Anda di halaman 1dari 6

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN

Oleh : Risyanto Suanda

“Kau merdeka dari segala yang tidak kau inginkan


Dan kau budak dari
segala yang kau inginkan”

Membaca kutipan yang dibuat oleh Ibnu Atha’illah as-Sakandari diatas sepertinya kita
langsung menafsirkan bahwa keinginan adalah sesuatu yang terlarang, berbahaya dan harus
kita hindari. Benarkah demikian adanya? Bukankah keinginan merupakan anugerah Allah
untuk manusia? Bahkan di dalam agama Islam diwajibkan seorang muslim untuk berikhtiar
agar mencapai keinginan itu. Jadi keinginan seperti apa yang dibolehkan atau dilarang?

KEINGINAN ATAU KEBUTUHAN ?


Keinginan harus dibedakan dengan kebutuhan. Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan
oleh manusia untuk memenuhi hal-hal yang sifatnya mendasar seperti, makanan, pakaian dan
perumahan. Apabila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia
akan merasa tidak nyaman hidupnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah
suatu hal yang harus ada. Keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan, yang
diharapkan apabila dapat dipenuhi kita akan merasa lebih puas, apabila keinginan tidak
terpenuhi maka sesungguhnya kenyamanan tersebut tidak akan berkurang.
Sebagai contoh, perbedaan antara kebutuhan dan keinginan dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan, karena makanan memiliki fungsi utama
sebagai sumber energi untuk tubuh, sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi
tambahan dari makanan. Makanan standar yang memberi energi kepada tubuh adalah
kebutuhan, sedangkan makanan yang enak adalah keinginan, termasuk di dalamnya
makan di restoran yang mewah dan mahal harganya.
2. Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca dan pakaian juga berfungsi
untuk menjaga aurat yang harus kita jaga. Pakaian yang standar sudah cukup memenuhi
fungsi tersebut. Kadang kala, kita membeli pakaian bukan sekedar yang berfungsi
menutupi tubuh kita, tapi kita juga membeli pakaian yang bermerk dan mahal, ini yang
dikatergorikan bukan sekedar kebutuhan, tapi keinginan.
3. Rumah juga merupakan kebutuhan, tempat kita tinggal dan bernaung, dan agar rumah
dapat berfungsi dengan baik, rumah yang standar sudah cukup memenuhi kebutuhan
tersebut. Namun manusia kadang kala ingin memiliki rumah mewah dengan berbagai
fasilitas tambahan, nah ini sudah merupakan keinginan.

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto


Suanda
1
Dari manakah datangnya sebuah keinginan? Keinginan datang dari hati yang selalu bolak
balik, bisa jadi sebuah keinginan itu adalah keinginan yang baik atau sebaliknya. Sayangnya
kita sering kali tidak melihat sesuatu dibalik keinginan karena perhatian kita senantiasa
terfokus pada keinginan tersebut, bukan pada apa yang ada dibalik keinginan.
Pikiran bawah sadar kita terkadang bisa menerima informasi jauh lebih cepat dibandingkan
pikiran sadar, maka pola yang terbentuk dalam pikiran bawah sadar kita, sering kali tidak
kita sadari. Keinginan datang dari sana, dengan pola yang tidak kita sadari. Peran logika atau
akal akan terabaikan atau hanya sebagai pembenaran keinginan kita saja. Dalam hal ini,
sesungguhnya kita telah mengabaikan potensi akal yang sudah Allah Swt berikan kepada
kita. Pengendalian keinginan.
Jika kita ingin lebih mengendalikan hidup kita, ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa
yang kita inginkan, maka kita harus mengoptimalkan peran akal sebelum kita bertindak.
Caranya, ialah dengan berhenti/ bertahan pada saat kita memiliki keinginan dan jangan
langsung kita turuti. Renungkan terlebih dahulu, apakah keinginan ini membawa kepada
kebaikan atau tidak. Dalam hal ini, hanya sedikit orang saja yang dapat melakukannya.
Kebanyakan dari mereka bergerak seperti robot, dimana hidupnya diarahkan oleh berbagai
faktor luar yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita yang tanpa kita sadari.
Sehubungan dengan itu, Al-Hasan Rahimahullah pernah berkata, “Semoga Allah merahmati
hamba-Nya yang berhenti di saat berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan
jika karena selain-Nya maka ia tinggalkan.” [Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim Al
Jauziyyah]. Berhenti pada saat memiliki keinginan, adalah salah satu teknik dalam
manajemen qalbu (hati) sehingga qalbu kita akan menjadi qalbun salim (hati yang sehat).

Kita semua sudah tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Dalam salah satu
hadits yang begitu populer, Rasulullah bersabda, yang artinya :
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu
maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah
segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa watak manusia memang pada dasarnya mencintai
materi walaupun kesenangan materi itu adalah palsu dan menipu. Dan, jika kita tenggelam
didalam kematerian tersebut, maka posisinya bisa lebih rendah dari binatang.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َّ ِ‫ب َو ْالف‬
‫ض ِة‬ ِ َ‫ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِم َن ال َّذه‬ ِ ‫ين َو ْالقَ ٰن ِط‬Sَ ِ‫ت ِم َن النِّ َسٓا ِء َو ْالبَن‬
ِ ‫اس حُبُّ ال َّشهَ ٰو‬ Sِ َّ‫ُزي َِّن لِلن‬
َ ِ‫ث   ٰۗ ذل‬
‫ك َم ٰت ُع ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا  ۖ  َوهَّللا ُ ِع ْن َدهۥُ ُحس ُْن‬ ِ ْ‫َو ْال َخي ِْل ْال ُم َس َّو َم ِة َواَأْل ْن ٰع ِم َو ْال َحر‬
ِ ‫ْال َمَئا‬
‫ب‬
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan,
berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14)

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto


Suanda
2
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫اِ ْعلَ ُم ۤ ْوا اَنَّ َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َّولَ ْه ٌو َّو ِز ْينَةٌ َّوتَفَا ُخ ۢ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكا ثُ ٌر فِى ااْل َ ْم َوا ِل َوا‬
ٰ ‫ب ْال ُكفَّا َر نَبَا تُهٗ ثُ َّم يَ ِه ْي ُج فَتَ ٰرٮهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُك ْو ُن ح‬
 ۗ ‫ُط ًما‬ َ ‫ث اَ ْع َج‬ ٍ ‫اْل َ ْواَل ِد ۗ  َك َمثَ ِل َغ ْي‬
ُ ‫َوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذا بٌ َش ِد ْي ٌد ۙ  َّو َم ْغفِ َرةٌ ِّم َن هّٰللا ِ َو ِرضْ َوا ٌن ۗ  َو َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَ ۤا اِاَّل َمتَا‬
‫ع‬
‫ْال ُغر ُْو ِر‬
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan,
perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak
keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
(tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.
Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Hadid 57: Ayat
20).

KERANGKA PIKIR
Setiap manusia mempunyai keinginan yang berbeda-beda, bersifat personal, dan itu
merupakan ketetapan Allah. Keinginan manusia yang sifatnya personal tersebut bukan
sesuatu yang dilarang, bahkan dianjurkan selama berada di dalam koridor aturan Allah di
dalam Alquran dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW di dalam sunahnya.
Keinginan yang bersifat personal tadi kemudian akan bertemu dengan kondisi konkrit di
lapangan, kepentingan masyarakat, aturan sosial, hukum dan budaya yang ada di masyarakat
lingkungan kita. Keinginan personal itu bisa jadi sejalan dengan keadaan di lapangan, bisa
jadi tidak. Kita mungkin tidak mampu merubah atau mengatur sesuatu yang di luar kendali
kita, seperti kondisi masyarakat di lapangan, tapi kita harus mampu mengatur dan
menyesuaikan kondisi di dalam diri kita, menata hati dan pikiran kita agar bisa
menyesuaikan dengan kondisi eksternal.
Keinginan personal dan kondisi konkrit masyarakat harus mengacu kepada aturan tertinggi,
yaitu ketetapan Allah. Allah telah menurunkan Alquran sebagai buku manual kehidupan
manusia, yang mengatur bagaimana hubungan antar manusia dan bagaimana hubungan
manusia dengan Allah. Rasulullah telah memberikan penjelasan detil mengenai ayat-ayat
Alquran tersebut dan telah memberikan contoh nyata di dalam kehidupan sehari-hari
bagaimana perilaku manusia sebagai hamba Allah.
Jadi pada dasarnya, bagaimana manusia menjalani kehidupan tidak rumit, bahkan sederhana
karena tinggal mengacu kepada Quran dan Hadits. Apa yang dibolehkan atau dilarang sudah
jelas ada diatur, bahkan lengkap dengan parameter-parameternya, termasuk pahala dan
hukuman dari setiap perilaku kita, termasuk di dalamnya mengatur keinginan seperti apa
yang dibolehkan dan aturan yang harus dipatuhi dalam mewujudkan keinginan tersebut.

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto


Suanda
3
Kerangka berpikir dalam memilah dan mewujudkan keinginan kita berdasarkan uraian di
atas sangat simpel, yaitu bagaimana kita menyelaraskan antara keinginan personal dengan
kondisi di lapangan dengan mengacu pada aturan tertinggi yaitu Quran dan Hadits. Kita
tidak punya kendali atas apa yang di luar diri kita, termasuk ketetapan Allah, tapi kita punya
kendali atas diri kita untuk berusaha menyesuaikan dan menerima segala ketetapan Allah
dengan lapang dada, sabar dan ikhlas.

KEINGINAN TANPA KETAMAKAN


Ibnu Atha’illah as-Sakandari mengatakan, keinginan yang baik adalah keinginan yang tidak
disertai oleh ketamakan. Keinginan yang diiringi keengganan terhadap makhluk dan sikap
qonaah terhadap rejeki yang telah diperoleh oleh setiap diri kita. Qona’ah adalah tenangnya
hati meski tidak adanya sesuatu yang sudah biasa ada. Dan qona’ah itu awal dari pada sifat
zuhud.
Ketamakan terhadap sesuatu sama dengan penghambaan terhadap sesuatu itu. Sementara
keengganan terhadap sesuatu itu adalah bentuk kebebasan dari sesuatu itu. Orang yang
tamak akan menjadi budak, orang yang enggan (terhadap sesuatu) akan menjadi orang yang
merdeka. Seorang budak akan merdeka selama dia puas, seorang yang merdeka akan
menjadi budak selama dia tamak.
Kendali terhadap keinginan adalah merupakan kunci agar tidak terjebak dalam ketamakan.
Keinginan harus dalam koridor keridhoan Allah dan disesuaikan dengan kemampuan kita
agar kita tidak terjebak dalam angan-angan (Al-Wahm/waham). Waham adalah angan-
angan terhadap sesuatu selain dari Allah, yang berarti angan-angan yang tidak mungkin
terjadi. Dan biasanya nafsu itu lebih tunduk pada wahm/ angan-angan, dari pada pada
akalnya, inilah yang menyebabkan banyak manusia terjebak dalam ketamakan.
Tidak ada orang yang bisa selamat dari sifat tamak kecuali orang yang khusus, yaitu orang-
orang yang ahli Qona’ah dan berserah diri pada Allah, yang hatinya sama sekali tidak
bergantung pada makhluk(manusia).

SYUKUR NIKMAT
Salah satu cara orang kembali ke Allah adalah dengan diberi musibah. Orang yang tidak
mendekat kepada Allah meski telah diberi berbagai kenikmatan akan dipaksa mendekat
kepada Allah melalui berbagai musibah.
Kedekatan seorang hamba kepada Allah melalui 2 proses :
1. Diturunkan nikmat kepadanya sehingga dia bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut
dan kemudian bersiap melayani-Nya.
2. Dengan diturunkan musibah yang menimpa tubuh dan hartanya sehingga dia akan
berlindung kepada Allah dan meminta-Nya agar mengangkat musibah itu. Mungkin ini
bisa menjadi jalan dia meninggalkan keduniaan dan hanya bergantung kepada Allah.
Syukur nikmat akan membuat nikmat itu abadi dan semakin bertambah. Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto


Suanda
4
‫َواِ ْذ تَا َ َّذ َن َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َش َكرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّـ ُك ْم َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذا بِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد‬
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Syukur nikmat bisa diwujudkan dengan hati, yaitu kita sadar bahwa semua nikmat berasal
dari Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫  َو َما بِ ُك ْم ِّم ْن نّـِ ْع َم ٍة فَ ِم َن هّٰللا ِ ثُ َّم اِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَاِ لَ ْي ِه تَجْ َئر ُْو َن‬
"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl 16:
Ayat 53)

Syukur nikmat juga bisa diwujudkan dengan lisan, yaitu dengan mengatakan nikmat
tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


ْ ‫َواَ َّما بِنِ ْع َم ِة َرب َِّك فَ َح ِّد‬
‫ث‬
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)." (QS.
Ad-Duha 93: Ayat 11)

Syukur nikmat bisa juga dilakukan dengan anggota tubuh, misal dengan menggunakannya di
jalan ketaatan kepada Allah dan menjauhkannya dari hal yang tidak diridhoi-Nya.

PENUTUP
Keinginan merupakan anugerah Allah yang boleh dimiliki manusia selama tidak diiringi oleh
ketamakan. Sesuaikan keinginan dengan koridor yang telah Allah tentukan dan kemampuan
kita agar tidak terjebak ke dalam angan-angan kosong.
Jangan kecewa kalau tidak tercapai, kembalikan ke Allah. Sikap menerima kita
menunjukkan kematangan kita. Selalu siap menerima, menyesuaikan dan menjaga harapan
sesuai dengan tuntunan Allah. Selalu mensyukuri apapun yang telah Allah tetapkan terhadap
kita karena hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita.

Sukamiskin, 29 Oktober 2021

MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto


Suanda
5
MERDEKA ATAU MENJADI BUDAK KEINGINAN Risyanto
Suanda
6

Anda mungkin juga menyukai