Anda di halaman 1dari 48

ASHABUL KAHFI : Teori Relativitas Einstein dalam Al

Quran (1)
https://panghalusnya.wordpress.com/2009/10/02/ashabul-
kahfi-teori-relativitas-einstein-dalam-al-quran-2/
https://panghalusnya.wordpress.com/2009/10/01/ashabul-
kahfi-teori-relativitas-einstein-dalam-al-quran-1-2/

October 1, 2009 Chimot Leave a comment Go to comments

Bagian pertama

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menulis tentang ini, ketika saya teringat tentang
artikel menarik yang pernah saya baca waktu zaman SMA dulu, yang membahas tentang hal
ini. Namun karena ada perhitungan detil matematis yang saya kurang begitu ingat, maka
keinginan menulis saya urungkan.

Kebetulan beberapa saat yang lalu, waktu saya bongkar-bongkar gudang dirumah saya saya
menemukan lagi artikel ini tersimpan dalam tumpukan buku-buku lama, maka saya putuskan
untuk segera saya tulis di blog ini. Sebelum artikel ini lenyap lagi.

Artikel ini terdapat dalam majalah bulanan SMA milik kakak saya (kebetulan SMA kakak
saya dan saya sama yaitu SMA Negeri 2 Kediri), yang diterbitkan oleh OSIS untuk kalangan
intern, yaitu DIOSSA (kependekan dari Dian OSIS Smada) edisi Juli 1996. Majalah ini sudah
tidak beredar lagi 1-2 tahun kemudian.

Ohya agar tidak terlalu panjang, sehingga memperlambat loading, maka artikel ini saya bagi
menjadi 2 bagian.

Baiklah, kita mulai ‘kisah’nya.

Kisah sebagaimana tersurat dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 9-26 yang menceritakan
sejumlah orang yang beriman pada Allah yang dikejar-kejar oleh tentara penguasa yang
syirik nan dholim. Mereka tetap ingin mempertahankan aqidahnya. Orang-orang itu, bersama
anjingnya, kemudian masuk di sebuah gua bersembunyi. Gua yang mereka masuki ini
memiliki lubang yang memungkinkan cahaya Matahari masuk. Di dalam gua itu, saking
lelahnya, mereka kemudian tertidur lelap. Ketika bangun, mereka kelaparan dan berniat untuk
membeli makanan. Setelah melihat situasi aman, mereka kemudian keluar dari gua. Ketika
berniat membeli makanan, rupanya uang mereka tidak laku. Zaman sudah berubah total.
Orang orang sudah berubah. Penguasa sudah berganti. Peradaban baru di depan mata mereka.
Mengapa? Ternyata, mereka telah tertidur selama 309 tahun. Dalam kisah yang lain,
disebutkan mereka tertidur selama 350 tahun. Dalam Al Quran, para pemuda ini diabadikan
dengan sebutan ‘ashabul kahfi’, artinya sahabat-sahabat gua. Tentang jumlah mereka, lokasi
gua, dan zaman masih simpang siur, muncul banyak pendapat. Namun satu hal yang
disepakati bersama, bahwa mereka hidup melintasi zaman.

Orang-orang zaman dahulu, terutama orang barat yang memiliki pandangan ‘miring’
terhadap kaum muslim, menganggap bahwa kisah ashabul kahfi ini adalah cerita fantasi
belaka, cerita yang hanya ada di negeri dongeng. Karena mereka menganggap bahwa cerita
ini adalah tidak masuk akal, tidak dapat diterima sebagai sebuah kebenaran. Dan dengan ini
pula mereka merasa memiliki kesempatan untuk ‘memojokkan’ Al Quran. Mereka bisa
disebut sebagai kaum pemuja akal. Kenapa demikian, karena bagi mereka sesuatu yang tidak
masuk akal adalah hal yang tidak mungkin. Padahal, kebanyakan, tidak selalu demikian.
Karena akal manusia terbatas. Atau bisa jadi sesuatu yang tidak masuk akal sebenarnya
adalah sangat masuk akal, hanya saja kita belum mengetahuinya. Dua ratus tahun lalu tidak
ada seorangpun yang akan percaya bahwa kita dapat bercakap-cakap dengan orang yang
berada seribu mil jauhnya dari kita. Hal itu akan dianggap tidak masuk akal alias mustahil.
Sekarang kita lihat, jangankan suara, gambar orang dibelahan dunia lainpun dapat kita lihat
dalam waktu yang sama. Sehingga kata orang bijak benar, nothing impossible.

Dan kisah tentang Ashabul Kahfi ini saat ini sudah dapat dibuktikan melalui fisika modern
dengan teori relativitas Einstein.

Teori tersebut berkata : “Jika suatu benda, makhluk hidup atau apa saja yang bergerak dengan
kecepatan tertentu (mendekati kecepatan cahaya), maka benda tersebut akan mengalami
dilatasi waktu dan kontraksi panjang.”

Dalam bentuk rumus, dilatasi waktu adalah :

Dan kontraksi panjang adalah :

Keterangan :
t1 = selang waktu menurut orang yang diam.
t0 = selang waktu menurut orang yang bergerak.
L = panjang benda yang diamati oleh kerangka acuan yang sama.
L1 = panjang benda yang diamati oleh kerangka acuan yang berbeda.
V = kecepatan gerak benda.
C = kecepatan cahaya.

Dengan menggunakan rumus-rumus ini, akan kita gunakan untuk menganalisis kisah Ashabul
Kahfi berdasarkan Al Quran surat Al Kahfi ayat 9-26.

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai)
raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,

kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam
gua itu).

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya


mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk;

dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain
Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran”.

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah).
Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan
mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah?

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah,
maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan
sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam
urusan kamu.

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah
kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka
berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan
mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan
mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di
muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan
ketakutan terhadap mereka.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu
berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari”.
Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada
(di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut
dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian
niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”.

Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada
keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang
itu berkata: “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih
mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata:
“Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang
keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(Jumlah mereka) adalah lima
orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan
(yang lain lagi) mengatakan: “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah
anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang
yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu
(Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan
kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara
mereka.

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu besok pagi,

kecuali (dengan menyebut): “Insya-Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu
lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang
lebih dekat kebenarannya daripada ini”.

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi).

Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua);
kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang
penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun
bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-
Nya dalam menetapkan keputusan”.

QS 18:9-26

Para Ashabul Kahfi hidup melintasi zaman. Mereka serasa tertidur satu hari didalam gua,
namun zaman ternyata telah berganti selama 309 tahun (pendapat lain menyatakan 350
tahun).

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi).” (QS 18:25)

Bagaimana bisa?

Hal ini bisa dibuktikan dengan analisis melalui fisika modern, yaitu teori relativitas Einstein.
“Jika suatu benda, makhluk hidup atau apa saja yang bergerak dengan kecepatan tertentu
(mendekati kecepatan cahaya), maka benda tersebut akan mengalami dilatasi waktu dan
kontraksi panjang.”

Dan didalam Al Quran surat Al Kahf ayat 18 termaktub :

“Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan
mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka
dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap
mereka.” (QS 18:18)

“…Kami balik-balikkan mereka kekanan dan kekiri…” yang berarti mereka di dalam gua
bergerak (digerakkan) dengan kecepatan tertentu. Berapa kecepatan mereka, sehingga mereka
dapat hidup melitasi zaman? Dari data-data yang kita dapatkan dari Al-Quran berikut analisis
untuk menjawab pertanyaan tersebut, sekaligus pembuktian kebenaran Ashabul Kahfi dalam
Al-Quran.

Dari Al-Quran diperoleh data bahwa waktu menurut mereka (Ashabul Kahfi yang bergerak)
t0 = 1 hari. Sedangkan waktu yang sebenarnya adalah t = 309 tahun = 109386 hari (tahun
qomariah 1 tahun = 354 hari).

Dari penurunan rumus dilatasi waktu :

Didapatkan :

Dan jika nilai t1 dan t0 dimasukkan kedalam rumus :

V2 = 0,99999.C2
V = 0,999999C

Dari penjabaran diatas, jika para Ashabul Kahfi bergerak (digerakkan) mendekati kecepatan
cahaya, maka ini membutktikan bahwa peristiwa tersebut sangatlah masuk akal untuk terjadi.

Kemudian penjelasan lainnya.


“…Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap
mereka…”

Mengapa orang yang melihat mereka ketakutan?

Seperti penjelasan teori relativitas diatas, bahwa jika suatu benda bergerak dengan kecepatan
tinggi maka selalu mengalami dilatasi waktu juga mengalamai kontraksi panjang dengan
perumusan ;

Jika V mendekati kecepatan cahaya, maka nilai L1 ( panjang benda yang diamati oleh
kerangka acuan yang berbeda) akan mendekati nol. Ini berarti Ashabul Kahfi sudah hampir
tidak terlihat wujudnya oleh orang yang melihatnya dari luar. Namun bahwa mereka
digerakkan ke kakan dan ke kiri , yang berarti mereka bergerak bolak balik, sesuai dengan
teori fisika bahwa sebuah benda yang bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah
semula, maka benda tersebut akan mengalami berhenti sesaat sebelum berbalik arah. Pada
saat berhenti sesaat ini, maka panjangnnya akan kembali seperti semula. Sehingga setiap saat
mereka akan berubah dari ukuran semula… mengecil… menghilang… membesar… ukuran
semula. Begitu seterusnya. Dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bisa dibayangkan
bagaimana wujud mereka. Tentulah sangat mengerikan bukan?

Penjelasan berikutnya.

“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,” (QS 18:11)

Mengapa telinga mereka ditutup?

Sebagaimana kita semua telah mengetahui bahwa bunyi ditimbulkan dari suatu benda yang
bergetar atau bergerak dan getaran benda itu menggetarkan udara. Selanjutnya udara tersebut
menggetarkan selaput telinga, gendang telinga yang frekwensi getarannya sama dengan
getaran frekwensi getaran benda, maka kita mendengar bunyi.
Namun apabila suatu benda bergerak diatas kecepatan bunyi, maka akan terjadi patahan
gelombang (supersonic fracture) yang menimbulkan ledakan suara yang luar biasa kuatnya,
bahkan mengakibatkan pecahnya kaca dan bengunan-bangunan. Misalnya pada pengemudian
pesawat supersonic yang mengakibatkan suara yang meledak-ledak dan meruntuhkan
bangunan dan kaca-kaca disekitarnya.

Demikian pula dengan Ashabul Kahfi. Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa
gerakannnya mendekati kecepatan cahaya sehingga juga berlaku patahan-patahan gelombang,
yang akan menimbulkan ledakan suara seperti halnya pesawat supersonic. Oleh karena itu
sesuai dengan ayat 11 surat Al Kahfi telinga mereka ditutup selama beberapa tahun, ternyata
guna melindungi gendang telinga meraka dari ledakan-ledakan suara yang ditimbulkan dari
gerakan mereka yang terlalu cepat.

Dari analisis diatas kita dapat membuktikan secara ilmiah kebenaran cerita Ashabul Kahfi
yang dulu oleh orang-orang barat dianggap cerita fantasi. Karena mereka mengganggap cerita
itu tidak masuk akal, dan selama ini belum terbukti orang mampu hidup tanpa makan dan
minum sampai bertahun-tahun. Dan mereka memvonis semua cerita yang tidak masuk akal
tidak dapat diterima sebagi suatu kebenaran. Persepsi yang demikian itu salah, analisis diatas
membuktikan bahwa sesuatu yang tadinya tidak masuk akal menjadi masuk akal. Ini
membuktikan bahwa akal manusia itu terbatas, karena mungkin akal manusia belum mampu
mencerna dan menganalisis hal-hal tersebut.

Wallahu a’lam bishowab.


MISTERI DIBALIK KISAH ASHABUL KAHFI (KAJIAN TAFSIR)
admin 27/02/2013

By: Irfan Addriadi

Salah satu kisah yang masih diliputi misteri hingga saat ini adalah kisah Ashabul kahfi, kisah tujuh
orang pemuda yang berpegang teguh pada keimanan dan berlindung ke dalam gua hingga ditidurkan
disana oleh Allah selama 309 tahun. Misteri dibalik kisah ashabul kahfi ini menimbulkan banyak
interpretasi yang berbeda dikalangan ahli tafsir. Tentang siapa nama-nama mereka, hidup di zaman
mana, siapa raja mereka, apakah mereka termasuk Nabi dan sebagainya.

Berikut ini saya coba untuk membahas secara singkat misteri dibalik kisah ashabul kahfi,
sebagaimana diceritakan dalam beberapa tafsir. Kisah Ashabul kahfi terdapat dalam Al-Quran surat
Al-Kahfi ayat 10-22. Kisah ini dimulai dengan ringkasan kisah,
yaitu ayat 10-11:

ۡ ۡ‫إِذ‬
ۡ ‫ۡربَّنَآۡ َءاتِنَاۡمِ ن‬
َ ْ ‫ا‬‫و‬ ُ ‫ل‬‫ا‬َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ۡ ِ‫ف‬ ‫َه‬
‫ك‬ ‫ىۡٱل‬ َ ‫ل‬‫إ‬
ِ ُۡ ‫ة‬ ‫ي‬
َ ‫ِت‬
‫ف‬ ‫ٱل‬ ۡ‫ى‬ ‫أ َ َو‬
ً۬ ً۬ َ ً۬
)١١(ۡ‫عدَدا‬ َ
َ ۡ َ‫علىۡۡ َءاذَانِ ِهمۡۡفِۡىۡٱلكَهۡفِ ۡ ِسنِين‬ َ َ‫)ۡف‬١٠(ۡ‫َاۡرشَدا‬
َ ۡ‫ض َربنَا‬ َ ‫ۡو َهيِِّئۡلنَاۡمِ نۡأم ِرن‬َ َ ‫ۡرح َمة‬ َ َ‫لَّدُنك‬

[Ingatlah]
tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami [ini]”. (10) Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu (11)

Dalam
ayat ini diceritakan bahwa pemuda Ashabul kahfi berlindung di dalam gua karena
suatu alasan, kemudian Allah membuat mereka tertidur. Dalam ayat lainnya
Al-Quran menyebutkan bahwa mereka tertidur selama 309 tahun Qamariyah atau 300
tahun Masehi, karena 100 tahun Masehi sama dengan 103 tahun Qamariyah[1].
Pada ayat 11 disebutkan bahwa Allah menutup telinga mereka, maksudnya adalah
membuat mereka tertidur sangat pulas sehingga tidak ada suara yang bisa mereka
dengar atau membangunkan mereka[2].
Setelah itu diceritakan latar belakang mereka masuk gua, yaitu pada ayat 14-16.

ۡ ‫َو َربَطنَا‬
ۡ ُّۡ‫ۡرب‬ َ ‫ۡربُّنَا‬
َ ْ‫ۡفَقَالُوا‬ ْ‫ۡقَا ُموا‬ ‫ۡإِذ‬ ‫ۡقُلُوبِ ِهم‬ ‫علَى‬
َ
ۡ ۖۡ‫ۡإِلَـ ً۬ها‬ ‫ۡدُو ِن ۤ ِهۦ‬ ‫ۡمِ ن‬ ْ‫ۡنَّدع َُوا‬ ‫ۡلَن‬ ِ ‫ۡوٱۡلَر‬
‫ض‬ َ ‫ت‬
ِ ‫س َمـ َوٲ‬
َّ ‫ٱل‬
ۡ َ ‫ۡهَـؤ‬
ۡ ِۡ‫ُلء‬ )١٤(ۡ َ ‫ش‬
‫ططا‬ َ ۡ ‫ۡ ِإ ً۬ذا‬ ‫ۡقُلنَآ‬ ‫لَّقَد‬
ً۬
ۡ َۡ‫ۡيَأتُون‬ ۡ‫ۡلَّو َل‬ ۖۡ‫ۡ َءا ِل َهة‬ ‫ۡدُو ِن ۤ ِهۡۦ‬ ‫ۡمِ ن‬ ْ‫ۡٱت َّ َخذُوۡا‬ ‫قَو ُمنَا‬
ۡ ۡ‫ۡٱفت ََرى‬ ۡ‫ۡمِ َّم ِن‬ ۡ‫ۡأَظ َل ُم‬ ۡ‫ۡفَ َمن‬ ۖ ً۬ ِ‫ۡبَي‬
ۡ‫ِّن‬ َ ‫سل‬
ۡ‫طـ ِن‬ ُ ِ‫ۡب‬ ‫علَي ِهم‬
َ
ۡ ۡ‫ۡ َو ِإ ِذ‬ )١٥(ۡ ‫ۡ َكذ ًِ۬با‬ َّ ۡ
ِ‫ٱَّلل‬ ‫علَى‬
َ
ۡ ‫ۡ ِإ َلى‬ ْ‫ۡفَأ ُۡو ۥۤۡۡا‬ َّۡ ۡ
َ‫ٱَّلل‬ ۡ‫ۡ ِإ َّل‬ َۡ‫ۡ َيعبُدُون‬ ‫ۡ َو َما‬ ۡ‫ٱعت َزَ لت ُ ُموهُم‬
ۡ ‫ۡ َل ُكم‬ ۡ‫ۡ َويُ َه ِيِّئ‬ ‫ۡ َّرح َم ِت ِهۦ‬ ‫ۡ ِ ِّمن‬ ‫ۡ َربُّ ُكم‬ ۡ‫ۡلَ ُكم‬ ُ ‫ۡيَن‬
ۡ‫شر‬ ِۡ‫ٱلكَهف‬
ۡ)١٦(ۡ‫ِ ِّمنۡۡأَم ِر ُكمۡ ِ ِّمرفَ ً۬قا‬

dan
Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu
mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami
sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”.
(14) Kaum
kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan [untuk di
sembah]. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang [tentang
kepercayaan mereka?] Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (15) Dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu
akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusan kamu. (16)
[1] Muhammad
ath-Thahir Bin Muhammad Ath-Thahir Bin ‘Asyur At-Tunisy, At-Tahrir Wa At-Tanwir
Al-Ma’ruf Bi At-Tafsir Ibn ‘Asyur, Juz 15 (Beirut: Muasassah At-Tarikh
Al-‘Araby, 2000) hal. 51

[2] Abu
Al-Qasim Amr Bin Ahmad Al-Zamakhsyary, Al-Kasysyaf, Juz 3 (Al-Maktabah
Asy-Syamilah: Mauqi’ At-Tafasir) hal. 498

Dalam ayat ini


diceritakan bahwa para pemuda ini berdiri dengan berani di hadapan raja Dikyanus
(Decius) yang zhalim dan sombong[1],
mereka menyatakan dengan tegas keimanannya pada Allah. Allah telah menguatkan
hati mereka dengan kesabaran untuk berhijrah meninggalkan kampung halaman
mereka dengan membawa agama yang hak[2].
Pada ayat 16 terjadi diolog diantara mereka sendiri untuk menyelamatkan diri
dari raja yang dzalim tersebut.

Ada beberapa kemungkinan bagaimana mereka bisa


tahu akan selamat bila bersembunyi di dalam goa. Mungkin karena kecerdasan mereka membaca
situasi atau karena adanya Nabi di zaman itu yang memberitahu mereka ataupun
salah seorang diantara mereka adalah Nabi[3].
Pada ayat 17-18 dijelaskan keadaan mereka di dalam gua.

[1]
El-Ghibran, Ashabul Kahf, (Online: http://3mbunhati.blogspot.com)

[2] Abu
Al-Qasim Amr Bin Ahmad Al-Zamakhsyary, op. cit. hal. 499

[3] Ibid.,
hal 499

ۡ ‫َوت ََرى‬
ۡ ۡ‫ين‬ ِ ِ‫ۡٱليَم‬ َ‫ۡذَات‬ ‫ۡكَه ِف ِهم‬ ‫عن‬َ ۡ ‫ۡتَّزَ َٲو ُر‬ َ ۡ
‫طلَعَت‬ ‫ۡإِذَا‬ ‫س‬ َ ‫شم‬ َّ ‫ٱل‬
ۡ ‫ۡفَج َوً۬ۡة‬ ‫ۡفِى‬ ‫ۡوهُم‬
َ ِّ ِ ‫ۡٱل‬
‫ش َما ِل‬ َ‫ۡذَات‬ ُ ‫ۡتَّق ِر‬
‫ض ُہم‬ ‫ۡغ ََر َبت‬ ‫َو ِإذَا‬
ۡ ‫ۡفَ ُه َۡو‬ َّ
ُ‫ۡٱَّلل‬ ‫ۡيَہ ِد‬ ‫ۡ َمن‬ َّ
ِۗۡ‫ۡٱَّلل‬ ‫ت‬
ِ ‫ۡ َءايَـ‬ ‫ۡمِ ن‬ َ‫ۡذَٲلِك‬ ُۚۡ‫ِ ِّمنه‬
ۡ ‫ۡ ُّمرش ًِ۬دا‬ ‫ۡولًِ۬ۡيا‬
َ ۡ‫ۡلَ ۡهُۥ‬ َ‫ۡت َِج ۡد‬ َ
‫ۡفلن‬ َ ‫ۡيُضلِل‬ ‫ۡو َمن‬َ ۖۡ‫ٱل ُمهت َ ِد‬
ۡ ۡ‫سبُ ُہم‬ َ ‫ۡ َوت َح‬ )١٧(
ً۬
ۡ َۡ‫ۡ َوذَات‬ ۡ‫ين‬ ِ ِ‫ۡٱليَم‬ َۡ‫ۡذَات‬ ۡ‫ۡ َونُقَ ِلِّبُ ُهم‬ ۚ ً۬ ُ‫ۡ ُرق‬
ۡ‫ود‬ ‫ۡ َوه ُۡم‬ ‫أَيقَاظا‬
ً۬
ۡ ‫ۡلَ ِۡو‬ ۚۡ‫صي ِد‬ِ ‫ۡبِۡٱل َو‬ ۡ‫عي ِه‬
َ ‫ۡذ َِرا‬ ۡ ‫ۡبَـس‬
‫ِط‬ ‫ۡ َوكَلبُ ُۡهم‬ ۖۡ‫ش َما ِل‬ ِّ ِ ‫ٱل‬
ۡ َۡ‫ۡولَ ُملِئت‬
َ ‫ۡف َِر ً۬ارا‬ ‫ۡمِ ن ُهم‬ َ‫ۡلَ َولَّيت‬ ‫علَي ِہم‬ َ ۡ َ‫ٱطلَعت‬ َّ
ۡ)١٨(ۡ‫ۡرع ً۬با‬
ُ ‫مِ ن ُہم‬

Dan
kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah
kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu
adalah sebagian dari tanda-tanda [kebesaran] Allah. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang
pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (17) Dan
kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami
balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan [diri] dan tentulah [hati] kamu akan dipenuhi dengan ketakutan
terhadap mereka. (18)
Dalam
ayat ini diceritakan bahwa Allah menempatkan mereka dalam sebuah gua yang cukup
luas sehingga mereka merasa nyaman. Allah menjaga mereka, sehingga sengatan
sinar matahari tidak langsung mengenai tubuh mereka, selain itu Allah juga
membolak-balikan tubuh mereka agar tidak rusak di makan tanah. Maksud ayat 18
yang berbunyi “dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur” adalah
karena mata mereka terbuka dan tidak terpejam[1].
Dalam ayat ini juga disebutkan bahwa Allah menjaga mereka dari orang-orang yang
ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani mendekati
mereka.

Dalam ayat 19-20 disebutkan tentang


keadaan mereka saat bangun dari tidurnya.

ۡ َۡ‫ڪذَٲلِك‬ َ ‫َو‬
ۡ ًۡ۬ ‫ۡقَآ ِٕٮ‬
‫ل‬ ‫ۡقَا َل‬ ۚۡ‫ۡبَي َن ُہم‬ ْ ‫سآ َءلوا‬ ُ َ
َ ‫ۡ ِليَت‬ ‫بَعَثنَـ ُهم‬
ۡ َۡ ‫ۡبَع‬
‫ض‬ ۡ‫ۡأَو‬ ‫ۡ َيوما‬ ‫ۡلَبِثنَا‬ ْ‫ۡقَالُوا‬ ۡ‫ۡلَبِثت ُ ۖم‬ ‫ڪم‬ َ ۡ ‫ِ ِّمن ُہم‬
ۡ ْ‫ۡفَٱبعَثُوۡا‬ ‫ۡلَبِثتُم‬ ‫ۡبِۡ َما‬ ‫ۡأَعلَ ُم‬ ‫ۡربُّ ُكم‬
َ ْ‫ۡقَالُوا‬ ًۚۡۡ۬‫يَوم‬
ۡ ُ ‫ۡفَليَن‬
ۡ‫ظر‬ ‫ۡٱل َمدِينَ ِة‬ ‫ۡ ِإلَى‬ ‫ۡهَـ ِذۦۤ ِه‬ ‫ۡبِ َو ِرقِ ُكم‬ ‫أ َ َحدَڪُم‬
ۡ ُ ‫ۡمن ۡه‬ ِّ ِ ‫ۡ ِب ِرز ً۬ق‬ ‫ۡفَل َيأتِڪُم‬ ‫ط َع ً۬اما‬َ ۡ ‫ۡأَزكَى‬ ‫أَيُّ َہآ‬
ۡ)٢٠(ۡ‫علَي ُكمۡۡ َير ُج ُۡمو ُكمۡۡأَوۡۡيُعِيدُوڪُمۡۡفِىۡمِ لَّ ِت ِهمۡۡ َۡولَنۡتُف ِل ُحوۡاْۡ ِإذاۡأ َ َب ً۬دا‬ َ ْۡ ۡ
‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ه‬‫ظ‬ ‫ي‬ۡ ‫ن‬
ُ َ َ ِ ُ ِ ‫إ‬ ۡ ‫م‬
ۡ ‫ہ‬ َّ ‫ن‬ ‫إ‬ۡ) ١٩ (ۡ‫ا‬‫د‬ ‫ح‬
َ َ ‫أ‬ۡ ‫ُم‬
‫ڪ‬ ‫ب‬ۡ
ِ ََّ
‫ن‬ ‫ِر‬
‫ع‬ ‫ُش‬ ‫ي‬ۡ ‫ل‬َ ‫ۡو‬
َ ‫ف‬ َّ
‫ط‬ َ ‫ل‬َ ‫ت‬ ‫َول َي‬

Dan
demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah
berapa lamakah kamu berada [di sini?]”. Mereka menjawab: “Kita berada
[di sini] sehari atau setengah hari”. Berkata [yang lain lagi]: “Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada [di sini]. Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik,
maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia
berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seseorangpun. (19) Sesungguhnya
jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika
demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (20)
[1] Abdu
Ar-rahman Bin Nashir Bin Abdullah As-Sa’dy, Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Minan, Juz I (Al-Maktabah Asy-Syamilah: Mauqi’ Majma’ Al-Mulk Fahd
Lithiba’ah Al-Mushaf Asy-Syarif, 2000 ) hal. 472

Menurut
sebagian mufassir, saat itu terdapat perselisihan diantara penduduk kota. Yang
mereka perselisihkan itu tentang hari kiamat: Apakah itu akan terjadi atau
tidak dan Apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau ruh ataukah
dengan ruh saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam
cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan
pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan jiwa[1].
Pada ayat berikutnya diceritakan perselisihan orang-orang tentang jumlah mereka.

[1]
Departemen Agama RI, op.cit., hal. 446

ۡ َۡ‫س َيقُولُون‬ َ
ً۬ ُ ً۬
ۡ ۡ‫س ُہم‬ُ ‫سا ِد‬ َ ۡ‫سة‬ َ ‫ۡويَقُولونَ ۡخَم‬ َ ‫ۡرابِعُ ُهمۡكَلبُ ُهم‬ َّ ‫ثَلَـثَة‬
ً۬
ۡ ۡ‫ۡوۡث َامِ نُ ُہم‬ َ ‫سبعَة‬ َ ۡ َ‫ۡويَقُولُون‬ َ ۖۡ‫ب‬ ِ ‫ۡرج َۢ َماۡبِٱلغَي‬ َ ‫كَلبُ ُہم‬
ۡ ‫ل‬ ۡ َّ ‫لۡر ِبِّىۡأَعلَ ُمۡ ِب ِۡعدَّت ِِہمۡ َّماۡيَعلَ ُم ُهمۡ ِإ‬ َّ ُ‫ڪلبُ ُہمۡۚۡق‬ َ
ً۬ َ ً۬ َّ ً۬
ۡ ‫ل‬ ۡ َ ‫اۡو‬
َ ‫ِيہمۡإِلۡمِ َۡرآءۡظـ ِهر‬ ِ ‫ارۡف‬ ِ ‫قَلِيلۡۗۡفَ ََلۡت ُ َم‬
)٢٢(ۡ‫مۡمن ُهمۡأ َ َح ً۬دا‬ ِّ ِ ‫ت َست َفتِۡفِي ِه‬
Nanti
[ada orang yang akan] mengatakan [jumlah mereka] adalah tiga orang
yang keempat adalah anjingnya, dan [yang lain] mengatakan: “[Jumlah
mereka] adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan
terhadap barang yang ghaib; dan [yang lain lagi] mengatakan: “[Jumlah
mereka] tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah:
“Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui
[bilangan] mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu
[Muhammad] bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir
saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka [pemuda-pemuda itu]
kepada seorangpun di antara mereka. (22)

Yang
berselisih tentang jumlah Ashabul kahfi dalam ayat ini adalah orang-orang ahli
kitab dan lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka ada yang
menyebutkan bahwa Ashabul kahfi itu adalah 3 orang, yang ke 4 adalah anjingnya,
ada juga yang menyatakan 4 orang, yang ke lima adalah anjingnya juga yang
mengatakan 7 orang dan yang ke depalan adalah anjingnya.

Hingga sekarang kisah ashabul kahfi tetap menjadi misteri, meskipun banyak ahli tafsir yang coba
mengungkapnya. Namun yang pasti, inilah salah satu bentuk kekuasaan Allah agar menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang tidak percaya akan hari kebangkitan. Secara sains, kisah ashabul kahfi juga
menjadikan ibrah yang besar bagi para ilmuan, sehingga sebagian mereka tertarik untuk meneliti
tentang kemungkinan manusia untuk berhibernasi layaknya ashabul kahfi.Misteri dibalik kisah
ashabul kahfi. Wallahu a’lam…http://www.cangcut.net/2013/02/misteri-dibalik-kisah-ashabul-
kahfi.html
Kisah ashabul kahfi atau pemuda gua, telah banyak dikenal olah kalangan muslim
sebagai peristiwa yang menakjubkan. Peristiwa ini tertuang dalam surat alquran surat
al-kahf/18: ayat 9-26.

Ashabul kahfi adalah pemegang teguh ajaran tauhid, dan hanya beriman kepada Allah
sebagai Yang pantas untuk disembah. Selain itu, mereka juga mengagungkan Allah sebagai
penguasa langit dan Bumi.

BERITA TERKAIT +

 Fenomena Nebula Luar Angkasa Dijelaskan Alquran dan Sains


 Indra Pendengaran Manusia Lebih Dulu Muncul Ketimbang Indra Penglihatan
 Fenomena Salju di Arab Saudi Tanda Kiamat Semakin Mendekat?

Ketujuh pemuda beriman itu tertidur di dalam gua selama 309 tahun hijriah atau 300 tahun
masehi. Mereka bersembunyi di dalam gua karena melarikan diri dari kekejaman raja
Dikyanus.

Jika dicermati bagaimana Allah menidurkan mereka, terdapat beberapa hal yang bisa diamati.
Seperti yang tertulis dalam buku 'Tafsir Ilmi' tentang waktu dalam perspektif alquran dan
sains (2013) berikut ini.

Pertama, ashabul kahfi ditutup telinganya. Hal ini bisa dilihat pada ayat ke-11. Kemudian,
mereka ditempatkan dalam gua yang luas, di mana sinar matahari tidak masuk ke dalam gua.
Matahari hanya terbit di samping kanan, dan tenggelam di samping kiri gua (ayat 17).
Terakhir, tubuh ashabul kahfi dibolak-balikkan oleh Allah ke kanan dan kiri (ayat 18).

Penjelasan ilmiah berusaha menjawab pertanyaan mengapa mereka bisa tidur selama itu.
Pertama ialah, Allah menutup telinga mereka agar bisa tidur tanpa adanya gangguan.

Kuping diketahui memiliki empat titik akupunktur yang bertanggung jawab untuk menekan
nafsu makan. Dalam kata 'Allah menutup telinga' dapat pula diartikan sebagai menekan
empat titik akupunktur tersebut sehingga nafsu makan mereka terbatas.

Kemudian karena tak ada sinar matahari yang tembus ke dalam gua, membuat keadaannya
redup. Hal ini memungkinkan suhu di dalamnya menjadi sejuk. Keadaan ini dapat
memberikan kenyamanan dan membuat tidur kian lelap.

Tubuh mereka juga di bolak-balik agar aliran darah ketujuh pemuda itu tetap terjaga. Selain
itu, mereka juga tak saling berdesakan. Hal ini mendukung mengapa mereka bisa tertidur
selama itu. Tentunya dengan izin dan kuasa Allah SWT.

https://techno.okezone.com/read/2017/10/02/56/1787363/ditidurkan-309-tahun-ini-
penjelasan-alquran-dan-sains-soal-kisah-ashabul-kahfi

kisah Ashabul Kahfi dibuktikan dengan teori Einstein Athallah Support 2015-08-
24T12:37:00+07:00 Kisah ini sebagaimana tersurat dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 9-26
yang menceritakan ada beberapa pemuda yang beriman pada Allah yang dikejar-kejar oleh
tentara penguasa yang syirik nan dholim untuk dibunuh karena tidak mau memeluk dan
menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh para penguasa tersebut pada jaman itu. Para
pemuda ini ingin tetap mempertahankan aqidahnya. Orang-orang itu, bersama anjingnya,
kemudian masuk ke dalam sebuah gua lalu bersembunyi di dalamnya. Gua yang mereka
masuki ini mempunyai lubang sehingga cahaya Matahari dapat masuk dan menyinari
dalamnya. Di dalam gua itu, karena terlalu lelah, mereka kemudian tertidur lelap. Ketika
bangun dari tidurnya, mereka merasa kelaparan dan berniat untuk keluar gua dan membeli
makanan. Ketika akan membeli makanan, rupanya uang mereka sudah tidak laku. Zaman
sudah berubah total. Orang orang sudah berubah. Penguasa sudah berganti. Peradaban baru di
depan mata mereka. Mengapa? Ternyata, mereka telah tertidur selama 309 tahun. Dalam
kisah yang lain, disebutkan mereka tertidur selama 350 tahun. Dalam Al Quran, para pemuda
ini diabadikan dengan sebutan ‘ashabul kahfi’, artinya sahabat-sahabat gua. Tentang jumlah
mereka, lokasi gua, dan zaman masih simpang siur, muncul banyak pendapat. Namun satu
hal yang disepakati bersama, bahwa mereka hidup melintasi zaman. kisah Ashabul Kahfi
dibuktikan dengan teori Einstein Orang-orang zaman dahulu, terutama orang barat yang
memiliki pandangan ‘miring’ terhadap kaum muslim, menganggap bahwa kisah ashabul
kahfi ini adalah cerita fantasi belaka, cerita yang hanya ada di negeri dongeng. Karena
mereka menganggap bahwa cerita ini adalah tidak masuk akal, tidak dapat diterima sebagai
sebuah kebenaran. Dan dengan ini pula mereka merasa memiliki kesempatan untuk
‘memojokkan’ Al Quran. Mereka bisa disebut sebagai kaum pemuja akal. Kenapa demikian,
karena bagi mereka sesuatu yang tidak masuk akal adalah hal yang tidak mungkin. Padahal,
kebanyakan, tidak selalu demikian. Karena akal manusia terbatas. Atau bisa jadi sesuatu yang
tidak masuk akal sebenarnya adalah sangat masuk akal, hanya saja kita belum
mengetahuinya. Dua ratus tahun lalu tidak ada seorangpun yang akan percaya bahwa kita
dapat bercakap-cakap dengan orang yang berada seribu mil jauhnya dari kita. Hal itu akan
dianggap tidak masuk akal alias mustahil. Sekarang kita lihat, jangankan suara, gambar orang
dibelahan dunia lainpun dapat kita lihat dalam waktu yang sama. Sehingga kata orang bijak
benar, nothing impossible. Dan kisah tentang Ashabul Kahfi ini saat ini sudah dapat
dibuktikan melalui fisika modern dengan teori relativitas Einstein. Teori tersebut berkata :
“Jika suatu benda, makhluk hidup atau apa saja yang bergerak dengan kecepatan tertentu
(mendekati kecepatan cahaya), maka benda tersebut akan mengalami dilatasi waktu dan
kontraksi panjang.” Dalam bentuk rumus, dilatasi waktu adalah : kisah Ashabul Kahfi
dibuktikan dengan teori Einstein 2 Dan kontraksi panjang adalah : kisah Ashabul Kahfi
dibuktikan dengan teori Einstein 3 Keterangan : t1 = selang waktu menurut orang yang diam.
t0 = selang waktu menurut orang yang bergerak. L = panjang benda yang diamati oleh
kerangka acuan yang sama. L1 = panjang benda yang diamati oleh kerangka acuan yang
berbeda. V = kecepatan gerak benda. C = kecepatan cahaya. Dengan menggunakan rumus-
rumus ini, akan kita gunakan untuk menganalisis kisah Ashabul Kahfi berdasarkan Al Quran
surat Al Kahfi ayat 9-26. Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan
(yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang
mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu
dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. Maka Kami
tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar
Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). Kami ceritakan kisah mereka kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami
telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran”. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di
sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan
mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah? Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan
sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam
urusan kamu. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang
mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang
pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan kamu mengira mereka itu
bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang
anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan
tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. Dan demikianlah
Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah
salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka
menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang
di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu,
dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seseorang pun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya
mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka,
dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. Dan demikian (pula)
Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji
Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika
orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikanlah
sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”.
Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan
mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”. Nanti (ada orang yang akan) mengatakan
(jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain)
mengatakan: “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai
terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(Jumlah mereka) tujuh
orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah
mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu
janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja
dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di
antara mereka. Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya
aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya-Allah”. Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”. Dan mereka
tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). Katakanlah:
“Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua
yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah
tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya;
dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan”.(QS 18:9-26) Para Ashabul Kahfi hidup melintasi zaman. Mereka serasa tertidur
satu hari didalam gua, namun zaman ternyata telah berganti selama 309 tahun (pendapat lain
menyatakan 350 tahun). “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).” (QS 18:25) Bagaimana bisa? Hal ini bisa dibuktikan dengan
analisis melalui fisika modern, yaitu teori relativitas Einstein. “Jika suatu benda, makhluk
hidup atau apa saja yang bergerak dengan kecepatan tertentu (mendekati kecepatan cahaya),
maka benda tersebut akan mengalami dilatasi waktu dan kontraksi panjang.” Dan didalam Al
Quran surat Al Kahf ayat 18 termaktub : “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal
mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka
tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu
akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.” (QS 18:18) “…Kami balik-balikkan
mereka kekanan dan kekiri…” yang berarti mereka di dalam gua bergerak (digerakkan)
dengan kecepatan tertentu. Berapa kecepatan mereka, sehingga mereka dapat hidup melitasi
zaman? Dari data-data yang kita dapatkan dari Al-Quran berikut analisis untuk menjawab
pertanyaan tersebut, sekaligus pembuktian kebenaran Ashabul Kahfi dalam Al-Quran. Dari
Al-Quran diperoleh data bahwa waktu menurut mereka (Ashabul Kahfi yang bergerak) t0 = 1
hari. Sedangkan waktu yang sebenarnya adalah t = 309 tahun = 109386 hari (tahun qomariah
1 tahun = 354 hari). Dari penurunan rumus dilatasi waktu : kisah Ashabul Kahfi dibuktikan
dengan teori Einstein 4 Didapatkan : kisah Ashabul Kahfi dibuktikan dengan teori Einstein 5
Dan jika nilai t1 dan t0 dimasukkan kedalam rumus : kisah Ashabul Kahfi dibuktikan dengan
teori Einstein 6 V2 = 0,99999.C2 V = 0,999999C Dari penjabaran diatas, jika para Ashabul
Kahfi bergerak (digerakkan) mendekati kecepatan cahaya, maka ini membutktikan bahwa
peristiwa tersebut sangatlah masuk akal untuk terjadi. Kemudian penjelasan lainnya. “…Dan
jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan
(diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka…” Mengapa
orang yang melihat mereka ketakutan? Seperti penjelasan teori relativitas diatas, bahwa jika
suatu benda bergerak dengan kecepatan tinggi maka selalu mengalami dilatasi waktu juga
mengalamai kontraksi panjang dengan perumusan ; Jika V mendekati kecepatan cahaya,
maka nilai L1 ( panjang benda yang diamati oleh kerangka acuan yang berbeda) akan
mendekati nol. Ini berarti Ashabul Kahfi sudah hampir tidak terlihat wujudnya oleh orang
yang melihatnya dari luar. Namun bahwa mereka digerakkan ke kakan dan ke kiri , yang
berarti mereka bergerak bolak balik, sesuai dengan teori fisika bahwa sebuah benda yang
bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah semula, maka benda tersebut akan
mengalami berhenti sesaat sebelum berbalik arah. Pada saat berhenti sesaat ini, maka
panjangnnya akan kembali seperti semula. Sehingga setiap saat mereka akan berubah dari
ukuran semula… mengecil… menghilang… membesar… ukuran semula. Begitu seterusnya.
Dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bisa dibayangkan bagaimana wujud mereka. Tentulah
sangat mengerikan bukan? Penjelasan berikutnya. “Maka Kami tutup telinga mereka
beberapa tahun dalam gua itu,” (QS 18:11) Mengapa telinga mereka ditutup? Sebagaimana
kita semua telah mengetahui bahwa bunyi ditimbulkan dari suatu benda yang bergetar atau
bergerak dan getaran benda itu menggetarkan udara. Selanjutnya udara tersebut
menggetarkan selaput telinga, gendang telinga yang frekwensi getarannya sama dengan
getaran frekwensi getaran benda, maka kita mendengar bunyi. Namun apabila suatu benda
bergerak diatas kecepatan bunyi, maka akan terjadi patahan gelombang (supersonic fracture)
yang menimbulkan ledakan suara yang luar biasa kuatnya, bahkan mengakibatkan pecahnya
kaca dan bengunan-bangunan. Misalnya pada pengemudian pesawat supersonic yang
mengakibatkan suara yang meledak-ledak dan meruntuhkan bangunan dan kaca-kaca
disekitarnya. Demikian pula dengan Ashabul Kahfi. Sebagaimana telah diuraikan diatas,
bahwa gerakannnya mendekati kecepatan cahaya sehingga juga berlaku patahan-patahan
gelombang, yang akan menimbulkan ledakan suara seperti halnya pesawat supersonic. Oleh
karena itu sesuai dengan ayat 11 surat Al Kahfi telinga mereka ditutup selama beberapa
tahun, ternyata guna melindungi gendang telinga meraka dari ledakan-ledakan suara yang
ditimbulkan dari gerakan mereka yang terlalu cepat. Dari analisis diatas kita dapat
membuktikan secara ilmiah kebenaran cerita Ashabul Kahfi yang dulu oleh orang-orang barat
dianggap cerita fantasi. Karena mereka mengganggap cerita itu tidak masuk akal, dan selama
ini belum terbukti orang mampu hidup tanpa makan dan minum sampai bertahun-tahun. Dan
mereka memvonis semua cerita yang tidak masuk akal tidak dapat diterima sebagi suatu
kebenaran. Persepsi yang demikian itu salah, analisis diatas membuktikan bahwa sesuatu
yang tadinya tidak masuk akal menjadi masuk akal. Ini membuktikan bahwa akal manusia itu
terbatas, karena mungkin akal manusia belum mampu mencerna dan menganalisis hal-hal
tersebut. Wallahu a’lam bishowab.

Source: https://www.trendsetter.athallah.biz/2015/08/kisah-ashabul-kahfi-dibuktikan-
dengan.html
Kisah Ashabul Kahfi dari sisi sains

Selama ini orang memandang peristiwa ashhabul kahfi sebagai sebuah keajaiban yang berasal dari
Allah swt. Kisahnya sendiri berkisar tentang sekelompok pemuda yang mendapatkan hidayah dari
Allah swt karena tidak mempercayai bahwa Raja mereka adalah tuhan. Namun karena takut jika tak
mengakuinya sebagai tuhan mereka akan dihukum, maka para pemuda ini pun bersepakat melarikan
diri keluar dari wilayah kerajaan. Perjalanan itu sendiri dipimpin oleh salah satu pemuda yang
bernama Tamlico. Sungguh Maha Besar Allah, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang
penggembala yang akhirnya malah menjadi pengikut mereka. Dari informasi penggembala itulah
akhirnya mereka menemukan sebuah gua untuk berlindung. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 408-
450 M di masa pemerintahan Kaisar Theodosius II (Dyqianus). Untuk selanjutnya, kami rasa orang
sudah banyak yang tahu hasil akhir ceritanya, apalagi Al Qur’an sendiri sudah menegaskannya
dengan sangat jelas Di sini tidak akan dikemukakan secara detail cerita lengkapnya dari awal hingga
akhir. Apa yang akan dijelaskan hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa ashhabul kahfi
menurut dunia sains.

Gua para ashhabul kahfi ini tertidur terletak di sebuah kampung bernama Al Rahiib di wilayah
Yordania. DR. Rafiq Wafa Al Dujani, seorang arkeolog asal Yordania, pada tahun 1963 melakukan
riset terhadap gua ini. Pada gua ini didapati 8 buah makam dan rahang anjing (rahang atas) di dekat
pintu gua. Jumlah
ashhabul kahfi ada 7 orang termasuk sang penggembala, sementara yang kedelapan adalah
anjingnya. Jika yang lainnya dikuburkan secara berdampingan, maka si anjing dikuburkan di depan
pintu gua,
tempatnya berjaga dulu. Di tahun yang sama, Direktorat Benda Bersejarah Yordania dipimpin oleh
DR. Rafiq Wafa Al Dujani, melakukan penggalian di wilayah Sahab atau sekitar 13 km sebelah
tenggara kota Amman, ibukota Yordania. Dari penggalian itu ditemukan bukti-bukti sebagai berikut :
Bukti Sejarah Di atas gua ditemukan sebuah bangunan yang dulunya diperkirakan adalah sebuah
bangunan tempat ibadah. Bangunan itu terdiri dari 7 buah tiang batu yang tingginya tidak sempurna
berbentuk bulat. Selain itu juga ditemukan sebuah mihrab berbentuk setengah lingkaran tepat
di atas pintu gua. Sedangkan di antara sisa-sisa tiang masjid terdapat sumur masjid yang dulunya
digunakan untuk tempat berwudhu. Masjid tersebut mengalami renovasi berulangkali, termasuk
saat Khalifah Al Muwaffaq dari Dinasti Abbasiyah berkuasa. Agaknya, tempat ibadah ini sengaja
didirikan oleh salah satu penguasa tak lama berselang setelah para ashhabul kahfi meninggal dunia.
Lalu oleh penguasa-penguasa selanjutnya bangunan ini dilestarikan dan
berulangkali direnovasi hingga sekarang. Selain itu, di dalam gua juga ditemukan lemari kaca berisi
tulang tengkorak anjing, beberapa keping uang logam, gelang dan cincin, manik-manik serta bejana
yang terbuat dari tanah.
Image Hosted by ImageShack.us

Bukti geologi
Pakar geologi Nazhim Al Kailani menegaskan, debu gua dan wilayah Ar Raqiim bisa membantu
menjaga
kebugaran tubuh. Debu ini terdiri dari karbohidrat, kalsium, magnesium, serta galian tumbuh-
tumbuhan dan binatang yang kaya radium. Bahan-bahan ini terdapat pada uranium dan turanium
bersinar yang di antara keistimewaannya adalah menghasilkan sinar alfa, beta, dan gama. Jenis-jenis
sinar ini memiliki pengaruh sangat besar untuk mensterilkan daging, tumbuh-tumbuhan, serta
menjaga dan mengawetkan.
Al Kailani meyakini bahwa keberadaan jenis debu (tanah) dengan segala jenis unsur dan keasaman
yang terkandung didalamnya tersebut, jika direaksikan dengan sinar matahari, akan menjadi sarana
pengawet jasad yang sangat baik. Agar para Ashhabul Kahfi ini dapat tidur secara pulas dan tepat
selama kurun waktu ratusan tahun, maka Allah swt melakukan hal-hal berikut:

Menonaktifkan indera pendengaran


”Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (QS. Al Kahfi: 11)
Artinya, aktifitas pendengaran mereka benar-benar dihentikan secara total untuk sementara waktu.
Yang demikian itu karena indera pendengaran adalah satu-satunya indera yang terus bekerja terus-
menerus meskipun orang sedang tidur atau bahkan koma sekalipun. Jadi, untuk menghindarkan
para ashhabul kahfi ini terjaga sewaktu-waktu, maka indera pendengaran mereka harus
dinonaktifkan untuk sementara waktu.
Menghentikan tugas organ penggerak (scending reticular activating system) yang ada pada pangkal
otak (Brainstem). Syaraf ini sendiri memiliki dua tugas; pertama, bertanggung jawab atas indera
pendengaran, dan kedua bertugas untuk menstabilkan badan bagian dalam dan luar. Karena itulah
Allah berfirman, ”Kami tutup telinga mereka...” dan bukan ”Kami tutup pendengaran mereka..”
Artinya,
penonaktifan fungsi-fungsi tubuh ini akan menyebabkan seorang manusia tertidur dengan sangat
pulas karena kepekaannya kepada daya rangsang dibuat tidak sensitif. Indera pendengarnya seperti
mati dan syaraf penggeraknya tak merasakan sakit, lapar, haus atau gangguan-gangguan lainnya.
Sel dan jaringan hidup dalam tubuh mereka dipertahankan dalam temperatur panas rendah dan
dibiarkan tidak berkembang, namun uniknya juga dijaga agar jangan sampai mati. Menjaga tubuh
dalam keadaan tetap sehat secara medis
Allah swt berfirman: ” Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan Kami balik-
balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di
muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka
dengan
melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (QS. Al
Kahfi: 18)
Tubuh mereka terus-menerus dibolak-balik dengan tujuan agar fisik mereka tidak rusak karena
pengaruh alas tidur mereka pada badan mereka. Di sini sinar matahari juga berperan penting. Setiap
hari tubuh mereka disinari oleh cahaya matahari di setiap pagi dan sore hari. Cahaya matahari ini
berfungsi untuk memperkuat tulang-tulang serta jaringan tubuh dengan vitamin (vitamin D). Selain
itu,
cahaya matahari juga berfungsi untuk mencegah gua dalam keadaan terlalu lembab dan pengap.
Andai saja waktu itu ada orang yang melihatnya, kondisi mereka ini benar-benar akan dipandang
aneh. Mereka bukan orang mati, orang yang melihatnya akan mengira kalau mereka sebenarnya
sedang terjaga karena bisa bergerak-gerak dan berbolak-balik. Tapi orang juga akan merasa
ketakutan karena mereka juga menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka bukan orang yang sedang
terjaga dari tidur.
Demikianlah, catatan-catatan yang kami buat di atas bisa saja salah perkiraan. Sebagai manusia kita
hanya bisa membuat prediksi tentang peristiwa yang mungkin saja terjadi di masa lalu. Adapun
kebenarannya kita serahkan kembali kepada ilmu Allah swt, Yang Maha Mengetahui segala hal.
Wallahua’lam bi shawab

Oleh : Solihin Gubes

Kaum Sarungan, 4 April 2012

http://adesania.blogspot.co.id/2013/01/kisah-ashabul-kahfi-dari-sisi-sains.html
Apakah Kisah Ashabul Kahfi Sesuai dengan Sains
Modern?
Dalam masalah tidur panjang para pemuda kota Afsus (Ashabul Kahfi) yang berlangsung
dalam waktu yang sangat panjang, mungkin saja akan menimbulkan keraguan pada beberapa
orang dan mereka menganggap hal ini tidak relevan dengan parameter-parameter ilmiah.
Oleh karena itu, mereka menempatkan peristiwa ini sederet dengan khayalan dan dongeng
belaka, karena:

Pertama, usia panjang yang mencapai ratusan tahun untuk orang-orang yang bangun saja
merupakan sebuah hal yang tidak rasional. Apa lagi untuk orang-orang yang tidur!

Kedua, apabila kita menerima bahwa usia sekian ratus tahun ini adalah suatu hal yang
mungkin dan bisa terjadi dalam kondisi bangun, maka dalam keadaan tidur, hal ini mustahil
bisa terjadi. Karena pasti akan muncul problem makan dan minum. Bagaimana mungkin
orang bisa bertahan hidup selama beratus-ratus tahun tanpa membutuhkan makan dan
minum? Dan seandainya untuk setiap hari hidup kita membutuhkan satu kilo makanan dan
satu liter air saja, maka untuk seusia Ashabul Kahfi ini, kita harus menggudangkan lebih dari
seratus ton makanan dan seratus ribu liter air, yang tentu saja ukuran sebanyak ini belum
mempunyai arti.

Ketiga, apabila semua itu tidak dianggap, maka kita akan tetap dihadapkan dengan persoalan,
yaitu, menetapnya tubuh dalam kondisi monoton dan itu pun untuk waktu yang sangat
panjang pasti akan menyebabkan kerusakan pada organisme tubuh dan menimbulkan begitu
banyak kerusakan padanya.

Pada mulanya, mungkin kritikan-kritikan semacam ini bisa mengantarkan kita kepada sebuah
jalan buntu yang tidak mungkin kita tembus. Padahal, tidak demikian adanya, karena:

Pertama, persoalan usia panjang bukan merupakan persoalan yang tidak ilmiah, meskipun
kita mengetahui bahwa panjangnya usia setiap makhluk hidup secara ilmiah tidak
mempunyai parameter yang pasti dan paten, karena dengan kedatangan maut, sudah pasti ia
akan mati.

Dengan ibarat lain, benar bahwa ketahanan tubuh manusia, bagaimanapun kuatnya, pada
akhirnya mempunyai keterbatasan dan sampai pada akhir perjalanannya. Akan tetapi, klaim
ini bukan berarti bahwa kondisi tubuh seorang manusia atau makhluk hidup lain tidak
mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama dari usia yang sewajarnya, seperti
yang terlihat di alam natural bahwa apabila air telah mencapai suhu seratus derajat celsius,
konsekuensinya adalah air akan mendidih dan pada suhu nol derajat celsius, air akan menjadi
es.

Demikian pula halnya dengan manusia. Ketika ia telah mencapai usia seratus atau seratus
lima puluh tahun, maka jantungnya akan berhenti melakukan aktifitasnya sehingga dengan
demikian, kematian akan menghampirinya. Tidaklah demikian adanya. Parameter panjang-
pendeknya usia makhluk hidup bergantung banyak pada kondisi kehidupan mereka. Karena,
dengan adanya perubahan kondisi kehidupan, maka panjang-pendeknya usia makhluk hidup
benar-benar bisa mengalami perubahan juga.
Terbukti bahwa dari satu sisi, tidak ada satu pun ilmuwan di dunia ini yang mampu
menentukan parameter yang pasti untuk usia manusia, dan dari sisi lain, penelitian yang
mereka lakukan di lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa terkadang mereka mampu
mengupayakan usia sebagian makhluk hidup lebih panjang beberapa kali lipat dari usia yang
semestinya. Terkadang hal itu bisa sampai dua belas kali lipat lebih lama dari usia yang
semestinya. Dan bahkan, pada saat ini, mereka memberikan harapan kepada manusia bahwa
di masa yang akan datang, dengan ditemukannya metode ilmiah terbaru, usia manusia bisa
diupayakan hingga mencapai beberapa kali lipat dari usia yang ada sekarang. Ini sehubungan
dengan panjang-pendeknya usia.

Kedua, tentang problem air dan pangan dalam keadaan tidur panjang ini, bisa dikatakan
bahwa apabila tidur yang dilakukan adalah tidur biasa sebagaimana yang sering terjadi pada
diri kita, maka kebenaran ada pada para pengkritik. Yaitu, hal ini tidak relevan dengan
prinsip ilmiah, karena pembakaran dan pembentukan badan dalam keadaan tidur biasanya
akan lebih sedikit daripada ketika dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila hal yang sama
dilakukan secara kontinyu untuk tahun-tahun berkepanjangan, maka hal itu akan menjadi
sangat banyak. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa di dunia natural kita ini
terdapat pula jenis-jenis tidur yang dilakukan pada musim dingin di mana penggunaan
makanan dalam tubuh dalam kondisi seperti ini sangatlah sedikit.

Penyakit Tidur Musim Dingin

Terdapat banyak jenis binatang yang pada keseluruhan musim dingin senantiasa berada
dalam keadaan tidur panjangnya di mana dalam istilah ilmiahnya dinamakan dengan penyakit
tidur musim dingin.

Aktifitas kehidupan pada jenis tidur semacam ini bisa dikatakan terhenti sama sekali dan
hanya terdapat nyala yang amat kecil di dalamnya dan jantung seakan berhenti berdenyut.
Mungkin ungkapan yang lebih tepat adalah, bahwa detakan jantung sedemikian lemahnya
sehingga bisa dikatakan sama sekali tidak bisa dirasakan.

Dalam keadaan semacam ini, tubuh makhluk hidup bisa diibaratkan sebagai sebuah tanur
besar yang telah padam, di mana dalam kepadamannya ini masih terdapat nyala lilin kecil
yang tetap berada dalam aktifitasnya. Sangat jelas bahwa bahan makanan yang dimasak di
dalam tanur yang biasanya dalam satu hari membutuhkan sekian bahan bakar untuk
menghasilkan nyala api yang besar akan bisa menjadi makanan untuk puluhan atau ratusan
tahun apabila dimasak dengan menggunakan nyala lilin yang amat kecil. (Tentu saja hal ini
bergantung pada besar kecilnya nyala tanur dalam keadaan menyala dan dalam keadaan lilin
kecil itu menyala).

Para ilmuwan dalam menanggapi masalah penyakit tidur musim dingin sebagian binatang ini
berkata, “Apabila kita keluarkan seekor katak yang sedang berada dalam keadaan tidur
musim dinginnya dari tempatnya, maka ia seakan-akan tampak mati, tidak ada udara dari
paru-parunya, dan detakan jantungnya sedemikian lemah sehingga tidak bisa ditemukan.

Di antara binatang-binatang berdarah dingin yang mempunyai kebiasaan tidur musim dingin
ini adalah sebagian kupu-kupu dan serangga. Demikian juga jenis-jenis siput tanah, binatang-
binatang melata dan sebagian dari binatang menyusui (berdarah panas) pun mempunyai
kebiasaan tidur musim dingin ini. Ketika mereka sedang melakukan tidur musim dingin,
maka aktifitas-aktifitas kehidupan sangatlah sedikit, dan lemak-lemak yang tersimpan di
dalam badan akan dimanfaatkan secara bertahap.”

Maksudnya adalah, bahwa kita mempunyai jenis tidur yang dalam kondisi tidur ini kebutuhan
akan makan dan minum menjadi luar biasa sedikit dan aktifitas kehidupan hampir mendekati
nol. Dan kebetulan, hal inilah yang membantu guna menghindarkan anggota badan dari
kerusakan dan keletihan, serta akan mempengaruhi panjangnya usia binatang-binatang jenis
ini. Pada prinsipnya, tidur musim dingin ini merupakan kesempatan yang sangat berharga
bagi sebagian binatang yang mungkin tidak mampu untuk mencari makanan pada musim
dingin.

Penguburan Para Petapa

Berkenaan dengan masalah para petapa sering kita saksikan bahwa sebagian dari mereka
diletakkan di dalam sebuah peti dengan disaksikan oleh mata-mata yang keheranan dan sulit
menerimanya dan kadang-kadang mereka dikuburkan selama seminggu di dalam tanah.
Setelah waktu itu habis, mereka dikeluarkan kembali dari dalam tanah, lalu dipijat dan
diberikan bantuan pernafasan sehingga mereka kembali ke dalam kondisi awalnya setahap
demi setahap.

Dalam hal ini, problem kebutuhan pada makanan bisa jadi tidak merupakan suatu hal yang
amat krusial. Akan tetapi, kebutuhan pada oksigen untuk pernafasan merupakan problem
yang lain. Karena kita mengetahui betapa pekanya sel-sel otak ini menghadapi kekurangan
oksigen dan ketergantungan sel-sel otak ini terhadap zat kehidupan “oksigen” yang
sedemikian eratnya sehingga apabila beberapa detik saja ia tidak mendapatkannya, hal itu
akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel tersebut secepat mungkin. Sekarang, bagaimana
para petapa ini bisa menahan kekurangan oksigen dalam waktu —misalnya— satu minggu
tersebut?

Jawaban dari pertanyaan ini, dengan memperhatikan penjelasan yang telah kami berikan
sebelumnya, tidaklah terlalu sulit. Karena selama masa ini, aktifitas kehidupan pada tubuh
para petapa ini kira-kira telah berada dalam kondisi terhenti. Hal ini menyebabkan kebutuhan
sel-sel otak terhadap oksigen dan pengunaannya berada dalam level yang luar biasa sedikit
sehingga selama masa ini, udara di dalam lingkup peti saja telah mencukupi kebutuhan
oksigennya selama satu minggu.

Pembekuan Tubuh Manusia yang Masih Hidup

Saat ini terdapat begitu banyak teori mengenai persoalan pembekuan tubuh binatang dan
bahkan, tubuh manusia (untuk memperpanjang usia mereka) yang sebagiannya telah
terealisasi. Sesuai dengan teori-teori yang ada, mungkin saja dengan meletakkan tubuh
seorang manusia atau seekor hewan dalam suhu udara di bawah nol derajat sesuai dengan
metode yang khusus akan bisa menghentikan kehidupannya tanpa menyebabkan kematian
yang sesungguhnya, dan setelah beberapa saat lamanya, ia harus diletakkan di dalam suhu
udara hangat yang sesuai sehingga ia akan kembali pada kondisinya semula.

Untuk perjalanan luar angkasa ke planet yang jauh, di mana terdapat kemungkinan akan
menghabiskan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun lamanya, terdapat beberapa metode
dan teori yang disarankan. Salah satunya adalah meletakkan astronot di dalam ruangan
khusus untuk mengawetkannya di sana. Lalu, setelah beberapa tahun berlalu dan telah
mendekati letak planet yang dimaksud suhu udara di ruangan tersebut -dengan menggunakan
sebuah sistem otomatik- akan berubah menjadi suhu udara biasa sehingga mereka kembali
pada kondisi semula tanpa kehilangan usia mereka.

Dalam salah satu berita di sebuah majalah ilmiah disebutkan bahwa di tahun-tahun terakhir
ini telah diterbitkan sebuah buku tentang pembekuan tubuh manusia untuk memperpanjang
usianya. Buku itu ditulis oleh Robert Nelson. Dalam dunia sains dan pengetahuan, hal ini
mempunyai refleksi yang luas dan beruntun.

Dalam sebuah artikel di majalah tersebut yang secara teratur membahas tentang masalah ini,
ditegaskan bahwa belakangan ini muncul sebuah fakultas ilmiah dengan program khusus
yang membahas persoalan seperti ini. Dalam artikel tersebut tertulis “Kehidupan abadi dalam
sepanjang perjalanan sejarah senantiasa berbarengan dengan mimpi-mimpi emas yang telah
mengakar di dalam diri manusia. Akan tetapi, sekarang mimpi ini telah menjadi sebuah
realitas. Hal ini dikarenakan perkembangan tekhnologi yang menakjubkan dari persepsi sains
terbaru yang dinamakan sebagai crionik. (Sebuah sains yang membawa manusia ke alam
pembekuan dan menjaganya sebagaimana sebuah badan yang telah diawetkan dengan
harapan suatu hari akan bisa dihidupkan kembali oleh para ilmuwan).”

Apakah logika semacam ini bisa dipercaya? Begitu banyak para ilmuwan terkenal
memikirkan masalah ini dari perspektif yang lain dan majalah-majalah semacam “Life” dan
“Skuwair”, demikian juga surat kabar seluruh dunia secara gencar membahas persoalan
krusial ini. Dan yang lebih penting dari semua itu, terdapat program (mengenai masalah ini)
yang sekarang sedang berada dalam tahap pelaksanaan.

Beberapa waktu yang lalu, sebuah pers telah mengumumkan adanya seekor ikan dari spesis
yang hidup beribu-ribu tahun yang ditemukan membeku di antara bebatuan es di daerah
kutub. Anehnya, setelah meletakkannya ke dalam air hangat, ikan ini mulai menampakkan
tanda-tanda kehidupannya. Kemudian, ikan ini mulai menggerak-gerakkan siripnya di
hadapan orang-orang yang menyaksikannya dengan keheranan.

Di sini jelas terlihat, bahkan dalam kondisi membeku sekalipun, sistem-sistem kehidupan
tubuh —seperti juga ketika sudah mati— tidak berhenti secara sempurna. Karena jika tidak
demikian, kembali kepada kehidupan adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi, bahkan
akan terjadi dalam kondisi yang sangat lamban.

Dari pembahasan tersebut, kita bisa mengambil konklusi bahwa memberhentikan dan
mengubah kebiasaan kehidupan merupakan suatu hal yang bisa diterima dan memungkinkan,
dan pengkajian dalam berbagai sains menegaskan kemungkinan terjadinya hal tersebut dilihat
dari berbagai aspek.

Dalam kondisi ini, penggunaan makanan dalam tubuh kira-kira telah mencapai titik nol dan
timbunan yang tidak seberapa di dalam tubuh mampu mencukupi kehidupan yang dijalaninya
dalam waktu yang cukup panjang.

Jangan sampai salah paham! Kami sama sekali tidak ingin mengingkari adanya keajaiban
tidurnya Ashabul Kahfi dengan pembicaraan kami di atas. Akan tetapi, yang sedang kami
lakukan adalah mencoba mendekatkan peristiwa ini dari visi ilmiah.
Karena jelas, tidurnya Ashabul Kahfi bukanlah sebuah tidur biasa dan wajar sebagaimana
tidur yang kita lakukan setiap hari. Melainkan sebuah tidur yang mempunyai keunikan dan
pengecualian. Oleh karena itu, bukan pada tempatnya untuk takjub bahwa mereka (dengan
kehendak Allah swt.) telah tidur dalam waktu yang amat panjang dan tidak mengalami
kesulitan dalam masalah kekurangan makanan dan tidak juga terdapat organisme yang
merusak tubuh mereka.

Menariknya, dalam ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Kahfi yang menceritakan kondisi
tidur mereka difirmankan bahwa cara tidur mereka sangat berbeda jauh dari cara tidur
normal.

“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur ... Dan jika kamu
menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan [diri] dan
tentulah [hati]mu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (QS. al-Kahfi [18]: 18)

Ayat ini membuktikan bahwa mereka tidak tidur dalam keadaan sewajarnya. Akan tetapi,
meraka tidur —sebagaimana seorang jenazah— dengan mata terbuka.

Selain itu, Al-Qur’an mengatakan bahwa cahaya matahari tidak menyinari bagian dalam gua.
Ia berfirman, “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan ketika terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri ....” (QS. Al-Kahfi [18]:
17)

Dengan memperhatikan bahwa gua mereka kemungkinan berada di salah satu dari dataran
tinggi di Asia Kecil yang mempunyai suhu udara dingin, maka hal ini akan semakin
menjelaskan keadaan tidur mereka yang istimewa. Dari sisi lain, Al-Qur’an berfirman, “...
Dan Kami membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri ....” (QS. Al-Kahfi [18]: 18)

Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam kondisi monoton. Terdapat faktor-
faktor rahasia yang hingga sekarang belum kita kenali. (Mungkin dalam setahun sekali) Allah
membalik-balikkan mereka ke kiri dan ke kanan sehingga tidak akan merusak organisme
badan.

Sekarang, ketika pembahasan ilmiah masalah ini sudah jelas dengan porsi yang cukup,
kesimpulan dari masalah ini dalam pembahasan Ma’âd (Hari Kebangkitan) tidak akan begitu
sulit. Karena bangunnya kembali Ashabul Kahfi setelah sekian lama tidur adalah mirip
dengan hidup kembali setelah mati, dan dengan peristiwa ini, kejadian Ma’âd akan menjadi
lebih dekat dalam persepsi kita.http://www.quran.al-shia.org/id/lib/004/03.html

Kisah Ashabul Kahfi dibuktikan dengan Ilmu Pengetahuan Modern


Seorang pemuda terheran-heran melihat keadaan kota sudah berubah, penduduknya dan bangunan
yang ada di sana. Dia bermaksud membeli makanan pagi itu untuk dia dan 6 temannya yang lain.
Saat membayar, si penjual kaget karena uang pembayaran yang dipakai itu sudah tak laku lagi.
Uang tersebut bergambar raja Diqyanus yang sudah berumur 300 tahun lebih.

Beberapa orang yang berkerumun di dekat


warung menuduhnya sebagai penipu. Beberapa lagi mengatakan pemuda itu kurang waras alias
gila. Bahkan beberapa orang mengira bahwa pemuda itu mengetahui tempat harta karun.

Sang pemuda menjadi kerumunan dan perbincangan orang-orang disekitar warung makan tersebut.
Dia merasa heran, mengapa pedagang makanan tak mau menerima uang pembayaranya dan
mengatakan bahwa uang itu sudah tak laku lagi. Padahal ia merasa bahwa uang itu hasil penjualan
domba yang diperoleh sehari sebelumnya. Sesaat sebelum dia berlindung dan tidur di sebuah gua
bersama teman-temanya yang lain.
Cerita di atas merupakan cuplikan kisah 7 orang pemuda dan seekor anjing. Demi menjaga iman,
mereka melarikan diri dari raja Diqyanus. Penguasa Romawi (249-251 M) yang kejam dan
menganggap dirinya sebagai Tuhan. Lalu bersembunyi di sebuah gua. Atas kekuasaan Allah
Subhanallahu wa ta’ala, mereka ditidurkan selama lebih dari 3 abad (309 tahun) dan bangun di
jaman yang berbeda. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat al-Kahfi

Ada tiga versi tentang gua yang dimaksud dalam kisah Ashabul Kahfi tersebut. Yang pertama adalah
gua Ephesus di Anatolia Turki, yang kedua sebuah gua Damsyik Syiria, dan yang ketiga di Amman,
Jordan. Karena ada beberapa versi ini maka para ahli arkeologi, para ulama klasik dan kontemporer
melakukan penelitian di ketiga tempat tersebut. Mencocokannya dengan keterangan dalam Al-
Qur’an.

Kesimpulannya, gua yang berada di Ar-Raqim Jordan inilah yang mendekati seperti yang
digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai tempat persembunyian Ashabul kahfi. Salah satu yang
memperkuat dugaan tersebut adalah surat Al-kahfi ayat 17. Menyebutkan, matahari cenderung ke
kanan dari gua mereka dan terbenam di sebelah kiri. Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat, “sedang
mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.” (QS 18: 17).
Lokasi gua Ashabul Kahfi di Jordan memiliki
sebuah lubang dan atas gua sehingga cahaya bisa masuk. Selain itu, bentuk gua yang terdapat di Ar-
Raqim sangat luas dan lapang serta tidak dalam.

Cerita Lengkap

Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya


mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

Dikala Umar bin Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya
beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah, "Hai Khalifah Umar, anda adalah
pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan
beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah
kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar
seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu
bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.

"Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.

"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya
pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya
sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang
suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan
bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan
bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya! Beritahukan
kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) disaat ia sedang berkicau! Apakah yang
dikatakan oleh ayam jantan dikala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda disaat ia
sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak diwaktu ia sedang bersuara? Apakah yang
dikatakan oleh keledai disaat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada
waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berpikir sejenak, kemudian berkata, "Bagi Umar, jika ia
menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu
bukan suatu hal yang memalukan!''

Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri
melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata, "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang
bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!"

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu:
"Kalian tunggu sebentar!"

Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan,
selamatkanlah agama Islam!"

Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: "Mengapa?"

Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab. Imam Ali
segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah
(selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali
bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkat,: "Ya
Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali
bin Abi Thalib herkata, "Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah
SAW sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu
macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab,


Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku
nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian
supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!" "Ya baik!" jawab mereka.

"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.

Mereka mulai bertanya, "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?"
"Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik
laki-laki ataupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai
kehadirat Allah!"

Para pendeta Yahudi bertanya lagi, "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata, "Orang itu benar juga!"
Mereka bertanya lebih lanjut, "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang
dapat berjalan bersama penghuninya!"

"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib.
"Nabi Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi, "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang
dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman AS putera Nabi Dawud AS,
Semut itu berkata kepada kaumnya, 'Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian,
agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya, "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis
makhluk yang berjalan diatas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun diantara makhluk-makhluk itu
yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta
Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi
seekor ular)."

Dua diantara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan
yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan, "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Hai Ali,
hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai
benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."

"Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan," sahut Imam Ali.

"Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309
tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?" Tanya
pendeta tadi.
Ali bin Ali Thalib menjawab, "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat
tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan
kubacakan kisah mereka itu."

Pendeta Yahudi itu menyahut, "Aku sudah banyak mendengar tentang Qur'an kalian itu! Jika engkau
memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota
mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah
mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut kedepan perut, lalu
ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata, "Hai saudara Yahudi,
Muhammad Rasulullah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di
negeri Romawi, disebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi
nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu
berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri
itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita
kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat
congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya
berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah
sebuah Istana."

Baru sampai disitu, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya, "Jika engkau benar-
benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-
ruangannya!"

Ali bin Abi Thalib menerangkan, "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah,
terbuat dari batu marmer. Panjangnya satu farsakh (+/- 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-
pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang
berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada
rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang
harum baunya. Disebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah,
demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu
dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta
dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di
situlah para hulubalang kerajaan duduk. Disebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari
emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas
singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai disitu pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata, "Jika engkau benar-benar tahu,
coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"

"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan, "Mahkota raja itu terbuat dari kepingan-
kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya
laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan,
terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna
merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-
gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus
berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para
cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil
suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu
selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya
berdiri di sebelah kiri."

Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi, lalu berkata, "Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba
sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"

Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab, "Kekasihku Muhammad Rasulullah SAW menceritakan
kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri disebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha,
Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-
masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai
segala urusan.

Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para
punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala
emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga.
Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian
mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung
itu berkecimpung didalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai
sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.

Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu
hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung didalamnya, burung itu
mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis
dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu
terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum
semerbak di atas kepala raja.

Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia
tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam,
berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia
mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi
mengakui adanya Allah SWT.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan
patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak
mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua
orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada
raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan
mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada
balatentara asing masuk menyerbu kedalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak
melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa
disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh
terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan --seorang
cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh pikiran. Ia
berpikir, lalu berkata di dalam hati, "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut
pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu
semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.

Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari
mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang
temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri
tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya, 'Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau
makan dan tidak mau minum?'

'Teman-teman,' sahut Tamlikha, 'hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin
makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.'

Teman-temannya mengejar, 'Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?'

'Sudah lama aku memikirkan soal langit,' ujar Tamlikha menjelaskan. 'Aku lalu bertanya pada diriku
sendiri,'siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara,
tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang
menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-
bintang bertaburan?' Kemudian kupikirkan juga bumi ini, 'Siapakah yang membentang dan
menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa
agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri,
'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku
dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan
Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil
berkata, 'Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu.
Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!'

'Saudara-saudara,' jawab Tamlikha, 'baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari
meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja Pencipta Langit dan Bumi!'
'Kami setuju dengan pendapatmu,' sahut teman-temannya.

Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil
mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu
berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.

Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya, 'Saudara-
saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah
kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan
kita serta memberikan jalan keluar. Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki
sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.

Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka
bertanya,'Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?'

'Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,' sahut penggembala itu. 'Tetapi kulihat wajah kalian
semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan
kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!'

'Ah…, susahnya orang ini,' jawab mereka. 'Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh
berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?' 'Ya,' jawab
penggembala itu.

Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar
cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki
mereka, ia berkata, 'Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian
berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada
pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.'

Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan
kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor
anjing miliknya."

Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil
berkata, "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah
namanya?"

"Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib, "Anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama
Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada
temannya, kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka
minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.
Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang,
menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali, 'Hai orang-orang, mengapa
kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun
bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan
diriku kepada Allah SWT.'

Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke
sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."

Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata,
"Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?"

Imam Ali menjelaskan, "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau disebut
juga dengan nama Kheram!"

Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya, "Secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan
berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang
tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang
anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga duduk sambil menjulurkan dua kaki depan
untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat maut supaya
mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah SWT mewakilkan dua
Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari
supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada
saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang
pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar.
Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu
yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang
pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan
memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata, 'Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan
hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam
gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!'

Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-
batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya,
"Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta
supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat
itu.,

Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.

Setelah masa yang amat panjang itu lewat, Allah SWT mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat
matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya
masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya, 'Malam tadi kami lupa beribadah kepada
Allah, mari kita pergi ke mata air!'

Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan
pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah SWT membuat mereka mulai
merasa lapar. Mereka saling bertanya, 'Siapakah diantara kita ini yang sanggup dan bersedia
berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke
kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-
babi.'

Tamlikha kemudian berkata, 'Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan
makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!'

Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia
melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum
pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa
bertuliskan, 'Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.'

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata
seorang diri, 'Kusangka aku ini masih tidur!' Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati
bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil.
Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia
bertanya kepada seorang penjaja rot, 'Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?' 'Aphesus,' sahut
penjual roti itu.

'Siapakah nama raja kalian?' tanya Tamlikha lagi. 'Abdurrahman,' jawab penjual roti.

'Kalau yang kau katakan itu benar,' kata Tamlikha, 'urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang
ini dan berilah makanan kepadaku!'

Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman
lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat."

Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Hai
Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu
dibanding dengan uang baru!"

Imam Ali menerangkan, "Uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap
dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"

Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya, "Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha, 'Aduhai,
alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu
kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!'
'Aku tidak menemukan harta karun,' sangkal Tamlikha. 'Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari
hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-
orang semuanya menyembah Diqyanius!'

Penjual roti itu marah. Lalu berkata, 'Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga
tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut
seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300
tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?'

Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang
dapat berpikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha,
'Bagaimana cerita tentang orang ini?' 'Dia menemukan harta karun,' jawab orang-orang yang
membawanya.

Kepada Tamlikha, Raja berkata, 'Engkau tak perlu takut! Nabi Isa AS memerintahkan supaya kami
hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan
selanjutnya engkau akan selamat.'

Tamlikha menjawab, 'Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk
kota ini!'

Raja bertanya sambil keheran-heranan, 'Engkau penduduk kota ini?' 'Ya. Benar,' sahut Tamlikha.

'Adakah orang yang kau kenal?' tanya raja lagi. 'Ya, ada,' jawab Tamlikha.

'Coba sebutkan siapa namanya,' perintah raja. Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000
orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir
mendengarkan. Mereka berkata. 'Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita
sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?'

'Ya, tuanku,' jawab Tamlikha. 'Utuslah seorang menyertai aku!'

Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka
diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata
kepada orang yang mengantarkan, 'Inilah rumahku!'

Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di
bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah
terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang, 'Kalian ada
perlu apa?'

Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut, 'Orang muda ini mengaku rumah ini adalah
rumahnya!'

Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya, 'Siapa
namamu?' 'Aku Tamlikha anak Filistin!'

Orang tua itu lalu berkata, 'Coba ulangi lagi!' Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua
itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap. 'Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah
seorang diantara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka." Kemudian
diteruskannya dengan suara haru, 'Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan
bumi. Nabi kita, Isa AS, dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan
bahwa mereka itu akan hidup kembali!'

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian dilaporkan kepada raja. Dengan menunggang
kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi.
Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak,
sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya,
'Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?'

Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.

Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan
seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-
masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.

"Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha
berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka, 'Aku khawatir kalau sampai
teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga
Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah
aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!'

Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha
datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha
mereka berkata, 'Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!'

Tamlikha menukas, 'Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah
kalian tinggal di sini?'

'Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,' jawab mereka.

'Tidak!' sangkal Tamlikha. 'Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama
meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah
beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!'

Teman-teman Tamlikha menyahut, 'Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini
orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?' 'Lantas apa yang kalian inginkan?' Tamlikha balik
bertanya.

'Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,' jawab mereka. Mereka
bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa, 'Ya Allah, dengan kebenaran yang
telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini,
cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!'

Allah SWT mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut
kembali nyawa mereka. Kemudian Allah SWT melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang
bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari
untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk
lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa
hebatnya kekuasaan Allah SWT. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang
dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata, 'Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku!
Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.'

Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula, 'Mereka mati dalam keadaan memeluk
agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.'

Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan
Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam."

Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian
berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah
terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua
yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?"

Pendeta Yahudi itu menjawab, "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi,
walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku
telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta
Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan umat ini!"

Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya
yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha
Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh
Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul SAW.

Apakah Kisah Ashabul Kahfi Sesuai dengan Sains Modern?

Dalam masalah tidur panjang para pemuda kota Afsus (Ashabul Kahfi) yang berlangsung dalam
waktu yang sangat panjang, mungkin saja akan menimbulkan keraguan pada beberapa orang dan
mereka menganggap hal ini tidak relevan dengan parameter-parameter ilmiah. Oleh karena itu,
mereka menempatkan peristiwa ini sederet dengan khayalan dan dongeng belaka, karena:

Pertama, usia panjang yang mencapai ratusan tahun untuk orang-orang yang bangun saja
merupakan sebuah hal yang tidak rasional. Apa lagi untuk orang-orang yang tidur!

Kedua, apabila kita menerima bahwa usia sekian ratus tahun ini adalah suatu hal yang mungkin dan
bisa terjadi dalam kondisi bangun, maka dalam keadaan tidur, hal ini mustahil bisa terjadi. Karena
pasti akan muncul problem makan dan minum. Bagaimana mungkin orang bisa bertahan hidup
selama beratus-ratus tahun tanpa membutuhkan makan dan minum? Dan seandainya untuk setiap
hari hidup kita membutuhkan satu kilo makanan dan satu liter air saja, maka untuk seusia Ashabul
Kahfi ini, kita harus menggudangkan lebih dari seratus ton makanan dan seratus ribu liter air, yang
tentu saja ukuran sebanyak ini belum mempunyai arti.

Ketiga, apabila semua itu tidak dianggap, maka kita akan tetap dihadapkan dengan persoalan, yaitu,
menetapnya tubuh dalam kondisi monoton dan itu pun untuk waktu yang sangat panjang pasti akan
menyebabkan kerusakan pada organisme tubuh dan menimbulkan begitu banyak kerusakan
padanya.

Pada mulanya, mungkin kritikan-kritikan semacam ini bisa mengantarkan kita kepada sebuah jalan
buntu yang tidak mungkin kita tembus. Padahal, tidak demikian adanya, karena:

Pertama, persoalan usia panjang bukan merupakan persoalan yang tidak ilmiah, meskipun kita
mengetahui bahwa panjangnya usia setiap makhluk hidup secara ilmiah tidak mempunyai parameter
yang pasti dan paten, karena dengan kedatangan maut, sudah pasti ia akan mati.

Dengan ibarat lain, benar bahwa ketahanan tubuh manusia, bagaimanapun kuatnya, pada akhirnya
mempunyai keterbatasan dan sampai pada akhir perjalanannya. Akan tetapi, klaim ini bukan berarti
bahwa kondisi tubuh seorang manusia atau makhluk hidup lain tidak mempunyai kemampuan untuk
bertahan hidup lebih lama dari usia yang sewajarnya, seperti yang terlihat di alam natural bahwa
apabila air telah mencapai suhu seratus derajat celsius, konsekuensinya adalah air akan mendidih
dan pada suhu nol derajat celsius, air akan menjadi es.

Demikian pula halnya dengan manusia. Ketika ia telah mencapai usia seratus atau seratus lima puluh
tahun, maka jantungnya akan berhenti melakukan aktifitasnya sehingga dengan demikian, kematian
akan menghampirinya. Tidaklah demikian adanya. Parameter panjang-pendeknya usia makhluk
hidup bergantung banyak pada kondisi kehidupan mereka. Karena, dengan adanya perubahan
kondisi kehidupan, maka panjang-pendeknya usia makhluk hidup benar-benar bisa mengalami
perubahan juga.

Terbukti bahwa dari satu sisi, tidak ada satu pun ilmuwan di dunia ini yang mampu menentukan
parameter yang pasti untuk usia manusia, dan dari sisi lain, penelitian yang mereka lakukan di
lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa terkadang mereka mampu mengupayakan usia
sebagian makhluk hidup lebih panjang beberapa kali lipat dari usia yang semestinya. Terkadang hal
itu bisa sampai dua belas kali lipat lebih lama dari usia yang semestinya. Dan bahkan, pada saat ini,
mereka memberikan harapan kepada manusia bahwa di masa yang akan datang, dengan
ditemukannya metode ilmiah terbaru, usia manusia bisa diupayakan hingga mencapai beberapa kali
lipat dari usia yang ada sekarang. Ini sehubungan dengan panjang-pendeknya usia.
Kedua, tentang problem air dan pangan dalam keadaan tidur panjang ini, bisa dikatakan bahwa
apabila tidur yang dilakukan adalah tidur biasa sebagaimana yang sering terjadi pada diri kita, maka
kebenaran ada pada para pengkritik. Yaitu, hal ini tidak relevan dengan prinsip ilmiah, karena
pembakaran dan pembentukan badan dalam keadaan tidur biasanya akan lebih sedikit daripada
ketika dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila hal yang sama dilakukan secara kontinyu untuk
tahun-tahun berkepanjangan, maka hal itu akan menjadi sangat banyak. Namun, ada satu hal yang
perlu diperhatikan bahwa di dunia natural kita ini terdapat pula jenis-jenis tidur yang dilakukan pada
musim dingin di mana penggunaan makanan dalam tubuh dalam kondisi seperti ini sangatlah sedikit.
Penyakit Tidur Musim Dingin

Terdapat banyak jenis binatang yang pada keseluruhan musim dingin senantiasa berada dalam
keadaan tidur panjangnya di mana dalam istilah ilmiahnya dinamakan dengan penyakit tidur musim
dingin.

Aktifitas kehidupan pada jenis tidur semacam ini bisa dikatakan terhenti sama sekali dan hanya
terdapat nyala yang amat kecil di dalamnya dan jantung seakan berhenti berdenyut. Mungkin
ungkapan yang lebih tepat adalah, bahwa detakan jantung sedemikian lemahnya sehingga bisa
dikatakan sama sekali tidak bisa dirasakan.

Dalam keadaan semacam ini, tubuh makhluk hidup bisa diibaratkan sebagai sebuah tanur besar yang
telah padam, di mana dalam kepadamannya ini masih terdapat nyala lilin kecil yang tetap berada
dalam aktifitasnya. Sangat jelas bahwa bahan makanan yang dimasak di dalam tanur yang biasanya
dalam satu hari membutuhkan sekian bahan bakar untuk menghasilkan nyala api yang besar akan
bisa menjadi makanan untuk puluhan atau ratusan tahun apabila dimasak dengan menggunakan
nyala lilin yang amat kecil. (Tentu saja hal ini bergantung pada besar kecilnya nyala tanur dalam
keadaan menyala dan dalam keadaan lilin kecil itu menyala).

Para ilmuwan dalam menanggapi masalah penyakit tidur musim dingin sebagian binatang ini
berkata, “Apabila kita keluarkan seekor katak yang sedang berada dalam keadaan tidur musim
dinginnya dari tempatnya, maka ia seakan-akan tampak mati, tidak ada udara dari paru-parunya,
dan detakan jantungnya sedemikian lemah sehingga tidak bisa ditemukan.

Di antara binatang-binatang berdarah dingin yang mempunyai kebiasaan tidur musim dingin ini
adalah sebagian kupu-kupu dan serangga. Demikian juga jenis-jenis siput tanah, binatang-binatang
melata dan sebagian dari binatang menyusui (berdarah panas) pun mempunyai kebiasaan tidur
musim dingin ini. Ketika mereka sedang melakukan tidur musim dingin, maka aktifitas-aktifitas
kehidupan sangatlah sedikit, dan lemak-lemak yang tersimpan di dalam badan akan dimanfaatkan
secara bertahap.”

Maksudnya adalah, bahwa kita mempunyai jenis tidur yang dalam kondisi tidur ini kebutuhan akan
makan dan minum menjadi luar biasa sedikit dan aktifitas kehidupan hampir mendekati nol. Dan
kebetulan, hal inilah yang membantu guna menghindarkan anggota badan dari kerusakan dan
keletihan, serta akan mempengaruhi panjangnya usia binatang-binatang jenis ini. Pada prinsipnya,
tidur musim dingin ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi sebagian binatang yang
mungkin tidak mampu untuk mencari makanan pada musim dingin.
Penguburan Para Petapa

Berkenaan dengan masalah para petapa sering kita saksikan bahwa sebagian dari mereka diletakkan
di dalam sebuah peti dengan disaksikan oleh mata-mata yang keheranan dan sulit menerimanya dan
kadang-kadang mereka dikuburkan selama seminggu di dalam tanah. Setelah waktu itu habis,
mereka dikeluarkan kembali dari dalam tanah, lalu dipijat dan diberikan bantuan pernafasan
sehingga mereka kembali ke dalam kondisi awalnya setahap demi setahap.

Dalam hal ini, problem kebutuhan pada makanan bisa jadi tidak merupakan suatu hal yang amat
krusial. Akan tetapi, kebutuhan pada oksigen untuk pernafasan merupakan problem yang lain.
Karena kita mengetahui betapa pekanya sel-sel otak ini menghadapi kekurangan oksigen dan
ketergantungan sel-sel otak ini terhadap zat kehidupan “oksigen” yang sedemikian eratnya sehingga
apabila beberapa detik saja ia tidak mendapatkannya, hal itu akan menyebabkan kerusakan pada
sel-sel tersebut secepat mungkin. Sekarang, bagaimana para petapa ini bisa menahan kekurangan
oksigen dalam waktu —misalnya— satu minggu tersebut?

Jawaban dari pertanyaan ini, dengan memperhatikan penjelasan yang telah kami berikan
sebelumnya, tidaklah terlalu sulit. Karena selama masa ini, aktifitas kehidupan pada tubuh para
petapa ini kira-kira telah berada dalam kondisi terhenti. Hal ini menyebabkan kebutuhan sel-sel otak
terhadap oksigen dan pengunaannya berada dalam level yang luar biasa sedikit sehingga selama
masa ini, udara di dalam lingkup peti saja telah mencukupi kebutuhan oksigennya selama satu
minggu.

Pembekuan Tubuh Manusia yang Masih Hidup

Saat ini terdapat begitu banyak teori mengenai persoalan pembekuan tubuh binatang dan bahkan,
tubuh manusia (untuk memperpanjang usia mereka) yang sebagiannya telah terealisasi. Sesuai
dengan teori-teori yang ada, mungkin saja dengan meletakkan tubuh seorang manusia atau seekor
hewan dalam suhu udara di bawah nol derajat sesuai dengan metode yang khusus akan bisa
menghentikan kehidupannya tanpa menyebabkan kematian yang sesungguhnya, dan setelah
beberapa saat lamanya, ia harus diletakkan di dalam suhu udara hangat yang sesuai sehingga ia akan
kembali pada kondisinya semula.

Untuk perjalanan luar angkasa ke planet yang jauh, di mana terdapat kemungkinan akan
menghabiskan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun lamanya, terdapat beberapa metode dan
teori yang disarankan. Salah satunya adalah meletakkan astronot di dalam ruangan khusus untuk
mengawetkannya di sana. Lalu, setelah beberapa tahun berlalu dan telah mendekati letak planet
yang dimaksud suhu udara di ruangan tersebut -dengan menggunakan sebuah sistem otomatik-
akan berubah menjadi suhu udara biasa sehingga mereka kembali pada kondisi semula tanpa
kehilangan usia mereka.

Dalam salah satu berita di sebuah majalah ilmiah disebutkan bahwa di tahun-tahun terakhir ini telah
diterbitkan sebuah buku tentang pembekuan tubuh manusia untuk memperpanjang usianya. Buku
itu ditulis oleh Robert Nelson. Dalam dunia sains dan pengetahuan, hal ini mempunyai refleksi yang
luas dan beruntun.

Dalam sebuah artikel di majalah tersebut yang secara teratur membahas tentang masalah ini,
ditegaskan bahwa belakangan ini muncul sebuah fakultas ilmiah dengan program khusus yang
membahas persoalan seperti ini. Dalam artikel tersebut tertulis “Kehidupan abadi dalam sepanjang
perjalanan sejarah senantiasa berbarengan dengan mimpi-mimpi emas yang telah mengakar di
dalam diri manusia. Akan tetapi, sekarang mimpi ini telah menjadi sebuah realitas. Hal ini
dikarenakan perkembangan tekhnologi yang menakjubkan dari persepsi sains terbaru yang
dinamakan sebagai crionik. (Sebuah sains yang membawa manusia ke alam pembekuan dan
menjaganya sebagaimana sebuah badan yang telah diawetkan dengan harapan suatu hari akan bisa
dihidupkan kembali oleh para ilmuwan).”

Apakah logika semacam ini bisa dipercaya? Begitu banyak para ilmuwan terkenal memikirkan
masalah ini dari perspektif yang lain dan majalah-majalah semacam “Life” dan “Skuwair”, demikian
juga surat kabar seluruh dunia secara gencar membahas persoalan krusial ini. Dan yang lebih penting
dari semua itu, terdapat program (mengenai masalah ini) yang sekarang sedang berada dalam tahap
pelaksanaan.

Beberapa waktu yang lalu, sebuah pers telah mengumumkan adanya seekor ikan dari spesis yang
hidup beribu-ribu tahun yang ditemukan membeku di antara bebatuan es di daerah kutub. Anehnya,
setelah meletakkannya ke dalam air hangat, ikan ini mulai menampakkan tanda-tanda
kehidupannya. Kemudian, ikan ini mulai menggerak-gerakkan siripnya di hadapan orang-orang yang
menyaksikannya dengan keheranan.

Di sini jelas terlihat, bahkan dalam kondisi membeku sekalipun, sistem-sistem kehidupan tubuh —
seperti juga ketika sudah mati— tidak berhenti secara sempurna. Karena jika tidak demikian,
kembali kepada kehidupan adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi, bahkan akan terjadi dalam
kondisi yang sangat lamban.

Dari pembahasan tersebut, kita bisa mengambil konklusi bahwa memberhentikan dan mengubah
kebiasaan kehidupan merupakan suatu hal yang bisa diterima dan memungkinkan, dan pengkajian
dalam berbagai sains menegaskan kemungkinan terjadinya hal tersebut dilihat dari berbagai aspek.

Dalam kondisi ini, penggunaan makanan dalam tubuh kira-kira telah mencapai titik nol dan
timbunan yang tidak seberapa di dalam tubuh mampu mencukupi kehidupan yang dijalaninya dalam
waktu yang cukup panjang.

Jangan sampai salah paham! Kami sama sekali tidak ingin mengingkari adanya keajaiban tidurnya
Ashabul Kahfi dengan pembicaraan kami di atas. Akan tetapi, yang sedang kami lakukan adalah
mencoba mendekatkan peristiwa ini dari visi ilmiah.

Karena jelas, tidurnya Ashabul Kahfi bukanlah sebuah tidur biasa dan wajar sebagaimana tidur yang
kita lakukan setiap hari. Melainkan sebuah tidur yang mempunyai keunikan dan pengecualian. Oleh
karena itu, bukan pada tempatnya untuk takjub bahwa mereka (dengan kehendak Allah swt.) telah
tidur dalam waktu yang amat panjang dan tidak mengalami kesulitan dalam masalah kekurangan
makanan dan tidak juga terdapat organisme yang merusak tubuh mereka.

Menariknya, dalam ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Kahfi yang menceritakan kondisi tidur
mereka difirmankan bahwa cara tidur mereka sangat berbeda jauh dari cara tidur normal.

“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur ... Dan jika kamu menyaksikan
mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan [diri] dan tentulah [hati]mu
akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (QS. al-Kahfi [18]: 18)

Ayat ini membuktikan bahwa mereka tidak tidur dalam keadaan sewajarnya. Akan tetapi, meraka
tidur —sebagaimana seorang jenazah— dengan mata terbuka.

Selain itu, Al-Qur’an mengatakan bahwa cahaya matahari tidak menyinari bagian dalam gua. Ia
berfirman, “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah
kanan, dan ketika terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri ....” (QS. Al-Kahfi [18]: 17)

Dengan memperhatikan bahwa gua mereka kemungkinan berada di salah satu dari dataran tinggi di
Asia Kecil yang mempunyai suhu udara dingin, maka hal ini akan semakin menjelaskan keadaan tidur
mereka yang istimewa. Dari sisi lain, Al-Qur’an berfirman, “... Dan Kami membalik-balikkan mereka
ke kanan dan ke kiri ....” (QS. Al-Kahfi [18]: 18)

Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam kondisi monoton. Terdapat faktor-faktor
rahasia yang hingga sekarang belum kita kenali. (Mungkin dalam setahun sekali) Allah membalik-
balikkan mereka ke kiri dan ke kanan sehingga tidak akan merusak organisme badan.

Sekarang, ketika pembahasan ilmiah masalah ini sudah jelas dengan porsi yang cukup, kesimpulan
dari masalah ini dalam pembahasan Ma’âd (Hari Kebangkitan) tidak akan begitu sulit. Karena
bangunnya kembali Ashabul Kahfi setelah sekian lama tidur adalah mirip dengan hidup kembali
setelah mati, dan dengan peristiwa ini, kejadian Ma’âd akan menjadi lebih dekat dalam persepsi kita.

Semoga Bermanfaat!!

sumber :
http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-quran-dan-hadist/kisah-ashabul-kahfi.html
http://kaahil.wordpress.com/2012/04/15/bagus-kisah-cerita-riwayat-ashhabul-kahfi-kisah-7-orang-
pemuda-seekor-anjing-yang-tertidur-selama-309-tahun-di-dalam-gua-doa-ashabul-kahfi-ketika-di-
dalam-gua-hikmah-kisah-as/#more-4515
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/06/06/melihat-jejak-kisah-ashabul-kahfi-di-jordan-
566282.html
http://kidungkawan.blogspot.com/2012/10/kisah-tentang-ashabul-kahfi.html
http://quran.al-shia.org/id/lib/004/03.html

Diposting oleh agendamerah di 13.47

http://primasusetya.blogspot.co.id/2013/07/kisah-ashabul-kahfi-dibuktikan-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai