Anda di halaman 1dari 42

`

NBWF 1011

TAFSIR SURAH AL KHAFI AYAT 9 – 27


( 7 PEMUDA ASHABUL KHAFI )

NAMA PENSYARAH :
PN SUHAILA BT SHARIL

NAMA PELAJAR :
MUHAMAD AZRUL BIN ZULKIFLI
(17BE02004P)
2018 / 2019
ISI KANDUNGAN

1 . PENDAHULUAN

1.1 BIODATA RINGKAS TENTANG KITAB


TAFSIR FI ZILALIL QURAN
2. AYAT DAN TERJEMAHAN

3. HURAIAN DAN INTIPATI BERDASARKAN


AYAT
4. HUKUM TAJWID

5. ISU SEMASA BERDASARKAN AYAT SURAH

6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN AYAT


SURAH
7. KESIMPULAN

8. RUJUKAN
PENDAHULUAN

Kitab Tafsir Fi Zilalil Quran (Di bawah Bayangan Al-Quran)

Tafsir Fi Zilalil al-Qur’an merupakan karya terbesar dan paling berkesan peninggalan
penyusunnya, Asy-Syahid Sayyid Qutb Rahimahullah. Sayyid Qutb (lahir di Mūshā, 9
Oktober 1906 dan meninggal di Mesir, 29 Agustus 1966 pada umur 59 tahun. Beliau seorang
penulis, pendidik,ulama, penyair Mesir dan anggota utama Ikhwanul Muslimin Mesir pada
era 1950s dan '60. pada tahun 1966 dia dituduh terlibat dalam rancangan pembunuhan
presiden Mesir ,Gamal Abdel Nasser dan disempurnakan dengan hukuman menggantung.
Terdapat 30 jilid yang dihasilkan oleh beliau .

Hasil sebenar dari pengalaman tersebut lahir dalam bentuk tafsir al-Qur’an yang
syumul sekurang-kurangnya dalam satu aspek yang banyak difokus dan diberi perhatian oleh
penyusunnya iaitu cara pertumbuhan generasi Islam pertama hasil daripada pengaruh al-
Qur’an kitab Allah yang agung itu sehingga mencapai tahap tertinggi yang tidak pernah
dicapai oleh mana-mana umat lain di dalam sejarah manusia, agar dengan demikian umat
Islam hari ini kembali semula kepada kitabnya sekali lagi dan seterusnya memperolehi ilham
darinya dan hidup di bawah bayangannya serta tumbuh membesar semula seperti dahulu dan
menghapuskan timbunan-timbunan penyelewengan dan kemundurannya sejak berberapa
abad yang lampau, dan melaksanakan semula tugasnya sekali lagi unutk kepentingan dirinya
sendiri dan kepentingan kemanusiaan sejagat sepertimana yang pernah dilakukan pada masa
dahulu iaitu mengeluarkan manusia daripada kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang dengan izin Allah.
Ianya bukan hanya tafsir dalam ertikata menghurai pengertian lafaz-lafaz, walaupun
aspek ini tidak ditinggalkan, dan bukan menghuraikan keindahan dan kemu’jizatan
ungkapan-ungkapan di dalam al-Qur’an al-Karim walaupun aspek ini juga ada disebutkan,
tetapi sejak mula lagi ia menitikberatkan tentang cara keimanan itu tumbuh di dalam jiwa,
menerangkan pengaruh keimanan di dalam mewujudkan realiti yang dihayati,
menterjemahkan pengertian-pengertian isi kandungan dalam semua aspeknya dengan wahyu
al-Qur’an ini, dan seterusnya menjadi realiti Islam sebenar yang dikehendaki dan disukai
Allah serta yang telah ditaqdirkan keunggulan di muka bumi.
AYAT SURAH AL KHAFI 8-26 AYAT
TERJEMAHAN AYAT

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi
tanah rata lagi tandus.. (8)

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim
itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (9)

(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka
berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (10)

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, (11)

Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua
itu). (12)

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk
mereka petunjuk.. (13)

Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata,
"Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran".. (14)

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa
mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
(15)

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka
carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan
kamu.. (16)
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan,
dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam
tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang
pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (17)

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan
mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka
dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap
mereka. (18)

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada
(disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang
lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun (19)

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian
niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya".. (20)

Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada
keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu
berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui
tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya
kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya". (21)
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat
adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang
keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi)
mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah:
"Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan)
mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal
mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. (22)

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi,, (23)

kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan
katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat
kebenarannya dari pada ini". (24)

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi).. (25)

Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-
Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya
dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari
pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan". (26)
HURAIAN DAN INTIPATI BERDASARKAN AYAT

(Pentafsiran ayat-ayat 9 - 18]

Cerita Ashabul-Kahfi Mengikut Al-Qur'an ,

Kemudian diceritakan pula kisah Ashabul-Kahfi,, di mana ditayangkan contoh keimanan


yang unggul di daiam jiwa para Mu'minin. Bagaimana mereka begitu kukuh dan yakin
dengan keimanan itu hingga mereka mengutamakannya dari segala hiasan dan kesenangan
hidup di dunia dan sanggup mencari perlindungan di dalam sebuah gua apabila mereka
merasa sulit untuk hidup dengan keimanan itu bersama orang ramai, dan bagaimana Allah
memelihara orang-orang yang beriman ini dan menyelamatkan mereka dari penindasan serta
menyelubungi mereka dengan limpah rahmat-Nya. Kisah Ashabul-Kahfi ini mempunyai
berbagai-bagai riwayat dan pendapat la diceritakan di dalam buku- buku lama dan di dalam
dongeng-dongeng dengan berbagai cerita, tetapi dalam memperkatakan kisah ini kami hanya
berhenti setakat apa yang telah diterangkan oleh Al-Qur'an sahaja, kerana ia adalah satu-
satunya sumber yang diyakinkan kebenarannya dan kami ketepikan segala riwayat-riwayat
dan dongeng-dongeng yang telah menyusup ke dalam kitab-kitab tafsir tanpa sanad yang
sahih kerana Al- Qur'anul-Karinn sendiri melarang bertanya kepada pihak yang lain dari AI-
Qur'an mengenai kisah ini. Dan melarang dari berbahas dan berdebat secara meraba-raba di
daiam urusan ghaib.

Ada riwayat yang menyebut sebab turunnya kisah ini dan sebab turunnya kisah Zu-
Qarnayn, iaitu orang- orang Yahudi telah menghasut orang-orang Makkah supaya bertanya
kepada Rasulullah s.a.w. mengenai dua kisah itu juga mengenai hakikat roh, atau orang-
orang Makkah telah meminta orang-orang Yahudi mengadakan soalan-soalan untuk mereka
supaya mereka dapat menguji Rasulullah s.a.w. Mungkin semuanya atau separuhnya benar
kerana pada permulaan kisah Zul-Qarnayn disebut:

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Zu-Qamayn, jawablah: Aku akan bacakan
kepadamu sebahagian dari ceritanya."(83)

Tetapi isyarat yang seperti ini tidak disebut pada kisah Ashabul-Kahfi. Oleh itu kita
akan terus menceritakan kisah itu sendiri dan ia mempunyai pertalian yang rapat dengan
paksi surah ini sebagaimana telah kami terangkan.
Cara yang diikuti dalam pembentangan kisah ini dari sudut kesenian ialah pertama
cara penyaringan kisah secara umum dan pada akhirnya ialah pembentangan kisah secara
terperinci. la dibentangkan dalam bentuk pemandangan- pemandangan dan di celah-celah
pemandangan- pemandangan itu ditinggalkan ruang-ruang kosong yang dapat dimengerti
sendiri dari susunan ayat-ayat itu. la dimulakan begini:

"Apakah engkau mengira kisah Ashabul-Kahfi dan ar-Raqim itu sahaja merupakan satu bukti
yang mena'jubkan di antara bukti-bukti (kekuasaan) Kami yang lain? (9). (Kenangilah) ketika
pemuda-pemuda itu berlindung di sebuah gua lalu mereka berdo'a: Wahai Tuhan kami 7
Kurniakan kami rahmat-Mu yang limpah dan sediakan untuk kami kemudahan dan taufiq
daiam urusan kami (10). Lalu Kami pertidurkan mereka di dalam gua itu bertahun-tahun
lamanya(1 1). Kemudian kami bangkitkan mereka dari tidur itu untuk Kami ujikan siapakah
di antara dua golongan itu yang lebih tepat kiraannya tentang selama mana mereka tinggal di
sana. "(12)

Inilah saringan kisah secara umum, di mana dilukiskan garis-garis pokok kisah yang
panjang lebar itu. Dari saringan ini kita dapat mengetahui bahawa para penghuni gua itu
adalah terdiri daripada pemuda-pemuda yang kita tidak mengetahui bilangan mereka. Mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman yang berlindung di sebuah gua dan Allah telah
menidurkan mereka bertahun-tahun lamanya dan kita tidak tahu berapa banyak jumlahnya,
kemudian mereka dibangkitkan semula dari tidur mereka yang lama itu, dan di sana terdapat
dua golongan yang bertelingkah pendapat mengenai mereka. Setelah mereka tidur dalam gua
itu sekian lama, mereka dibangunkan kembali supaya dapat diketahui manakah di antara dua
golongan itu yang lebih halus kiraannya? Walaupun kisah mereka merupakan satu kisah yang
ajaib dan aneh, namun ia bukanlah merupakan bukti-bukti kekuasaan Allah yang paling ajaib
dan aneh, kerana di lembaran- lembaran dan di celah-celah alam buana ini terdapat berbagai-
bagai keajaiban dan keanehan yang mengatasi kisah Ashabul-Kahfi dan ar-Raqim 2 itu lagi.

Setelah dibentangkan saringan kisah yang menarik ini, mulailah ayat-ayat berikut
menghuraikan kisah itu dengan terperinci, la dimulai dengan penjelasan bahawa segala apa
yang akan dikisahkan Allah itu merupakan keterangan muktamad di antara berbagai- bagai
cerita yang bertentangan satu sama lain itu. la merupakan keterangan benar yang diyakinkan
kebenarannya:
" Kami mahu mengisahkan kepadamu cerita mereka yang sebenar. Mereka adalah
sekumpulan pemuda-pemuda yang "(Ar~Raqim) biasanya ialah batu bersurat yang
mencatatkan nama-nama mereka dan mungkin batu ini diletakkan di atas pintu gua di tempat
mereka ditemui. telah beriman kepada Allah Tuhan mereka dan kami telah menambahkan
lagi hidayat kepada mereka(13). Dan Kami telah meneguhkan hati mereka ketika mereka
bangkit lalu berkata: Tuhan kami ialah Tuhan yang memiiiki langit dan bumi. Kami tidak
akan menyembah tuhan yang lain dari - Nya. (Seandainya kami menyembah yang lain dari-
Nya) bererti kami telah mengatakan satu penyelewengan yang amat ]auh(14). Mereka adalah
kaum kami yang telah menyembah tuhan-tuhan yang lain dari Allah. Cubalah mereka
buktikan (sifat ketuhanan) tuhan-tuhan yang lain itu dengan hujjah yang jelas. Tidak ada
orang yang lebih zalim dari orang-orang yang melakukan pembohongan terhadap Allah (15).
Dan oleh sebab kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari sembahan-sembahan
yang disembah mereka selain dari Allah, maka (pergilah) kamu berlindung di dalam gua
nescaya Allah Tuhan kamu menghamburkan rahmat-Nya ke atas kamu dan menyediakan
pertolongan terhadap urusan kamu. "(16)

Inilah pemandangan pertama dari pemandangan- pemandangan kisah itu:

"Mereka adalah sekumpulan pemuda-pemuda yang telah beriman kepada Allah Tuhan
mereka"(13) dan:

"Dan kami telah menambahkan lagi hidayat kepada mereka"(13) dengan memberi
ilham dan bimbingan kepada mereka bagaimana seharusnya mereka mengendalikan urusan
mereka ."Dan Kami telah meneguhkan hati mereka... "(14) hati mereka menjadi kukuh,
teguh, yakin kepada kebenaran yang dikecapinya dan berbangga dengan keimanan yang
dipilih mereka. "Ketika mereka bangkit."(14)

Pergerakan bangun merupakan satu harakat yang membayangkan keazaman dan


ketabahan.

"Lalu berkata: Tuhan kami ialah Tuhan memiliki langit dan bumi." Dia adalah Tuhan
semesta alam buana ini: "Kami tidak akan menyembah tuhan yang lain dari-Nya. "(14) Yakni
dia adalah Tuhan Yang Maha Esa tanpa sebarang sekutu. "(Seandainya kami menyembah
yang lain dari-Nya), bererti kami telah mengatakan satu penyelewengan yang amat jauh
."(14) Bererti kami telah melampaui kebenarannya dan menyeleweng dari jalan yang betul.
Kemudian mereka menoleh kepada kepercayaan yang dipegang oleh kaum mereka
lalu mereka mengecamkannya dan mengecamkan cara berfikir yang digunakan mereka dalam
membentuk 'aqidah mereka:

"Mereka adalah kaum kami yang telah menyembah tuhan- tuhan yang dari Allah.
Cubalah mereka buktikan (sifat ketuhanan) tuhan-tuhan yang lain itu dengan hujjah yang
jelas "(15)

Inilah jalan 'aqidah yang sebenar. Seorang itu hendaklah mempunyai hujjah yang kuat
yang dapat dijadikan sandarannya dan mempunyai dalil dan bukti yang , dapat
mempengaruhi hati dan akal. Jika tidak, maka ia hanya merupakan satu pembohongan yang
amat keji kerana ia merupakan satu pembohongan terhadap Allah:

'Tidak ada orang yang lebih zalim dari orang-orang yang melakukan pembohongan
terhadap Allah ."(15)agama mereka.

Mereka redha memilih gua dari kesenangan dan keni'matan hidup yang indah. Mereka
telah mengambil kata sepakat ketika mereka berbincang secara sulit sesama mereka:

"Dan oleh sebab kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari sembahan-
sembahan yang disembah mereka selain dari Allah , maka (pergilah) kamu berlindung di
dalam gua nescaya Allah Tuhan kamu menghamburkan rahmat-Nya ke atas kamu dan
menyediakan pertolongan terhadap urusan kamu." (16)

Di sinilah terdedahnya ketakjuban mengenai hati pemuda-pemuda yang beriman yang


telah mengasingkan diri dari kaum mereka, meninggalkan kampung halaman mereka,
berpisah dari kaum keluarga mereka dan membuang segala keindahan dan keni'matan hidup
dunia lalu berlindung di gua yang sempit, kasar dan gelap itu .... mereka sebenarnya ' merasa
begitu senang dengan rahmat Allah. Mereka merasa rahmat itu begitu teduh, selesa dan luas:

".....nescaya Allah Tuhan kamu menghamburkan rahmat-Nya ke atas kamu. ...."(16)

Di sini ternyatalah bagaimana jelas dan tegasnya pendirian pemuda-pemuda itu.


Mereka tidak ragu- ragu dan teragak-agak. Mereka adalah anak-anak muda yang kuat tubuh
badan, kuat iman dan pendirian. Mereka membantah dan mengecam kepercayaan yang
dipegang oleh kaum mereka.
Kini perbezaan di antara dua jalan itu telah ternyata begitu jelas, kedua-dua cara
i'tikad itu telah bercanggah begitu nyata. Oleh itu di sana tiada lagi titik-titik pertemuan dan
jalan hidup bersama. Mereka pasti melarikan diri menyelamatkan 'aqidah mereka, kerana
mereka bukannya rasul-rasul yang diutuskan Allah kepada kaum mereka untuk menghadapi
mereka dengan 'aqidah yang benar dan menyeru mereka kepadanya serta bersedia menerima
segala akibat yang biasa diterima olehpara rasul, tetapi mereka hanya pemuda-pemuda yang
mendapat hidayat dalam masyarakat yang zalim dan kafir, di mana mereka tidak dapat hidup
jika mereka mengisytiharkan 'aqidah mereka secara terang- terangan. Di samping itu mereka
juga tidak sanggup menurut Iiut dan bermuka-muka dengan kaum mereka, iaitu dengan
menyembah sembahan- sembahan yang disembah mereka dengan tujuan menyelamatkan diri
dan menyembunyikan ibadat mereka kepada Allah. Menurut pendapat yang lebih rajih rahsia
keimanan mereka telah terbuka dan tiada jalan yang lain bagi mereka melainkan melarikan
diri mencari perlindungan Allah untuk menyelamatkan

Kata-kata (menghamburkan) membayangkan suasana luas, selesa dan lega, iaitu gua
(yang sempit itu) menjadi tempat yang lapang, di mana terhamburnya rahmat Allah, terhurai
benang- benangnya yang panjang dan terkembang bayang- bayangnya yang teduh merangkuli
mereka dengan rangkulan yang lemah-lembut. Batas-batas gua yang sempit terbuka luas dan
dinding-dindingnya yang keras menjadi lembut dan suasana sunyi sepi menjadi suasana
tenang yang jernih hening. Seluruhnya membayangkan rahmat, kelembutan, kerehatan dan
keselesaan. Itulah keimanan.

Apakah harga kulit-kulit hidup yang lahir? Apakah harga nilai-nilai hidup, undang-
undang, peraturan- peraturan dan pengertian-pengertian yang lumrah diikuti orang ramai di
dalam kehidupan mereka di dunia ini? Sebenarnya di sana ada sebuah alam yang lain di
ruang hati manusia yang dipenuhi keimanan dan hubungan mesra dengan Allah Yang Maha
Penyayang, iaitu sebuah alam yang dinaungi rahmat, kelembutan, ketenteraman dan kerelaan.

Kemudian tirai dilabuhkan menutupi pemandangan ini dan disingkapkan kembali


untuk menayangkan satu senario yang lain, di mana anak-anak muda itu telah dipertidurkan
Allah.

"Dan engkau dapat melihat apabila matahari naikdi sebelah timur cahayanya
menyimpang ke sebelah kanan gua dan apabila matahari membenam i, cahayanya melampaui
mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada di lapangan gua itu. Itulah di antara tanda-
tanda kekuasaan Allah. Barang siapa yang dihidayatkan Allah , maka dialah orang yang
mendapat hidayat yang sebenar dan barang siapa yang telah disesatkan-Nya nescaya engkau
tidak akan mendapati sesiapa pun lagi yang sanggup menjadi pelindung yang memberi
bimbingan kepadanya(17). Dan engkau mengira mereka sedang jaga , sedangkan mereka
sebenarnya tidur nyenyak. Kami membalik-balikkan badan mereka sekali ke kanan dan sekali
ke kiri, sedangkan * anjing mereka menghulurkan dua kakinya ke depan di halaman pintu
gua dan jika engkau melihat mereka tentulah engkau akan berpaling melarikan diri dan
tentulah hatimu dipenuhi perasaan takut kepada mereka . "( 1 8)

Itulah satu pemandangan ilustrasi yang menarik. Ia merakamkan keadaan pemuda-


pemuda yang berada di dalam gua itu dengan kata-kata yang sama dengan rakaman tali pita
filem yang bergerak.. Ia menggambarkan matahari naik menjenguk gua itu kemudian
cahayanya menyimpang darinya seolah- olah dilakukannya dengan sengaja. Kata "jjL?"
(menyimpang) menggambarkan maknanya yang membayangkan tindakan cahaya matahari
itu dilakukan dengan iradat. la juga menggambarkan pergerakan matahari jatuh yang
melewati mereka ke arah kiri, semasa mereka berada di lapangan gua itu.

Dan sebelum ia menghabiskan rakaman pemandangan yang menarik itu, ia


mengulaskan keadaan mereka dengan salah satu dari ulasan-ulasan Al-Qur'an yang biasa
diselangi di dalam perjalanan kisah-kisah untuk menyedarkan hati manusia di sa'at yang
sesuai:

"...Itulah di antara tanda-tanda kekuasaan Allah... "(17)

Yakni Allah telah meletakkan mereka dengan keadaan yang seperti ini di dalam gua
itu, di mana mereka didekatkan kepada cahaya matahari tetapi pancaran sinarnya tidak
membahang tubuh mereka: Mereka berada di tempat mereka tidak mati dan tidak pula
bergerak:

"...Barang siapa yang dihidayatkan Allah , maka dialah orang yang mendapat hidayat
yang sebenar ; dan barang siapa yang telah disesatkan-Nya , nescaya engkau tidak akan
mendapati sesiapa pun lagi yang sanggup menjadi pelindung yang memberi bimbingan
kepadanya" (i 7)

Hidayat dan kesesatan itu mempunyai undang- undangnya, iaitu sesiapa yang
mendapat hidayat dari ayat-ayat Allah bererti dia telah diberi hidayat oleh Allah mengikut
undang-undang-Nya dan dialah orang yang mendapat hidayat yang sebenar, dan sebaliknya
sesiapa yang tidak berpegang dengan punca-punca hidayat, maka dia akan sesat dan
kesesatannya itu adalah mengikut undang-undang Ilahi dan ini bererti dia telah disesatkan
Allah. Dan engkau tidak akan mendapati sesiapa pun selepas itu yang sanggup menjadi
petunjuk yang dapat memberi hidayat kepadanya.

Kemudian penjelasan ayat-ayat itu meneruskan penggambarannya untuk


menyempurnakan pemandangan yang mengkagumkan itu, di mana pemuda-pemuda itu
dibalik-balikkan tubuh mereka dari satu lambung ke satu lambung selama mereka berada
dalam tidur yang amat lama itu sehingga orang yang melihat mereka menyangka bahawa
mereka sedang jaga, sedangkan sebenarnya mereka tidur. Anjing mereka pula - mengikut
kebiasaan anjing sedang menghulurkan dua kakinya di pekarangan yang berhampiran dengan
pintu gua itu seolah-olah menjaga mereka. Pemandangan mereka yang berada di dalam
keadaan itu boleh menimbulkan perasaan takut di dalam hati orang yang melihat mereka
kerana dia melihat mereka tidurseperti orang jaga berbalik- balik tetapi tidak jaga. Itulah
tadbir Allah supaya tidak ada orang yang dapatmengganggu mereka sehingga sampai kepada
masa yang telah ditentukan Allah.

(Pentafsiran ayat-ayat 19 - 24)

Dan secara mendadak mereka bangun dengan cergas. Oleh itu marilah kita lihat dan
mendengar mereka bercakap:

"Dan demikianlah Kami telah membangkitkan mereka kembali supaya mereka


bertanya sesama mereka. Ujar salah seorang dari mereka: Berapa lama kamu telah tidur?
Jawab mereka: Kita telah tidur kira-kira sehari atau separuh hari . Ujar mereka: Allah Tuhan
kamu sahaja yang lebih mengetahui berapa lama kamu telah tidur. Hantarkanlah seorang dari
kamu ke bandar membawa wang perak kamu ini dan hendaklah dia carikan apa sahaja
makanan yang baik dan bawakan kepada kamu sedikit rezeki darinya i, tetapi hendaklah dia
berhati-hati dan janganlah sekali-kali dia melakukan sesuatu yang boleh menyedarkan sesiapa
pun terhadap rahsia kamu(19). Kerana jika mereka mengetahui rahsia kamu tentulah mereka
akan merejamkan kamu sampai mati atau mereka memaksa kamu kembali kepada agama
mereka. Dan kamu tidak akan mendapat keberuntungan untuk selama-lamanya. "(20)

Terjaga Setelah Ratusan Tahun Tertidur

Penjelasan ayat ini menggunakan unsur mendadak di dalam membentangkan kisah


ini. Oleh kerana itu ia menayangkan pemandangan ini yang menunjukkan bagaimana
pemuda-pemuda itu secara mendadak bangkit dari tidur mereka, sedangkan mereka tidak
mengetahui berapa lama mereka telah tidur sejak mereka merasa mengantuk dahulu. Mereka
menggosok-gosok mata mereka dan berpaling memandang satu sama lain sambil bertanya
berapa lama kamu tidur? laitu pertanyaan yang biasa dibuat oleh orang-orang yang jaga dari
tidur yang lama. Tentulah mereka merasa kesan-kesan tidur mereka yang lama itu.

"...Jawab mereka: Kita telah tidur kira-kira sehari atau separuh hari. ..."(19) Kemudian
mereka fikir lebih baik mereka ketepikan sahaja persoalan yang tidak ada faedahnya
dibicarakan dengan panjang dan menyerahkan sahaja perkara itu kepada Allah - menurut adat
orang Mu'min yang menghadapi perkara-perkara yang tidak diketahui mereka - dan mereka
lebih baik memikirkan perkara yang amali yang sedang dihadapi mereka, iaitu mereka
sekarang sedang lapar dan mereka mempunyai duit-duit perak yang mereka bawa keluar dari
bandar itu:

"...Ujar mereka: Allah Tuhan kamu sahaja yang lebih mengetahui berapa lama kamu
telah tidur. Hantarkanlah seorang dari kamu ke bandar membawa wang perak kamu ini dan
hendaklah ia carikan apa sahaja makanan yang baik dan bawakan kepada kamu sedikit rezeki
darinya.. .."(19)

Yakni hendaklah dia memilih makanan yang terbaik di bandar itu dan bawakan
kepada kamu sedikit darinya.

Mereka takut rahsia mereka terbuka dan tempat persembunyian mereka diketahui
orang. Dan akibatnya mereka akan ditangkap oleh pihak yang berkuasa di bandar itu dan
dihukum bunuh dengan rejam -* kerana kesalahan mereka meninggalkan agama (negeri) dan
menyembah Allah yang tunggal di negeri yang mempersekutukan Allah - atau mereka akan
ditindas dengan 'azab keseksaan supaya mereka meninggalkan 'aqidah mereka. Inilah
perkara-perkara yang ditakuti mereka. Oleh sebab itulah mereka berpesan kepada utusan itu
supaya berhati-hati:

" Tetapi hendaklah dia berhati-hati dan janganlah sekali- kali dia melakukan sesuatu
yang boleh menyedarkan sesiapa pun terhadap rahsia kamu (19). Kerana jika mereka
mengetahui rahsia kamu tentulah mereka akan merejamkan kamu sampai mati atau mereka
memaksa kamu kembali kepada agama mereka. Dan kamu tidak akan mendapat
keberuntungan untuk selama-lamanya. "(20)

Maksudnya, sesiapa yang murtad dari iman kepada syirik, maka dia tidak akan
mendapat sebarang keberuntungan dan itulah suatu kerugian yang paling besar.
Demikianlah kita melihat bagaimana pemuda- pemuda itu berbincang secara sulit
bersama-sama mereka dengan begitu hati-hati dan takut. Mereka tidak sedar tahun-tahun
telah banyak berlalu dan roda zaman telah sekian lama berputar. Mereka tidak sedar bahawa
generasi-generasi telah bersilih ganti dan negeri mereka telah berubah rupa dan pihak
berkuasa yang ditakuti mereka terhadap keselamatan 'aqidah mereka telah lama bertukar.
Mereka tidak sedar bahawa kisah mereka selaku kumpulan anak- anak muda yang lari
menyelamatkan agama mereka di zaman seorang raja yang zalim itu telah menjadi cerita
turun-temurun, di mana timbulnya berbagai- bagai pendapat yangbercanggah mengenai
hakikat mereka, mengenai agama mereka dan mengenai lama masa yang telah berlalu sejak
mereka menghilangkan diri.

Di sini tirai dilabuhkan menutup pemandangan mereka yang sedang berada di dalam
gua kemudian disingkapkan kembali untuk menunjukkan satu adegan yang lain dan di antara
dua adegan itu terdapat satu ruang kosong yang ditinggalkan di dalam penerangan AI-Qur'an.

Di sini kita dapat menangkap bahawa penduduk negeri ini sekarang telah beriman
belaka. Mereka amat menghormati dan memuliakan anak-anak muda yang beriman itu
setelah terbuka rahsia mereka apabila salah seorang dari mereka keluar untuk membeli
makanan. Dia telah dapat dikenali orang ramai sebagai salah seorang anak muda yang telah
melarikan diri untuk menyelamatkan agama mereka di zaman dahulu.

Di sini dapatlah kita gambarkan betapa besarnya rasa terperanjat yang telah dialami
pemuda-pemuda itu setelah mereka diyakinkan teman mereka bahawa negeri itu telah dilalui
zaman yang lama sejak mereka telah meninggalkannya dan dunia di sekeliling mereka pun
berubah segala-galanya; segala apa yang tidak disukai mereka dan segala apa yang diketahui
mereka tidak ada lagi. Mereka kini merupakan satu generasi lama yang telah dilalui beberapa
abad. Mereka merupakan kumpulan manusia aneh pada pandangan dan perasaan orang ramai.
Oleh sebab itu orang ramai kini tidak dapat melayani mereka seperti kumpulan manusia yang
biasa. Segala perhubungan kerabat, muamalah, perasaan dan adat resam yang menghubungi
mereka dengan generasi mereka telah pun terputus belaka. Mereka lebih menyerupai
kenangan-kenangan yang masih hidup dari orang- orang yang sebenar di alam kenyataan.
Oleh itu Allah mewafatkan mereka kembali kerana kasihan kepada mereka menghadapi
semua realiti (yang pahit) ini.

Semua ini dapat kita gambarkan sendiri. Ayat yang adegan kematian mereka,
sedangkan orang ramai yang berada di luar gua itu masih berbalah mengenai kedudukan
mereka, apakah agama yang dianuti mereka dan bagaimana seharusnya mereka
mengabadikan mereka untuk kenangan generasi- generasi yang akan datang. Begitu juga
(dalam ayat berikut) disebut secara langsung titik pengajaran yang dapat diambil dari
peristiwa yang aneh ini:.

"Dan demikianlah Kami dedahkan hal mereka kepada orang ramai agar mereka
mengetahui bahawa janji Allah (untuk menghidupkan manusia selepas mati) itu adalah benar
dan bahawa Qiamat tetap berlaku tanpa sebarang keraguan lagi. (pendedahan itu berlaku)
ketika orang ramai itu berbantah- bantahan sesama mereka tentang (apakah yang harus
dibuat) terhadap pemuda-pemuda itu. Lalu mereka berkata:

Dirikanlah sebuah bangunan di atas mereka. Tuhan mereka lebih mengetahui tentang
hakikat mereka. Ujar orang-orang yang berkuasa dalam urusan mereka: Kami akan membina
sebuah masjid di atas mereka. "(21)

Titik pengajaran dari penghabisan kisah anak-anak muda itu ialah kisah itu
mengemukakan dalil bagi kebangkitan selepas mati dengan satu contoh yang berlaku di alam
kenyataan yang dapat dilihat dan difaham secara dekat. Kisah ini dapat memudahkan
manusia memahami persoalan kebangkitan selepas mati dan meyakinkanmereka bahawa janji
Aliah itu benar dan hari Qiamat itu tidak diselubungi sebarang keraguan. Beginilah Allah
membangkitkan pemuda- pemuda itu dari tidur mereka dan mendedahkan hakikat mereka
kepada kaum mereka.

Setengah orang ramai berpendapat:

"...Dirikanlah sebuah bangunan di atas mereka.... "(21)

laitu sebuah bangunan yang tidak menentukan agama mereka:

"...Tuhan mereka lebih mengetahui tentang hakikat

mereka.. "(21)

yakni tentang agama yang dianuti mereka.

Sementara pihak yang berkuasa pada masa itu pula berpendapat:

"...Kami akan membina sebuah masjid di atas mereka. "(21)

Yang dimaksudkan dengan masjid di sini ialah tempat ibadat mengikut adat orang-
orang Yahudi dan orang-orang Kristian yang mendirikan rumah- rumah ibadat di atas kubur
para nabi-nabi dan wali- wali, juga sebagaimana yang dilakukan oleh setengah-tengah orang
Islam yang mengikut contoh teladan Ahlil-Kitab dengan melanggar petunjuk Rasulullah
s.a.w. yang telah bersabda:

"Allah telah melaknatkan orang-orang Yahudi dan Nasara yang telah membangunkan
masjid-masjid di atas kubur- kubur nabi-nabi dan orang-orang mereka yang soleh. " 3

Kemudian tirai dilabuhkan menutup adegan ini dan setelah itu disingkapkan kembali
untuk kita mendengar perdebatan mengenai penghuni- penghuni gua itu mengikut kebiasaan
orang-orang yang memindahkan cerita-cerita dan berita-berita

3 Hadith ini telah disebut oleh Ibn Kathir dalam tafsirdengan menambah dan mengurang,
mereka menokok khayalan-khayalan mereka kepada cerita- cerita itu dari satu generasi ke
satu generasi sehingga cerita-cerita itu menjadi begitu besar dan berubah- ubah. Berbagai-
bagai pendapat telah diberikan mengenai suatu cerita atau peristiwa yang sama setelah
bersilih ganti dilalui abad:

"Mereka (satu golongan Ahlil-Kitab) akan berkata bahawa jumlah mereka (Ashabul-
Kahfi) tiga orang dan yang keempat ialah anjing mereka . Satu golongan pula berkata jumlah
mereka lima orang dan yang keenam ialah anjing mereka semuanya meneka~neka perkara
ghaib. Segolongan yang lain lagi berkata jumlah mereka tujuh orang dan yang kelapan ialah
anjing mereka. Katakanlah: Tuhanku lebih mengetahui tentang bilangan mereka (yang
sebenar) dan tiada yang mengetahui bilangan mereka (yang sebenar)melainkan hanya
segelintir orang sahaja. Oleh itu janganlah engkau berdebat dengan mereka mengenai
penghuni-penghuni gua itu kecuali perdebatan yang lahir sahaja dan janganlah engkau
tanyakan seorang pun dari mereka mengenai penghuni-penghuni gua itu. "(22)

Bilangan Pemuda-pemuda Ashabul-Kahfi

Perdebatan di sekitar bilangan pemuda-pemuda itu tidak memberi apa-apa faedah.


Sama sahaja sama ada bilangan mereka tiga orang atau empat orang atau tujuh orang atau
lebih banyak dari itu lagi. Bilangan mereka yang sebenar terserah kepada Allah dan hakikat
mereka yang sebenar berada di dalam ilmu Allah dan di dalam pengetahuan segelintir
manusia yang meneliti sesuatu peristiwa semasa berlakunya atau mempastikannya dari
riwayatnya yang sahih. Titik pengajaran dari kisah mereka adalah tercapai sama ada dengan
bilangan yang sedikit atau dengan bilangan yang banyak. Oleh sebab itulah Al- Qur'an
mengarahkan Rasulullah s.a.w. supaya meninggalkan perdebatan mengenai perkara ini dan
supaya jangan bertanya kepada sesiapa pun dari para pendebat itu mengenai kedudukan
penghuni- penghuni gua itu. Arahan ini sesuai dengan methodologi Islam yang mahu
memelihara daya tenaga akal dari dibuang percuma di dalam perkara- perkara yang tidak
berfaedah, juga supaya seorang itu tidak mengikuti sesuatu yang tidak diketahuinya dengan
penuh keyakinan. Peristiwa Ashabul-Kahfi yang telah digolong zaman itu adalah dari
perkara- perkara ghaib yang terserah kepada ilmu Allah. Oleh itu hendaklah beliau tinggalkan
sahaja perkara ini kepada ilmu Allah.

Sesuai dengan larangan berdebat mengenai perkara-perkara ghaib yang silam, maka
ayat berikut mengharamkan perbuatan menentu perkara-perkara ghaib di masa mendatang
atau perkara-perkara yang akan berlaku di masa akan datang, kerana manusia tidak
mengetahui perkara-perkara yang mendatang dan sudah tentu dia tidak dapat menentukannya
dengan pasti:

"Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang engkau kehendaki): Aku tetap
melaksanakannya besok. "(23).

"Melainkan disertai dengan menyebut "Insya Allah" dan kenangkan Tuhanmu jika engkau
terlupa dan berdo'alah: Semoga Allah memberi petunjuk kepadaku ke jalan yang lebih dekat
dari ini. "(24)

Sikap Mu'min Menghadapi Masa Depan

Setiap gerak dan setiap diam, malah setiap nafas dari nafas : nafas yang hidup adalah
tergantung kepada iradat Allah. Tabir ghaib yang dilabuhkan itu adalah melindungi segala
sesuatu di sebalik detik yang wujud sekarang ini, dan mata manusia juga tidak dapat
menjangkau di sebalik tabir yang dilabuhkan itu dan ia tetap lemah biar pun bagaimana
banyak ilmunya. Oleh itu janganlah ia berkata, "Aku tetap akan melaksanakannya besok",
kerana hari esok adalah dari urusan ghaib Allah dan tabir urusan ghaib Allah melindungkan
akibat-akibat sesuatu.

Arahan ini bukanlah bertujuan supaya seorang itu duduk mendiamkan diri sahaja
tanpa memikir dan merancangkan masa depannya dan supaya dia hidup di atas asas sehari
demi sehari atau untuk sesa'at demi sesa'at sahaja atau supaya dia jangan menyambungkan
masa hidupnya yang silam dengan masa hidupnya sekarang dan masa hidupnya yang
mendatang. Tidak sekali-kali begitu, tetapi tujuannya yang sebenar ialah supaya dia turut
membuat perhitungan kepada perkara yang ghaib dan mengambil kira kehendak iradat Allah
yang mentadbirkannya, juga supaya dia berpegang kukuh kepada keputusan yang telah
diazamkannya dan memohon pertolongan kepada masyi'ah(kehendak) Allah untuk
menjayakan apa yang telah diazamkannya itu serta menyedari bahawa kuasa Allah mengatasi
kuasanya. Oleh kerana itu janganlah dia merasa mustahil bahawa tadbir Allah berlainan
dengan perancangannya. Andainya dia berjaya melaksanakan apa yang telah diazamkan,
(maka hendaklah dia bersyukur) dan andainya masyi'ah Allah berlainan dari apa yang
dirancangkannya, maka janganlah dia bersedih dan berputus asa, kerana seluruh urusan itu di
bawah kuasa Allah awal dan akhir.

Seseorang itu harus berfikir dan merancang, tetapi dia harus sedar bahawa dia hanya
boleh berfikir dan merancangkan (dengan betul) dengan pertolongan dan taufiq dari Allah,
dan dia tidak berupaya berfikir dan merancang melainkan dengan daya-daya berfikir dan
merancang yang dikurniakan Allah kepadanya. Sikap ini tidak akan membawa seseorang
kepada kemalasan, kelengahan dan kelemahan-kelemahan, malah sebaliknya ia
membekalkannya dengan keyakinan, kekuatan, ketenteraman dan keazaman yang kukuh.
Oleh itu apabila tersingkapnya tabir ghaib yang menunjukkan bahawa tadbir Allah itu
berlainan dari perancangannya, maka hendaklah dia menerima keputusan Allah itu dengan
penuh keredhaan, ketenangan dan penyerahan diri, kerana itulah keputusan asal yang tidak
diketahui olehnya dan baru sekarang disingkapkan tabirnya.

Inilah methodologi Islam yang menguasai hati seorang Muslim, oleh kerana itu dia
tidak merasa keseorangan dan kesepian apabila dia berfikir dan merancang, tidak merasa
angkuh dan sombong apabila dia berjaya dan tidak merasa putus asa apabila dia gagal, malah
dia tetap berhubung dengan Allah dalam segala keadaan, tetap bergantung kepada-Nya,
bersyukur kepada taufik-Nya dan tetap menerima qadha' dan qadar-Nya tanpa angkuh dan
tanpa putus asa.

"Dan kenangkan Tuhanmu jika engkau terlupa. "(24)

Maksudnya, apabila engkau lupa kepada arahan dan pedoman ini, maka hendaklah
engkau ingat kepada Allah dan kembali kepadanya.'

"Dan berdo'alah: Semoga Allah memberi petunjuk kepadaku ke jalan yang lebih dekat dari
ini. "(24)

Yakni ke jalan lebih dekat yang sentiasa menghubungkan hatinya dengan Allah dalam
segala pekerjaan yang hendak dilakukannya dan segala jalan yang hendak ditujukannya.
Kata-kata (semoga) dan kata-kata (lebih dekat) digunakan di sini untuk menunjukkan betapa
tingginya maqam ini dan betapa perlunya seseorang itu berusaha secara berterusan untuk
mencapaikannya dalam semua keadaan hidupnya.

(Pentafsiran ayat 25)

Setakat ini kita belum lagi mengetahui berapa lama pemuda-pemuda itu tidur di dalam
gua itu. Oleh itu marilah kita mengetahuinya sekarang secara yakin:

"Mereka (pemuda-pemuda itu) tidur di dalam gua mereka selama tiga ratus tahun
(mengikut kiraan tahun Syamsiyah) dan mereka menambah sembilan tahun (mengikut kiraan
tahun Qamariah)."(25) "Katakanlah: Hanya Allah sahaja yang lebih mengetahui selama mana
mereka tidur (di dalam gua itu), kerana Dialah sahaja yang memiliki segala urusan ghaib di
langit dan di bumi, alangkah jauh penglihatan dan pendengaran-Nya. "(26)

Inilah penjelasan muktamad mengenai pemuda- pemuda itu yang diterangkan Allah
yang mengetahui segala urusan ghaib di langit dan di bumi. Alangkah jauh penglihatan dan
pendengaran Allah S.W.T. Oleh itu sebarang perdebatan dan pertengkaran tidak lagi
diperlukan selepas penjelasan ini.

(Pentafsiran ayat-ayat 26 - 27)

Kemudian kisah ini diiringi dengan sebuah pernyataan yang mengumumkan ciri wahdaniyah
yang amat ketara kesannya di dalam perjalanan kisah ini dan peristiwa-peristiwanya:

"Mereka tidak mempunyai sebarang penaung selain dari Allah dan Allah tidak pernah
berkongsi dengan sesiapapun dalam urusan pentadbiran-Nya. "(26)

Juga diiringi dengan mengarahkan Rasulullah s.a.w. supaya membaca ayat-ayat Al-
Qur'an yang diwahyukan Allah kepadanya yang mengandungi penjelasan muktamad -
penjelasan yang benar yang tidak digugatkan kebatilan - dan supaya bertawajjuh kepada
Allah Yang Maha Esa, kerana tiada tempat perlindungan yang sebenar melainkan
perlindungan Allah, di mana penghuni-penghuni gua telah berlindung dengan mendapat
rahmat dan hidayat- Nya:

"Dan bacalah apa yang telah Aku wahyukan kepadamu dari kitab suci Tuhanmu. Tiada siapa
pun yang berkuasa mengubahkan kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan mendapat
tempat perlindungan selain dari-Nya. "(27)
Demikianlah berakhirnya kisah ini. la didahului, di selingi dan di akhiri dengan arahan-
arahan yang kerananya diceritakan segala kisah dalam Al-Qur'an di samping diwujudkan
keselarasan yang sempurna di antara arahan agama dengan pembentangan yang seni di dalam
penjelasan ayat-ayat itu.

4 INTIPATI TERDAPAT DALAM SURAH INI

Kisah Pembuktian

Ashabul Kahfi bukanlah kisah epik jenaka, dongeng atau suatu cerita rekaan manusia. Sejarah
kejadian tersebut sebenarnya mempunyai hubungan erat dengan kegelisahan Nabi Muhammad
‫ﷺ‬. Iaitu semasa ditanya oleh beberapa orang Yahudi untuk membuktikannya bahawa Baginda
memang seorang Nabi Utusan Allah .
Orang-orang Yahudi bertanya Rasulullah ‫ﷺ‬, “Wahai Muhammad! Tolong ceritakan
kepada kami tentang kisah 7 pemuda yang rela mengasingkan diri untuk mempertahankan
keyakinannya kepada Allah . Jika engkau sanggup menceritakan dengan benar, maka kami
juga akan mengikuti ajaranmu dan menjadi sebahagian daripada orang Islam.”
Lalu Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬memohon pertolongan pada Allah dan selepas 15 hari kemudian
baginda mendapat wahyu tentang penjelasan kisah Ashabul Kahfi atau cerita mengenai 7
pemuda yang ditanyakan oleh orang Yahudi tersebut. Penjelasan mengenai kisah Ashabul
Kahfi ini terdpat pada Surah Kahfi mulai ayat 9 hingga 26, di dalam kitab suci Al-Quran.

Kisah Ashabul Kahfi


Sebagaimana yang telah dikisahkan turun-temurun. Pada asalnya penduduk sebuah
negeri itu beriman kepada Allah dan beribadat mengEsakanNya. Namun keadaan berubah
selepas kedatangan seorang raja bernama Diqyanus (Decius).Raja kufur dari Rom ini,
memerintah secara kejam dan kuku besi. Sesiapa yang menentang keinginan raja, maka
samalah seperti ingin mengakhiri hidupnya lebih awal. Dia memaksa rakyat di bawah
pemerintahannya supaya murtad dari agama Allah serta bertukar kepada agama kufur dan
menyembah batu berhala yang dianutinya. Rakyat yang takut dengan ancaman dan seksaan
raja tersebut terpaksa akur dengan arahan yang zalim itu.
Dalam pada itu terdapat sekumpulan pemuda beriman enggan tunduk dengan tekanan
Raja Diqyanus yang kafir. Di tengah-tengah kekufuran raja, bangsa dan kaum mereka, kesemua
tujuh pemuda tersebut secara sembunyi-sembunyi tetap beriman kepada Allah .Mereka teguh
mempertahankan aqidah mereka walaupun menyedari nyawa dan diri mereka mungkin
terancam dengan berbuat demikian.
Pengesahan keberimanan pemuda-pemuda ini dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya
“Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan
benar; Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka hidayah petunjuk.” (Surah Al-Kahfi;
Ayat 13)
Kepercayaan dan keyakinan 7 pemuda ini terus bertahan sehingga kemudiannya sampai ke
pengetahuan raja dan akhirnya mereka dipanggil mengadap Raja Diqyanus.
Di hadapan raja yang zalim itu, mereka dengan penuh berani dan bersemangat, petah berhujah
mempertahankan iman dan prinsip aqidah yang mereka yakini. Pemuda-pemuda tersebut
mengakui bahawa hanya ada satu Tuhan yang layak disembah dan diminta pertolongan. DIA-
lah Allah yang Esa, Yang Maha Menguasai alam beserta isinya yang kekal abadi dan tidak
akan ada sebarang kekurangan, DIA-lah tempat kita meminta pertolongan dalam susah atau
senang, suka mahupun duka.
Allah berfirman dan menceritakan peristiwa mereka berhujjah;
“Dan Kami telah meneguhkan hati mereka sewaktu mereka berdiri (di hadapan
raja) lalu mereka berkata (membentangkan dan menegaskan tauhid): “Tuhan kami
adalah Tuhan (yang mencipta dan mentadbirkan) langit dan bumi; kami tidak sekali-
kali akan menyembah Tuhan selain Dia, sesungguhnya jika kami menyembah yang
lainnya bermakna kami memperkatakan dan mengakui sesuatu yang amat jauh dari
kebenaran. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di
sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ?” (Surah Al-Kahfi; Ayat 14-15)

Raja Decius dan pengikut-pengikutnya terkejut dan gagal menjawabnya. Walaupun tidak
mampu membalas hujah-hujah yang mantap dari pemuda-pemuda beriman tersebut, raja yang
kufur dan zalim itu tetap berkeras mahu mereka murtad daripada agama mereka.
Raja Diqyanus menggunakan kekuasaan yang ada padanya untuk mengancam dan memaksa
para pemuda meninggalkan agama mereka, jika dalam tempoh 2 hari para pemuda tersebut
gagal membuat demikian dan tidak mahu mengubah keyakinan mereka dengan segera, maka
mereka akan dimurtadkan secara paksa atau akan dijatuhi hukum mati.
Ramai ‘mufassirin’ (ahli tafsir) generasi salaf dan ‘khalaf’ (generasi awal Islam dan generasi
yang terkemudiannya) yang menyebutkan, para pemuda tersebut terdiri daripada anak-anak
raja Rom dan orang-orang terhormat mereka yang bersatu kerana iman. Mereka tidak takut
dengan ancaman itu dan telah bertekad untuk saling bantu-membantu dan mempertahankan
keimanan mereka hingga titisan darah terakhir. Bagi mereka lebih baik mati menggenggam
iman daripada mengikuti jejak raja yang menyekutukan Allah .

Oleh kerana sayangkan aqidah dan agama mereka, pemuda-pemuda tersebut bermesyuarat
sesama sendiri untuk mencari satu keputusan muktamad. Kumpulan pemuda itu akhirnya
membuat kesepakatan untuk bersembunyi.
Allah berfirman ; “Dan oleh kerana kamu telah mengasingkan diri dari mereka dan dari
apa yang mereka sembah selain Allah , maka pergilah kamu berlindung di gua itu,
supaya Tuhan kamu melimpahkan dari rahmat-Nya kepada kamu dan menyediakan
kemudahan-kemudahan untuk menjayakan urusan kamu dengan memberi bantuan
yang berguna.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 16)

Akhirnya mereka memutuskan untuk lari bersembunyi dan berlindung ke suatu tempat
tersorok di kawasan pendalaman. Berangkatlah mereka bertujuh ke kawasan pergunungan
bernama Nikhayus. Di situ terdapat sebuah gua untuk dijadikannya tempat bersembunyi dan di
pintu gua itulah mereka berdoa sebelum memasukinya.
Allah berfirman pada ayat 10, Surah Al-Kahfi;
Ingatkanlah peristiwa) ketika serombongan orang-orang muda pergi ke gua, lalu
mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kami rahmat dari sisiMu, dan
berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan
agama kami".
Menurut para ulama’ Ashabul kahfi (penghuni gua) yang dimaksudkan dalam ayat di atas,
terdiri daripada tujuh orang pemuda bernama;
1. Tamlikha
2. Maksalmina
3. Marthunus
4. Nainunus
5. Saryunus
6. Zunuwanus
7. Falyastathyunu
Dan semasa dalam perjalanan ke gua itu, ketujuh-tujuh mereka telah ditemani oleh seekor
anjing bernama Qithmir Diriwayatkan juga bahawa Qitmir adalah anjing milik Tamlikha iaitu
salah seorang daripada tujuh orang pemuda tersebut.
Anjing itu turut bersama-sama dengan mereka berlindung dan bersembunyi di dalam gua
tersebut. Oleh kerana keletihan, ketujuh pemuda ini tertidur sementara si anjing berada di
sekitar pintu gua.
Keesokan harinya raja memerintahkan agar segera membawa para pemuda untuk dihukum
mati, tetapi arahan raja kejam ini menemui kegagalan kerana para pemuda telah menghilangkan
diri dan sukar ditemui. Seluruh rakyat dikerahkan untuk mencari para pemuda yang dianggap
menderhaka itu.
Pencarian
Pencarian pun bermula, mereka diburu oleh para pembantu setia raja. Mereka bukan sahaja
diburu oleh tentera Rom bahkan turut diberi tekanan oleh penduduk tempatan yang berpegang
kuat terhadap agama nenek moyang mereka. Sesiapa di kalangan mereka yang mampu mencari
dan membawa pemuda-pemuda tersebut ke hadapan, raja telah berjanji untuk memberikan
hadiah dan kenaikan pangkat.
Ada sekumpulan pencari dan pegawai kerajaan yang akhirnya menemui sebuah gua di kawasan
pedalaman. Tetapi oleh kerana gua itu dianggap sangat menggerunkan, mereka takut untuk
memasukinya.
FirmanNya lagi; “…dan anjing mereka menghulurkan dua kaki depannya dekat pintu
gua. Dan jika kamu melihat mereka, tentulah kamu akan berpaling melarikan (diri)
dari mereka, dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi
rasa gerun takut kepada mereka.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 18)

Demi menyenangkan hati raja, para pegawai kerajaan melaporkan bahawa mereka telah
menyusuri semua tempat di negeri tersebut dan telah menutup sebuah gua dengan tujuan
sekiranya para pemuda tersebut berada di dalam, maka mereka tidak akan boleh keluar dan
akan mati kelaparan.
Itulah batas logik manusia yang mempunyai kuasa dan merasa paling hebat berbanding dengan
yang lain, padahal kita semua mengetahui bahawa terdapat suatu kekuatan yang tidak mungkin
boleh ditakluki oleh kuasa akal dan fikir manusia. Dialah Allah yang tak akan membiarkan
orang-orang membuat kerosakan dan penderitaan kepada hamba-hamba yang dikasihiNya.
Jasad Terpelihara
Sementara itu di dalam gua, kesemua tujuh pemuda tersebut diberi ketenangan dan keselamatan
oleh Allah .Mereka telah ditidurkan oleh Allah dengan nyenyaknya dalam gua tersebut untuk
sekian lama.
Allah berfirman tentang mereka di dalam gua;
“Lalu Kami tidurkan mereka dengan nyenyaknya di dalam gua itu bertahun-tahun
lamanya.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 11).

Allah ingin menzahirkan bukti-bukti kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya melalui


peristiwa ini. Maka Allah telah mentakdirkan pemuda-pemuda ini tidur dalam jangka masa
yang sangat lama iaitu selama 309 tahun: tiga ratus tahun (dengan kiraan ahli kitab / Tahun
Masihi) dan tambah sembilan tahun lagi (dengan kiraan kamu / Tahun Hijrah).
FirmanAllah
“Dan mereka telah tinggal tidur dalam gua mereka selama tiga ratus tahun (dengan
kiraan ahli Kitab), dan hendaklah kamu tambah sembilan tahun lagi (dengan kiraan
kamu) (yakni menjadi 309 tahun).” (Surah Al-Kahfi; Ayat 25)

Walaupun mereka tidur amat lama dan tanpa makan dan minum, tetapi dengan kuasa Allah,
badan dan jasad mereka tidak hancur atau rosak. Dengan kuasaNya juga, kedudukan gua
tempat persembunyian ketujuh-tujuh pemuda yang berada di sebelah utara secara tidak
langsung telah memelihara pencahayaan, pengudaraan dan kesegaran tubuh mereka sepanjang
3 abad itu.
Firman Allah:

Allah sengaja memberi ilham kepada ketujuh-tujuh pemuda tersebut untuk menemui gua
tersebut sedangkan mereka sendiri tidak mengetahui bahawa Allah telah menetapkan
aturannya. Bahkan Allah menyatakan bahawa; jika kita lihat keadaan mereka di dalam gua itu,
nescaya kita tidak akan percaya bahawa mereka sedang tidur. Maha Suci Allah Yang Maha
Bijaksana.
FirmanNya lagi;

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong ke kanan dari gua mereka;
dan apabila ia terbenam, meninggalkan mereka ke arah kiri, sedang mereka berada
dalam tempat yang luas dalam gua itu. Yang demikian ialah dari tanda-tanda (yang
membuktikan kekuasaan) Allah. Sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah,
maka dia lah yang berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya
maka engkau tidak sekali-kali akan beroleh sebarang penolong yang dapat
menunjukkan (jalan yang benar) kepadanya.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 17)
Allah sengaja memberi ilham kepada ketujuh-tujuh pemuda tersebut untuk menemui
gua tersebut sedangkan mereka sendiri tidak mengetahui bahawa Allah menetapkan aturannya.
Bahkan Allah menyatakan bahawa; jika kita lihat keadaan mereka di dalam gua itu, nescaya
kita tidak akan percaya bahawa mereka sedang tidur. Maha Suci Allah Yang Maha Bijaksana
FirmanNya lagi;
“Dan engkau sangka mereka sedar padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan
mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri (supaya badan mereka
tidak dimakan tanah), sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan
ketakutan terhadap mereka.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 18)

Kebangkitan
Masa terus berlalu, zaman pun telah berganti dari beberapa generasi. Kini kerajaan yang
dahulu dipimpin oleh raja kejam dan musyrik telah berubah menjadi sebuah negeri yang maju
dan bebas dalam menjalani keyakinan agama masing-masing.
Apabila sampai tempoh yang ditetapkan Allah (300 + 9 tahun), mereka pun
dibangunkan. Pemuda-pemuda tersebut telah terjaga kerana perut mereka terasa lapar, dan
ketika bangun mereka saling bertanya tentang berapa lama mereka tertidur. Para pemuda
menyangka mereka hanya tertidur dalam masa sehari atau separuh hari sahaja, tanpa menyedari
bahawa mereka telah tidur dalam jangka masa yang amat lama di dalam gua.
FirmanAllah: “Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa
lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau
setengah hari…..” (Surah Al-Kahfi; Ayat 19)
Atas rasa lapar itu, lalu sebahagian daripada mereka mencadangkan agar dihantar
seorang wakil untuk ke bandar bagi mencari sesuatu untuk di makanan. Akhirnya mereka
memilih pemuda bernama Tamlikha untuk ke kota Afsus. Kebetulan semasa mereka melarikan
diri dulu mereka membawa bersama bekalan wang perak.
Firman Allah menceritakan cadangan sebahagian dari mereka itu; “Maka suruhlah salah
seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa wang perak kamu ini, dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang paling baik (yakni yang bersih dan
halal), maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk kamu, dan hendaklah dia
berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kamu kepada
seseorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, nescaya
mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama
mereka, dan jika demikian nescaya kamu tidak akan beruntung selama-
lamanya.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 19-20)
Lihatlah betapa bersihnya hati dan akhlak mereka. Walaupun dalam keadaan yang
cemas dan sukar serta kelaparan, mereka masih berpesan kepada sahabat mereka yang
ditugaskan ke kota mencari makanan itu supaya mencari dan memilih makanan yang bersih
lagi halal. Ini menandakan bahawa mereka adalah pemuda-pemuda yang bertakwa kepada
Allah . Walaupun Allah menyatakan dalam ayat di atas bahawa para pemuda tadi amat berhati-
hati dan berjaga-jaga agar jangan diketahui orang lain kerana mereka menyangka raja yang
memerintah negeri masih lagi raja kafir yang dahulu, namun Allah telah mentakdirkan supaya
berita tentang mereka diketahui oleh hamba-hambaNya yang lain bagi menunjukkan akan
keagungan kekuasaan dan kehebatanNya.

Semasa pemuda-pemuda Ashabul Kahfi itu dibangkitkan Allah selepas tidur selama
309 tahun, suasana negeri telah banyak berubah. Kebetulan Raja dan pemerintah negeri
merupakan orang yang beriman kepada Allah , begitu juga dengan kebanyakan rakyatnya.
Namun masih terdapat segelintir rakyat dalam negeri itu yang masih ragu-ragu dan
mempertikaikan tentang kebenaran kiamat; mereka masih ragu-ragu bagaimana Allah boleh
menghidupkan orang yang telah mati? Apatah lagi yang telah beribu malah berjuta tahun
lamanya dimakan tanah. Maka bertepatanlah masanya Allah membangkitkan Ashabul
Kahfi pada zaman tersebut dan menzahirkan kekuasaanNya kepada hamba-hambaNya yang
masih lagi ragu-ragu.Firman Allah: “Dan demikianlah Kami dedahkan hal mereka kepada
orang ramai supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah menghidupkan orang
mati adalah benar, dan bahawa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan
padanya.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 21)

Pendedahan ini berlaku semasa orang ramai bertelagah sesama sendiri mengenai
perkara hidupnya semula orang mati. Allah telah mendedahkan perihal pemuda-pemuda
Ashabul Kahfi semasa wakil mereka itu datang ke kota hendak membeli makanan.
Pemuda yang keluar menuju ke pasar mencari makanan. Dengan perasaan khuatir dan takut,
akhirnya sampai ke kota. Dia berasa hairan melihat keadaan kota tersebut dan penduduknya
yang berubah sama sekali, tidak seperti ketika ditinggalkan dahulu.
Dalam terpinga-pinga itu, akhirnya sampai juga dia ke pasar dan menemui salah
seorang penjaja makanan. Namun penjual hairan dan pelik dengan wang yang digunakan oleh
pemuda ini. Penduduk kota yang telah kehairanan melihat keadaan dia dan mereka semakin
syak apabila melihat wang perak yang dibawanya ialah wang yang sudah berzaman tidak
digunakan lagi.
Dia telah disyaki menjumpai harta karun lalu dipanggil penguasa pasar yang sangat
bijak. Dalam perbualannya, maka terbuktilah kepada orang ramai bahawa pemuda itu adalah
pemuda yang lari dari kepungan raja pada tiga abad yang silam. Mereka mengetahui akan
peristiwa itu, daripada cerita yang masyhur dan telah disedia maklum oleh orang ramai. Larinya
pemuda-pemuda itu kerana tidak rela menjual agama mereka kepada raja yang zalim dan
memaksa mereka untuk menyembah batu.
Lalu salah seorang di antara mereka berkata kepada pemuda tersebut: “Janganlah
kamu khuatir kepada raja ganas yang kamu katakan tadi. Raja itu sudah mati 300 tahun yang
lalu. Raja yang memerintah sekarang ini adalah seorang raja mukmin yang soleh juga baik
hati. Raja kami yang sekarang ini orangnya beriman seperti mana yang kamu imani.”Barulah
pemuda itu sedar dan insaf akan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dengan ketenangan yang
amat jelas serta dengan alasan dan bukti-bukti yang cukup terang, maka terbuktilah bahawa
mereka berada dalam gua bukan semalam atau setengah hari tetapi sudah tiga abad lamanya.

Orang ramai kemudiannya membawa pemuda tersebut mengadap raja beriman yang
mengambil berat hal agama itu. Betapa terkejutnya raja ketika pemuda menceritakan siapa dia
sebenarnya, raja memeluk pemuda dengan juraian air mata yang tak terhingga. Seketika
suasana istana menjadi sangat hening dan terharu oleh kehadiran pemuda yang luar biasa
tersebut.
Raja yang soleh ini kemudian menjelaskan kepada pemuda itu bahawa raja kejam
Diqyanus telah mati 309 tahun yang lalu. Selepas mendengar kisah menakjubkan itu, raja lalu
mengajak para pembesarnya dan semua orang yang hadir berangkat ke Gua Ashabul Kahfi
bersama wakil pemuda itu, untuk menjemput dan bertemu dengan kesemua pemuda tersebut,
apalagi mereka sedang menunggu dengan kelaparan dalam gua, di samping ingin mengetahui
keadaan di gua dan untuk mendengar kisah sebenar mereka.

Setelah mereka keluar dari gua itu, mereka disambut raja dan penduduk negeri. Raja
membawa mereka ke dalam istana dan diberinya tempat di istana yang indah itu. Tidak lama
kemudian walaupun raja berkali-kali meminta agar para pemuda ini tetap tinggal di istana, tapi
kumpulan pemuda tersebut menolak dengan baik dan tetap memilih untuk kembali ke gua
semula.
Para pemuda tadi lalu berkata kepada raja: “Kami ini sudah tidak mengharap hidup
yang lebih panjang lagi kerana kami sudah melepasi beberapa keturunan dan kesemuanya
telah meninggal dunia, malah negeri dan binaan besar yang dahulu pun sudah runtuh
semuanya; yang kami lihat sekarang ini adalah serba baru. Kami pun puas hati melihat raja
dan penduduk yang hidup di negeri ini sudah sama-sama beriman kepada Allah .”
Di hadapan orang ramai, para pemuda ini menyarankan supaya mereka hendaklah
sentiasa beriman kepada Allah ,jangan sesekali tunduk kepada sesiapa yang mengajak pada
jalan kesesatan dan kemusyrikan.
Tidak lama kemudian selepas mereka memberi ucapan selamat tinggal kepada raja dan
rakyatnya yang beriman itu. Para pemuda lalu sama-sama bersujud dan berdoa ke hadhrat Allah
agar menurunkan rahmatNya dan agar Allah mengizinkan mereka pulang ke rahmatullah.
Sejurus selepas mengucapkan doa itu mereka merebahkan badan di tempat pembaringan lalu
menghembuskan nafas mereka yang terakhir dengan tenang dan tenteram. Termaklumlah
bahawa Allah telah mengambil roh pemuda-pemuda itu dan kembali kepadaNya untuk selama-
lamanya.
Keadaan dan kejadian itu, menjadi asas yang amat kuat bagi mereka untuk tetap
beriman dan tunduk kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka makin percaya bahawa
janji Allah itu benar belaka dan Hari Qiamat serta akhirat itupun benar semuanya.
Sepeninggalan para pemuda itu, orang ramai lalu berbincang bagaimana cara untuk
memberi penghormatan sewajarnya agar mereka sentiasa dapat memperingati pemuda-pemuda
suci itu. Ada yang mencadangkan supaya didirikan sebuah bangunan atau tugu sebagai
kenangan. Manakala Raja mencadangkan agar sebuah masjid (rumah ibadat) dibinakan di sisi
gua itu supaya dari dalam masjid itu orang ramai dapat sama-sama menyembah dan
membesarkan nama Allah dan sentiasa insaf akan kebesaran Allah
Hal ini diceritakan Allah dengan firmanNya;
“Setelah itu maka (sebahagian dari mereka) berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di sisi
(gua) mereka, Allah jualah yang mengetahui akan hal ehwal mereka”. Orang-orang yang
berkuasa atas urusan mereka (pihak raja) pula berkata: “Sesungguhnya kami hendak
membina sebuah masjid di sisi gua mereka.” (Surah Al-Kahfi; Ayat 21)
HUKUM TAJWID

*IKHAFA’ SYAFAWI
* MAD ASLI

* IQLAB
*MAD ASLI

*MAD JAIZ MUNFASIL

*IDHGAM MISLAIN
*MAD IWAD

*MAD WAJIB MUTASIL


ISU SEMASA BERKAITAN AYAT SURAH

Ashabul Kahfi adalah kisah dimana 7 pemuda beriman yang hidup dizaman
pemerintahan Raja Diqyanus (Decius). Raja Rom yang kufur ini memerintah negaranya
secara kuku besi dan zalim. Barang siapa yang menentang pastinya seperti menempah
kematian awal. Raja Diqyanus juga memaksa rakyatnya untuk turut segala kehendaknya
termasuklah untuk menidakkan perintah Allah SWT dan berlaku murtad. Rata-rata rakyat
yang amat takutkan azab pemerintah zalim ini terpaksa menurut segala kemahuan
sehinggakan mereka lupa kepada azab Allah yang lebih nyata. Namun begitu, Allah SWT
hadirkan 7 pemuda yang berjiwa kental yang berani menegakkan panji-panji tauhid.
Keyakinan pemuda-pemuda ini kepada agama tauhid itu akhirnya diketahui oleh raja
Diqyanus. Maka dipanggilnya pemuda-pemuda ini untuk menghadap raja. Dihadapan raja
zalim ini, 7 pemuda tersebut dengan berani dan petah berhujah mempertahankan iman dan
prinsip mereka. Biarpun Raja Diqyanus dan pengikutnya gagal untuk menghadirkan jawapan
yang pasti kepada persoalan mereka sendiri, namun sang pemerintah itu kekal tegar untuk
mengeraskan hatinya dari mengimani kata-kata pemuda-pemuda tersebut.

Demi menjaga reputasinya, maka sang Raja menitahkan untuk menjatuhkan hukuman
mati terhadap 7 pemuda tersebut. Pemuda-pemuda tersebut lantas bertindak keluar dari kota
dan menyembunyikan diri disebuah gua di pergunungan Nikhayus. Maka, ditakdirkan Allah
SWT, pemuda-pemuda ini tidur selama 309 tahun. Dan apabila mereka sedar, mereka tidak
lagi berada didalam sebuah kerajaan yang zalim, bahkan Allah telah kembalikan mereka
disatu masa dimana agama tauhid itu diamalkan dalam suasana yang harmoni. Keyakinan dan
keteguhan prinsip pemuda-pemuda Ashabul Kahfi ini bukan saja baik untuk dijadikan teladan
kepada pemuda pemudi kita pada hari ini. Bahkan mereka layak dijadikan contoh idola yang
keras memperjuangkan kepercayaan mereka tanpa perlu takut kepada ancaman lain.

Dizaman ini, cabaran kepada pemuda pemudi kita amat besar. Kebebasan dan
kemajuan teknologi hari ini bukan sahaja membantu, malah boleh juga dijadikan ancaman
kepada pemikiran pemuda-pemudi hari ini. Khabar berita yang berlegar di ruang maya
sepatutnya menjadi ramuan berkesan bagi menambahkan ilmu pengetahuan. Namun begitu,
kebenaran terhadap khabar tersebut menjadi racun yang tajam kepada pemikiran mereka.
Anak muda kian hilang jatidiri, malah dengan sikap memberontak yang sedia tertanam dalam
diri insan bernama remaja itu membuahkan satu pola untuk menolak kebenaran. Pemuda
pemudi hari ini lebih gemarkan untuk tahu apa yang mereka mahu, bukannya tahu apa yang
mereka perlu tahu. Ini membuatkan mereka mulai berfikiran kritis malah ada juga yang
dilihat kearah yang lebih radikal. Kita boleh lihat bagaimana segelintir remaja terpengaruh
kepada militan IS yang kononnya mengajak kepada jihad yang sebenar. Dihidangkan remaja
ini dengan segala ganjaran yang mereka idamkan – syurga, bidadari dan apa saja yang
diimpikan oleh mereka yang inginkan syahid.

Hakikatnya, perjuangan IS itu sebenarnya langsung tidak menggambarkan Islam yang


sepatutnya. Jatidiri remaja kini juga diperolokkan dengan idealis-idealis yang berpaksikan
kebebasan hak asasi. Fitrah manusia yang sepatutnya dijadikan panduan ditolak ketepi demi
nama kebebasan. Malah ketaatan kepada pemerintah dan negara juga dipandang sepi. Mereka
melihatkan sistem yang sedia ada korup dan tidak relevan. Undang-undang dan perlembagaan
hanya sekadar tulisan yang mengongkong kehidupan mereka. Soekarno pernah berkata, “Jika
mahu lihat negara dimasa hadapan, lihatlah pemudanya pada masa kini.”. Begitulah
pentingnya untuk kita menjaga generasi yang akan menjaga negara pada masa akan datang.
Pemuda adalah aset penting dalam jatuh bangun sesebuah negara. Sesungguhnya didalam
membentuk jatidiri diri pemuda ini bukanlah sesuatu kerja yang mudah yang boleh
disudahkan dalam tempoh yang singkat. Untuk mengembalikan Baitulmaqdis kepada Islam
juga memerlukan tempoh masa bergenerasi sehinggalah munculnya generasi Salahudin Al-
Ayubi.

Sultan Muhammad Al-Fateh juga memerlukan satu tempoh yang panjang untuk
menyediakan satu generasi tentera yang hebat bagi membebaskan Constantinopel. Maka
perjuangan kita janganlah diharapkan untuk mendapat hasil yang segera. Apa yang
diperlukan ialah usaha yang berterusan dan keazaman untuk melihat Malaysia kekal
gemilang dimata dunia. “Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka
seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya," demikian lagi kata-kata dari
Soekarno.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DALAM
AYAT INI
Al-Imam Ibnu Katsir (wafat 774 h.) seorang tokoh ulama tafsir yang terkenal ketika
beliau mengulas perkataan fityah (pemuda) menjelaskan bahawa Allah SWT di dalam ayat ini
memilih perkataan pemuda kerana pemuda adalah orang yang mudah untuk menerima
petunjuk dan kebenaran.

Ini bukan bererti golongan tua tidak menerima kebenaran atau petunjuk, tetapi
menurut Imam Ibn Katsir, hal ini merupakan satu kiasan menunjukkan bahawa sistem
pentarbiyahan Islam bermula daripada anak kecil.

Maka menjadi satu cabaran bagi generasi muda untuk menjadi sesuai dengan apa
yang Allah SWT beritakan tentang mereka di dalam ayat di atas, iaitu; “mereka beriman
kepada tuhan mereka” dan hasil daripada iman itu Allah tambahkan petunjuk kepada
mereka. Allah menyambung lagi di dalam ayat berikutnya:

“Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri , lalu mereka pun berkata,
`Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan
yang amat jauh dari kebenaran.” (Al-Kahfi, 18: 14)

Kata Al-Imam Ibn Katsir, tafsiran ayat Allah ‘mengikat atau meneguhkan hati
mereka’ adalah dengan kesabaran, kekuatan, dan keberanian, kerana itulah mereka berani
bangkit dan bangun lantas berkata; ‘Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi;
kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian
telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.’

Dari tafsiran ini dapat difahami bahawasanya ciri-ciri pemuda adalah berani, sabar
dan didahului dengan iman. Mereka juga tidak menyeru Tuhan selain daripada Allah SWT
dan mereka mengakui bahawasanya sekiranya mereka melakukan hal yang demikian
(menyeru Tuhan selain Allah) bererti mereka telah tersasar dari jalan yang benar.
Keberanian pemuda yang dicontohkan dalam ayat ini adalah sekiranya sesuatu
perkara itu salah maka mereka berani mengaku salah. Kita sebagai pemuda zaman ini juga
seharusnya bukan sahaja berani mengatakan apa yang kita bawa dan gagaskan, bahkan kita
juga perlu berani mengakui kesilapan dan kesalahan.

Maka inilah lima ciri-ciri pemuda yang digambarkan di dalam ayat ke-13 dan 14 surah Al-
Kahfi; Pertama – iman, kedua – mendapat petunjuk yakni mudah menerima kebenaran, ketiga
– berani, keempat – sabar, kelima – berani mengakui kesilapan.

Fitnah Syahawat & Syubuhat

Di dalam kita mendepani cabaran, ujian dan permasalahan yang pelbagai, saya tertarik
dengan ulasan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika beliau mengulas tentang dugaan,
cubaan, atau dalam bahasa arabnya diringkaskan dengan istilah “fitnah”,

“Fitnah (dugaan/cubaan) mempunyai dua jenis; fitnah syahawat dan fitnah syubuhat.”

Fitnah syahawat 1: Wang ringgit

Kita telah melihat betapa banyak manusia yang gagal dalam ujian semata-mata kerana wang
ringgit. Nabi SAW bersabda di dalam hadis,

‫تتتتتت تتتتتت تتتتتتتتتتت تتتتتتتت تتتتتتتتتتت‬

Ertinya: “Binasalah hamba dinar dan hamba dirham..” (riwayat Al-Bukhari no. 2887)

Ini bukan bermaksud manusia tidak boleh mencari duit, bukan bererti manusia tidak perlu
berusaha, bekerja, atau berniaga. Bahkan Islam menuntut kita berusaha dan bekerja keras.

Sahabat Nabi antara contohnya Abdurrahman Ibn ‘Auf apabila berhijrah beliau meninggalkan
kekayaannya di Makkah. Sebaik tiba di Madinah, beliau berkata; “Tunjukkanlah kepadaku di
mana pasar!” untuk berniaga.

Kita digalakkan berniaga, tetapi apabila wang ringgit didahulukan melebihi prinsip, akidah,
syariat dan akhlak, sudah semestinya kita akan berhadapan dengan kerosakan dan diserang
habis-habisan oleh musuh yang benci kepada kejayaan Islam.
Digambarkan di dalam hadis yang lain, kata Nabi SAW,

“Hampir sahaja para musuh akan mengerumuni kalian sebagaimana mengerumuni


makanan. Seseorang bertanya: Apakah kerana jumlah kita sedikit? Jawab baginda: Tidak,
bahkan jumlah kalian banyak, hanya saja seperti buih yang berada di lautan. Allah telah
mencabut rasa takut mereka terhadap kalian. Dan sungguh Allah telah menyusupkan al-
wahnu ke dalam hati kalian. Mereka bertanya: Apakah al-wahnu itu? Jawab baginda: Cinta
dunia dan takut mati.” (Shahih, riwayat Abu Daud, Ahmad, Ibnu Asakir dan At-Thabrani dan
dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 958)

Kalau kita spesifikkan lagi realiti pada hari ini, umat Islam adalah majoriti tetapi kita tidak
mahu perkataan majoriti itu disamakan dengan apa yang disebut oleh Nabi SAW “seperti
buih”. Ramai tetapi tidak mendatangkan manfaat, tidak memberikan impak kepada
perjuangan dan dakwah.

Sebab itulah kita perlu berbincang dan bermusyawarah sebagaimana firman Allah SWT di
dalam ayat-Nya yang mulia,

Maksudnya: “Kami perintahkan kepada mereka semua agar melakukan syura


(mesyuarat).” (surah Asy-Syura, 42: 38)

Hal ini adalah agar bilangan yang ramai tersebut mendatangkan manfaat hasil daripada
perbincangan dan strategi yang dirancang.

Menyebut tentang hal ini, beberapa hari lalu ketika di Konvensyen Media Sosial saya ada
membacakan hadis Nabi SAW,

“Peperangan itu adalah penipuan.” (riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Maksud penipuan di sini adalah ketika di dalam peperangan, diharuskan untuk kita
merancang dan menyusun strategi, bukan maksud saya mengajak orang ramai supaya
menipu.

Saya membawakan hadis Nabi SAW di dalam situasi tertentu contohnya ketika peperangan,
baginda mengharuskan para sahabat mewarnakan rambut yang sudah beruban, agar
menampakkan ramai pemuda bagi menggerunkan musuh. Ketika bertawaf di keliling ka’bah,
tiga tawaf yang pertama disyariatkan berlari-lari anak serta menampakkan bahu kanan
bertujuan untuk menunjukkan kegagahan.

Jadi setiap apa yang kita lakukan fikirkanlah apa sumbangan kita. Biar ramai bilangan kita ini
ada manfaat. Kita tidak mahu ramainya jumlah kita tetapi kita terperangkap di dalam fitnah
yang pertama iaitu fitnah syahawat.

Fitnah syahawat 2: Fitnah wanita

Yang paling membimbangkan selain fitnah wang ringgit adalah fitnah wanita. Nabi SAW
pernah menceritakan tentang kehebatan wanita,

“Aku tidak pernah melihat (manusia) yang kurang akal dan agamanya namun dapat
mencairkan hati kaum lelaki yang sangat gagah selain daripada kamu wahai sekalian
wanita.” Mereka (para wanita) berkata: ‘Apa yang dimaksud dengan kurangnya agama dan
akal pada kami, wahai Rasulullah?’ Baginda bersabda: ”Bukankah persaksian seorang
wanita itu sama dengan setengah persaksian seorang lelaki?” Kami mengatakan: ‘Ya,
benar.’ Baginda bersabda: ”Itulah di antara bentuk kurang akalnya. Dan bukankah seorang
wanita jika haid, dia tidak shalat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab: ‘Ya, benar.’
Baginda bersabda: ”Itulah di antara bentuk kurang agamanya.” (riwayat Al-Bukhari dan
Muslim)

Ini juga termasuk dalam fitnah syahawat yang dijelaskan oleh Nabi SAW berulang kali.
Berapa banyak pemimpin dunia yang jatuh kerana wanita. Hatta Sukarno pernah dicabar
untuk dijatuhkan kerana wanita. Lihatlah apa yang berlaku kepada ahli parlimen di Indonesia,
di Turki, Bill Clinton, kesemuanya melibatkan isu wanita.

Ini merupakan fitnah yang memang disebut oleh Nabi SAW sebagai satu cabaran bagi mana-
mana perjuangan khususnya kita yang berusaha untuk mempertahankan agama, bangsa dan
negara. Pemuda secara realitinya sedang berhadapan dengan fitnah-fitnah yang seperti ini.

Maka kembali kepada hadis Nabi SAW, celakalah manusia-manusia yang menjadi hamba
kepada dinar, menjadi hamba kepada dirham, menjadi hamba kepada dunia, dan takut kepada
kematian.
Fitnah syubuhat

Fitnah, cabaran, ataupun ujian kedua bagi para pemuda yang mudah menerima petunjuk dan
kebenaran, yang mudah mengakui kesilapan, yang bersabar dalam perjuangan dan beriman
kepada Allah SWT, adalah fitnah syubuhat.

Mungkin boleh saya terjemahkan juzuk daripada syubuhat ini adalah peperangan persepsi
pada hari ini. Hanya dengan meletakkan sekeping gambar di blog, pelbagai tafsiran, ulasan
dan takwilan, positif dan negatif boleh keluar daripadanya.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah makan di rumah muridnya Imam Ahmad bin Hanbal, sebab
anaknya Abdullah ingin melihat siapa guru kepada bapanya. Imam Ahmad menghidangkan
makanan, Imam Syafi’i makan, setelah habis beliau menambah lagi kemudian habis lagi dan
menambah lagi sehingga habis kesemua makanan.

Anaknya melihat dengan pelik. Imam Asy-Syafi’i menjelaskan selepas itu bahawasanya dia
makan kerana dia yakin bahawa makanan yang dihidangkan itu adalah makanan yang halal
untuk dimakan. Dia makan di rumah muridnya yang dia percayai, tidak ada syubuhat
langsung pada makanannya. Hartanya adalah harta yang halal sehingga dia pun makan dalam
keadaan yang senang dan tenang.

Maka tidak ada masalah makan banyak melainkan jika makan dengan melampau atau
keterlaluan banyaknya. Saya bukan ingin mengulas tentang hukum makan banyak, tetapi saya
ingin membicarakan tentang persepsi yang ditimbulkan tadi; di mana ia merupakan juzuk
daripada ujian kita pada hari ini.
KESIMPULAN

Allah menerangkan kisah Ashab al-Kahfi ini bukanlah sesuatu yang ganjil dan
menghairankan jika dibandingkan dengan ayat-ayat lain. Banyak lagi kejadian lain
seumpamanya yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa mengatur alam menurut
kehendak-Nya tanpa ada yang mampu menandinginya seperti penciptaan langit dan bumi serta
segala yang ada di alam ini lebih mengagumkan lagi.
Sepertimana dikatakan Prof. Hamka; Maksud ayat al-Kahfi ini adalah apakah engkau
menyangka atau manusia menyangka bahawa manusia yang dicipta Allah tertidur beratus tahun
di dalam gua yang sunyi terpencil itu sudah sebahagian daripada kuasa Allah? Padahal banyak
lagi takdir Allah di dalam alam ini yang lebih menakjubkan dan lebih ganjil.
Pada hakikatnya, kisah yang penuh pengajaran ini masih belum cukup untuk menarik perhatian
umum. Justeru marilah kita melakukan amal kebaikan dan menjadikan kehidupan sebagai suatu
cita-cita luhur bagi meraih kebaikan dunia atau akhirat. Insya‘Allah…
RUJUKAN

 Tafsir Al Quran Karim , Juz 15 , (M/S : 294 -296)


 Kitab Fi Zhilalil Quran (di bawah naungan Al-Quran) versi Melayu , (M/S : 261-277 )
 Nur Dari Gua : Tafsir Surah Al Kahfi , Datuk Dr Hj Zahazan Mohamed

Anda mungkin juga menyukai