I KONDISI GEOGRAFIS
Terdiri dari :
5 Kabupaten 2 Kota
KAWASAN
STRATEGIS
KAWASAN KAWASAN
STRATEGIS STRATEGIS
NASIONAL PROPINSI
P. Semiun
P. Senoa
22 PULAU TERDEPAN P. Tokong Boro
DI P. Tokong Belayar
(Keppres 6/2017)
P. Damar
P. Kepala
P. Karimun Kecil
P. Sentut P. Berakit
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN
PELABUHAN BEBAS BATAM, BINTAN, KARIMUN
(PP NO. 46,47,48 Tahun 2007 & PP N0. 5 Tahun 2011 )
2014
2013 4.226,63 13.365,67 90,77 11.700,25 29.383,32 20.000,00
2015
2012 2.974,35 11.209,57 16,73 11.115,70 25.316,35
-
2011 3.908,83 2.611,41 12,62 21.129,50 27.662,36
produksi budidaya ikan laut produksi budidaya ikan air tawar produksi budidaya ikan air payau
7.500,00 20.000,00
100,00
6.000,00 16.000,00
80,00 2011
2011 2011
2012 2012 2012
4.500,00 12.000,00 60,00
2013 2013 2013
3.000,00 2014 8.000,00 2014 40,00 2014
2015 2015 2015
1.500,00 4.000,00 20,00
- 22
- -
Perikanan Budidaya . . . .
RTP Perikanan Budidaya
P erkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan di Provinsi Kepulauan Riau cukup significant,
dibandingkan jumlah RTP pada tahun 2014 (11.505 RTP) terjadi kenaikan sebesar 14,24% di tahun 2015
(13.143 RTP). Kenaikan dominan pada RTP budidaya laut sebesar 1.604 RTP.
LAUT PAYAU TAWAR TOTAL
NO KABUPATEN/ KOTA
2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
1 Bintan 363 363 23 23 394 396 780 782
2 Karimun 596 989 93 100 302 310 991 1.399
3 Lingga 673 673 31 30 38 39 742 742
4 Natuna 841 865 11 10 130 130 982 1.005
5 Kepulauan Anambas 1.813 1.828 - - 1 2 1.814 1.830
6 Batam 3.669 4.841 17 20 1.916 1.930 5.602 6.791
7 Tanjungpinang 353 353 - - 241 241 594 594
JUMLAH 8.308 9.912 175 183 3.022 3.048 11.505 13.143
Perikanan Budidaya . . . . .
Perkembangan Kelompok Usaha Bersama 2011-2015
TAHUN Kelompok Usaha Bersama (KUB)
NO KAB/KOTA
2011 2012 2013 2014 2015 perikanan budidaya mulai
berkembang sejak diluncurkannya
1 Bintan 50 55 63 88 98 program Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP) oleh
2 Lingga 3 7 11 14 14 Kementerian Kelautan dan
3 Natuna 0 4 5 11 11 Perikanan mulai tahun 2011.
Bantuan sosial (bansos) yang
4 Kep. Anambas 0 - 5 12 12 diberikan sangat membantu
5 Karimun 3 7 12 16 17 perkembangan dan diversifikasi
usaha pada KUB yang telah ada
6 Batam 0 5 10 43 43 maupun yang baru tumbuh. Pola
7 Tanjungpinang 0 4 4 10 10 KUB juga diterapkan dalam
bantuan sarana prasarana
Jumlah 56 82 110 194 205 perikanan budidaya melalui APBD
Provinsi Kepulauan Riau.
C. PENGAWASAN SDKP
Perkembangan Kasus IUU Fishing 2011-2015
Illegal fishing atau lebih dikenal dengan
istilah Illegal, Unreported, and NO. INSTANSI 2011 2012 2013 2014 2015
Unregulated Fishing (IUU Fishing)
merupakan permasalahan yang telah 1 SATKER PSDKP BATAM 6 9 24 3 16*
lama mengakar di Indonesia. Wilayah 2 SATKER PSDKP NATUNA 0 6 1 7 3
laut yang sangat luas, mencapai 96%,
dengan hasil laut yang cukup potensial 3 SATKER PSDKP KEP. ANAMBAS 20 3 0 1 0
di beberapa zona fishing ground
4 LANTAMAL IV TANJUNGPINANG 0 0 0 20 0
menjadi alasan kuat masih maraknya
kasus ini di wilayah Provinsi Kepulauan 5 LANAL RANAI 0 0 0 0 15
Riau. 6 LANAL TAREMPA 0 0 0 0 6
7 DISPOTAIR POLDA KEPRI 0 0 0 0 5
8 SATPOLAIR RES LINGGA 0 0 0 0 1
JUMLAH 26 18 25 31 46
* 3 (tiga) kasus sudah inkrah yaitu Kapal KM.
SUDITA 15 (bendera Indonesia), 2 (dua)
kapal bendera Vietnam KM. KG 90540 TS
dan KM. KG 90540 TS . Ketiga kapal saat ini
dititipkan di SatkerPSDKP Batam
Pengawasan SDKP . . . .
Penenggelaman Kapal Asing
Di awal 2016 , telah diledakkan dan
ditenggelamkan 10 kapal ikan milik
asing di perairan Pulau Momoi,
Kecamatan Rempang Batam, pada
tangal 22 Februari 2016. Terdiri dari
3 (tiga) kapal berbendera Vietnam,
KM BV 92442 (GT 80), KM BV 92443
(GT 110) dan KM SLFA 2915 (GT 73)
dan 7 (tujuh) berasal dari Malaysia;
KM PKFB 376 (GT 63), KM KHF 451
GT, KM PSF 2461 (GT 53), KM PPF
164 (GT 81,04), KM PPF 593 (GT 48),
dan KM PKFA 8482 (GT 48). Kapal-
kapal ini ditangkap antara bulan
Maret hingga April 2015.
Pengawasan SDKP . . . .
Jumlah Pokmaswas di Prov. Kepri
Langkah antisipasi yang diambil yaitu :
No Kabupaten/Kota Jumlah Ket.* 1. Pembentukan Forum Koordinasi
1 2007 Penanganan Tindak Pidana Bidang
Bintan 5 Perikanan Berdasarkan SK Gubernur
2 Karimun 4 2005 Kepulauan Riau No. 402 Tahun 2011 dan
3 Natuna 11 2007 No. 495 Tahun 2013.
4 2008 2. Perjanjian Kerjasama antara Dinas
Lingga 5
Kelautan dan Perikanan Provinsi
5 Kepulauan Anambas 12 2010 Kepulauan Riau dengan Pangkalan
6 Batam 14 2008 Angkatan Laut (LANAL TAREMPA/ LANAL
7 Tanjungpinang 6 2008 RANAI) sejak tahun 2011 s.d 2014 dalam
rangka memberikan dukungan
Jumlah Total 57 - penanganan kasus illegal fishing.
3. Pelatihan dan Pemberian Sarana
Prasarana Dasar Pengawasan bagi
* Tahun mulai dibentuk POKMASWAS (Kelompok Masyarakat
Pengawas)
D. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN
Jumlah RTP Jenis Bantuan & Penerima 2011-2015
Kabupaten/ Kota RTP Pengolah RTP Pemasar Jumlah No Jenis Bantuan Jumlah RTP
Karimun 2030 1800 3.830 1 Pelatihan & bantuan alat 665 665
Bintan 274 274 548 2 P3DK 6.786 6.786
Natuna 664 786 1.450
Lingga 421 2388 2.809 3 PUMP Pengolahan 48 480
Kepulauan Anambas 73 79 152 4. Pembangunan Pabrik Es:
Batam 5810 8556 14.366 - Bintan 4 40
Tanjungpinang 139 484 623 - Antang Anambas (UPTD
DKP Kepri) 1 -
Total 9.411 14.367 23.778
5. Pasar ikan :
- Tanjungpinang 1 20
Jumlah Sarana Pengolahan & Pemasaran - Lingga 1 20
Jumlah UPI Per-Jenis Pengolahan Menurut Perlakuan - Karimun 1 20
Penggaraman Pengeringan
JUMLAH
No. Kab/Kota PASAR PABRIK ES Total Bantuan 7.469 8.011
IKAN
Pemindangan
Produk segar
Pengasapan
8.011
Pembekuan
Lainnya
1 Anambas - - 18 - 1 3 - 41 1 4
2 Bintan 1 2 131 3 10 - - 65 3 14
3 Karimun - 1 64 - - 21 1 48 9 15
4 Lingga 3 - 4 4 - - - 42 3 5
E. PENYULUHAN DAN PENGELOLAAN SDKP
Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) Pengelolaan Keragaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Tahun (Jumlah)
Kabupaten/ PPTK APBD PPTK PPTK No Keragaan SDKP Satuan
Kota KEPRI APBN APBD SWADAYA 2011 2012 2013 2014 2015
1 Terumbu karang kondisi baik 82,00 83,93 72,00 75,00 90,00 %
Tanjungpinang 5 2 - 1 Terumbu karang kondisi
2 18,00 16,07 28,00 25,00 10,00 %
Bintan 15 6 - 64 rusak
Karimun 14 1 9 - 3 Padang lamun kondisi baik 50,00 70,07 73,00 73,00 80,00 %
Batam 7 4 12 65 4 Mangrove kondisi baik 74,43 71,29 71,29 72,00 72,00 %
Illegal fishing (penurunan
Lingga 9 1 10 - 5 69 13 42 20 20 Kasus
kasus)
Natuna 13 3 5 - Destructive fishing
6 7 2 21 0 0 Kasus
Anambas 3 1 - - (penurunan kasus)
Kawasan konservasi laut
Jumlah 66 17 36 130 7 9 11 21 41 41 kawasan
(KKP)
8 Pokmaswas (se-prov Kepri) 28 59 61 61 61 Kelompok
VISI DAN MISI PROVINSI
III KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016-2021
VISI DAN MISI
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU
MASA JABATAN 2016-2021
31
VISI MISI
1. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur
“Terwujudnya birokrasi yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan
pelayanan publik yang berkualitas.
Kepulauan Riau 2. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis,
berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.
sebagai Bunda 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia sehingga memiliki daya saing tinggi.
Tanah Melayu yang 4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, penanganan kemiskinan dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Sejahtera, 5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata,
pertanian untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan
Berakhlak Mulia, mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan
Ramah Lingkungan pangan.
6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi)
dan Unggul di dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.
7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan
Bidang Maritim” memanfaatkan bahan baku lokal.
8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.
9. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur
berkualitas dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota.
32
PRIORITAS PEMBANGUNAN
1. Peningkatan Pelayanan Dasar.
2. Pengembangan Sektor Maritim. BIDANG KELAUTAN DAN
PERIKANAN
3. Peningkatan Ekonomi Produktif.
4. Peningkatan Infrastruktur Dasar
Fokus pada
( Connectivity ). Industrialisasi Kelautan dan Perikanan
di Kawasan Minapolitan
5.Pengentasan Kemiskinan.
6.Peningkatan Sektor Pariwisata.
7. Ketahanan Pangan.
8. Ketenagakerjaan.
9. Pengelolaan Perbatasan. 33
IV PENGELOLAAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
DI LAUT
PASAL 27 UU NO. 23 TAHUN 2014
1) Daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada
di wilayahnya.
2) Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak dan
gas bumi;
b. pengaturan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan
e. ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
3. Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling jauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.
POTENSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
DAN PERIKANAN
1) Wilayah Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah Wilayah Perairan Laut sampai
dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah
perairan kepulauan.
2) Reklamasi adalah Kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
3) Balai Benih Ikan yang selanjutnya disingkat BBI adalah sebagai tempat kegiatan pemerintah
melakukan produksi benih bermutu dan induk unggul ikan air tawar dan laut, pusat
informasi dan rujukan teknologi perikanan budidaya serta tempat pelatihan atau magang
dibidang perikanan budidaya.
4) Unit Pengolahan Ikan yang selanjutnya disingkat UPI adalah tempat dan fasilitas untuk
melakukan aktifitas pengolahan ikan.
5) Hasil perikanan adalah ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani dan/atau diolah
dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar.
ARAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
1. Dengan meletakkan kewenangan pengelolaan SDA hanya pada
daerah provinsi, maka kontrol pemerintah pusat menjadi lebih
efektif karena rentang kontrol yang pendek.
2. Manajemen pengelolaan SDA menjadi lebih efektif karena
hubungan antara pembuat kebijakan di provinsi dengan unit
pelaksana di kabupaten/kota berada dalam satu hirarkhi .
3. Dengan meletakkan urusan pada daerah provinsi, maka
kemampuan untuk membiayai urusan SDA menjadi lebih besar;
4. Pelayanan kepada masyarakat tidak mengalami banyak diversitas
akibat banyaknya pusat pengambilan keputusan (daerah
otonom).
37
PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLA SDA DI DAERAH
38
PEMBAGIAN URUSAN BIDANG KELAUTAN DAN
PERIKANAN SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH
PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
PUSAT
a. Pengelolaan ruang laut di atas 12 mil dan strategis nasional.
b. Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut
c. Penerbitan izin pemanfaatan jenis dan genetik (plasma nutfah) ikan antarnegara.
d. Penetapan jenis ikan yang dilindungi dan diatur perdagangannya secara internasional.
e. Penetapan kawasan konservasi.
f. Database pesisir dan pulau-pulau kecil.
PROVINSI
g. Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
h. Penerbitan izin dan pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi.
i. Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.
KABUPATEN/KOTA
-
AREA PERUBAHAN PEMBAGIAN URUSAN
1. PERUBAHAN KEWENANGAN
Berdasarkan Pasal 27 ayat (1) UU 23 Tahun 2014, Daerah Provinsi
diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya laut yang ada di
wilayahnya.
2. Bagi hasil pengelolaan sumber daya
Kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi
hasil dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan.
3. Provinsi berciri kepulauan
Menurut Pasal 28 ayat (1): untuk Daerah Provinsi yang berciri
kepulauan, Pemerintah Pusat menugaskan pelaksanaan
kewenangannya di bidang kelautan sepanjang telah memenuhi NSPK
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
AREA PERUBAHAN PEMBAGIAN URUSAN
4. Kewenangan pengelolaan (di luar minyak dan gas bumi)
Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola sumber daya di
wilayah laut:
(a) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
di luar minyak dan gas bumi;
(b) pengaturan administratif;
(c) pengaturan tata ruang;
(d) penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh
Daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah
Pusat;
(e) membantu memelihara keamanan di laut; dan
(f) membantu mempertahankan kedaulatan Negara.
IMPLIKASI TERHADAP UU PERIKANAN
1. Kewenangan pemberian izin kabupaten/kota
2. Kewenangan pengelolaan kawasan konservasi ; Kewenangan kabupaten/kota
• Izin Pengelolaan sumber daya perairan pesisir dan pulau- pulau kecil yang selanjutnya disebut
izin pengelolaan adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan sumber
daya perairan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil;
• Izin pemanfaatan perairan pesisir lainnya yang selanjutnya disebut izin P3 lainnya adalah izin
pengelolaan sumber daya perairan pesisir selain produksi garam, biofarmakologi laut,
bioteknologi laut, wisata bahari, pemanfaatan air laut selain energi, pemasangan pipa dan
kabel bawah laut, dan/atau pengangkatan Benda Muatan Kapal Tenggelam.
• Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase. Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan Reklamasi
Potensi perizinan daerah . . .
• “bangunan dan instalasi di Laut” adalah setiap konstruksi, baik yang berada diatas dan/atau
di bawah permukaan Laut, yang menempel pada daratan, maupun yang tidak menempel
pada daratan, antara lain konstruksi reklamasi, prasarana pariwisata kelautan, dan prasarana
perhubungan
• “mempertimbangkan kelestarian sumber daya pesisir, Laut, dan pulau-pulau kecil” antara
lain pelindungan terhadap erosi pantai dan pelindungan terhadap ekosistem pesisir dan
Laut.
• Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan
dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis
beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
• Kelautan adalah hal yang berhubungan dengan Laut dan/atau kegiatan di wilayah Laut yang
meliputi dasar Laut dan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaan Laut, termasuk
wilayah pesisir dan pulaupulaukecil.
Potensi perizinan daerah . . .
• Pipa bawah laut adalah salah satu bagian dari infra struktur bangunan lepas pantai yang berfungsi untuk
mengalirkan produk dari suatu struktur lepas pantai ke struktur lepas pantai lainnya atau ke terminal di darat
agar dapat diproses lebih lanjut
• Kabel bawah laut adalah suatu sistem transmisi menggunakan media kabel yang dibentangkan di dalam
lautan dan atau samudera untuk menghubungkan beberapa stasiun kabel
• Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) adalah Benda Berharga adalah benda asal muatan kapal
yang tenggelam dan berumur sama dengan atau lebih dari 50 tahun, serta mempunyai nilai ekonomi/intrinsik
tinggi yang berada di dasar laut wilayah Indonesia
• Penataan bangunan dan instalasi di laut adalah kegiatan untuk mengevaluasi, memperbaiki, atau
mengendalikan bangunan dan instalasi di laut;
• Wisata Bahari adalah Kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan
memiliki fokus pada lingkungan bahari (lingkungan bahari didefinisikan sebagai lingkungan perairan laut yang
bersifat garam dan dicirikan dengan adanya karakter dan pengaruh gelombang;
• Pengembangan Wisata Bahari adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal potensi
wisata bahari dengan memperhatikan lingkungan biofrafisik, lingkungan sosial ekonomi , budaya dan
melestarikan sumber daya alam bahari ;
• Pemanfaatan Air Laut Non Energi dapat diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan air laut
sebagai sumber alam untuk pembangunan kecuali untuk menghasilkan energi (listrik). (pemanfaatan untuk
pupuk, farmasi, air laut dalam untuk minum, dll)
Peraturan Perundang-undangan Dalam Rangka Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Kepulauan Riau
• PERDA No. 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN
KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERA
H PROVINSI KEPULAUAN
RIAU
• RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TENTANG RENCANA
ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAH
UN 2015-2035
• PERATURAN GUBERNUR NO. 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERIZI
NAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU_PULAU KECIL
• RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU TENTANG IZIN
PEMANFAATAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI KEPUL
AUAN
RIAU
Terima Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Dinas Kelautan dan Perikanan
Kasih
Pusat Perkantoran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Gedung B2, Lt. 1 & 2, Pulau Dompak, Tanjungpinang
Sur-el : dkp@e-kepri.net , Laman : http://dkp.kepriprov.go.id