CATATAN TAFSIR
SURAH AL-MURSALAT (77)
AYAT 1 S/D 3, 16,17, 20, 29 S/D 40
Kuliah Subuh Ust. LUTHFI HASAN ISHAAQ
QS. Al-Mursalat (77): 16. Bukankah telah Kami binasakan orang-orang yang
dahulu?
QS. Al-Mursalat (77): 17. Lalu Kami susulkan (azab Kami terhadap) orang-orang
yang datang kemudian.
QS. Al-An’am (6): 91. Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya
ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.”
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa
Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-
lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan
banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak
diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah-lah
(yang menurunkannya),” kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main
dalam kesesatannya.
para malaikat yang entah berapa jumlahnya, para malaikat yang mengiringi turunnya
Al-Quran dan dia diturunkan berbasis Allah, tetapi kita memperlakukannya sama
dengan karya-karya ilmiah orang lain, manusia, kita membacanya sama dengan thesis
atau skripsi yang dibuat oleh orang-orang S1 atau S2, karya ilmiah profesor yang
mereka menulisnya dan menelitinya sambil mabuk dan sambil minum-minuman
keras. Padahal ini adalah datang dari Allah.
Jadi demikian cara kita menyikapi Al-Quran, cara kita menyikapi kedudukan
nabi, padahal ini dari Allah. Disebutkan,”Mereka tidak mendudukkan, tidak
memahami kedudukan Allah sebagaimana mestinya, tidak memperlakukan
Allah……..” Disebut cara Rasulullah menyebutkan,”Ya Rabb milikmulah segala puji
setara dengan kemuliaan-Mu, dan kekuasaan-Mu yang tidak terhingga, setara
dengan ketinggian-Mu setara dengan kekuasaan-Mu yang tidak terhingga, yang
pantas dan yang setara yang sesuai dengan kepatutan bagi kemuliaan dan ketinggian
kedudukan-Mu dan kekuasaan-Mu yang tidak terhingga.”
Ini rasulullah mengajarkan agar kita mengucapkannya setiap pagi dan sore, di
pagi hari kita diperintahkan untuk mengucapkan dan mengakui kedudukan Allah, di
sore hari diperintahkan untuk mengulang kembali.
Kemudian bahwa Allah tidak menurunkan apapun untuk manusia, katakan
bukankah Allah yang telah menurunkan wahyu kepada Musa dan Kitab yang kau bisa
dapat, tetapi kemudian kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa sebagai nur,
penerang jalan hidup dan petunjuk hidup bagi seluruh manusia, lalu kalian
memperlakukannya, kalian hanya anggap segepong dokumen yang boleh sebagian
kalian buka dan sebagian boleh ditutup, sebagian boleh disebarkan dan sebagian boleh
disembunyikan.
Kira-kira kita seperti apa kita memperlakukan kepada Al-Quran, dalam
memperlakukan Al-Quran, apakah memperlakukan Al-Quran seperti dokumen yang
disimpan yang kadang dibuka, kadang ditutup, dan kadang-kadang disampaikan
kepada anak dan istri kita, kadang kita kunci lemarinya atau kita sembunyikan karena
takut dimarahi oleh istri. Kadang dalam menerapkan hukum waris karena takut ribut,
kita sembnyuikan sebagian ayatnya.
Jadi kita tidak mensosialisasikan bahkan kepada anak kita sendiri, kita tidak
mendatangkan orang yang bisa memahamkan mereka tentang Al-Quran, kita hanya
mencari dan mamakai Al-Quran saat kita mau pakai melamar istri kita, untuk mas
kawin, setelah itu disimpan, padahal mas kawin di zaman Rasul itu mengajarkannya
sampai hafal.
Mas kawinnya Al-Quran dengan mengajar mengajarkan Al-Quran kepada
isteri kita hingga hafal, itu hanya beberapa surat, tetapi kita memberikan beberapa
surat kita kasih gelondongan Quran hanya dibaca kalau ada yang mati, itu pun hanya
Surat Yasin saja yang dibaca, selebihnya tidak, tetapi gelondongan Quran kita
berikan, tanpa dihafalkan kepada isteri kita, yang sampai sekarang masih ada
disimpan di dalam lemari dan tidak pernah dibuka.
Jadi ini gambaran orang-orang yang tidak memahami kedudukan Allah atau
tidak memperlakukan Allah sebagaimana mestinya, tidak memperlakukan utusan
Allah, tidak menghormati utusan Allah, dan tidak menganggap yang datang dari Allah
sebagaimana mestinya.
Kemudian di ayat berikut:
Page |4
QS. Al-Hajj (22): 73. Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka
dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan
jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.
Ini tentang kemampuan Allah, kita under estimate tentang kemampuan Allah.
Lalu Allah mengatakan,”Wahai manusia Saya sampaikan kepada kalian sebuah
contoh, untuk bahan analogi tentang Allah, perumpamaan orang-orang yang kalian
anggap sebagai tuhan selain Allah sesungguhnya mereka tidak bisa menciptakan
apa-apa, tidak bisa bergerak, bertahun-tahun dia hanya ada ditempatnya, dan
mereka adalah buah karya tangan kalian sendiri, bagaimana dia bisa menciptakan
kalian jika dirinya pun kalian yang membikin. Tidak bisa menciptakan apa-apa,
bahkan hanya menciptakan satu ekor lalat saja tidak bisa?” Di surat Al-Baqarah
Allah menyebutkan nyamuk, bahwa Allah tidak segan-segan menjadikan nyamuk
sebagai bukti keagungan dan kebesaran Allah di semesta alam ini.
Padahal ada galaxy, ada matahari, bintang bintang, ada beragam makhluk yang
besar, tetapi karena kita tidak paham-paham, juga ada nyamuk yang menggigit kalian,
dan kalian kejam dia hanya meminta darah sedikit tapi dibunuh oleh kalian. Padahal
kita menuntut keadilan, sementara kita tidak bisa berbuat adil
Di ayat ini Allah berbicara tentang lalat, kalian kesal kepada nyamuk, padahal
dia menghidupkan jutaan orang. Berapa banyak obat diproduksi hanya karena untuk
memprotek dari gangguan nyamuk. Berapa jumlah karyawan terserap oleh pabrik-
pabrik tersebut?
Nah sekarang disebutkan lalat, kalau lalat dikatakan makhluk yang geli, tetapi
Allah mengatakan,”Yang tuhan kalian, yang kalian anggap tuhan, yang bisa
memberikan segala macam menurut kalian bisa tidak bikin nyamuk? Kalau tidak,
bisakah mengambil kembali, merebut kembali apa yang diambil oleh lalat?” Kalau
ada semut dia mengambil gula akan kelihatan. Khusus lalat, adakah tuhan kalian bisa
merebut kembali apa yang sudah diambil oleh lalat? Tidak bisa. Lalat jika akan
memakan makanannya dia berikan cairan, setelah cair (berubah bentuk) lalu
memakannya, sehingga kalian tidak dapat lagi mengambilnya kembali.
Jadi kalau kalian menggap ada tuhan selain Allah, tuhan kalian tidak berdaya,
kalian pun tidak berdaya, lalu apa yang akan bisa kalian dapatkan dari dia di hadapan
Allah nanti, itulah tentang sebuah persepsi kedudukan Allah.
Maka ayat 74 mengatakan bahwa:
QS. Al-Hajj (22): 74. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya.
Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa.
Begitulah, Allah itu Maha Kuat tidak selemah tuhan kalian yang tidak bisa
merebut dari lalat, Tuhan juga bukan yang seperti lalat yang tidak berdaya sehingga
tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi persepsi kalian keliru tentang Tuhan bagaimana
caranya? Ya Al-Quran agar kita paham Allah. Di Al-Quran-lah yang menjelaskan
siapa diri-Nya dan siapa Dzat-Nya. Maka agar kita mengenali Allah ya kepada Al-
Quran, jangan jauh-jauh dahulu dengan mencari dari penjelasan sana sini. Dalam
penjelasan Al-Quran ada yang tidak perlu penjelasan, yang fiks penjelasannya dan
tidak perlu ada tambahan penjelasan, ada yang perlu penjelasan tambahan, maka cari
orang yang menulis tafsir. Ada sekian tafsir yang sudah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia, satu ayat yang kita paham, cari dalam tafsir, agar kita mempunyai
gambaran yang utuh pilihan-pilihan memaknainya.
Kalau masih belum, tanyakan kepada orang yang spesialis mempelajari
agama, jika kalian tidak tahu maka kemana menanyakan ahli dzikir, maka langsung
saja kepada Al-Quran, nanti kita akan diberi Quran ini adalah nur yang menerangi
hati kita dan otak kita, dia adalah hidayah dia adalah rahmat yang diberikan kepada
siapapun yang berinteraksi dengan Al-Quran dan mendekat dengan Al-Quran.
Jadi inilah di Al-Quran yang selama ini kita jadikan gepokan dokumen yang
kita simpan di rumah kita. Al-Quran kita buka kita tidak sesering membuka brankas
kita. Yang sering kita buka adalah brankas dan lembaran-lembaran uang. Quran nyaris
tidak menjadi rutinitas.
Kemudian yang ketiga tentang kebesaran, ini adalah kedigkejayaan. Jadi tidak
ada yang diluar kendali Allah, dan tidak ada yang diluar jangkauan Allah. Semuanya
bisa dijangkau dan semuanya bisa didatangkan.
Dan itu nasehat Luqman kepada anaknya,’Wahai anakku jika ada benda
sekecil apapun di angkasa sana, atau ditumpukan padang pasir, atau di kedalaman
air laut dan samudra entah di mana Allah bisa mendatangkan.” Bukan sekedar
mendeteksi lokasinya dengan GPS-nya. Banyak orang yang hanya bisa mendeteksi
keberadaannya tetapi tidak bisa menghadirkannya. Seperti benda-benda (satelit-
satelit) yang ada di luar angkasa sana yang telah rusak, karena biaya membawa pulang
ke negerinya lebih mahal, maka mereka menembaknya di tempat apa, ya hancur
berkeping-keping sehingga tidak membahayakan manusia. Demikian Luqman
mengajari anaknya.
Begitu dia membingkai cara berpikir anaknya. Lalu memerintahkan,”Untuk itu
hendaklah engkau berhablumminallah, menunaikan salat sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, sebarkan kebaikan dan cegah kemungkaran, Bersabarlah jika ada yang
bereaksi balik dengan cara yang tidak benar.”
Ini Luqman yang dihadirkan dalam Al-Quran yang harus dicontohkan bagi
setiap mereka yang sudah menjadi bapak atau calon bapak. Jadi tidak perlu
merayakan hari bapak, tetapi baca saja surat Luqman bagaimana menjadi bapak, atau
Surat Ibrahim.
Kalau istri kita tidak usah menunggu hari ibu sedunia, baca saja Surah
Maryam, disitu dijelaskan bagaimana menjadi seorang ibu.
Jadi contoh-contoh yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari kita ada di
dalam Al-Quran. Nanti konsepnya mengakui kedudukan Allah dan memahami status
kita dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Yang ini di surat Az-Zumar tentang kekaguman kita kepada langit dan bumi,
solar system dan galaxy. Tahu tidak langit yang ada di bumi, bumi yang kita tempati
Page |6
itu nanti pada hari kiamat saat ini pun ada di genggaman Allah. Terbayangkan tidak
kalau solar system kita itu ada di genggaman Allah? Sementara kita jangankan keluar
dari solar system, ke planet lain saja tidak.
Maka ini nanti disebutkan di dalam Al-Quran dalam ayat berikut:
QS. Az-Zumar (39): 67. Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana
mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari
apa yang mereka persekutukan.
Bahwa bumi disini diartikan dalam genggaman-Nya. Seluruh isi bumi dalam
genggaman-Nya atau bumi dengan segala isinya. Dan hari kiamat nati entah langit
yang mana yang akan dilipat dan digulung dan ditenteng oleh Allah, Maka terbayang
tidak kebesaran Allah.
Kalau kita membayangkan Allahu Akbar, Allah Maha Besar, itu
membayangkan besaran langit dan bumi, galaxy yang ada, makhluk-makhluk-Nya
semuanya kecil, Allah Yang Maha Besar, lebih besar dari seluruh makhluk yang Dia
ciptakan, sementara kita tidak usah bicara galaxy, bicara solar sistem saja kita sudah
tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana dengan di galaksi saja, satu galaksi kita
sudahlah kita bukan apa-apa. Bagaimana dengan miliaran galaksi yang ada di semesta
ini?
Tebayangkan besarnya Allah, Allah tidak menjelaskan ukuran dan besar-Nya,
Allah mengatakan itu loh makhluk yang Saya ciptakan, Saya adalah Akbar, Saya
lebih besar dari itu semua, dari semua makhluk yang Saya ciptakan, apakah kalian
mengerti? Apakah kalian tidak segera mengambil posisi kalian dengan kedudukan
Allah di semesta alam ini? Apa sikap kita? Segeralah mendekat dan merapat kepada
Allah.
Jadi itu perintah-Nya, maka di sini Maha Suci Allah dari bayangan manusia
yang menganggap Allah setara dan sama dengan makhluk-Nya. Seluruh isi langit dan
bumi tidak ada satupun yang tidak, dia akan datang kepada Allah sebagai hamba,
sebagai makhluk, kita tidak mau. Jadi ini persoalan tentang persepsi kita terkait
tentang Allah.
Maka dalam surat Al-Mursalat ini Allah menjelaskan manajemen yang
dibangun oleh Allah untuk semesta alam, diberikan kita gambaran berawal dari
disebutkan dalam ayat berikut:
Para utusan, para malaikat yang ditugaskan yang memiliki kecepatan yang
tidak terhingga, makhluk-makhluk-Nya pun punya kecepatan, ini yang mengurus
benda-benda yang punya kecepatan, angin yang punya kecepatan. Yang mengatur
angin lebih cepat dari angin, peredaran matahari dan bumi, peredaran benda angkasa
yang cepat, kecepatan lebih cepat kecepatan malaikat dibandingkan dengan kecepatan
mereka.
Hujan ditebar di seluruh benua, tetapi yang menebar hujan lebih cepat lagi dri
kecepatan hujan menyebar.
Tentang besarnya malaikat, bahwa Malaikat Jibril pernah menampakan diri di
hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, beliau bercerita,”Kemana pun saya
memandang, ke angkasa, ke samping mentok ke kiri, mentok ke kanan, sampai mentok
ke belakang, saya melihat semuanya ada Jibril.” Jadi semuanya tertutupi oleh tubuh
malaikat Jibril.
Yang membedakan yang hal dan bantil, dan yang membedakan semua benda-
benda adalah malaikat. Dan kita yang mengidentifikasi perbedaan benda itu para
profesor, yang bisa mengidentifikasi suatu benda dengan benda yang lain yang tidak
dikenal oleh manusia. I
ni para Malaikat yang menjelaskan perbedaan dan membedakan dan memberi
kasih sayang Allah kepada seluruh yang ada…….. Jadi yang mampu membedakan
sampai ke dasar laut samudra yang tidak ada cahaya, sampai di permukaan bumi dan
di angkasa, disebutkan,”Tidakkah kalian lihat burung yang terbang di angkasa
bergerombol atau sendiri-sendiri, tidak ada yang membuat dia mengambang di udara
kecuali Ar-rahman.”
Jadi yang bisa membuat mereka bisa melayang di udara dan kecepatan yang
berbeda-beda, tidak ada yang bisa bikin kecuali Allah, tidak ada bisa menahan mereka
kecuali Allah, dan Dia sangat mengetahui bahwa seluruh makhluk yang ada di
angkasa Allah tahu, yang sekecil apapun dan Allah mengirim malaikat yang bisa
membedakan semuanya dan bisa memberikan karunia dan rahmat dan berkah-Nya
Allah untuk masing-masing makhluk yang ada di sana. Tidak ada yang luput dari
jangkauan dan tidak ada yang terlupakan, dan tidak ada yang terlantar. Dengan
menugaskan para malaikat. Lalu untuk kepada manusia, yang menurunkan pesan-
pesan dan wahyu.
Apakah wahyu itu hanya untuk para nabi dan Rasul? Karena dalam Al-Quran
disebutkan,”Kami wahyukan kepada ibunya Nabi Musa.” Jadi Wahyu yang untuk
dirinya sendiri itu para ulama menyepakati istilahnya ilham walaupun itu disebut
wahyu dalam Al-Quran. Tetapi wahyu yang untuk disebarkan dan dperuntukkan
kepada umatnya itu diperuntukkan untuk para nabi dan rasul adalah wahyu.
Adapun yang melalui perantara, seperti anak Nabi Adam yang membunuh
saudaranya, tidak tahu bagaimana cara mengubur jenazah saudaranya yang telah
dibunuh. Disebutkan dalam surat Al-Maidah dalam ayat berikut:
QS. Al-Ma’idah (5): 31. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali
tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya
menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.
Page |8
QS. Al-A’laq (96): 1. iqra` bismi rabbikallażī khalaq [Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan,]
QS. Al-A’laq (96): 4. allażī 'allama bil-qalam [Yang mengajar (manusia) dengan
pena.]
QS. Al-Mursalat (77): 29. (Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa
(azab) yang dahulu kamu dustakan.
QS. Al-Mursalat (77): 30. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka)
yang mempunyai tiga cabang,
QS. Al-Mursalat (77): 31. yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api
neraka.”
QS. Al-Mursalat (77): 32. Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api
(sebesar dan setinggi) istana,
Bahwa,”Seolah-olah iringan onta yang kuning.” Iringan onta yang kuning itu
yang mempermudah memahami, itu kalau di kita mungkin disini adalah iring-iringan
kerbau, atau iring-iringan sapi yang kemudian menabrak orang.
Begitu kurang lebih bongkahan-bongkahan api neraka itu yang di dalam
neraka dan menabrak siapapun yang ada di depannya, tadi besarnya segede istana dan
gedung-gedung yang kalian bikin, yang ini kecil-kecil atau segede onta, atau yang
segede kerbau atau sapi yang menabrak siapa saja yang berada di depannya.
P a g e | 10
QS. Al-Mursalat (77): 34. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan
(kebenaran).
QS. Al-Mursalat (77): 35. Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara,
QS. Al-Mursalat (77): 36. dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan
alasan agar mereka dimaafkan.
QS. Al-Mursalat (77): 37. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan
(kebenaran).
QS. Al-Mursalat (77): 38. Inilah hari keputusan; (pada hari ini) Kami kumpulkan
kamu dan orang-orang yang terdahulu.
QS. Al-Mursalat (77): 39. Maka jika kamu punya tipu daya, maka lakukanlah
(tipu daya) itu terhadap-Ku.
QS. Al-Mursalat (77): 40. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan
(kebenaran).
QS. Al-Mursalat (77): 20. Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina
(mani),
Bahwa,”Bukankah Saya yang menciptakan kalian hanya dari setetes air, yang
kalian kenal betul tetesan air itu, itu dipertemukan dengan ovum dan disimpan di
tempat yang aman di dalam rahim, dalam rentang waktu yang ditetapkan oleh Allah.”
Lalu Kami atur jatah kebutuhannya hingga dia tumbuh besar dan Allahlah
sebaik-baik penentu quota yang diberikan kepada bayi yang di dalam rahim. Kalau
kebanyakan suplai nanti kegedean dan kalau kekurangan suplai akan kekurangan,
nanti dia tidak berdaya. Maka dia bisa tumbuh di dalam perut, siapa yang masuk bisa
mensuplai? Siapa yang mendistribusikan ke seluruh tubuh bayi? Allah, tidak ada
diantara kita yang bisa melakukannya.
Jadi itulah kalian dihadapan Allah, itulah jati diri kalian di hadapan Allah, lalu
apa yang membuat kalian mendustakan apa yang Allah katakan kepada kalian. Kalian
sudah lahir, bukankah Kami menciptakan bumi yang kalian dilahirkan, semuanya ada
tersedia di situ, yang mati dan yang hidup.
Dan kami jadikan sungai-sungai yang mengalir yang kalian bisa menikmati air
sungai, dan kalian bisa minumnya dan bisa hidup dengan air. Maka celakalah mereka
yang belum juga mau menerima realita bahwa Allah pencipta yang Dia memberi
pesan yang Allah turunkan berupa wahyu, nabi yang diutus, yang pernah hidup
menjelaskan tata cara implementasi pesan-pesan Allah, dan kemudian isi Al-Quran
yang sampai hari ini ada di tangan kita masih juga kita tidak mau menerimanya,
celakahlah orang-orang yang………, Allah semua yang memberikan.
Baru kemudian di ayat 29 disebutkan:
QS. Al-Mursalat (77): 29. Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa
(azab) yang dahulu kamu dustakan.
Ya sudahlah kalau kalian tidak mau mendekat tidak mau merapat kepada
Allah, dan tidak mau mempelajari siapa sosok nabi yang diutus dan apa pesan yang
dibawa, siapa yang mengutus? Kalau kalian tidak mau mempelajari silakan
mendatangi tempat-tempat kalian akan disiksa di neraka jahanam nanti. Datang saja
sendiri, tidak usah takut diseret malaikat dan dilemparkan. Pecah gendang telinga kita
P a g e | 12
mendengarkan suara gemuruh di dalam neraka. Setiap kali ada yang dicampakkan
sana dia menjerit dan menangis dan tidak terhingga suaranya karena derita yang dia
hadapi disana.
Lalu malaikat bertanya,”Apakah kalian tidak pernah mendapatkan penjelasan
dari Allah tentang hari ini? Apakah memang kalian tidak pernah diberitahu bahwa
hari ini akan terjadi seperti ini?” Jawab mereaka,”Benar telah datang penjelasan
kitab-Nya, ada nabi, ada orang-orang yang mewakili nabi juga, tetapi kami
mendustakan tidak mau menerimanya”. Lalu mereka mengatakan,”Andai saya mau
mendengar, andai saya mau mempertimbangkan dan mengambil sikap dan keputusan
saya tidak akan dimasukkan ke dalam neraka.” Lalu tanpa daya dia mengakui seluruh
kesalahannya dan tidak ada gunanya lagi.
Maka agar sekarang tidak terjadi pada diri kita seperti itu, maka kita
mengkalkulasi ulang masa depan kita, sehingga kita selalu merapat dan mendekat
kepada Allah. Caranya dengan jangan jauh-jauh dari Al-Quran di the life kita harus
distandarisasinya dengan Al-Quran dan kita berusaha untuk melakukan apa yang
tercantum di dalam Al-Quran.
PERTANYAAN
Pertama, kita makhluk yang bernyawa, pasti akan mati, kita meyakini hal itu, kita
juga percaya kepada hari kiamat, dan hari perhitungan (yaumil hisab), orang-orang
kafir menyukai dunia dan melalaikan ajaran, kita orang berikan akan dihisab, apakah
orang kafir juga akan dihisab?
Kedua, apa pintu surga itu telah dibuka, dan apakah benar Rasulullah memegang
kunci pintu surga?
Jawaban
Pertama, yang substansial, kita sudah beriman tapi konsekuensi logis dari keimanan
kita apa? Kan kalau kita sudah yakin bahwa kita diterima sebagai PNS, atau kita yakin
bahwa kita sudah akan mendapatkan remisi dan akan dipulangkan, kan kita tahu
konsekuensi logisnya apa, remisi dapat, tetapi PB tidak dapat, karena itu harus
melalui prosedur administrasi standar, yang harus kita selesaikan. Caranya ya
pahamlah buang air kecil saja harus bayar.
Jadi harus kita jalankan proses administrasinya, jika tidak ya nanti hukuman
kita akan pelek dapatnya. Konsekwesnsi logis keimanan kita tentang eksistensi Allah,
tentang keimanan kita di hari kiamat dan azab, lalu selanjutnya setelah kita beriman
bagaimana? Kalau kita tidak tahu jawabannya bahwa Al-Quran
mengatakan,”Kumpulkanlah bekal dan sebaik-baik bekal adalah Taqwa.”
Apa itu taqwa? Adalah upaya kita untuk selalu mendekatkan diri dan upaya
kita agar selalu dekat dengan Allah. Upaya kita agar tidak dijauhi Allah, apalagi
P a g e | 13
melakukan perbuatan yang membuat kita menjauh dari Allah. Jadi jangan sampai
Allah marah lalu Allah menjauh dari kita.
Jangan sampai kita menempuh jalan yang menyimpang dan menjauh dari
Allah. Jadi berusaha mendekat dan tetap dekat dengan Allah, dan tidak mau menjauh.
Apa prosedurnya agar selalu dekat dengan Allah? Disebutkan ulaika humul muttaqun,
merekalah orang-orang yang bertakwa. Itu disebutkan di dalam ayat, siapa saja yang
disebut berakwa, kita masuk dalam spek itu atau tidak? Disebutkan dalam ayat
berikut:
QS. Al-Baqarah (2): 177. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada
Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang
yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati
janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan
pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.
Yang dianggap sebagai perbuatan baik, perilaku yang baik, kan kita
katakan,”Saya baik.” Menurut siapa kamu baik. ,”Saya telah berbuat baik.” Menurut
siapa kamu telah berbuat baik? Menurut opini publik, kita telah berbuat baik. Maka
Allah mengatakan,”Yang disebut perbuatan baik adalah bukankah kalian
menghadapkan ke timur atau ke barat, tetapi yang melakukan hal-hal sesuai dengan
maunya kalian itu bukan perbuatan baik, kebaikan yang Allah maksudkan ya akan
menjadi bekal yang membuat kalian lolos di hari Yaumul Hisab adalah meningkatkan
kualitas keimanan kepada Allah. “
Jangan stagnan dulu kita SD dan SMP diajari, setelah sarjana S2, S3 tidak lagi
nambah tentang apa itu iman dan mengimani hari akhir? Bagaimana hari akhir itu?
Tadi sudah diuraikan, bahwa ada malaikat yang diutus Allah menemui para nabi
membawa al-kitab. Ini satu, ini tentang pekerjaan hati yang masuk dalam kategori al-
birr.
Kalau kita berbuat baik tidak dilandasi oleh pekerjaan hati, iman kepada Allah,
pada hari akhir, pada malaikat, kepada kitab, kepada nabi, maka landasannya tidak
ada. Kalau ini keranjang tempat diisi air, bukan bocor, tetapi memang tidak ada
landasannya, jadi blong semuanya. Tidak ada yang bisa disimpan.
Kita datang mengira telah berbuat banyak nanti di akhirat, padahal kita tidak
menemukan apapun amal kita, karena tidak ada landasan untuk menyimpan yang kita
amali.
Ini landasannya keimanan dan memberikan akses yang sangat dia sayangi
kepada siapa dalil qurban kepada keluarganya, kepada orang tua. Disebutkan dalam
ayat lain kepada orang tuanya, kepada istrinya, kepada anaknya, kepada saudara
kandungnya aset yang dia sayang, yang disenangi termasuk yang diberikan berbasis
keimanan, bukan berbasis kepentingan. Ini murni karena Allah dan tidak punya
interes, itulah pemberian,”Kenapa kau kasih istrimu banyak betul?” Jawabnya,”Ya
kalau tidak dia nanti meninggalkan saya, saya bisa diceraikan.” Ini tidak ada nilainya
di hadapan Allah, karena berniat bukan karena Allah.
P a g e | 14
Sama dengan hari ini saya dapat income berapa, hari ini saya punya tambahan
pendapatan tidak, aset saya berkurang tidak? Deposito saya ini berapat? Jadi
semuanya itu yang selalu kita hitung, pada pertambahan sektor materi? Tetapi sektor
rohani apakah pernah kita tanya seperti itu atau tidak?
Rasulullah dan para sahabatnya sedang kumpul, mungkin sarapan atau
mungkin duduk-duduk di masjid. Rasulullah bertanya kepada mereka,”Bagaimana
iman kalian hari ini? Apa yang kau lakukan hari ini. Siapa di antara kalian yang
sudah menunaikan salat sunnah? Siapa yang sudah bersedekah? Siapa yang sudah
berpuasa?”
Ini semua sahabat ditanya satu persatu oleh Rasulullah. Satu-satunya seorang
sahabat nabi yang tidak pernah tidak diangkat tangannya hanya Abu Bakar, semua
yang ditanya Rasulullah dia jawab semua melaksanakan semua. Sementara sahabat
yang lain kadang tidak angkat tangannya karena tidak mengerjakan. Itulah Abu Bakar
yang kemudian diangkat menjadi khalifah dan sebagai pengganti Rasulullah dalam
menata kehidupan umat Islam.