari 22

GAME THEORY

A. PENGANTAR GAME THEORY


Game theory adalah analisis pengambilan keputusan interaktif antar dua individu/lembaga
atau lebih yang melibatkan orang lain. Contohnya dalam interaksi antara konsumen dan ojek
online, interaksi antara anak dan orang tua.
Mengenai Game Theory, Sun Tzu dalam Wee (2003) mengatakan:
“if you know your enemies and know yourself, you will not be imperiled in a hundred battles;
if you do not know enemies but do know yourself, you will win one and lose one; if you do not
know your enemies nor yourself, you will be imperiled in every single battle.”
Sejarah perkembangan Game Theory dimulai dari:
- Cournot (1838)
- Von Neumann-Morgenstern (1944)
- Nash (1951)
- Aumann (1959)
- Schelling (1960)
Setelah itu Game Theory semakin berkembang dan melibatkan cabang keilmuan lain,
misalnya gabungan antara Game Theory dan Ilmu Biologi menghasilkan Evolution Game
Theory yang dikembangkan oleh JM Smith (1972), gabungan antara Game Theory dan Ilmu
Psikologi menghasilkan Behavioural Game Theory

Implementasi Game Theory mencakup banyak hal, salah satunya pada:


- Sistem penyeliaan
- Kontrak
- Sistem lelang
- Bargaining
- Taktik perang
- Kebijakan publik

Pengaplikasian Game Theory mencakup bidang:


- Ilmu Politik
- Industrial Economics
- International Economics
- Public Choice Theory
- New Institutional Economics
- Austrian Economics
Elemen Game:
1. Nature: lingkungan yang menyelimuti game itu sendiri. Nature dinyatakan dalam
probabilitas. Contohnya: Perekonomian Boom vs Krisis, Cerah vs Hujan, Pandemi vs
Pra Pandemi.
2. Players: penentu kebijakan (individu/institusi/negara)
3. Strategies:
a. Pure strategy: pilih satu strategi dengan probabilitas = 1. Pemain bisa memilih
strategi ini jika memiliki probabilitas 1 atau memiliki komitmen untuk memilih
salah satu strategi.
b. Mixed strategy: randomisasi pemilihan strategi. Strategi ini dipilih ketika
menghadapi indiferensi atau merasakan kesetaraan antar kedua strategi namun
bimbang.
4. Payoffs: Monetary, Non-Monetary or Both. Namun kesemuanya harus berbentuk
kardinal

Asumsi dasar:
1. Rasionalitas:
Preference: Von Neumann-Morgenstern Expected Utility Function (EU)
Implikasi EU: pemain punya state preference.
Konsep sederahanya yaitu bahwa diasumsikan pemain lain sepandai kita.
2. Common Knowledge:
X tahu bahwa Y tahu, X tahu kalau Y tahu kalau X tahu, dan seterusnya.
Konsep sederhananya yaitu tahu sama tahu.

Expected Utility (EU)


a. Konsep utility di Ilmu Ekonomi terkait dengan preferensi individu terhadap
barang dan jasa
b. Konsep expected utility di Ilmu Ekonomi terkait dengan preferensi individu
terhadap prospek (kejadian di masa yang akan datang)
c. Kajian terkait expected utility telah dilakukan sejak Bernaulli (1736) hingga saat
ini
d. Fungsi expected utility yang banyak digunakan dalam analisis ekonomi adalah
Von Neumann-Morgenstern expected utility function (EU)

Contoh EU: Logiskah membeli SDSB


Pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan Sumbangan Dermawan sosial Berhadiah
(SDSB) dengan pola:
Harga 1 kupon Rp1.500, yang mana kita dapat menebak kombinasi 2,3,4,5 atau 6 angka.
Untuk tebakan 2 angka, pilihlah satu kombinasi angka dari 00-99, jika menebak dengan tepat,
mendapat hadiah 60 kali harga kupon = Rp90.000. Namun jika tebakan tidak tepat, maka
biaya kupon Rp1.500 tadi hilang.
E(02) = p. Hadiah + (1-p). Harga Kupon
E(02) = 1/100. Rp90.000 + 99/100. (-Rp1.500)
E(02) = Rp900 – Rp1.485 = - Rp585

Di bagian kiri merupakan Normal Form Games, sebelah kanan merupakan Extensive Form
Games. Yang membedakan antara keduanya yaitu Extensive Form Games memberikan
informasi yang lebih kaya.
Contoh:
Game dengan Payoffs Kualitatif
Mbak Y
Film Horor (q) Film Laga (1-q)
Film Horor (p) (Males tapi (Jomblo,
Senang, Jomblo)
Mas X
Senang Sekali)
Film Laga (1-q) (Jomblo, (Senang Sekali,
Jomblo) Males tapi
Senang)

The Battles of the Sexes Game


Jika preferensi kualitatif tadi ditransformasikan ke dalam besaran kuantitatif dengan ordering
seperti berikut:
1. Senang Sekali = 9
2. Males tapi Senang = 4
3. Jomblo = 0
Maka akan diperoleh normal form game sebagai berikut:
Mbak Y
Film Horor (q) Film Laga (1-q)
Mas X
Film Horor (p) (4,9) (0,0)
Film Laga (1-q) (0,0) (9,4)

Bagaimana cara memilih strategi yang baik?


Mekanisme menentukan the best response, yaitu pemain rasional tidak akan memilih
dominated strategies.
Mekanisme pemilihan strategi:
1. Elimination of stricly dominated strategies
2. Elimination of weakly dominated strategies

Prisoners’ Dilemma
Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-1,-1) (-9,0)
B (0,-9) (-3,-3)

Pemain 1 tidak akan memilih strategi A, karena strategi A terdominasi dengan strategi B.
Pemain 2 juga tidak akan memilih strategi A. Maka strategi yang diambil yaitu strategi B,
hal ini disebut dengan Nash Equilibrium.

B. MEMAHAMI 2X2 GAME DAN ONE-SHOT GAME

Memahami Pola Hubungan


Esensi dari Game Theory adalah bagaimana kita memahami berbagai pola interaksi antar
individu, dengan berbagai pola interaksi antar individu, dengan berbagai mekanisme
bagaimana game dimainkan.
Game terbagi menjadi: Cooperative games dan Non-cooperative games
Analisis yang digunakan dalam materi ini berdasarkan pada asumsi perfect information.
Untuk memudahkan, maka digunakan game 2x2 game.
Non Degenerate Games
Prasyarat di bawah game memastikan bahwa hanya menganalisis non-degenerate games.
Non degenerate games adalah games yang memiliki solusi karena determinan matrix
tidak sama dengan 0. Sepanjang diskusi diasumsikan semua games adalah non-degenerate
games.

Pemain 2
A(q) B (1-q)
Pemain 1
X (p) (a1,a2) (b1,b2)
Y(1-p) (c1,c2) (d1,d2)

Pure Coordination Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (9,9) (0,0)
B (0,0) (2,2)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (0,0)
B (0,0) (b1,b2)
Dimana: a1 > b1, dan i = {1,2}

The Battle of Sexes Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (9,3) (0,0)
B (0,0) (3,9)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,b2) (0,0)
B (0,0) (b1,a2)
Dimana: a1 > b1, dan i = {1,2}
Non-Cooperative Game

Prisoners’ Dilemma Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-1,-1) (-9,0)
B (0,-9) (-3,-3)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,c2)
B (c1,b2) (d1,d2)
Dimana: c1 > a1 > d1 > b1 dan i = {1,2}

Hawk and Dove Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-3,-3) (2,0)
B (0,2) (1,1)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,b2)
B (c1,c2) (d1,d2)
Dimana: b1 > d1 > c1 > a1 dan

c2 > d1 > b2 > a 2

Zero Sum Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-8,8) (8,-8)
B (8,-8) (-8,8)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-a1,a2) (a1,-a2)
B (a1,-a2) (-a1,a2)
The Inspection Game
Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-2,7) (7,-3)
B (3,4) (5,6)

Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,b2)
B (c1,c2) (d1,d2)
Dimana: c1 > a1, b1 > d1 & a2 > b2, d2 > c2

Cara Memainkan Game


Terdapat berbagai mekanisme cara memainkan game:
1. Simultan atau sequential
2. Dengan pra komunikasi/tanpa pra komunikasi, komunikasi mengikat/tidak
3. Dll
-One-Shot Game
-Finitely Repeated Games
-Infinitely Repeated Games

C. PEMILIHAN STRATEGI DALAM ONE-SHOT GAME


One-Shot Game adala ketika kita memiliki suatu permainan, permainan itu hanya
dimainkan sekali saja dan tidak ada pengulangan.
Ada dua cara untuk menjelaskan keterkaitannya antara One-Shot Game, game bisa
dinyatakan sebagai Normal Form Game atau Extensive Form Game. Yang membedakan
antara keduanya yaitu extensive form game memberikan informasi lebih kaya daripada
Normal Form Game.

Pure Coordination Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (9,9) (0,0)
B (0,0) (2,2)
Dalam Pure Coordination Game pihak lain didorong untuk memilih strategi yang sama.
Ketika memilih strategi yang sama maka kedua pemain payoffs lebih tinggi daripada
ketika memilih strategi yang berbeda. Dikatakan Pure Coordination ketika off dioganal
payoffsnya adalah (0,0).
Solusi:
a). PSNE: (A,A) dan (B,B). (A,A) payoff dominan relatif dibandingkan (B,B)
b). (B,A) dan (A,B) adalah miscoordination atau miscooperation outcomes
c). Terdapat the first mover advantage
d). Inilah esensi dari koordinasi: kesesuaian fungsi tujuan (payoffs) antar
pemain

The Battle of Sexes Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,b2) (0,0)
B (0,0) (b1,a2)
Dimana: a1 > b1, dan i = {1,2}

Solusi:
a). PSNE: (A,A) dan (B,B)
b). MSNE:
- ({b2/(a1+b2), a2/(a2+b2)}
-({a1/(a1+b1), b1/(a1+b1)}
c). Terdapat the first mover advantage
d). Esensi: koordinasi dengan fungsi tujuan yang berkebalikan

Prisoners’ Dilemma
Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,c2)
B (c1,b2) (d1,d2)
Dimana: c1 > a1 > d1 > b1 dan i = {1,2}

Solusi:
a). The dominant strategy: B
b). PSNE: (B,B)
c). Pareto Optimum: (A,A)
d). Perpindahan dari outcomes lain menuju ke (A,A) adalah win-win solutuion
Hawk and Dove Game
Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,b2)
B (c1,c2) (d1,d2)
Dimana: b1 > d1 > c1 > a1 dan

c2 > d1 > b2 > a 2

Solusi:
a). PSNE: (A,B) & (B,A)
b). Implementasi game ini banyak diterapkan selama perang dingin dan
bahkan dalam kehidupan rumah tangga

Zero Sum Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (-a1,a2) (a1,-a2)
B (a1,-a2) (-a1,a2)

Solusi:
a). MSNE: (50%, 50%)
b). Tidak ada PSNE
c). Tidak mungkin ada win-win solution
d). Terdapat the last mover advantage
e). The winner takes all

The Inspection Game


Pemain 2
A B
Pemain 1
A (a1,a2) (b1,b2)
B (c1,c2) (d1,d2)
Dimana: c1 > a1, b1 > d1 & a2 > b2, d2 > c2

Solusi:
a). Mixed Strategy Nash Equilibrium
-p* = (a2 – b2) / (a2 – b2 – c2 + d2)
-q* = (a1 – c1) / (a1 – b1 – c1 + d1)
b). Implikasi: tidak optimal bagi setiap pemain untuk memilih strategi dengan
probabilitas 1.

D. PENENTUAN STRATEGI DOMINAN DAN MIXED STRATEGY

1. Strategi Dominan
Orang yang rasional pasti akan:
a. Memilih strategi yang dominan (the dominant strategy), atau
b. Mengeliminasi strategi yang terdominasi (the dominated strategy)
a. Pengambilan keputusan di Game Theory harus mempertimbangkan
kemungkinan pilihan strategi oleh lawan main.
b. Pemain i best response atau best reply terhadap strategi s-i yang dipilih
pemain lain adalah strategi s*i yang menghasilkan payoffs terbesar bagi
pemain tersebut
c. Strategi s*i adalah strategi dominan jika pemain i memilih the best
response strategy , apapun strategi yang dipilih oleh lawan.
d. Strategi sdi adalah strategi terdominasi jika strategi tersebut inferior
terhadap strategi lain, apapun strategi yang dipilih oleh lawan.

Contoh: Prisoners’ Dilemma Game


Pemain 2
Setia Khianat
Pemain 1
Setia (1,1) (-2,9*)
Khianat (9*,-2) (3*,3)

Apabila pemain 2 memilih strategi setia, maka the best response pemain 1 adalah
mengambil strategi Khianat (9>1), begitu juga sebaliknya. Apabila pemain 2 memilih
strategi Khianat, maka the best response pemain 1 adalah Khianat (3>-2).
Strategi “Khianat” merupakan the dominant trategy bagi setiap pemain di game prisoners’
dilemma.
2. Weakly Dominated Strategies
Strategi s’i adalah strategi yang weakly dominated jika terdapat strategi lain s”i
dari pemain i yang mungkin lebih baik dan tidak pernah lebih tinggi di sebagian
strategi profile dan tidak pernah menghasilkan payoffs lebih rendah.

3. Eliminasi Strategi Terdominasi


a. Iterated-dominant equilibrium adalah strategi profile yang diperoleh
dengan melakukan eliminasi weakly dominated strategy dari set strategi
dari salah satu pemain dan meneruskan proses tersebut hingga hanya
tersisa satu strategi untuk setiap pemain.
b. Ketika semua strategi yang terdominasi dieliminasi, apapun yang tersisa
adalah strategi yang dominan.

Contoh:
Iterated Elimination of Strictly Dominated Strategies
L M R
U 1,0 1,2 0,1
D 0,3 0,1 2,0

Mungkinkah pemain 1 yaitu U dan D mengeliminasi salah satu strategi?


Jawabannya tidak mungkin, karena meskipun strategi U dominan ketika pemain lain
memilih L dan M, namun ketika memilih R akan jadi masalah. Sehingga U dan D
tidak bisa saling mengeliminasi.
Namun bagaimana jika pemain 2 yaitu L, M, dan R, apakah memungkinkan untuk
mengeliminasi salah satu strategi?
Strategi R dapat dieliminasi dengan M, karena M > R. Artinya, selama M masih ada,
tidak mungkin pemain memilih strategi R. Oleh sebab itu strategi R dieliminasi.
Ketika dieliminasi, maka game menjadi 2x2.
L M
U 1,0 1,2
D 0,3 0,1

Pemain 1 akan memilih U dan mengeliminasi D, sehingga game yang tersisa menjadi
1x2
L M
U 1,0 1,2

Pemain 2 akan memilih M, sehingga L akan dieliminasi.


M
U 1,2

Maka sisanya disebut dengan Nash Equilibrium (U,M) = (1,2)

Contoh:
Iterated Elimination of Weakly Dominated Strategies
L M R
U 1,0 -2,1 0,1
D 1,2 -5,-1 0,0

Cara 1:
Dimulai dari pemain 2, yaitu antara L,M,dan R. Terlihat bahwa strategi M dapat
dieliminasi karena R>M. Lalu strategi U dieliminasi, kemudian R dieliminasi. Lalu
didapatkan NE = (D,L) = (1,2)

Cara 2:
Dimulai dari pemain 1, D dieliminasi. Pemain 2 lalu akan mengeliminasi L,
berikutnya R dieliminasi. Maka didapatkan NE = (U,M) = (-2,1)

Cara 3:
Dimulai dari pemain 1, lalu M dieliminasi, selanjutnya pemain 1 mengeliminasi D,
dan terakhir L dieliminasi. Maka didapatkan NE = (U,R) = (0,1)

Nash Equilibrium
1. Pure Strategy Nesh Equilibrium (PSNE), dapat diperoleh melalui
-Elimination odf strictly dominated strategies selalu menghasilkan a unique pure
strategy Nash Equilibrium
-Elimination of weakly dominated strategies belum tentu menghasilkan a unique
pure strategy Nash Equilibrium

2. Mixed Strategy Nash Equilibrium (MSNE)

3. Nash (1951): setiap game memiliki MSNE, meski belum tentu memiliki PSNE
Cara menghitung Mixed Strategy

Dalam menghitungnya terdapat dua mekanisme, yaitu Minimax dan Maximin


a. Minimax: berapa payoffs minimum yang akan kita peroleh jika diasumsikan
bahwa lawan memaksimumkan utilitasnya?
Implikasi: orientasi pengambilan keputusan adalah didasarkan pada payoffs lawan
b. Maximin: berapa naksimum biaya yang akan kita peroleh jika lawan berusaha
untuk meminimumkan biaya yang mereka hadapi?
Implikasi: orientasi pengambilan keputusan didasarkan pada payoffs sendiri
Expected Utility Memainkan Game
Pemain 2
A (q) B (1-q)
Pemain 1
X (p) (a1,a2) (b1,b2)
Y (1-p) (c1,c2) (d1,d2)

Jika U1 dan U2 adalah expected utility pemain 1 dan 2 dalam memainkan


game:
U1(p;q) = pqa1 + p(1-q)b1 + (1-p)qc1 + (1-p)(1-q)d1 (1)
U2(p;q) = pqa2 + p(1-q)b2 + (1-p)qc2 + (1-p)(1-q)d2 (2)

Derivasi expected utility terhadap p dan q:


dU1/dp = q (a1 - c1) + (1-q)(b1 - d1) = 0 (3)
dU2/dp = q (a2 – b2) + (1-p)(c2 – d2) = 0 (4)

Persamaan (3) dan (4) dapat dinyatakan sebagai berikut:


qa1 + (1-q)b1 = qc1 + (1-q)d1 (5)
pa2 + (1-p)c2 = pb2 + (1-p)d2 (6)

Metode Minmax

Jika p* dan q* adalah minmax (NE) dari game di atas, maka akan diperoleh:
p* = (d2 – c2)/(a2-b2-c2+d2) ; (1-p*) = (a2-b2)/(a2-b2-c2+d2) (7)
q* = (d1 – b1)/(a1-b1-c1+d1) ; (1-q*) = (a1-c1)/(a1-b1-c1+d1) (8)

Substitusi p* dan q* ke persamaan (5) dan (6) diperoleh optimal expected utilitas:
U*1 = U1(p,q*)=q*c1+(1-q*)d1 = (a1d1-b1c1)/(a1-b1-c1+d1) (9)
U*2 = U2(p,q*)=p*b2+(1-p*)d2 = (a2d2-b2c2)/(a2-b2-c2+d2) (10)

Metode Maximin (1)

Jika U1 dan U2 adalah expected utility pemain 1 dan 2 dalam memainkan game:
U1(p;q) = pqa1 + p(1-q)b1 + (1-p)qc1 + (1-p)(1-q)d1 (1)
U2(p;q) = pqa2 + p(1-q)b2 + (1-p)qc2 + (1-p)(1-q)d2 (2)
Derivasi expected utility terhadap p dan q:
dU1/dq = pa1-pb1 + (1-p)c1-(1-p)d1 = 0 (13)
dU2/dp = qa2 + (1-q)b2-qc2-(1-q)d2 = 0 (14)

pa1 + (1-p)c1 = pb1 + (1-p)d1 (15)


qa2 + (1-q)b2 = qc2 + (1-q)d2 (16)

Metode Maximin (2)


Jika p+ dan q+ adalah probabilitas bagi pemain 1 dan 2 untuk memilih strategi
dengan metoda maximin, maka diperoleh:
p+ = (d1-c1)/(a1-b1-c1+d1) ; (1-p+) = (a1-b1)/(a1-b1-c1+d1) (17)
+ +
q = (d2-b2)/(a2-b2-c2+d2) ; (1-q ) = (a2-c2)/(a2-b2-c2+d2) (18)

Substitusi p+ dan q+ ke persamaan (15) dan (16) diperoleh optimal expected utility:
U+1= U1(p+,q)=p+c1+(1-p+)d1 = (a1d1-b1c1)/(a1-b1-c1+d1) = U1(p,q+) (19)
+ + + +
U 2= U2(p,q )=q+b2+(1-q )d2 = (a2d2-b2c2)/(a2-b2-c2+d2) = U2(p ,q) (20)

E. THE REVISED INSPECTION GAME: CONTOH SEDERHANA PEMODELAN


GAME THEORY

1. Kejahatan Serius
Kejahatan Serius tidak pernah lepas dari aspek kelembagaan, di Indonesia terdapat tiga
masalah pembangunan:
1. Kita tidak cukup mengetahui siapa “diri” dan “lawan kita”
2. Transformasi sektor informal ke formal
3. Aspek kelembagaan yang lemah, sehingga korupsi dan ekonomi biaya tinggi marak

Aktivitas Perekonomian Secara Makro. Secara sederhana, kegiatan perekonomian


dapat digambarkan ke dalam diagram berikut

Multiplier ekonomi terjadi sebagai hasil dari aktivitass ekonomi. Dengan asumsi: tidak ada
kebocoran akibat korupsi dari sistem ini dan semua aktivitas ekonomi tercatat.
Namun pada kenyataannya banyak terjadi inefisiensi yang terjadi, yaitu salah satunya
korupsi. Korupsi yang terjadi di Indonesia merupakan korupsi struktural, yaitu korupsi yang
telah didesain dari sejak perencanaan dan penyusunan peraturan. Selain itu banyak jenis
korupsi yang belum diatur di Indonesia, yaitu: Korupsi swasta, Korupsi staff asing, Illicit
Enrichment, dan Trading of Influence.

2. Grand Corruption
Menurut Transparansi Nasional, Grand corruption is abuse of high-level power that
benefits the few at the expense of the many, and causes serious and widespread harm
to individuals and society. It often goes unpunished.

Dimungkinkan melihat dari dua pendekatan terkait Grand Corruption:


a. Intensitas korupsi
b. Pengaruh politik pelaku korupsi
Pengaruh politik
Besar Kecil
Skala korupsi
Besar A B
Kecil C D

Didasarkan pada definisi tersebut, maka Grand Corruption adalah daerah A.

Subsidi Kepada Koruptor


Berdasarkan Database Korupsi Wave 4 (2001-2015), kerugian negara adalah Rp203,9
T, namun total hukuman finansial hanya Rp21,26 T (10,42%). Yang menanggung
kerugian sisanya adalah para pembayar pajak.

3. Grand Corruption vs IUUF


IUUF (pencurian ikan) termasuk kejahatan serius. Setiap upaya menanggulangi dan
mencegah IUUF pada dasarnya juga menanggulangi dan mencegah kejahatan serius
lainnya. Pola serupa terjadi pada Grand Corruption yang umumnya tidak berdiri
sendiri, minimum terkait dengan TPPU.

4. The Deterrence Theory


Merupakan perkembangan antara Law and Economics. Dengan tokohnya yaitu
Montesquieu (1748), Casare Beccaria (1767), Jeremy Bentham (1789), Gary S.
Becker (1968), dan George Tsebelis (1989).

Detterence Theory (Becker,1968)


a. Didasarkan pada Decision Theory terutama dalam bidang Individual
Making Under Risk
b. Keputusan offending didasarkan pada analisis cost-benefit melakukan
tindakan tersebut
c. Jika expected cost > expected benefits, offending tidak layak dilakukan
d. Jika expected cost < expected benefits, offending layak dilakukan
e. Solusi optimum: probability penangkapan kecil dan sanksi tinggi atau
probability tinggi dan sanksi rendah
f. Fines adalah jenis punishment terbaik (socially desirable)

Biaya Sosial Kejahatan


Dampak kejahatan: menguntungkan pelaku, merugikan korban, membebani
keuangan pemerintah, dampak negatif terhadap bisnis, fear of crime bagi
masyarakat.
Jenis Hukuman
Hampir semua jenis hukuman adalah costly. Contoh: penjara, biaya yang
diperlukan: biaya pegawai, biaya gedung, biaya perawatan, dll, dan semua itu
ditanggung oleh masyarakat dalam bentuk pajak.
Total biaya sosial hukuman = biaya terhadap pelaku kejahatan +/- biaya/manfaat
terhadap pihak lain.
Biaya sosial denda dianggap minimum karena biaya yang ditanggung pelaku
kejahatan = manfaat yang diperoleh anggota masyarakat yang lain.
Untuk jenis kejahatan lain, biaya terhadap pelaku melebihi manfaat kepada yang
lain, sehingga tidak diinginkan secara sosial.

Solusi Optimal
a. Setiap upaya meningkatkan kemampuan penegak hukum dalam menjatuhkan
pidana di pengadilan meningkatkan biaya
b. Setiap upaya meningkatkan intensitas hukuman kepada pelaku kejahatan akan
meningkatkan biaya
c. Solusi optimal:
-Conviction (detection) rate ditentukan tinggi namun intensitas hukuman
rendah, atau
- Conviction (detection) rate ditentukan rendah namun intensitas hukuman
tinggi
5. Pemodelan The Inspection Game
a. The Deterrence Theory
Terdapat perbedaan mendasar antara teori Becker (1968) vs teori Tsebelis (1989)
Becker (1968) berpendapat bahwa keinginan individu untuk melakukan kejahatan
dipengaruhi oleh probabilitas ditangkap dan beratnya sanksi hukum. Analisis yang
digunakan yaitu Decision Theory.
Sedangkan Tsebelis (1989) berpendapat bahwa peningkatan sanksi hukum tidak
mempengaruhi prilaku individu, tapi menurunkan probabilitas aparat untuk
menegakkan hukum. Analisis yang digunakan yaitu Game Theory.
Kritik Tsebelis terhadap Becker
1. Probabilitas apakah offender akan tertangkap atau tidak
dipengaruhi oleh perilaku rational agent (polisi, masyarakat) dan
bukan oleh kejadian yang sifatnya random (hujan, bencana alam,
dll)
2. Idealnya alat analisis yang digunakan adalah game theory dan
bukan decision theory
3. Game theory adalah alat analisis yang mempelajari hubungan
interaktif antara dua atau lebih rational agents

Inspection Game (Tsebelis,1989)


Police
Enforce Not Enforce
Public
Offend (a1,a2) (b1,b2)
Not Offend (c1,c2) (d1,d2)

Solusi:
Mixed Strategi Nash Equilibrium:
-p* = (a2 – b2)/(a2-b2-c2-d2)
-q* = (a1 – b1)/(a1-b1-c1-d1)
Implikasi: Enforcement tidak dapat diterapkan dengan probabilitas = 1,
mengingat marginal benefits enforcement akan lebih rendah daripada marginal
costnya.

Peningkatan Sanksi Hukum


a. Upaya untuk meningkatkan punishment akan kontra produktif
b. q* = (b1 – d1)/(b1-d1-a1+c1) < q*, probabilitas enforcement menurun
c. p* = (d2 – c2)/(a2-b2-c2+d2) = p*, namun probabilitas p* tidak berubah
d. hasil yang sama terjadi jika pemerintah berusaha menggunakan
pendekatan welfare

Perbandingan Antara Kedua Model


a. Pemain dan fungsinya
-Becker: polisi bagian dari criminal justice authority (CIA)
-Tsebelis: polisi terpisah dari CIA
b. Sanksi hukum:
-Becker: punishment adalah faktor endogen
-Tsebelis: punishment adalah faktor eksogen
c. Metode permainan:
-Becker: sequential (pemerintah jalan dulu)
-Tsebelis: simultaneous moves
d. Objective function:
-Becker: individu yang egois vs otoritas yang altruist
-Tsebelis: kedua agents sama-sama egois
Metode Refinement

Menggabungkan model Becker dan Tsebelis mengunakan hasi empiris dari


berbagai studi untuk menentukan payoffs.
Polisi diganti ‘enforcer’. Polisi < enforcer < CIA
Punishment terbagi menjadi dua, yaitu:
-Direct Punishment berupa penjara, denda, dll
-Indirect Punishment berupa reputasi buruk
Studi empiris menunjukkan fines bukanlah sanksi yang memiliki efek jera

The Revised Inspection Game


Enforcer
Enforce Not Enforce
Public Offend UO-UD,
UO + UR, 0
BE-CE-CS
Not Offend UR, BR-CE UR, BR

Proposisi 1
1. Offending terjadi jika kepuasan offending (UO) melebihi expected cost
sanksi langsung maupun tidak langsung
2. Hukum akan ditegakkan jika ekspektasi manfaat penegakan hukum
melebihi ekspektasi biaya penegakan hukum
3. Probabilitas offending berbanding lurus dengan biaya penegakan hukum
namun berbanding terbalik dengan benefit cost ratio biaya penegakan
hukum dan biaya pelaksanaan hukuman
4. Di equilibrium: probabilitas penegakan hukum berkorelasi positif dengan
offending dan berbanding terbalik dengan kesengsaraan hukuman

Peningkatan Hukuman
1. Peningkatan hukuman langsung UD misal dipenjara lebih lama, denda lebih
tinggi
2. Peningkatan hukuman tidak langsung UR misal bukti bersih diri untuk
melamar pekerjaan
3. Penggabungan kedua metode di atas (UD dan UR)

Modeling Peningkatan Hukuman


Enforcer
Enforce Not Enforce
Public Offend U’O-U’D,
U’O + U’R, 0
BE-CE-CS
Not Offend U’R, BR-CE U’R, BR

Proposisi 2:
Peningkatan sanksi hukum akan menurunkan probabilitas penegakan hukum
dan offending sejauh manfaat bersih dari kebijakan yang baru lebih tinggi
daripada manfaat bersih dari kebijakan sebelumnya.

Alternatif pendekatan:
Program Pencegahan Kejahatan
Enforcer
Enforce Not Enforce
Offend UO-UD, UO + TR +
Public
BE-CE-CS U’R’ – CP
Not Offend TR + UR,
TR, CE-CP
BR – CP
Dimana: TR : Transfer Payment dan CP : biaya program

Proposisi:
Implementasi program pencegahan kejahatan menurunkan probabilitas
kejahatan dan penegakkan hukum.
Kesimpulan:
a. Jika game dikonstruksi secara tepat, tidak ada kontradiksi antara
pendekatan decision theory dan game theorytentang deterrence dan crime
prevention
b. Dampak peningkatan hukuman bagi napi bersifat ambigu
c. Dampak crime prevention terhadap penurunan kemungkinan tindak
kejahatan lebih pasti dibandingkan peningkatan hukuman

F. EXTENSIVE FORM GAME DAN CHAIN STORE PARADOX

1. Sequential Game dan Extensive Form Game


Normal game tidak memberikan informasi yang cukup tentang bagaimana variasi
sebuah game dapat dimainkan. Extensive form game memberikan informasi yang
lebih kaya, karena dapat diketahui apakah game dimainkan simultan ataukah
sequential.

2. Extensive Form Game


Elemen dari extensive form game yaitu Decision nodes: saat pemain harus mengambil
keputusan, yang kedua yaitu Terminal nodes: ketikia setiap strategi yang diambil
menghasilkan payoffs. Game ini adalah prisoners’ dilemma dimainkan secara
sequential, yang mana pemain 1 bermain lebih dulu. Di setiap decision node berakhir
di terminal nodes dengan payoffs di tiap strategi yang terpilih.
Informasi:
a. Perfect Information
Setiap informasi adalah singleton
b. Certainly (Uncertain)
Nature tidak berubah setelah pemain memilih strategy
c. Symetric Information (Asymetric Information)
Tidak ada pemain yang memiliki informasi yang lebih dari yang lain
d. Complete Information (Inclompete Information)
Nature tidak berubah, dan jika berubah akan diketahui setiap pemain

Normal Form dari Sequential Moves


Incumbent
Selalu fight Selalu collude Sama dengan Berlawanan
Entrant dengan Entrant
Enter (-10,0) (40,50) (-10,0) (40,50)
Stay Out (0,150) (0,150 (0,150) (0,150

3. Chain Store Paradox


Chain Store Paradox (Selten, 1978)
Bayangkan incumbent menguasai 12 pasar. Jika setiap bulan, Firm 1 berusaha
memasuki 1 pasar dan game diulang 12 kali?

Jika incumbent selalu collude, maka jika di bulan 1 incumbent collude, payoffs:
-Incument: (11x150)+40= 1690
-Entrant: (1x50)=50
Jika di bulan 2 incumbent collude, payoffs:
-Incumbent: (10x150) + (2x40)= 1630
-Entrant: (2x50)= 100, dst

Jika di bulan 12 incumbent collude, payoffs:


-Incumbent: (12x40)= 480
-Entrant: (3x50)= 600

Total akumuasi payoffs Incumbent: 13.020


Total akumuasi payoffs Entrant 1.302

Jika Incumbent selalu fight, maka di setiap game hanya ada satu pasar yang akan
menjadi tempat pertarungan, sedangkan sebelas pasar lainnya masih dimiliki oleh
Incumbent. Maka perhitungannya akan menjadi:
Jika di bulan 1 incumbent fight, payoffs:
-Incument: (11x150)+0= 1650
-Entrant: (1x(-10))= -10

Jika di bulan 2 incumbent fight, payoffs:


-Incumbent: (11x150) + 0= 1650
-Entrant: (1x(-10))= -10, dst

Jika di bulan 12 incumbent fight, payoffs:


-Incumbent: (11x150) + 0= 1650
-Entrant: (1x(-10))= -10

Total akumuasi payoffs Incumbent: 19.800


Total akumuasi payoffs Entrant: -120

Kesimpulannya: ketika game dimainkan secara one-shot akan memiliki solusi


yang berbeda ketika game dimainkan secara finetely repeated. Oleh sebab itu
dinamakan Chain Store Paradox.

Pembelajaran:
a. Strategi yang optimal untuk one-shot game, belum tentu strategi yang optimal
untuk finetely repeated game.
b. Chain Store Paradox menunjukkan pada kita bahwa untuk one-shot game, the
best response dari dari Incumbent adalah collude
c. Namun untuk finitely repeated game, the best response dari Incumbent adalah
selalu fight di setiap round.

Pertempuran vs Perang
a. Pertempuran (battle) = one-shot game
b. Perang (war) = repeated game
c. Memenangkan pertempuran, belum tentu memenangkan perang

Anda mungkin juga menyukai