QIBLAT
Dalam al-Qur’an dan Hadis
2
ن ا!ل2 اس وی$ ا ﺵ(اء2 -! و.آ أ01 +,وآ
6 ا!ل ی7 ی0 8
إ5 ا آ. ا01 ﺵ
(ا و
2 إی7
;
ی ه(ى ا و آن ا, ا$ 8
ة إ2 5 وإن آ:
$
>إن ا ﺏس ؤف ا
“Dan demikian kami telah menjadikan kamu, ummatan wasthan agar kamu menjadi
saksi atau patron atas kamu Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar kamu mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
2
terasa sangat berat , kecuali bagi orang orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah
dan Allah tidak akan menyia nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah maha pengasih
lagi maha penyayang kepada manusia”.
Ayat ini memerintahkan untuk mengalihkan wajah, bukan hati dan fikiran,
karena hati dan fikiran hendaklah Mengarah kepada Allah swt, hati dan isinya adalah
sesuatu yang gaib, maka sesuai dengan sifatnya itu, ia pun harus mengarah kepada
yang maha gaib, sedang wajah adalah sesuatu yang nyata, maka ia pun diarahkan
kepada sesuatu yang sifatnya nyata, yaitu bangunan berbentuk kubus yang berada di
Masjid al Haram itu.
و7 ﺏﺏ5 و أ+
ا0 ﺕ.یL 2ب ﺏ2ی أوﺕا ا, ا5
أﺕM و
+ إ0ءك ا1 (0 أهاﺉ ﺏ50 اﺕM وP0 ﺏ.
7; ﺏﺏ0ﺏ
.
Qإذا ا
3
“Dan sesungguhnya jika kamu maendatangkan kepada orang-orang yang diberi al-
kitab (taurat dan injil) semua ayat, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan
engkaupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan
mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika seandainya engkau
mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadau, sesungguhnya engkau-
seandainya begitu, pasti termasuk golongan orang-orang zalim.”
1
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I. (Tafsir Ibnu Katsir . Gema Insani. Jakarta. 1999) jilid 1. hal:
247
4
lama beberap teks keagamaan yang tidak sempat mereka ubah dan tidak mereka
sadari sehinggga tetap tercantum yang menunujukkkan kenabian dan kerasulan beliau.
(١٤٧) . ای
ّ 2 ﺕZC + رﺏKIا
Al-aufi mengatakan dari ibnu abbas” dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri)”, yang dimaksud dengan umat ialah para pemeluk agama, dia berkata,’setiap
kabilah mempunyai kiblat yang disukainya, kiblat Allah ialah yang dihadapi oleh
kaum mukmin’ Abu al-aliyah berkata,” kaum yahudi memiliki kiblat yang
dihadapinya dan dia menunujukkkanmu wahai umat Islam kepada kiblat yaitu kiblat
Ka’bah”. Ayat ini mirip dengan firman Allah: untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
kami berikan aturan dan jalan yang terang, sebanyak Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikannya suatu umat(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberiannya (Al-Maidah:48). Dari sana Allah berfirjman: dimana saja kamu berada
alllah akan mengumpulkan kalian dari muka bumi meskipun tubuh dan jasad kalian
berpencar-pencar.
Boleh juga ayat diatas bermakna: memang benar Allah pernah memerintahkan
kepada Bani Israil dan atau selain mereka melalui nabi-nabi yang diutusnya untuk
mengarah kearah-arah tertentu. Tapi kali ini perintah Allah untuk mengarah ke
Ka’bah adalah perintahnya untuk semua.
Perintah yang mengarah ke Kiblat yang membatalkan pengalaman nabi dan
sahabat-sahabat beliau mengarah kepada masjid Al-Asha, apalagi dibarengi pula
dengan kritik dan upaya meragukan kebenarannya oleh orang Yahudi, semua itu
memerlukan adanya penekana-penekanan untuk menapik segala keraguan. Penekanan
yang dimaksud antara lain berupa pengulangan perintah atau penganekaragaman
redaksi.
و+ رﺏKI :ام و إI( اB ا- ﺵ+1ل وC 51 ﺥG
> و
(١٤٩).ن0 ﺕC*ا ﺏ
“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari
Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakaan”.
2
M. Qurish Sihab. Tafsir Al Misbah pesan , kesan dan keserasian al qur’an. Lentera Hati.
Jakarta. 2000. jilid 1. hal 331
5
Dan darimana saja engaku keluar maka palingkanlah wajahmu kearah Masjid
al Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari tuahn kamu
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang engkau kerjakan”.
Disini dikatakan dari mana saja engkau keluar, apakh keluar dari rumah
tempatmu berada ketika turunnya ayat ini, atau dari tenpat lain, dari manapun arah
yang dituju dalam shalat dalah Kitab’bah simasjid al-haram. Akhirnya ayt ini ditiutup
dengan pernyataan halus kepada siapapun, baik orang yahudi maupun munafik, Allah
tidak sekali-kali lengah apa yang engkau kerjakan.
اC آG
>ام وI( اB ﺵ ا+1ل وC 51 ﺥG
> و
ﺕ]هZC اc ی, ا8 ا.B> 2
ن س2 یZM - ﺵ2ه1و
(١٥٠) ﺕ(ون20 و2
dواﺥ و
“Dan dari mana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang
dzalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni’mat-Ku atas kamu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk”.
Dan darimana saja engkau keluar maka palingkanlah wajahmu kearah masjidil
Al-Haram. Dan dimana saja kamu sekalian berada, maka palingkanlah wajah-wajah
kamu kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi mnanusia atas kamu ,kecuali orang-orang
yang dalim diantara mereka maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada Ku. Dan agar Ku sempurnakan nikmat Ku atas kamu dan supaya kamu
mendapat petunjuk”. Ayat ini sudah mencakup semua tempat dan keadaan dari mana
saja kamu keluar wahai Muhammmad maka arahkan wajahmu kesana. Dan hanya
engkau, ummatmu pun demikian. Dimana sja mereka berada di mekkkah atau di
Jakarta atau dimanasaja, disetiap daerah walaupun terasing atau terpencil, mereka
semua ketika shlat harus mengarak ke Ka’bah.
Disini terlihat sekali lagi bahwa pengalihan ke Ka’bah bermula dari keinginan
Nabi Muhammad SAW dan atas pertimbangan beliau, namun ia berakhir dengan
perintah mengarah kepada semua umat Islam. Kedudukan dan cinta Allah kepada
nabinya ditunjukkannya disini, dan dalam saat yang sama rahmat dan petunjuknya
pada umat Islam tercermin pula pada ayat-ayat ini.
Ketetapan untuk mengarah ke Ka’bah kapan dan dimanapun adalah agar tidak
ada hujjjah manusia atas kamu yakni agar tidak ada peluang bagi lawan-lawan ku
mengkritik, mengecam atau mengejek kamu.
maka palingkanlah wajahmu kearahnya” (al Baqarah 144, maka seoarang laki-laki
bani salamah) pergi lalu berseru kepada mereka (kaumnya), yang mereka sedang
berrukuk dalam shalat subuh menghadap kearah baitul maqdis, “ketahuilah bahwa
kiblat telah dialihkan kearah ka’bah”. Dia serukannya sebnyak dua kali, maka
beralihlah mereka sedang mereka berukuk menghadap ka’bah.3
3
Bey Arifin, A Syingithy Djamaluddin. Terjemah Sunan Abi Daud.. CV As Syifa. Semarang.
1992. hal 714-715
4
Bay Arifin, Yunus Ali Al Mudhar, Terjemah Sunan An Nasaiy, CV As Syifa, Semarang.
1992. hal 254-255
7
5
Drs. H.Moh. Zuhri Dipl. TAFL dkk Terjemahan Sunan At tirmidzi, CV. Asy Syifa:
Semarang, 1992
8
berdasarkan hadis ini dengan alasan, bahwa tempat diantara timur dan barat itu
adalah menjadi kiblat bagi orang yang sulit menentukan.
Hadis tersebut sebagi dalil pula yang menunjukkan bahwa tempat diantara dua
arah itu adalah kiblat yang dihadapi dalam sembahyang. Maka untuk menentukan
kiblat yang pasti itu harus berdasarkan dalil. Firman Allah (yang artinya) “maka
palingkanlah mukamu ke masjidil Haram” akan tetapi perintah itu menghadapkan
muka ke arah Masjidil Haram itu bisa bersifat umum baik sembahyang di dalam
Mihrab beliau, maupun di tempat lain.
Firman Allah yang artinya: Dimanapun kamu berada hadapkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram itu, menunjukkan cukup saja menghadap ke arah itu bukan
Masjidil Haram, yang pasti itu sulit sekali bagi orang yang sembahyang ditempat
manapun.6
Ada salah seorang berseru : “sesungguhnya tadi malam Rasulullah saw
dituruni firman Allah yang memerintahkan beliau berpindah kiblat kearah ka’bah”,
pada saat itu mereka sedang menghadap kiblat kearah baitul maqdis di syam
kemudian mereka segara perpindah
7C ﺥ
( ا ﺏ8 أﺥ أﺏ ﺥ( ا7
>(ﺙ !
ن ﺏ وآ
:> أو راF
0 ﺏ$ إ$ $# ! و:
ا$# أن ا: اﺏ
> Gا >(ی, ه:$
)
ل أﺏ.: ﺏ51 ﺕk
> :> را$ $hو آن ی
ﺏ_! أن0 ا$ة إZh یون ﺏ8 :0 أه اP0 و ه
ل ﺏ.o
I#
( :ی ﺏ
Sufyan bin Waki’ menceritakan kepada kami, Abu Khalid al Ahmad
memberitakan kepada kami dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar
bahwa Nabi SAW shalat pada ontanya atau kendaraannya ke mana arah kendaraan
itu menghadapkannya.7
6
Drs Abubakar Muhammad. Terjemah Subulus Salam. Al Ihlas. Surabaya. Hal 398-401
7
Drs. H.Moh. Zuhri Dipl. TAFL dkk Terjemahan Sunan At tirmidzi, CV. Asy Syifa:
Semarang, 1992