Anda di halaman 1dari 48

PROGRAM PRIORITAS KEMARITIMAN DAN KELAUTAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU


Disampaikan pada Kegiatan Diklat Olah Raga Selam Dasar Scuba Diving dengan tema “ Guna
Mendukung Program Kemaritiman dan Konservasi Di Perairan Kepri Tahun 2017”,
Tanjungpinang, 17 Desember 2017
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
KEMARITIMAN DAN KELAUTAN
DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
OUTLINE PAPARAN

I KONDISI GEOGRAFIS

II KERAGAAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PROV. KEPRI

III VISI DAN MISI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016-2021

IV PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN


I KONDISI GEOGRAFIS
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Terdiri dari :

5 Kabupaten 2 Kota

• Kab. Bintan • Kota Batam


• Kab. Karimun • Kota Tanjungpinang
• Kab. Natuna
• Kab. Lingga
• Kab. Anambas

Luas Wilayah : 251.810 km2


Berbatasan dengan: Daratan : 10.595 km2 (4%)
Sebelah Utara : Vietnam, Camboja, Lautan : 241.215 km2 (96
Sebelah Selatan : Bangka Belitung %)
Sebelah Barat : Singapura, Prov.Riau Jumlah Pulau : 2.408 Buah
Sebelah Timur : Malaysia, Kalimantan Barat Pulau berpenghuni : 394
Pulau Terluar : 22
BATAS LAUT KABUPATEN KOTA DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
ARAH PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

KAWASAN
STRATEGIS

KAWASAN KAWASAN
STRATEGIS STRATEGIS
NASIONAL PROPINSI

Pulau Dompak Sebagai Pusat pemerintahan, pusat


Pulau-Pulau Terdepan Perbatasan NKRI pelayanan, pusat pertumbuhan baru dan kegiatan
kepariwisataan di Provinsi sebagai icon daerah dengan
nuansa budaya melayu
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Kepulauan Anambas Sebagai Sentra Perikanan dan
Bebas
Pariwisata Bahari
Batam – Bintan – Karimun
Lingga Sebagai Sentra Pertanian

Natuna Sebagai simpul transportasi laut internasional,


kawasan pelabuhan internasional, kawasan perikanan
tangkap dan kawasan perindustrian terpadu untuk
mendukung pelayanan kepelabuhanan dan perindustrian
global
P. Sekatung
P. Sebetul

P. Semiun
P. Senoa
22 PULAU TERDEPAN P. Tokong Boro

DI P. Tokong Belayar

PROVINSI P. Tokong Nanas

KEPULAUAN RIAU P. Mangkai P. Subi Kecil

(Keppres 6/2017)
P. Damar
P. Kepala
P. Karimun Kecil

P. Nipah P. Tokong Malang


Biru
P. Pelampung
P. Iyu Kecil
P. Batu Barhanti

P. Nongsa P. Malang Berdaun


P. Bintan

P. Sentut P. Berakit
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM, BINTAN, KARIMUN
(PP NO. 46,47,48 Tahun 2007 & PP N0. 5 Tahun 2011 )

Pengembangan FTZ Wilayah


Karimun :
- Industri Galangan Kapal
- Pariwisata

Pengembangan FTZ Wilayah


Batam :
- Industri Galangan Kapal
- Industri Terpadu
- Industri Elektronik
- Pariwisata Pengembangan FTZ Wilayah Bintan :
- Industri Maritim
- Industri Terpadu
- Pariwisata

Wilayah yang ditetapkan dalam Perpres


RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

KAWASAN STRATEGIS KEP.ANAMBAS


(Sebagai Sentra Perikanan dan Pariwisata
Bahari)

KAWASAN STRATEGIS NATUNA


(simpul transportasi laut internasional, kawasan
pelabuhan internasional, kawasan perikanan
tangkap dan kawasan perindustrian terpadu untuk
mendukung pelayanan kepelabuhanan dan
perindustrian global )

KAWASAN STRATEGIS PULAU DOMPAK


(Pulau Dompak Sebagai Pusat pemerintahan, pusat
pelayanan, pusat pertumbuhan baru dan kegiatan
kepariwisataan di Provinsi sebagai icon daerah dengan
nuansa budaya melayu)

KAWASAN STRATEGIS P. LINGGA


(Sebagai Sentra Pertanian)
KEGIATAN STRATEGIS NAWACITA/RPJMN (PERHUBUNGAN LAUT & ASDP )
PADA RTRW PROVINSI KEPULAUAN RIAU
KERAGAAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
II PROVINSI KEPULAUAN RIAU
A. Perikanan Tangkap
POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI KEPRI
Peluang Pengembangan Potensi
SDI sebesar 485.238,45 ton
(56,38%)
Tingkat Pemanfaatan SDI
Tahun 2015 sebesar 375.411,66 Produksi Perikanan Tangkap
ton(43,62%)
450,000.00
Potensi SDI 860.650,11 ton/tahun
Kabupaten/Kota Produksi Tangkap (Ton) 400,000.00
1 Karimun 48.249,23
2 Bintan 54.463,78 350,000.00
3 Natuna 51.438,54 300,000.00
4 Lingga 33.536,87
6 Kepulauan Anambas 24.245,44 250,000.00
7 Batam 148.208,41
200,000.00
8 Tanjungpinang 15.269,40
Jumlah/Total:   150,000.00
  2015 375.411,66
  2014 406.395,00 100,000.00
  2013 392.638,90 50,000.00
  2012 360.560,00
308.355,00 2011 2012 2013 2014 2015
  2011
Perikanan Tangkap . . . .
Armada Penangkapan Ikan Provinsi Kepulauan Riau
Perahu Tanpa Motor Kapal Motor (KM)
Kabupaten/Kota Motor (PTM) Tempel (MT) (1 GT s/d >30GT) JUMLAH

1 Karimun 1.971 1.548 2.811 6.330


2 Bintan 1.407 309 3.623 5.339
3 Natuna 2.064 2.316 18.396 22.776
4 Lingga 2.931 295 3.471 6.697
6 Kepulauan Anambas 783 435 2.476 3.694
7 Batam 2.912 3.400 4.144 10.456
8 Tanjungpinang 665 370 499 1.534
Jumlah/Total:        
  2015 12.733 8.673 35.420 56.826
  2014 12.733 8.614 35.368 56.715
  2013 11.460 5.762 35.365 52.587
  2012 11.769 7.546 32.397 51.712
  2011 12.596 5.586 21.891 40.073
Perikanan Tangkap . . . .
Jumlah Armada & Rumah Tangga Perikanan Jenis Bantuan & Penerima 2011-2015
(RTP)
No Jenis Armada Jumlah Ket.
No Jenis Bantuan Jumlah RTP
(unit)
1 Perahu tanpa motor (PTM) 12.773 1 Kapal 2 GT 481 961
2 Perahu motor tempel (PMT) 8.614 Unit 2 Kapal 5 GT 204 851
3 Kapal Motor (KM) 32.752 3 Kapal 30 GT 41 421
Total Armada 54.139 4 Sampan & Mesin 1.282 1.282
5 Alat tangkap 35.673 6.263
Total RTP 61.512 Jiwa Total Bantuan 37.677 9.751

Bantuan Modal Usaha 263 3.561


- Kegiatan PUMP 222 2.220
- P3DK 1341 1.341
Jumlah RTP terbantu s/d Tahun 2015 13.312
Perikanan Tangkap . . . .
Perkembangan Kelompok Usaha Bersama 2012-2015
NO. KABUPATEN/KOTA 2012 2013 2014 2015
Kelompok Usaha Bersama (KUB)
Nelayan Provinsi Kepri, khususnya Kota 1 BINTAN 96 96 71 71
Batam kerap meraih penghargaan
2 KARIMUN 245 215 254 254
tingkat nasional. Penghargaan yang
pernah diterima KUB nelayan Batam, 3 NATUNA 66 111 111 111
antara lain KUB Teladan II pada 2012, 4 LINGGA 161 30 24 24
Tokoh Penggerak Nelayan Teladan II 5 KEPULAUAN ANAMBAS 146 226 203 203
pada 2013 serta beberapa penghargaan
6 BATAM 309 389 420 485
di 2014 yaitu Tokoh Penggerak Nelayan
Teladan I, Nelayan Teladan II, Wira 7 TANJUNGPINANG 93 99 104 104
Usaha Teladan II serta KUB Teladan III. JUMLAH 1.116 1.166 1.187 1.252
Batam memiliki Forum KUB Mina
Batam Madani (MBM) yang
merupakan wadah kerjasama
dan silaturahmi antar KUB di
Kota Batam, dan menjadi Forum
KUB percontohan oleh
Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Perikanan Tangkap . . . .
Koperasi Nelayan di Prov. Kepri 2015
Koperasi nelayan merupakan salah satu wadah
No Kabupaten/Kota Jumlah Ket.* pembinaan dan pengembangan perikanan
tangkap, namun perkembangannya belum sebaik
Kelompok Usaha Bersama di Provinsi Kepulauan
1 Bintan 1 2001
Riau.
2 Karimun 1 2005
3 Natuna - - Dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir,
4 - hanya terdapat 9 (sembilan) unit Koperasi nelayan
Lingga -
yang hingga tahun 2015 masih beroperasi di
5 Kepulauan Anambas 1 2012
Provinsi Kepulauan Riau.
6 Batam 4 2012
7 Tanjungpinang 2 … Perlu dukungan dan kebijakan yang lebih terarah
agar soko guru kegiatan perekonomian
Jumlah Total 9 -
masyarakat ini dapat lebih berperan, khususnya
bagi nelayan pesisir.
* Tahun mulai dibentuk
Perikanan Tangkap . . . .
Salah satu prasarana utama
kegiatan perikanan tangkap adalah
tersedianya fasilitas pelabuhan
perikanan bagi nelayan dan pelaku
usaha perikanan.

Saat ini, di Provinsi Kepulauan Riau


terdapat 2 (dua) Pelabuhan
Perikanan milik Pemerintah yaitu
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Antang di Tarempa dan PPP Selat
Lampa di Natuna (pembangunan
fisik mulai tahun 2015). Serta 2
(dua) Pelabuhan Perikanan milik
swasta yaitu Pelabuhan Perikanan
Barelang PT. Mandra Guna Gema
Sejati dan Pelabuhan Perikanan
Telaga Punggur PT. Sarana Yeoman
Sembada.
B. Perikanan Budidaya
POTENSI PERIKANAN BUDIDAYA

Budidaya Laut (Ha) Budidaya Darat (Ha)


Kabupaten/ Kota Luas Daratan (Ha)
Pesisir Laut Lepas Air Payau Air Tawar
Bintan 194.613 6.684,0 37.517,1 250 1430
Batam 211.772 10.709,7 50.422,0 288 1191
Karimun 287.320 10.210,7 47.232,2 190 1106
Natuna 205.845 6.021,3 20.393,1 507 1063
Anambas 59.014 1.992,7 19.005,2 0 1091
Lingga 23.920 19.053,6 226.538,4 828 1124
Tanjungpinang 77.027 0 0 0 1101
Jumlah 54.672,1 401.107,9 2.063 8.111,21
Sumber : Hasil Kajian Identifikasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Prov. Kepri (DKP Kepri, 2011)
Perikanan Budidaya . . . . Potensi & Pemanfaatan
No Jenis Budidaya Jumlah (RTP)

1 Budidaya Air Laut 9.912 Tingkat


Peluang Tingkat 2 Budidaya Air Payau 175 pemanfaatan
pengembangan pemanfaatan 69,1 Ha
2.218 Ha (0,5%) 3 Budidaya Air Tawar 3.022
453.562 Ha(99,5%) 0,5% Total RTP) 13.109
No Jenis Bantuan Jumlah RTP 3,34%
Air Laut 1 Keramba jaring apung
1140 695 Air Payau
99,5% (kantong)
2 70
96,65%
Hatchery skala RT 7
3 Mesin pakan 13 130
Potensi lahan Tingkat 4 Sarana produksi 819 819
455.780 Ha pemanfaatan 5 Pelatihan 5 556
4.427,65 Ha
6 Rumput laut 15 150 Peluang Potensi lahan
Peluang (54,59)
45,41% Total Bantuan 1.999 2.420 pengembangan budidaya
pengembangan 2.063 Ha
3.683,56 Ha 54,59% 1.993,9 Ha
Bantuan Modal Usaha
(45,41%) Air Tawar 1 Kegiatan PUMP 136 1.360
2 P3DK 688 688
Potensi Lahan Total Modal Usaha 824 2.048
(8.111,21 Ha)
Total RTP terbantu s/d 2015 4.468
PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA (TON) Perikanan Budidaya . . . .
JENIS BUDIDAYA RUMPUT
NO KABUPATEN/ KOTA TOTAL
LAUT TAWAR PAYAU LAUT
1 Bintan 486,82 1.338,56 5,57 - 1.830,95
2 Karimun 884,74 236,70 5,28 112,88 1.239,60
3 Lingga 400,84 9,04 22,98 2,63 435,49
4 Natuna 457,16 258,35 7,96 143,00 866,47
5 Kepulauan Anambas 329,00 1,23 - 6,04 336,27 produksi rumput laut
6 Batam 3.454,27 12.200,66 - 12.680,00 28.334,93 80.000,00

7 Tanjungpinang 86,40 385,39 - - 471,79 2011


60.000,00
2015 6.099,23 14.429,93 41,79 12.944,55 33.515,50 2012

2014 4.783,20 17.334,96 34,82 69.699,86 91.852,84 40.000,00 2013


JUMLAH

2014
2013 4.226,63 13.365,67 90,77 11.700,25 29.383,32 20.000,00
2015
2012 2.974,35 11.209,57 16,73 11.115,70 25.316,35
-
2011 3.908,83 2.611,41 12,62 21.129,50 27.662,36

produksi budidaya ikan laut produksi budidaya ikan air tawar produksi budidaya ikan air payau
7.500,00 20.000,00
100,00

6.000,00 16.000,00
80,00 2011
2011 2011
2012 2012 2012
4.500,00 12.000,00 60,00
2013 2013 2013
3.000,00 2014 8.000,00 2014 40,00 2014
2015 2015 2015
1.500,00 4.000,00 20,00

- 22
- -
Perikanan Budidaya . . . .
RTP Perikanan Budidaya

P erkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan di Provinsi Kepulauan Riau cukup significant,
dibandingkan jumlah RTP pada tahun 2014 (11.505 RTP) terjadi kenaikan sebesar 14,24% di tahun 2015
(13.143 RTP). Kenaikan dominan pada RTP budidaya laut sebesar 1.604 RTP.
LAUT PAYAU TAWAR TOTAL
NO KABUPATEN/ KOTA
2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
1 Bintan 363 363 23 23 394 396 780 782
2 Karimun 596 989 93 100 302 310 991 1.399
3 Lingga 673 673 31 30 38 39 742 742
4 Natuna 841 865 11 10 130 130 982 1.005
5 Kepulauan Anambas 1.813 1.828 - - 1 2 1.814 1.830
6 Batam 3.669 4.841 17 20 1.916 1.930 5.602 6.791
7 Tanjungpinang 353 353 - - 241 241 594 594
JUMLAH 8.308 9.912 175 183 3.022 3.048 11.505 13.143
Perikanan Budidaya . . . . .
Perkembangan Kelompok Usaha Bersama 2011-2015
TAHUN Kelompok Usaha Bersama (KUB)
NO KAB/KOTA
2011 2012 2013 2014 2015 perikanan budidaya mulai
berkembang sejak diluncurkannya
1 Bintan 50 55 63 88 98 program Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP) oleh
2 Lingga 3 7 11 14 14 Kementerian Kelautan dan
3 Natuna 0 4 5 11 11 Perikanan mulai tahun 2011.
Bantuan sosial (bansos) yang
4 Kep. Anambas 0 - 5 12 12 diberikan sangat membantu
5 Karimun 3 7 12 16 17 perkembangan dan diversifikasi
usaha pada KUB yang telah ada
6 Batam 0 5 10 43 43 maupun yang baru tumbuh. Pola
7 Tanjungpinang 0 4 4 10 10 KUB juga diterapkan dalam
bantuan sarana prasarana
Jumlah 56 82 110 194 205 perikanan budidaya melalui APBD
Provinsi Kepulauan Riau.
C. PENGAWASAN SDKP
Perkembangan Kasus IUU Fishing 2011-2015
Illegal fishing atau lebih dikenal dengan
istilah Illegal, Unreported, and NO. INSTANSI 2011 2012 2013 2014 2015
Unregulated Fishing (IUU Fishing)
merupakan permasalahan yang telah 1 SATKER PSDKP BATAM 6 9 24 3 16*
lama mengakar di Indonesia. Wilayah 2 SATKER PSDKP NATUNA 0 6 1 7 3
laut yang sangat luas, mencapai 96%,
dengan hasil laut yang cukup potensial 3 SATKER PSDKP KEP. ANAMBAS 20 3 0 1 0
di beberapa zona fishing ground
4 LANTAMAL IV TANJUNGPINANG 0 0 0 20 0
menjadi alasan kuat masih maraknya
kasus ini di wilayah Provinsi Kepulauan 5 LANAL RANAI 0 0 0 0 15
Riau. 6 LANAL TAREMPA 0 0 0 0 6
7 DISPOTAIR POLDA KEPRI 0 0 0 0 5
8 SATPOLAIR RES LINGGA 0 0 0 0 1
JUMLAH 26 18 25 31 46
* 3 (tiga) kasus sudah inkrah yaitu Kapal KM.
SUDITA 15 (bendera Indonesia), 2 (dua)
kapal bendera Vietnam KM. KG 90540 TS
dan KM. KG 90540 TS . Ketiga kapal saat ini
dititipkan di SatkerPSDKP Batam
Pengawasan SDKP . . . .
Penenggelaman Kapal Asing
Di awal 2016 , telah diledakkan dan
ditenggelamkan 10 kapal ikan milik
asing di perairan Pulau Momoi,
Kecamatan Rempang Batam, pada
tangal 22 Februari 2016. Terdiri dari
3 (tiga) kapal berbendera Vietnam,
KM BV 92442 (GT 80), KM BV 92443
(GT 110) dan KM SLFA 2915 (GT 73)
dan 7 (tujuh) berasal dari Malaysia;
KM PKFB 376 (GT 63), KM KHF 451
GT, KM PSF 2461 (GT 53), KM PPF
164 (GT 81,04), KM PPF 593 (GT 48),
dan KM PKFA 8482 (GT 48). Kapal-
kapal ini ditangkap antara bulan
Maret hingga April 2015.
Pengawasan SDKP . . . .
Jumlah Pokmaswas di Prov. Kepri
Langkah antisipasi yang diambil yaitu :
No Kabupaten/Kota Jumlah Ket.* 1. Pembentukan Forum Koordinasi
1 2007 Penanganan Tindak Pidana Bidang
Bintan 5 Perikanan Berdasarkan SK Gubernur
2 Karimun 4 2005 Kepulauan Riau No. 402 Tahun 2011 dan
3 Natuna 11 2007 No. 495 Tahun 2013.
4 2008 2. Perjanjian Kerjasama antara Dinas
Lingga 5
Kelautan dan Perikanan Provinsi
5 Kepulauan Anambas 12 2010 Kepulauan Riau dengan Pangkalan
6 Batam 14 2008 Angkatan Laut (LANAL TAREMPA/ LANAL
7 Tanjungpinang 6 2008 RANAI) sejak tahun 2011 s.d 2014 dalam
rangka memberikan dukungan
Jumlah Total 57 - penanganan kasus illegal fishing.
3. Pelatihan dan Pemberian Sarana
Prasarana Dasar Pengawasan bagi
* Tahun mulai dibentuk POKMASWAS (Kelompok Masyarakat
Pengawas)
D. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN
Jumlah RTP Jenis Bantuan & Penerima 2011-2015
Kabupaten/ Kota RTP Pengolah RTP Pemasar Jumlah No Jenis Bantuan Jumlah RTP
Karimun 2030 1800 3.830 1 Pelatihan & bantuan alat 665 665
Bintan 274 274 548 2 P3DK 6.786 6.786
Natuna 664 786 1.450
Lingga 421 2388 2.809 3 PUMP Pengolahan 48 480
Kepulauan Anambas 73 79 152 4. Pembangunan Pabrik Es:
Batam 5810 8556 14.366 - Bintan 4 40
Tanjungpinang 139 484 623 - Antang Anambas (UPTD
DKP Kepri) 1 -
Total 9.411 14.367 23.778
5. Pasar ikan :
- Tanjungpinang 1 20
Jumlah Sarana Pengolahan & Pemasaran - Lingga 1 20
Jumlah UPI Per-Jenis Pengolahan Menurut Perlakuan - Karimun 1 20
Penggaraman Pengeringan

6. Bangsal pengolahan ikan


- Durai Karimun 1 10
JUMLAH
Pengolahan surimi

JUMLAH
No. Kab/Kota PASAR PABRIK ES Total Bantuan 7.469 8.011
IKAN
Pemindangan
Produk segar

Pengasapan

8.011
Pembekuan

Jumlah RTP terbantu s/d Tahun 2015


Fermentasi

Lainnya

1 Anambas - - 18 - 1 3 - 41 1 4
2 Bintan 1 2 131 3 10 - - 65 3 14
3 Karimun - 1 64 - - 21 1 48 9 15
4 Lingga 3 - 4 4 - - - 42 3 5
E. PENYULUHAN DAN PENGELOLAAN SDKP

Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) Pengelolaan Keragaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Tahun (Jumlah)
Kabupaten/ PPTK APBD PPTK PPTK No Keragaan SDKP Satuan
Kota KEPRI APBN APBD SWADAYA 2011 2012 2013 2014 2015
1 Terumbu karang kondisi baik 82,00 83,93 72,00 75,00 90,00 %
Tanjungpinang 5 2 - 1 Terumbu karang kondisi
2 18,00 16,07 28,00 25,00 10,00 %
Bintan 15 6 - 64 rusak
Karimun 14 1 9 - 3 Padang lamun kondisi baik 50,00 70,07 73,00 73,00 80,00 %
Batam 7 4 12 65 4 Mangrove kondisi baik 74,43 71,29 71,29 72,00 72,00 %
Illegal fishing (penurunan
Lingga 9 1 10 - 5 69 13 42 20 20 Kasus
kasus)
Natuna 13 3 5 - Destructive fishing
6 7 2 21 0 0 Kasus
Anambas 3 1 - - (penurunan kasus)
Kawasan konservasi laut
Jumlah 66 17 36 130 7 9 11 21 41 41 kawasan
(KKP)
8 Pokmaswas (se-prov Kepri) 28 59 61 61 61 Kelompok
VISI DAN MISI PROVINSI
III KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016-2021
VISI DAN MISI
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU
MASA JABATAN 2016-2021

31
VISI MISI
1. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur
“Terwujudnya birokrasi yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan
pelayanan publik yang berkualitas.
Kepulauan Riau 2. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis,
berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.
sebagai Bunda 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia sehingga memiliki daya saing tinggi.
Tanah Melayu yang 4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, penanganan kemiskinan dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Sejahtera, 5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata,
pertanian untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan
Berakhlak Mulia, mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan
Ramah Lingkungan pangan.
6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi)
dan Unggul di dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.
7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan
Bidang Maritim” memanfaatkan bahan baku lokal.
8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.
9. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur
berkualitas dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota.

32
PRIORITAS PEMBANGUNAN
1. Peningkatan Pelayanan Dasar.
2. Pengembangan Sektor Maritim. BIDANG KELAUTAN DAN
PERIKANAN
3. Peningkatan Ekonomi Produktif.
4. Peningkatan Infrastruktur Dasar

Fokus pada
( Connectivity ). Industrialisasi Kelautan dan Perikanan
di Kawasan Minapolitan
5.Pengentasan Kemiskinan.
6.Peningkatan Sektor Pariwisata.
7. Ketahanan Pangan.
8. Ketenagakerjaan.
9. Pengelolaan Perbatasan. 33
IV PENGELOLAAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
DI LAUT
PASAL 27 UU NO. 23 TAHUN 2014

1) Daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada
di wilayahnya.
2) Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak dan
gas bumi;
b. pengaturan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan
e. ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
3. Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling jauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.
POTENSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
DAN PERIKANAN
1) Wilayah Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah Wilayah Perairan Laut sampai
dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah
perairan kepulauan.
2) Reklamasi adalah Kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
3) Balai Benih Ikan yang selanjutnya disingkat BBI adalah sebagai tempat kegiatan pemerintah
melakukan produksi benih bermutu dan induk unggul ikan air tawar dan laut, pusat
informasi dan rujukan teknologi perikanan budidaya serta tempat pelatihan atau magang
dibidang perikanan budidaya.
4) Unit Pengolahan Ikan yang selanjutnya disingkat UPI adalah tempat dan fasilitas untuk
melakukan aktifitas pengolahan ikan.
5) Hasil perikanan adalah ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani dan/atau diolah
dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar.
ARAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
1. Dengan meletakkan kewenangan pengelolaan SDA hanya pada
daerah provinsi, maka kontrol pemerintah pusat menjadi lebih
efektif karena rentang kontrol yang pendek.
2. Manajemen pengelolaan SDA menjadi lebih efektif karena
hubungan antara pembuat kebijakan di provinsi dengan unit
pelaksana di kabupaten/kota berada dalam satu hirarkhi .
3. Dengan meletakkan urusan pada daerah provinsi, maka
kemampuan untuk membiayai urusan SDA menjadi lebih besar;
4. Pelayanan kepada masyarakat tidak mengalami banyak diversitas
akibat banyaknya pusat pengambilan keputusan (daerah
otonom).

37
PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLA SDA DI DAERAH

1. Pelaksanaan urusan pengelolaan SDA yang menjadi kewenangan


daerah provinsi dapat dilakukan oleh UPT (Cabang Dinas Provinsi) di
Kabupaten/Kota.
2. Untuk mempermudah pelayanan, Kepala UPT Kabupaten/Kota
diberikan wewenangan untuk menandatangani izin tertentu (yang
skala kecil dengan intensitas tinggi).
3. Dalam pelaksanaan anggaran, Kepala UPT di Kabupaten/Kota ditunjuk
sebagai KPA DPA SKPD.
4. Setiap unit kerja mempunyai target yang wajib dicapai dan dalam
pelaksanaannya dikontrol oleh dinas atau Kepala Daerah.

38
PEMBAGIAN URUSAN BIDANG KELAUTAN DAN
PERIKANAN SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH
PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
PUSAT
a. Pengelolaan ruang laut di atas 12 mil dan strategis nasional.
b. Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut
c. Penerbitan izin pemanfaatan jenis dan genetik (plasma nutfah) ikan antarnegara.
d. Penetapan jenis ikan yang dilindungi dan diatur perdagangannya secara internasional.
e. Penetapan kawasan konservasi.
f. Database pesisir dan pulau-pulau kecil.
PROVINSI
g. Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
h. Penerbitan izin dan pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
i. Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.
KABUPATEN/KOTA
-
AREA PERUBAHAN PEMBAGIAN URUSAN
1. PERUBAHAN KEWENANGAN
Berdasarkan Pasal 27 ayat (1) UU 23 Tahun 2014, Daerah Provinsi
diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya laut yang ada di
wilayahnya.
2. Bagi hasil pengelolaan sumber daya
Kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi
hasil dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan.
3. Provinsi berciri kepulauan
Menurut Pasal 28 ayat (1): untuk Daerah Provinsi yang berciri
kepulauan, Pemerintah Pusat menugaskan pelaksanaan
kewenangannya di bidang kelautan sepanjang telah memenuhi NSPK
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
AREA PERUBAHAN PEMBAGIAN URUSAN
4. Kewenangan pengelolaan (di luar minyak dan gas bumi)
Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola sumber daya di
wilayah laut:
(a) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
di luar minyak dan gas bumi;
(b) pengaturan administratif;
(c) pengaturan tata ruang;
(d) penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh
Daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah
Pusat;
(e) membantu memelihara keamanan di laut; dan
(f) membantu mempertahankan kedaulatan Negara.
IMPLIKASI TERHADAP UU PERIKANAN
1. Kewenangan pemberian izin kabupaten/kota
2. Kewenangan pengelolaan kawasan konservasi ; Kewenangan kabupaten/kota

dalam pengelolaan kawasan konservasi sejauh 4 mil untuk kabupaten/kota


dialihkan ke provinsi
3. Kewenangan penilaian usulan calon Kawasan Konservasi Perairan Kewenangan

Kabupaten/Kota dalam menilai usulan inisiatif calon kawasan konservasi


beralih menjadi kewenangan Provinsi
4. Kewenangan identifikasi dan inventarisasi calon Kawasan Konservasi Perairan
5. Kewenangan penetapan pencadangan calon Kawasan Konservasi Perairan
6. Kewenangan pengusulan penetapan Kawasan Konservasi Perairan
7. Kewenangan tata cara penetapan status perlindungan jenis ikan secara
terbatas
8. kewenangan monitoring dan evaluasi
9. Kewenangan pelaporan dan pembinaan
Pasal 19 UU No. 1/2014 ttg Pengelolaan WP3K
“…Sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil
untuk …”
a) produksi garam;
b) biofarmakologi laut;
c) bioteknologi laut;
d) pemanfaatan air laut selain energi;
e) wisata bahari;
f) pemasangan pipa dan kabel bawah laut;
g) pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
Pasal 32 UU No. 32 Tahun 2014 ttg Kelautan
h) bangunan laut
i) instalasi di laut
POTENSI PERIZINAN DAERAH
• Izin lokasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang selanjutnya disebut izin lokasi adalah izin
yang diberikan untuk memanfaatkan ruang dari sebagian perairan pesisir yang mencakup
permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan
tertentu dan/atau untuk memanfaatkan sebagian pulau- pulau kecil.

• Izin Pengelolaan sumber daya perairan pesisir dan pulau- pulau kecil yang selanjutnya disebut
izin pengelolaan adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan sumber
daya perairan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil;

• Izin pemanfaatan perairan pesisir lainnya yang selanjutnya disebut izin P3 lainnya adalah izin
pengelolaan sumber daya perairan pesisir selain produksi garam, biofarmakologi laut,
bioteknologi laut, wisata bahari, pemanfaatan air laut selain energi, pemasangan pipa dan
kabel bawah laut, dan/atau pengangkatan Benda Muatan Kapal Tenggelam.

• Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase. Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan Reklamasi
Potensi perizinan daerah . . .
• “bangunan dan instalasi di Laut” adalah setiap konstruksi, baik yang berada diatas dan/atau
di bawah permukaan Laut, yang menempel pada daratan, maupun yang tidak menempel
pada daratan, antara lain konstruksi reklamasi, prasarana pariwisata kelautan, dan prasarana
perhubungan

• “mempertimbangkan kelestarian sumber daya pesisir, Laut, dan pulau-pulau kecil” antara
lain pelindungan terhadap erosi pantai dan pelindungan terhadap ekosistem pesisir dan
Laut.

• Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan
dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis
beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.

• Kelautan adalah hal yang berhubungan dengan Laut dan/atau kegiatan di wilayah Laut yang
meliputi dasar Laut dan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaan Laut, termasuk
wilayah pesisir dan pulaupulaukecil.
Potensi perizinan daerah . . .
• Pipa bawah laut adalah salah satu bagian dari infra struktur bangunan lepas pantai yang berfungsi untuk
mengalirkan produk dari suatu struktur lepas pantai ke struktur lepas pantai lainnya atau ke terminal di darat
agar dapat diproses lebih lanjut
• Kabel bawah laut adalah suatu sistem transmisi menggunakan media kabel yang dibentangkan di dalam
lautan dan atau samudera untuk menghubungkan beberapa stasiun kabel
• Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) adalah Benda Berharga adalah benda asal muatan kapal
yang tenggelam dan berumur sama dengan atau lebih dari 50 tahun, serta mempunyai nilai ekonomi/intrinsik
tinggi yang berada di dasar laut wilayah Indonesia
• Penataan bangunan dan instalasi di laut adalah kegiatan untuk mengevaluasi, memperbaiki, atau
mengendalikan bangunan dan instalasi di laut;
• Wisata Bahari adalah Kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan
memiliki fokus pada lingkungan bahari (lingkungan bahari didefinisikan sebagai lingkungan perairan laut yang
bersifat garam dan dicirikan dengan adanya karakter dan pengaruh gelombang;
• Pengembangan Wisata Bahari adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal potensi
wisata bahari dengan memperhatikan lingkungan biofrafisik, lingkungan sosial ekonomi , budaya dan
melestarikan sumber daya alam bahari ;
• Pemanfaatan Air Laut Non Energi dapat diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan air laut
sebagai sumber alam untuk pembangunan kecuali untuk menghasilkan energi (listrik). (pemanfaatan untuk
pupuk, farmasi, air laut dalam untuk minum, dll)
Peraturan Perundang-undangan Dalam Rangka Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Kepulauan Riau
• PERDA No. 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN
KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERA
H PROVINSI KEPULAUAN
RIAU
• RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TENTANG RENCANA
ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAH
UN 2015-2035
• PERATURAN GUBERNUR NO. 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERIZI
NAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU_PULAU KECIL
• RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU TENTANG IZIN
PEMANFAATAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI KEPUL
AUAN
RIAU
Terima Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Dinas Kelautan dan Perikanan

Kasih
Pusat Perkantoran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Gedung B2, Lt. 1 & 2, Pulau Dompak, Tanjungpinang
Sur-el : dkp@e-kepri.net , Laman : http://dkp.kepriprov.go.id

Anda mungkin juga menyukai