Anda di halaman 1dari 10

ISBN: 978-602-72245-5-1

Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19


Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Komunitas Makroinvertebrata Bentik
Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Code
AGNES HELLEN1, KISWORO2, DJOKO RAHARDJO3
1
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25 Yogyakarta, Indonesia. 55224
Email: hellenagnes1@gmail.com
2
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25 Yogyakarta, Indonesia. 55224
Email: kisworo@yahoo.com
3
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25 Yogyakarta, Indonesia. 55224
Email: djoko@staff.ukdw.ac.id

ABSTRACT
As one of many big rivers in Special Region of Yogyakarta, the flow of Code river is contaminated
by several activities such as household waste, industrial waste, and precipitation and land pollutants. This
research was made to know the water quality of Code River, using physical-chemical parameters, ecology
index, and biology index. Physical-chemical parameters is used to measure the temperature, TDS, TSS,
current speed, water depth, brightness, the width of the river, water darkness, pH, DO, TOM, nitrate,
phosphate, and ammonia levels. Biological parameters used to measure ecology index (similarity, density,
diversity, domination, and uniformity index) and biology index (Family Biotic Index). Qualitative and
quantitative analyzes were carried out. Observations show that human activities around the Code River
from upstream to downstream are dominated by agriculture, fish and sand mining. There are 13 types of
macroinvertebrates from 12 genera and 11 families. There are discrepancies in water quality between
sampling sites (sig < 0.05) for parameters of depth, flow velocity, TDS, TOM, phosphate, nitrate and
ammonia. It is found out that based on the Regulation of the Governor of the Special Region of Yogyakarta
Number 20 of 2008 concerning Water Quality Standards in Regional Provinces of Yogyakarta, Code River
is included in the class-II category. By using macroinvertebrates as bioindicator, the Code river FBI value
ranges from 6.4 to 8.91. This suggests that the river water is of poor to very bad water quality criteria, with
high levels of pollution to heavy pollution by organic matter. The outcome value of the diversity index is
around 0.6-1.57 which included Code River in “lightly polluted” until “heavily polluted”.

Keywords: benthic macroinvertebrate; biology index; biomonitoring; ecology index; river

INTISARI
Sebagai salah satu sungai besar di Daerah Istimewa Yogyakarta, aliran Sungai Code tercemar oleh
berbagai aktivitas, diantaranya limbah rumah tangga, limbah pabrik, serta polutan pada air hujan dan
daratan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air Sungai Code berdasarkan parameter fisik-
kimia, indeks ekologi, dan indeks biologi. Parameter fisik-kimia digunakan untuk mengukur suhu, TDS,
TSS, kecepatan arus, kedalaman, kecerahan, lebar sungai, kekeruhan, pH, DO, BOT, nitrat, fosfat, dan
amonia. Paramer biologi digunakan untuk menghitung indeks ekologi (indeks similaritas, desitas, diversitas
dan dominasi, dan keseragaman) dan biologi (Family Biotik Indeks). Analisa dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Hasil observasi menyatakan bahwa aktivitas manusia di sekitar aliran Sungai Code, yang
didominasi oleh pertanian, pertambakan ikan, dan pertambangan pasir menyebabkan adanya perbedaan
kualitas air. Ditemukan 13 jenis makroinvertebrata dari 12 genus dan 11 famili. Terdapat perbedaan kualitas
air antar stasiun pengambilan sampel (sig< 0,05) untuk parameter kedalaman, kecepatan arus, TDS, BOT,
fosfat, nitrat dan amonia. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sungai Code masuk dalam kategori
kelas II. Dengan menggunakan makroinvertebrata sebagai bioindikator, nilai FBI Sungai Code berkisar 6,4
sampai 8,91 masuk dalam kategori kriteria kualitas air kurang baik sampai sangat buruk dengan tingkat
pencemaran terpolusi banyak sampai terpolusi berat oleh bahan organik. Berdasarkan hasil indeks diversitas
Sungai Code berada dalam kategori tercemar ringan sampai tercemar berat dengan nilai indeks berkisar
0,6-1,57.

Kata kunci: biomonitoring; indeks biologi; indeks ekologi; makroinvertebrata bentik; sungai

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 294
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
PENDAHULUAN berasal dari limbah rumah tangga, limbah
Air merupakan kebutuhan nomor satu pabrik serta polutan yang terbawa oleh air hujan
bagi seluruh makhluk hidup. Selain dibutuhkan dari daratan. Sungai Code juga kerap kali
dan memiliki peran penting. Air merupakan digunakan oleh masyarakat sekitar untuk buang
komponen nomor satu penyusun sungai. Sungai air kecil, mandi, dan juga membuang sampah di
merupakan suatu aliran air terbuka yang badan air Sungai Code. Beberapa kali dapat
mendapat masukan dari seluruh aktivitas ditemukan masyarakat yang mandi di badan
manusia yang ada di sekitar sungai, baik itu Sungai Code. Kondisi air sungai yang sudah
permukiman, pertanian, industri. Buangan yang tercemar otomatis berdampak bagi penggunaan
dialirkan ke dalam sungai mengakibatkan dari air sungai tersebut, sehingga akan
adanya perubahan faktor fisik, kimia dan berbahaya jika digunakan tidak sesuai dengan
biologi pada perairan tersebut (Kusuma, 2014). peruntukannya. Masuknya zat-zat pencemar
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki secara bebas ke badan sungai dapat
beberapa sungai yang cukup besar yaitu Sungai menyebabkan terjadinya peningkatan senyawa
Oyo, Opak, Gadjahwong, Serang, Winongo, dalam air seperti peningkatan kadar amonia,
Bedog, dan Code. Sungai Code cukup menjadi fosfat, serta padatan tersuspensi berupa butiran
pusat pehatian, di mana sungai ini melintasi halus.
pusat Kota Yogyakarta dan juga berada di dekat Kualitas perairan dapat diketahui dengan
permukiman, area persawahan, juga industri. dilakukannya pengukuran parameter fisik,
Sungai Code telah mengalami banyak kimia dan biologi pada perairan tersebut
perubahan kondisi akibat pencemaran yang (Kusumaningtyas et al., 2014). Pemantauan
ditimbulkan oleh berbagai kegiatan seperti kualitas suatu perairan secara kimiawi dapat
industri, domestik ataupun pertanian. Sungai dilakukan dengan menganalisis nilai dari DO,
sebagai ekosistem terbuka mengakibatkan pH, fosfat, nitrat, ammonia, dan bahan organik
sungai akan lebih mudah mengakumulasi total. Pemantauan tersebut dapat digunakan
segala jenis limbah buangan yang berasal dari untuk mengetahui tingkat dari pencemaran
daerah sekitarnya. pada air sungai yang otomatis akan
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas mempengaruhi kehidupan mahkluk hidup pada
Sungai Code yang telah dilakukan oleh Badan perairan tersebut. Pemantauan kualitas air
Lingkungan Hidup Provinsi DIY pada tahun secara fisik dapat dilakukan dengan cara
2017-2018, memperlihatkan bahwa terjadi melihat sifat fisik sungai yaitu kedalaman,
perubahan kenaikan serta penurunan tingkat kecepatan arus, lebar sungai, kekeruhan,
kualitas sungai pada areal tertentu. Menurut kecerahan, residu terlarut dan residu yang
Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tersuspensi. Pengukuran kualitas air dilakukan
tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY, Sungai dengan menggunakan parameter biologis
Code terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu biologis atau makhluk hidup masih jarang
baku mutu kelas I pada lokasi (Jembatan dilakukan. Pengukuran biologis akan bersifat
Boyong dan Ngentak); baku mutu kelas II pada kontinyu, dimana makhluk hidup tersebut
lokasi (Jembatan Gondolayu, Sayidan dan cenderung menghabiskan selama masa
Keparakan) dan baku mutu kelas III pada lokasi hidupnya pada perairan tersebut. Sehingga jika
(Jembatan Tungkak, Ngoto dan Wonokromo). terjadi pencemaran parameter biologis otomatis
Ditinjau dari fungsi ekologis Sungai Code akan memberikan respon terhadap perubahan
memiliki banyak peruntukan mulai dari yang terjadi. Komponen fisika, kimia dan juga
dukungan sumber daya air, perkebunan, biologi saling bergantung satu dengan yang lain
domestik hingga industri. Pembuangan limbah dalam menyusun suatu perairan yang baik. Jika
dari sekitar Sungai Code secara langsung ke komponen penyusun ekosistem suatu sungai
dalam badan air akan berdampak buruk bagi berimbang, maka ekosistem dari sungai
kualitas air Sungai Code. Berdasarkan hasil tersebut akan berimbang. Komponen-
pengamatan yang didapat, sumber pencemaran komponen ekosistem mencakup: faktor abiotik,
yang mencemari sepanjang aliran Sungai Code produsen, konsumen, detritivora, dan

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 295
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
dekomposer (pengurai). Pengukuran kualitas Dilakukan pengambilan sampling pada aliran
perairan dengan menggunakan teknik sungai sekitar Jembaran Boyong, Jembatan
biomonitoring memiliki kekurangan di mana Ngentak, Jembatan Kewek, Jebatan Sayidan,
tidak dapat mengetahui secara spesifik jenis Jembatan Keparakan, Jembatan Abang Ngoto
polutan yang memengaruhi kualitas dari dan Jembatan Pacar Wonokromo.
lingkungan dan hasil penelitian sifatnya Sampel yang dikoleksi di antaranya air
tahunan. Sementara pengukuran dengan dan makroinvertebrata. Sampel dikoleksi
menggunakan metode kimiawi memiliki menggunakan kick net dan hand net.
kelebihan di mana dapat mengetahui jenis Pengukuran parameter fisik yang dilakukan
polutan yang memengaruhi kualitas badan air adalah kedalaman, kecepatan arus, suhu,
namun sifatnya sesaat. Sehingga penentuan kekeruhan, tipe substrat, TSS, dan TDS.
kualitas suatu perairan dengan menggunakan Pengukuran parameter kimia adalah DO, pH,
kombinasi dari parameter fisik-kimia dan bahan organik total, nitrat, fosfat, amonia, dan
biologis menjadi pilihan terbaik untuk indeks pencemaran. Sedangkan parameter
melakukan pemantauan kualitas air dan dapat biologi digunakan indeks ekologi (indeks
memberikan hasil yang akurat (Hakim & similaritas, densitas, indeks keanekaragaman,
Trihadiningrum, 2012). Sungai dikatakan indeks keseragaman, dan indeks dominansi)
tercemar apabila kualitas air yang ada tidak serta biologi (Family Biotic Index). Sampel
sesuai dengan peruntukkannya (Pohan et al., makroinvertebrata dengan metode kick
2017). sampling menggunakan kick net. Teknik
Teknik biomonitoring adalah aplikasi pengambilan sampel makroinvertebrata dengan
dari ilmu biologi yang terpusat pada ekosistem menempatkan kick net hingga dasar perairan
akuatik guna mengevaluasi kondisi dari badan dan berlawanan arus air berdasarkan area yang
air yang ada. Selain itu, biomonitoring juga telah ditetapkan menggunakan plot berukuran
sering didefinisikan sebagai organisme yang 1×1 m dengan jumlah tertentu pada setiap
hidup pada air tawar dengan segala respon yang stasiun hingga semua jenis dari
ada dapat menjelaskan dan mencerminkan makroinvertebrata terwakili atau representatif.
kualitas dari perairan. Dengan demikian hal Untuk pengambilan di permukaan
tersebut dapat digunakan untuk memonitoring menggunakan handnet. Setelah sampel
perubahan yang ada pada kesehatan ekosistem didapatkan, dilakukan sortasi dengan ayakan
perairan (Li et al., 2010) Pemanfaatan sehingga terpisah dari substrat dan kotoran
makroinvertebrata sebagai bioindikator pada yang menempel. Sampel dimasukkan ke dalam
suatu ekosistem perairan memiliki keunggulan plastik zipper yang telah diisi dengan formalin
di mana kelompok organisme ini memiliki 10% guna pengawetan.
keterbatasan dalam mobilitas dan sensitif Analisis data pada penelitian ini
terhadap perubahan lingkungan, dan memiliki dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
persebaran yang luas dengan umur hidup yang Analisis kuantitatif (statistik) dengan
cukup lama (Putro, 2014). Kelompok- menggunakan One Way Anova (parameter
kelompok makhluk hidup yang biasa digunakan fisik-kimia) dan korelasi antara parameter fisik
untuk memantau kualitas air adalah dari kimia dengan biologi. Sedangkan analisis
kelompok makroinvertebrata bentik (Parmar et kualitatif (deskriptif) disajikan dengan gambar
al., 2016). dan tabel dengan data hasil dari nilai indeks
ekologi dan biologi.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di sepanjang Sungai HASIL DAN PEMBAHASAN
Code, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penentuan Kualitas Air Sungai Code berdasarkan
lokasi pengambilan sampel air dan Parameter Fisik-Kimia
makroinvertebrata berdasarkan metode Perbedaan nilai pengukuran parameter
purposive sampling. Sampling dilakukan di fisik-kimia Sungai Code pada setiap stasiun
sepanjang Sungai Code, dari hulu ke hilir. dipengaruhi oleh karakteristik yang berbeda

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 296
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
pada setiap stasiunnya yang terbagi dari hulu amonia memberikan perbedaan yang
sampai hilir. Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil signifikan.
pengukuran parameter fisik dan kimia dari Dari seluruh parameter yang ada dari
stasiun 1 sampai stasiun 8 Sungai Code yang stasiun 1 sampai stasiun 8, jika dibandingkan
dibandingkan dengan baku mutu Peraturan sesuai Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Gubernur DIY No. 20 tahun 2008 untuk sungai Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 tentang
kelas 2. Dilakukan pengukuran parameter fisik Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa
dan kimia pada sampel air Sungai Code. Hasil Yogyakarta Sungai Code masuk dalam kategori
yang didapat dibandingkan dengan Peraturan kelas II parameter nitrat, fosfat dan amonia
Gubernur no. 20 tahun 2008, dengan baku mutu melebihi baku mutu yang ada. Konsentrasi
Sungai Code yaitu kelas II. Pada Tabel 1. Dapat nitrat pada perairan Sungai Code berada di atas
dilihat bahwa parameter kedalaman, kecepatan baku mutu. Bagian sungai yang mulai mengalir
arus, temperatur, TDS, BOT, fosfat, nitrat, dan masuk ke daerah perkotaan Yogyakarta yang
padat mengalami kenaikan konsentrasi nitrat.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia Sungai Code


Baku
Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8
Mutu
FISIK
Kedalaman
- 34ab 27,63a 26,43a 36,67ab 42,43ab 32,23ab 37,63ab 46,53b
(cm)
Kecepatan
Arus (m/s) - 0,43ab 0,193a 0,713bc 0,73bc 0,53abc 0,86c 0,57bc 0,82c

Lebar Sungai
- 3,1 9,9 11,3 14,77 16,97 11,4 11,13 6,8
(m)
Kekeruhan
- 3,47a 2,4a 21,29a 15,37a 5,9a 5,2a 4,41a 4,26a
(NTU)
Kecerahan 0 0 0 0 0 0 0 0
Temperatur 3oC 24,57a 27,07ab 29,03ab 28,87ab 29,43ab 29,83ab 28,47ab 29,93b
Residu
1000
Terlarut 89,1a 102,2ab 158,47bc 166,63c 170c 158,45c 192c 193,1c
mg/L
(TDS)
Residu
50
Tersuspensi 0,63a 0,57a 0,67a 0,46a 0,38a 0,54a 0,73a 0,54a
mg/L
(TSS)
KIMIA
pH 6-8,5 6,99a 7,59a 7,68a 7,64a 7,25a 7,49a 7,71a 7,68a
5
DO 5,6a 6,67a 5,4a 5,07a 4,73a 5,2a 5,73a 4,67a
mg/L
a ab bcd d cd bc bcd
BOT - 2,69 5,27 8,32 10,22 8,53 6,69 7,58 7,58bcd
0,2
Fosfat 0,373ab 0,217a 0,51abc 0,71bc 0,67bc 0,72bc 0,79c 0,77c
mg/L
10
Nitrat 1,18a 4,5ab 10,38c 11,45c 11,52c 11,24c 9,9c 8,73bc
mg/L
Amoniak
- 0,03a 0,03a 0,327bc 0,451c 0,124ab 0,33bc 0,14ab 0,13ab
(NH3)
1,7 1,58 2,22 2,73 2,67 2,83 2,89 2,88
Indeks
(Tercemar (Tercemar (Tercemar (Tercemar (Tercemar (Tercemar (Tercemar (Tercemar
Pencemaran
ringan) ringan) ringan) ringan) ringan) ringan) ringan) ringan)

Masukan bahan organik yang berasal dari 2008). Dilihat dari hasil yang diperoleh, angka
aktivitas manusia di sekitar perairan baik itu fosfat semakin ke hilir di mana aliran sungai
erosi daratan, masukan limbah rumah tangga, mulai masuk ke perkotaan Kota Yogyakarta
limbah pertanian yang terbawa langsung ke yang padat. Semakin ke hilir, konsentrasi fosfat
badan air akan memengaruhi konsentrasi nitrat semakin besar (Suswanti et al., 2019).
pada perairan (Hamuna et al., 2018). Fosfor Tingginya konsentrasi amonia di perairan
sangat penting bagi kehidupan biota perairan Sungai Code diduga berasal dari limbah
dimana fosfor memiliki fungsi menyimpan dan pemukiman , pembuangan zat sisa manusia dan
mentransfer energi dalam sel serta berfungsi hewan dalam bentuk urin (Hamuna et al.,
dalam sistem genetik (Putri & Widyastuti, 2018). Secara alamiah, senyawa amonia yang

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 297
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
ada pada perairan merupakan hasil dari Kualitas Air Sungai Code berdasarkan
metabolisme hewan juga hasil dari proses Indeks FBI dan Diversitas
dekomposisi bahan organik yang dilakukan Dilakukan pengumpulan
oleh bakteri. Lingkungan sungai Code di mana makroinvertebrata dari stasiun 1 Sungai Code
permukiman penduduk berdampingan langsung yang berada di sekitar Jembatan Boyong hingga
dengan aliran sungai menyebabkan banyaknya stasiun 8 Sungai Code yang berada di sekitar
pencemaran yang masuk secara langsung ke Pacar Wonokromo. Nilai 6,4-8,91 dengan
badan air Sungai Code. Hasil perhitungan kategori kurang baik sampai sangat buruk.
indeks pencemaran dari stasiun 1 sampai Sedangkan untuk nilai indeks diversitas
stasiun 8 diperoleh hasil yang sama yaitu masuk diperoleh hasil 0,5-1,57 dengan kategori
dalam kategori tercemar ringan. tercemar ringan sampai tercemar berat yang
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran indeks FBI dan indeks diversitas

Stasiun Nilai FBI Kualitas Perairan Indeks Diversitas Kualitas Perairan


1 6,95 Buruk 1,57 Tercemar Ringan
2 7,2 Buruk Sekali 1,16 Tercemar Sedang
3 6,4 Agak Buruk 1,05 Tercemar Sedang
4 6,9 Buruk 1,33 Tercemar Sedang
5 8,91 Buruk Sekali 0,16 Tercemar Berat
6 8,6 Buruk Sekali 0,6 Tercemar Berat
7 6,6 Buruk 0,63 Tercemar Berat
8 8 Buruk Sekali 0,66 Tercemar Berat

Perubahan dari kualitas perairan akan stabilnya jumlah genus dan jumlah individu
memberikan dampak pada kehidupan biota dari setiap genus (Ruswahyuni, 2010). Nilai
perairan tersebut (Dwitawati et al., 2015). indeks keanekaragaman tertinggi berada pada
Berdasarkan hasil perhitungan indeks FBI stasiun 1, dengan nilai indeks 1,57 tingginya
diketahui bahwa stasiun dengan indeks FBI nilai dari indeks diversitas pada stasiun ini
terendah yaitu stasiun 3 dengan nilai indeks 6,4 disebabkan karena makroinvertebrata yang
yang termasuk dalam kategori agak buruk ditemukan beranekaragam dengan jumlah tiap
dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak spesies yang cukup merata. Di mana Suatu
bahan organik. Stasiun dengan indeks FBI komunitas dikatakan mempunyai
tertinggi adalah stasiun 5 dengan nilai indeks keanekaragaman spesies yang tinggi apabila
8,9 yang termasuk dalam kategori buruk sekali terdapat banyak spesies dengan jumlah individu
dengan tingkat pencemaran terpolusi berat masing-masing spesies relatif merata,
bahan organik. Jika dilihat dari lingkungan sedangkan kondisi sebaliknya pada stasiun
sekitar stasiun 5 yang berdampingan langsung dengan nilai indeks terendah adalah stasiun 5
dengan permukiman penduduk selain itu bagian dengan nilai indeks 0,16. Hal ini dapat terjadi
riparian Sungai Code pada stasiun ini karena melimpahnya spesies Tubifex tubifex
digunakan warga sekitar sebagai kandang pada stasiun ini yang menyebabkan jumlah dari
unggas yang otomatis menyumbang banyak persebaran spesies yang tidak merata.
pencemaran bahan organik menjadi alasan Perbedaan nilai indeks keanekaragaman jenis
beratnya polusi bahan organik pada stasiun ini. tersebut dipengaruhi oleh faktor fisika, yaitu
Berdasarkan indeks diversitas aliran Sungai arus dan kedalaman, selain itu ketersediaan
Code dari hulu sampai hilir masuk dalam status makanan bagi hewan makrobentos tersebut.
mutu tercemar ringan, sedang, hingga berat. Rendahnya nilai indeks yang dihasilkan, maka
Semakin masuk kedalam perkotaan Yogyakarta perairan tersebut dinyatakan tidak tercemar,
yang padat, air semakin tercemar. Nilai dari begitu sebaliknya (Indriani et al., 2016). Dari
indeks keanekaragaman dipengaruhi oleh data indeks keanekaragaman yang diperoleh

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 298
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
maka stasiun 1 sampai stasiun 4 tergolong dari seluruh jenis makroinvertebrata yang ada
kondisi tercemar ringan sampai sedang, sejumlah 1.309 individu dari 13 spesies,12
sedangkan stasiun 5 sampai stasiun 8 tergolong genus dan 6 kelas makroinvertebrata sepanjang
kondisi perairan tercemar berat. Kondisi Sungai Code dari stasiun 1 sampai stasiun 8.
perairan dapat dikatakan stabil jika diperoleh Diperoleh 6 spesies dari Kelas Gastropoda, 1
indeks keanekaragaman dan keseragaman yang spesies dari Kelas Insecta, 2 spesies dari Kelas
tinggi namun indeks dominasi yang rendah. Crustacea, 2 spesies dari Kelas Malacostraca, 1
spesies dari Kelas Oligochaeta dan 1 spesies
Hubungan Faktor Lingkungan dan Struktur dari Kelas Clitellata. Struktur komunitas
Komunitas Makroinvertebrata makroinvertebrata disajikan dalam Tabel. 3.
Berdasarkan hasil yang diperoleh hingga
identifikasi yang dilakukan, ditemukan total
Tabel 3. Struktur komunitas makroinvertebrata Sungai Code
Sungai Code
Kelas Ordo Famili Genus Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8
Gastropoda Neogastropoda Buccinidae Clea. Sub genus Anentome - 17 - - - - - -
helena
Cerithiomorpha Thiaridae Melanoides Melanoides 112 2 - 5 - 4 - -
tuberculata
Cerithiomorpha Thiaridae Tarebia Tarebia 38 - 55 2 - - - -
granifera
clade Viviparidae Filopaludina Filopaludina - - - - - - 38 -
Caenogastropoda javanica
clade Pachychilidae Sulcospira Sulcospira 72 50 15 46 - 13 - 10
Caenogastropoda testudinaria
Architaenioglossa Ampullariidae Pomacea Pomacea 148 - - - 5 6 19 6
canaliculata
Insecta Hemiptera Gerridae Gerris Gerris remigis 12 - - - - - - -
Crustacea Decapoda Palaemonidae Macrobrachium Macrobrachium 14 9 - - - - - -
lanchesteri
Macrobrachium 12 7 - - - - - -
sintangese
Malacostraca Decapoda Varunidae Varuna Varuna litterata - - 4 2 1 - - -
Malacostraca Decapoda Gecarcinucidae Parathelphusa Parathelphusa - - 17 41 2 4 - -
convexa
Oligochaeta Haplotaxida Tubificidae Tubifex Tubifex tubifex - - - 32 327 154 - -
Clitellata Lumbriculida Lumbriculidae Lumbriculus Lumbriculus - - - - 2 - - -
variegatus
Jumlah Individu 408 85 91 134 337 181 57 16
Jumlah Genus 6 4 4 5 4 4 2 2
Jumlah Jenis 7 5 4 6 5 5 2 2
Family Biotic Index 6,95 7,2 6,4 6,9 8,9 8,6 6.6 8
Indeks Diversitas 1,57 1,17 1,05 1,33 0,17 0,61 0,64 0,66
Indeks Densitas 136 28,3 30,3 44,6 112,3 60,3 19 5,3
Indeks Dominasi 0,25 0,40 0,43 0,29 0,94 0,73 0,56 0,53
Indeks Keseragaman 0,61 0,45 0,41 0,52 0,06 0,23 0,25 0,26
Jumlah Total Kelas 6
Jumlah Total Genus 12
Jumlah Total Spesies 13

Suku Pachychillidae dengan jenis sepanjang aliran Sungai Code. Famili Thiaridae
Sulcospira testudinaria hampir ditemukan di dapat ditemukan di stasiun 1, 2, 3, 4 dan 6
setiap stasiun yaitu stasiun 1, 2, 3, 4, 6 dan 8. seperti yang dinyatakan oleh Maruru (2012)
Habitat dari Gastropoda ini adalah sungai atau bahwa Famili Thiaridae merupakan kelompok
danau yang berarus tenang atau deras. Sesuai makroinvertebrata yang tahan terhadap bahan
dengan kecepatan arus pada stasiun tersebut pencemar. Sehingga wajar jika
yang masuk dalam kategori arus sedang sampai makroinvertebrata jenis ini dapat bertahan
deras (Istianingsih & Listiawan, 2011). Spesies hidup di berbagai jenis lingkungan baik itu
Gerris remigis hanya ditemukan di stasiun 1 stasiun 1, 2, 3, 4 maupun 6. Jika jumlah
karena derajat toleransi dari spesies ini yang populasi EPT menurun dan dijumpai pula
rendah terhadap perubahan kondisi perairan organisme yang toleran terhadap polusi
yang ditempati (Elina, 2014). Famili Thiaridae merupakan ciri-ciri dari pencemaran (Jerves-
cukup banyak ditemukan pada setiap stasiun di Cobo et al., 2017).

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 299
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Dilakukan perhitungan indeks ekologi penyebab tercemarnya sungai pada stasiun ini.
yaitu indeks diversitas, indeks densitas, indeks Sedangkan nilai dari indeks dominasi terendah
dominasi, indeks keseragaman dan indeks terdapat di stasiun 1. Hal ini diakibatkan karena
similaritas. Sebagai organisme yang hidup di dari 7 spesies yang ditemukan di stasiun 1 tidak
perairan, makroinvertebrata sangat peka terdapat spesies yang mendominasi. Indeks
terhdap perubahan yang terjadi pada kualitas air keseragaman Sungai Code dari stasiun 1 sampai
dimana hewan ini hidup, perubahan kualitas stasiun 8 berkisar dari angka 0,06-0,61. Indeks
akan memberikan pengaruh terhadap keseragaman tertinggi pada stasiun 1 yaitu 0,61.
komposisi dan kelimpahan pada komunitasnya Stasiun 1 memiliki angka indeks keseragaman
(Hendrasarie, 2019). Indeks densitas atau nilai tertinggi diakibatkan oleh lingkungan yang baik
kelimpahan spesies bertujuan untuk yang mengakibatkan komunitas dalam keadaan
mengetahui individu yang dapat hidup pada stabil. Nilai keseragaman yang mendekati
habitat dalam kurun waktu tertentu. Nilai yang angka 1 memiliki arti bahwa sebaran individu
diperoleh dari kelimpahan spesies antarjenis pada perairan cukup merata (Kalih et
makroinvertebrata/indeks densitas pada stasiun al., 2018). Sedangkan stasiun 5 yang memiliki
1 sampai stasiun 8 adalah 5,3 sampai 136. Nilai nilai indeks keseragaman paling kecil yaitu
kelimpahan makroinvertebrata tertinggi 0,06 menjelaskan bahwa stasiun 5 memiliki
terdapat di stasiun 1. Lingkungan yang masih kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga
baik, segar, tidak terlalu dekat dengan komunitas tidak dalam keadaan stabil sehingga
permukiman atau pabrik-pabrik penghasil terdapat spesies yang jumlahnya sangat
limbah dan tentunya menjadi faktor penyebab melebihi spesies lainnya. Informasi kemerataan
hal ini dapat terjadi. Cahaya matahari yang sebaran biota air dapat diketahui dengan
masuk dengan baik dan vegetasi yang cukup melakukan perhitungan indeks keseragaman
banyak di sekitar stasiun menjadi sumber (Djumanto et al., 2013).
oksigen dimana kegiatan fotosintesis dapat Parameter fisik kimia pada suatu perairan
terjadi dengan baik. Indeks dominasi akan sangat mempengaruhi keberadaan
makroinvertebrata dari stasiun 1 sampai stasiun makroinvertebrata perairan tersebut. Dari hasil
8 berkisar antara 0,25-0,94. Stasiun yang analisis korelasi diperoleh bahwa beberapa
memiliki indeks dominasi tertinggi parameter fisik dan kimia memiliki hubungan
menunjukkan bahwa terdapat individu yang dengan parameter biologi (di mana nilai
mendominasi wilayah tersebut. Stasiun dengan sig<0,05). Diperoleh parameter suhu, pH, TSS
indeks dominasi tertinggi terdapat di stasiun 5. memberikan korelasi negatif terhadap
Jika dilihat nilai indeks dominasi dari stasiun 5 parameter biologi. Hasil analisis korelasi
hampir mencapai angka 1. Hal ini diakibatkan menunjukkan adanya korelasi negatif antara
karena dari 5 spesies yang ditemukan di stasiun suhu dengan diversitas dan keseragaman
ini terdapat 1 spesies yang sangat mendominasi. makroinvertebrata. Di mana semakin tinggi
Spesies yang medominasi stasiun 5 adalah suhu yang ada akan menyebabkan penurunan
Tubifex tubifex. Hal ini dipengaruhi keadaan keanekaragaman makroinvertebrata. Korelasi
lingkungan stasiun 5 yang cocok sekali dengan negatif juga berlaku antara suhu dan
habitat Tubifex tubifex. keseragaman di mana semakin tinggi suhu yang
Pencemaran bahan organik yang tinggi ada akan menyebabkan rendahnya angka
menjadi salah satu penyebab melimpahnya keseragaman makroinvertebrata. Suhu
jenis spesies ini. Terbukti dengan lingkungan merupakan parameter yang penting di mana
stasiun 5 di mana pemukiman sangat suhu dapat mengendalikan kondisi ekosistem
berdampingan langsung dengan sungai, banyak pada suatu perairan (Saraswati et al., 2017).
ditemukan pembuangan pembuangan sisa-sisa Kisaran suhu sepanjang aliran Sungai Code dari
makanan dari warga yang langsung dibuang ke hulu sampai ke hilir adalah 24,57oC-29,93oC.
badan air stasiun 5. Selain itu pipa pipa Suhu yang berkisar 35-40oC dapat
pembuangan dari rumah rumah warga yang membahayakan kehidupan makrozoobentos di
dialirkan langsung ke badan sungai menjadi mana hal ini akan memberikan pengaruh

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 300
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
terhadap migrasi, laju metabolisme dan Berlaku juga untuk angka densitas, di mana
mortalitas makrozoobentos (Pamuji et al., semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan
2015). Faktor penting dalam mengatur proses rendahnya angka densitas. pH yang terdapat di
kehidupan dan penyebaran organisme adalah sungai Code berkisar 6,99-7,71.
suhu. Jika suhu terlalu tinggi melebihi suhu Makroinvertebrata memiliki kisaran pH yang
yang baik untuk kehidupan makroinvertebrata tepat untuk dapat hidup dan berkembang Jika
otomatis makroinvertebrata tidak dapat hidup nilai pH tinggi sampai melebihi kisaran pH
pada kondisi tersebut. Bukan sekedar yang dibutuhkan makroinvertebrata untuk
penurunan keanekaragaman atau keseragaman hidup otomatis jumlah dari individu perairan
makroinvertebrata yang terjadi, melainkan tersebut akan mengalami penurunan Sama
kematian dari seluruh makroinvertebrata dapat halnya dengan nilai densitas. Nilai pH untuk
terjadi. Hal ini diperkuat dengan teori menurut biota akuatik dapat hidup di perairan berkisar 7-
Septiani et al. (2014) di mana suhu akan 8,5 (Nufutomo & Muntalif, 2017). Jika pH
mempengaruhi jumlah dari makroinvertebrata semakin tinggi sampai melebihi batas, otomatis
dalam habitatnya. 98% suhu mempengaruhi akan terjadi kematian biota perairan termasuk
keberadaan makroinvertebrata. makroinvertebrata. Parameter kecepatan
Parameter fisik kimia pada suatu perairan memberikan pengaruh terhadap
akan sangat memengaruhi keberadaan makroinvertebrata dimana kecepatan arus yang
makroinvertebrata perairan tersebut. Dari hasil besar dapat menghilangkan jenis
analisis korelasi diperoleh bahwa beberapa makroinvertebrata, sehingga hanya jenis
parameter fisik dan kimia memiliki hubungan tertentu yang dapat bertahan. TDS yang
dengan parameter biologi (di mana nilai merupakan zat organik, anorganik akan
sig<0,05). Diperoleh parameter Suhu, pH, TSS memengaruhi kekeruhan dan kecerahan,
memberikan korelasi negatif terhadap sementara kecerahan mempengaruhi DO dan
parameter biologi. Parameter TSS memiliki akan memberikan pengaruh terhadap faktor
korelasi negatif terhadap nilai FBI, di mana biologi. Kekeruhan yang tinggi akan
semakin tinggi nilai TSS akan menyebabkan menghalangi masuknya cahaya matahari ke
rendahnya nilai FBI. Tingginya konsentrasi dalam perairan sehingga menghambat proses
TSS dapat menurunkan aktivitas fotosintesis fotosintesis yang berdampak berkurangnya
dan bertambahnya panas pada permukaan air nilai oksigen terlarut pada perairan sehingga
yang menyebabkan kurangnya oksigen yang memengaruhi jumlah makroinvertebrata pada
dilepas oleh tumbuhan air menjadi berkurang perairan tersebut. Perbedaan hasil yang
sehingga mengganggu kehidupan biota diperoleh pada pengukuran parameter fisik
perairan bahkan menyebabkan kematian kimia akan mempengaruhi nilai dari indeks
(Wirasatriya, 2011). similaritas. Di mana kesamaan karakteristik
Derajat keasaman (pH) juga memberikan lingkungan menjadi alasan tingginya nilai dari
korelasi negatif terhadap jumlah individu dan indeks similaritas yang ada. Hasil perhitungan
densitas. Di mana semakin tinggi nilai pH akan indeks similaritas dapat dilihat pada Tabel 4.
menyebabkan rendahnya jumlah individu.
Tabel 4. Tabel indeks similaritas makroinvertebrata
Stasiun I II III IV V VI VII VIII
I
II 0,66
III 0,36 0,22
IV 0,46 0,36 0,8
V 0,16 0 0,44 0,54
VI 0,5 0,4 0,44 0,72 0,6
VII 0,22 0 0 0 0,28 0,28
VIII 0,44 0,28 0,33 0,22 0,28 0,57 0,5

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 301
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Dari hasil perhitungan indeks similaritas negatif dengan struktur komunitas
diperoleh hasil dengan kemiripan tertinggi makroinvertebrata. Monitoring lingkungan
yaitu stasiun 3 dan 4 sebesar 80% hal ini secara berkala penting dilakukan pada setiap
disebabkan karena makroinvertebrata penghuni daerah oleh pemerintah, dengan mengukur
kedua stasiun tersebut hampir sama. Stasiun 3 factor-faktor lingkungan lain yang belum
dihuni oleh makroinvertebrata jenis Tarebia terukur sehingga diperoleh hasil maksimal dan
granifera, Sulcospira testudinaria, Varuna akurat. Bagi masyarakat sekitar Sungai Code
litterata dan Parathelphusa convexa. untuk lebih menjaga lingkungan sekitar badan
Sedangkan stasiun 4 dihuni oleh Sungai Code agar dapat tetap digunakan sesuai
makroinvertebrata Melanoides tuberculata, peruntukkannya.
Tarebia granifera, Sulcospira testudinaria,
Varuna litterata, Parathelphusa convexa dan DAFTAR PUSTAKA
Tubifex tubifex kondisi lingkungan yang hampir Djumanto, Probosunu, N., dan Ifriansyah, R. 2013. Indek
sama yang menjadi faktor tingginya indeks biotik famili sebagai indikator kualitas air Sungai
Gajahwong Yogyakarta. Jurnal Perikanan
similaritas pada kedua stasiun ini, 8 dari 14 Universitas Gadjah Mada. vol 15(1): 26–34. doi:
parameter yang ada memberikan hasil yang https://doi.org/10.22146/jfs.9095.
mirip pada kedua stasiun ini, di antaranya Dwitawati, DA., Sulistyarsi, A., and Widiyanto, J. 2015.
parameter kecepatan arus, kecerahan, suhu, Biomonitoring kualitas air Sungai Gandong
TDS, pH, DO, nitrat, dan amonia. dengan bioindikator makroinvertebrata sebagai
bahan petunjuk praktikum pada pokok bahasan
pencemaran lingkungan SMP Kelas VII. Florea:
KESIMPULAN Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. vol 2(1):
Berdasarkan hasil parameter fisik dan 41–46. doi: https://doi.org/10.25273/florea.
kimia, Sungai Code memiliki perbedaan yang v2i1.405.
signifikan antar stasiun yang dilihat dari Elina L. 2014. Studi Komparasi Diversitas
Makrozoobenthos Pada Sungai Dengan Pola
parameter kedalaman, kecepatan arus, suhu, Pendekaran Ekohidrolik dan Hidrolik Murni di
TDS, BOT, fosfat, nitrat dan amonia. Perairan Sungai Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Sementara parameter kekeruhan, kecerahan, Bulan November 2013. [Skripsi]. Semarang:
TSS, pH, dan DO tidak memiliki perbedaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut
yang signifikan. Berdasarkan nilai indeks Agama Islam Negri Walisongo Semarang.
Hakim, AR dan Trihadiningrum, Y. 2012. Studi kualitas
pencemaran, stasiun 1 sampai stasiun 8 masuk air Sungai Brantas berdasarkan
dalam kategori tercemar ringan, sedangkan makroinvertebrata. Jurnal Sains dan Seni Pomits.
berdasarkan hasil indeks FBI Sungai Code vol 1(1): 1-6.
berada dalam kategori kurang baik (stasiun 3) Hamuna, B., Tanjung, RHR., Suwito, S., dan Maury, HK.
sampai sangat buruk (stasiun 5) dengan nilai 2018. Konsentrasi amoniak, nitrat dan fosfat di
Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
indeks (6,4-8,91). Berdasarkan hasil indeks EnviroScienteae. vol 14(1): 8-15. doi:
diversitas Sungai Code dari hulu yaitu tercemar https://doi.org/10.20527/es.v14i1.4887.
ringan kemudian masuk ke bagian tengah Hendrasarie, N. 2019. Pemetaan kualitas air di Kali
sungai menjadi tercemar sedang, dan bagian Surabaya berdasar indeks makroinvertebrata
hilir sungai tercemar berat (0,16 -1,57). Indeks benthos dengan model WinTWINS 2.3. Jurnal
Envirotek. vol 11(2): 45–52. doi:
similaritas memiliki kisaran 0-80%. Indeks https://doi.org/10.33005/envirotek.v11i2.5.
densitas 5,3-136 individu/m2. Indeks Indriani, VS., Hadi, W., and Masduqi, A. 2016.
keseragaman memiliki 0,06-0,61 dengan Identifikasi daya tampung beban pencemaran air
kategori keseragaman jenis rendah hingga Kali Surabaya Segmen Jembatan Canggu-
sedang. Indeks Dominasi memiliki 0,25-0,94 Tambangan Bambe dengan Pemodelan
QUAL2Kw. Jurnal Teknik ITS. vol 5(2). 857-861.
dengan kategori tidak ada genus yang doi:
mendominasi hingga terdapat genus yang https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.17865.
mendominasi. Indeks keanekaragaman 0,16- Jerves-Cobo, R., Everaert, G., Iñiguez-Vela, X.,
1,57 dengan kategori keanekaragaman rendah. Córdova-Vela, G., Díaz-Granda, C., Cisneros, F.,
Berdasarkan hasil analisa varian korelasi faktor Nopens, I., and Goethals, PLM. 2017. A
methodology to model environmental preferences
lingkungan (pH, suhu dan TSS) berkorelasi of EPT taxa in the Machangara River Basin

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 302
(Ecuador) in Water (Switzerland). vol. 9(3): 1-31. Fisheries Science and Technology. vol 10(2):
doi: https://doi.org/10.3390/w9030195. 129–135. doi: https://doi.org/10.14710/ijfst.10.2.
Kalih, ATTWS., Septian, NIG., dan Sativa, YD. 2018. 129-135.
Makroinvertebrata sebagai bioindikator kualitas Parmar, TK., Rawtani, D., and Agrawal, YK. 2016.
perairan Waduk Batujai di Lombok Tengah. Bioindicators: The natural indicator of
Biotropika-Journal of Tropical Biology. vol 6(3): environmental pollution. Frontiers in Life
103–107. doi: Science. vol 9(2): 110–118. doi:
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2018.006. https://doi.org/10.1080/21553769.2016.1162753.
03.05. Putri, FDM., Widyastuti, E., dan Cristiani. 2008.
Kusuma, FI. 2014 Karakteristik Kualitas Air Sungai Hubungan perbandingan total nitrogen dan total
Winongo DAS Opak Setelah Melewati Kawasan fosfor dengan kelimpahan Chrysophyta di
Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun perairan. Scripta Biologica. vol 1(1): 96–101. doi:
2012-2014. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas https://doi.org/10.20884/1.sb.2014.1.1.33.
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Putro SP. 2014. Metode Sampling Penelitian
Kusumaningtyas, MA., Bramawanto, R., Daulat, A., and Makrobenthos dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Pranowo, SW. 2014. Kualitas perairan Natuna Graha Ilmu.
pada musim transisi. Depik. vol 3(1): 10-20. doi: Ruswahyuni. 2010. Populasi dan keanekaragaman hewan
https://doi.org/10.13170/depik.3.1.1277. makrobenthos pada perairan tertutup dan terbuka
Li, L., Zheng, B., and Liu, L. 2010. Biomonitoring and di Teluk Awur, Jepara. Jurnal Ilmiah Perikanan
bioindicators used for river ecosystems: dan Kelautan. vol 2(1): 11-20. doi:
Definitions, approaches and trends. Procedia http://dx.doi.org/10.20473/jipk.v2i1.11676.
Environmental Sciences. vol 2: 1510–1524. doi: Saraswati, NLGRA., Arthana, IW., dan Hendrawan, IG.
https://doi.org/10.1016/j.proenv.2010.10.164. 2017. Analisis kualitas perairan pada wilayah
Maruru, SMM. 2012. Studi kualitas air sungai bone perairan Pulau Serangan Bagian Utara
dengan metode biomonitoring (Suatu penelitian Berdasarkan Baku Mutu Air Laut. Journal of
deskriptif yang dilakukan di Sungai Bone). Public Marine and Aquatic Sciences. vol 3(2): 163-170.
Health Journal: 1–12. doi: https://doi.org/10.24843/jmas.2017.v3.i02.
Nufutomo, TK and Muntalif, BS. 2017. Cryptosporidium 163-170.
sebagai indikator biologi dan indeks Nsf-Wqi Suswanti, I., Sutamihardja, R., and Arrisujaya, D. 2019.
untuk mengevaluasi kualitas air (Studi kasus: Potensi Senyawaan Nitrogen Dan Fosfat Pada
Hulu Sungai Citarum, Kabupaten Bandung). Pencemaran Sungai Ciliwung Hulu Kota Bogor.
Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Jurnal Sains Natural. vol 9(1): 11-21. doi:
Pengembangan Teknik Lingkungan. vol 14(2): 45. https://doi.org/10.31938/jsn.v9i1.186.
doi: Wirasatriya, A. 2011. Pola distribusi klorofil-a dan total
https://doi.org/10.14710/presipitasi.v14i2.45-53. suspended solid (TSS) di Teluk Toli Toli,
Pamuji, A., Rudolf, M., and Churun, A. 2015. Pengaruh Sulawesi. vol 1(1): 137-149. doi:
sedimentasi terhadap kelimpahan https://doi.org/10.14710/buloma.v1i1.2990.
makrozoobenthos di Muara Sungai Betahwalang
Kabupaten Demak. Indonesian Journal of

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 303

Anda mungkin juga menyukai