Membaca kutipan yang dibuat oleh Ibnu Atha’illah as-Sakandari diatas sepertinya kita
langsung menafsirkan bahwa keinginan adalah sesuatu yang terlarang, berbahaya dan harus
kita hindari. Benarkah demikian adanya? Bukankah keinginan merupakan anugerah Allah
untuk manusia? Bahkan di dalam agama Islam diwajibkan seorang muslim untuk berikhtiar
agar mencapai keinginan itu. Jadi keinginan seperti apa yang dibolehkan atau dilarang?
Kita semua sudah tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Dalam salah satu
hadits yang begitu populer, Rasulullah bersabda, yang artinya :
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu
maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah
segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa watak manusia memang pada dasarnya mencintai
materi walaupun kesenangan materi itu adalah palsu dan menipu. Dan, jika kita tenggelam
didalam kematerian tersebut, maka posisinya bisa lebih rendah dari binatang.
َّ ِب َو ْالف
ض ِة ِ َير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِم َن ال َّذه ِ ين َو ْالقَ ٰن ِطSَ ِت ِم َن النِّ َسٓا ِء َو ْالبَن
ِ اس حُبُّ ال َّشهَ ٰو Sِ َُّزي َِّن لِلن
َ ِث ٰۗ ذل
ك َم ٰت ُع ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا ۖ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهۥُ ُحس ُْن ِ َْو ْال َخي ِْل ْال ُم َس َّو َم ِة َواَأْل ْن ٰع ِم َو ْال َحر
ِ ْال َمَئا
ب
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan,
berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14)
اِ ْعلَ ُم ۤ ْوا اَنَّ َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َّولَ ْه ٌو َّو ِز ْينَةٌ َّوتَفَا ُخ ۢ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكا ثُ ٌر فِى ااْل َ ْم َوا ِل َوا
ٰ ب ْال ُكفَّا َر نَبَا تُهٗ ثُ َّم يَ ِه ْي ُج فَتَ ٰرٮهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُك ْو ُن ح
ۗ ُط ًما َ ث اَ ْع َج ٍ اْل َ ْواَل ِد ۗ َك َمثَ ِل َغ ْي
ُ َوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذا بٌ َش ِد ْي ٌد ۙ َّو َم ْغفِ َرةٌ ِّم َن هّٰللا ِ َو ِرضْ َوا ٌن ۗ َو َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَ ۤا اِاَّل َمتَا
ع
ْال ُغر ُْو ِر
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan,
perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak
keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
(tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.
Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Hadid 57: Ayat
20).
KERANGKA PIKIR
Setiap manusia mempunyai keinginan yang berbeda-beda, bersifat personal, dan itu
merupakan ketetapan Allah. Keinginan manusia yang sifatnya personal tersebut bukan
sesuatu yang dilarang, bahkan dianjurkan selama berada di dalam koridor aturan Allah di
dalam Alquran dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW di dalam sunahnya.
Keinginan yang bersifat personal tadi kemudian akan bertemu dengan kondisi konkrit di
lapangan, kepentingan masyarakat, aturan sosial, hukum dan budaya yang ada di masyarakat
lingkungan kita. Keinginan personal itu bisa jadi sejalan dengan keadaan di lapangan, bisa
jadi tidak. Kita mungkin tidak mampu merubah atau mengatur sesuatu yang di luar kendali
kita, seperti kondisi masyarakat di lapangan, tapi kita harus mampu mengatur dan
menyesuaikan kondisi di dalam diri kita, menata hati dan pikiran kita agar bisa
menyesuaikan dengan kondisi eksternal.
Keinginan personal dan kondisi konkrit masyarakat harus mengacu kepada aturan tertinggi,
yaitu ketetapan Allah. Allah telah menurunkan Alquran sebagai buku manual kehidupan
manusia, yang mengatur bagaimana hubungan antar manusia dan bagaimana hubungan
manusia dengan Allah. Rasulullah telah memberikan penjelasan detil mengenai ayat-ayat
Alquran tersebut dan telah memberikan contoh nyata di dalam kehidupan sehari-hari
bagaimana perilaku manusia sebagai hamba Allah.
Jadi pada dasarnya, bagaimana manusia menjalani kehidupan tidak rumit, bahkan sederhana
karena tinggal mengacu kepada Quran dan Hadits. Apa yang dibolehkan atau dilarang sudah
jelas ada diatur, bahkan lengkap dengan parameter-parameternya, termasuk pahala dan
hukuman dari setiap perilaku kita, termasuk di dalamnya mengatur keinginan seperti apa
yang dibolehkan dan aturan yang harus dipatuhi dalam mewujudkan keinginan tersebut.
SYUKUR NIKMAT
Salah satu cara orang kembali ke Allah adalah dengan diberi musibah. Orang yang tidak
mendekat kepada Allah meski telah diberi berbagai kenikmatan akan dipaksa mendekat
kepada Allah melalui berbagai musibah.
Kedekatan seorang hamba kepada Allah melalui 2 proses :
1. Diturunkan nikmat kepadanya sehingga dia bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut
dan kemudian bersiap melayani-Nya.
2. Dengan diturunkan musibah yang menimpa tubuh dan hartanya sehingga dia akan
berlindung kepada Allah dan meminta-Nya agar mengangkat musibah itu. Mungkin ini
bisa menjadi jalan dia meninggalkan keduniaan dan hanya bergantung kepada Allah.
Syukur nikmat akan membuat nikmat itu abadi dan semakin bertambah. Allah Subhanahu
Wa Ta'ala berfirman:
َو َما بِ ُك ْم ِّم ْن نّـِ ْع َم ٍة فَ ِم َن هّٰللا ِ ثُ َّم اِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَاِ لَ ْي ِه تَجْ َئر ُْو َن
"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl 16:
Ayat 53)
Syukur nikmat juga bisa diwujudkan dengan lisan, yaitu dengan mengatakan nikmat
tersebut.
Syukur nikmat bisa juga dilakukan dengan anggota tubuh, misal dengan menggunakannya di
jalan ketaatan kepada Allah dan menjauhkannya dari hal yang tidak diridhoi-Nya.
PENUTUP
Keinginan merupakan anugerah Allah yang boleh dimiliki manusia selama tidak diiringi oleh
ketamakan. Sesuaikan keinginan dengan koridor yang telah Allah tentukan dan kemampuan
kita agar tidak terjebak ke dalam angan-angan kosong.
Jangan kecewa kalau tidak tercapai, kembalikan ke Allah. Sikap menerima kita
menunjukkan kematangan kita. Selalu siap menerima, menyesuaikan dan menjaga harapan
sesuai dengan tuntunan Allah. Selalu mensyukuri apapun yang telah Allah tetapkan terhadap
kita karena hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita.