Anda di halaman 1dari 29

DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN

MATEMATIKA UNTUK MENGATASI


HAMBATAN EPISTIMOLOGIS PADA KONSEP
PROGRAM LINEAR DI SMA

OLEH :
INES SETIAWATI PUTRI
11140170000017
Matematika merupakah ilmu yang penting untuk dipelajari dan
dipahami. Karena matematika sangat dibutuhkan dalam peradaban
manusia.
Matematika penting bagi peradaban manusia. Tapi banyak orang
tidak suka dengan matematika, karena matematika dianggap sulit
dan begitu abstrak.
Berdasarkan data nilai rata-rata UN tahun 2015-2017, nilai rata-rata
matematika semakin menurun dari tahun ke tahun. Secara implisit, hal
tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa yang masih merasa kesulitan pada
mata pelajaran matematika. Lebih khusus lagi, berikut presentase penguasaan
siswa pada soal matematika UN tingkat SMA/MA 2015 :
Matematika disajikan kepada siswa sebagai suatu
produk jadi yang tak bermakna

pembelajaran yang cenderungan membuat siswa untuk


berpikir imitatif
Dua cara mengajar guru yang diilustrasikan pada slide sebelumnya
menyebabkan keterbatasan konteks siswa. Keterbatasan konteks pengetahuan
siswa dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan/hambatan bagi siswa dalam
mempelajari matematika.

Hambatan
Belajar

Hambatan Hambatan Hambatan


Ontogenis Epistimologis Didaktis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mustaqim, ditemukan
beberapa letak kesulitan siswa saat mengerjakan masalah program linear,
yaitu diantaranya :

Mentransfer informasi menjadi variabel

Mengorganisir informasi ke dalam bentuk


tabel

Menentukan koefisien, menentukan tanda


Hambatan pertidaksamaan
Belajar Program
Linear
Menentukan fungsi tujuan

Menentukan daerah feasible

Menentukan titik uji


Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dari 69 siswa yang mengikuti tes
identifikasi learning obstacle, 66% dari total siswa tersebut mengalami
hambatan epistimologis pada konsep program linear. Hambatan epistimologis
yang muncul dikelompokkan menjadi 3 secara umum yaitu : (1) Menggambar
grafik penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel, (2) Memahami
dan memodelkan informasi dari masalah kontekstual, (3) Menentukan solusi
optimum masalah program linear.

Untuk mengatasi terjadinya hambatan belajar pada siswa guru perlu


mengidemtifikasi apa saja hambatan belajar yang dialami siswa. Kemudian,
guru dapat meindak lanjutinya dengan membuat desain didaktis
berdasarkan hambatan belajar yang siswa alami. Oleh karena itu, karena
hambatan epistimologis siswa dan materi program linear merupakan
sesuatu yang patut menjadi perhatian, maka untuk mengkaji, membahas
dan mengatasi permasalahan tersebut peneliti mengambil judul penelitian
Desain Dikaktis Pembelajaran Matematika untuk Mengatasi Hambatan
Epistimologis pada Konsep Program Linear.
Identifikasi Masalah

Siswa kesulitan dalam memahami masalah


sehingga sulit mengidentifikasi apa yang
diketahui dan ditanyakan

Pemahaman siswa pada materi Program Linear masih


terbatas pada konteks tertentu

Desain bahan ajar yang dibuat guru belum dapat


mengatasi munculnya hambatan epistimoligis yang
dialami siswa pada konsep program linear
Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi hambatan epistimologis siswa pada


konsep Program Linear

Mengembangkan desain didaktis yang dapat mengatasi


hambatan epistimologis siswa pada konsep Program Linear

Menganalisis respon siswa terhadap implementasi desain


didaktis terkait konsep program linear

Menyusun desain didaktis revisi sebagai perbaikan dari


desain didaktis yang telah diimplementasikan
Metapedidaktik
Teori ini merupakan suatu pengembangan dari teori Kansanen
mengenai segitiga didaktik. Didaktik merupakan ilmu tentang
belajar dan mengajar. Berikut ilustrasi gambar segitiga didaktis
Kansanen :
GURU

HP

MATERI HD SISWA

HD : Hubungan Didaktis
HP : Hubungan Pedagogis
Ilustrasi gambar segitiga didaktis Kansanen yang
dimodifikasi oleh Suryadi :

GURU

ADP HP

MATERI HD SISWA

HD : Hubungan Didaktis
HP : Hubungan Pedagogis
ADP : Antisipasi Didaktis-Pedagogis
Rangkaian aktivitas dalam kerangka berpikir metapedadidaktik :

•aktivitas guru dalam merancang situasi didaktis


yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran
Sebelum meliputi rekontestualisasi, repesonalisasi dan
pembelajaran prediksi respon serta antisipasinya

•Aktivitas guru dalam menganalisis respon siswa


terhadap situasi didaktis yang telah dirancang
Selama serta analisis interaksi yang berdampak pada
pembelajaran perubahan situasi didaktis selama pembelajaran

•refleksi guru anatara keterkaitan rancangan


Sesudah dengan proses pembelajaran
pembelajaran

Ketiga langkah proses berpikir guru yang telah diuraikan di atas dapat
diformulasikan sebagai rangkaian suatu kegiatan penelitian yang disebut
Didactical Design Research.
Hambatan Epistimologis
Epistemological obstacle, yaitu kesulitan yang dialami siswa pada
proses pembelajaran yang disebabkan karena keterbatasan konteks yang
diketahui siswa, sehingga apabila siswa dihadapkan pada konteks yang
berbeda, siswa akan kesulitan dalam menyelesaikannya.
Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam
mengembangkan antisipasi didaktis pedagogis (ADP) adalah adanya
learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (Epistemological
obstacle). Hambatan epistimologis merupakan hambatan yang paling sering
terjadi dalam proses pembelajaran karena memainkan peran penting dalam
pembangunan pengetahuan. Namun, apabila hambatan ini tidak diatasi atau
diatasi dengan penanganan yang salah maka akan menimbulkan kesulitan
dan kesalahan yang berkelanjutan karena matematika memuat konsep-
konsep yang tersusun secara hierarkis, terstruktur, dan sistematis, mulai dari
konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Oleh karena itu
banyak konsep dalam matematika yang memiliki keterkaitan dengan konsep
yang telah dipelajari sebelumnya atau disebut konsep prasyarat.
Wahyuningrum memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi
hambatan epistimologis yaitu sebagai beriku :
 Konsep siswa
 Cara menerapkan konsep matematika lainnya
 Cara menggunakan aturan.
 Variasi Konteks
Teori Belajar yang Terkait
• Interaksi
Vygotsky • ZPD
• Scaffolding

• Skemata
Piaget • Asimilasi
• Akomodasi

•Hukum reaksi bervariasi


•Hukum sikap
Thorndike •Hukum aktivitas berat sebelah
•Hukum Response by Analogy
•Hukum perpindahan asosiasi

Ausubel • Belajar bermakna

• Teorema Penyusunan (Teorema Konstruksi)

Bruner • Teorema
• Teorema
Notasi
Kontras dan Variasi
• Teorema Penguatan (Konektivisme)
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif berupa penelitian desain didaktis
(Didactical design research). Didactical design research merupakan
salah satu model penelitian design research. Design reasearch
merupakan suatu kajian secara sistematis tentang merancang,
mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti
program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem)
sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam
praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan
pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi
tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya. Hanya
saja penggunaan desain didaktis (didactical design) menunjukan
bahwa terdapat penekanan pada aspek didaktik dalam perancangan
pembelajaran yang mengacu kepada teori pembelajaran yang lebih
mikro.
Alur Penelitian DDR
Analisis Prospektif
1. Identifikasi Learning Obstacle
2. Reporsonalisasi dan Rekontekstualisasi
Proses repersonalisasi dilakukan dengan melakukan eksplorasi konsep program linear
dan pemetaan konsep yang akan disampaikan dengan mempertimbangkan learning
obstacle siswa. Sementara itu, pada proses rekontekstualisasi dilakukan eksplorasi
konteks yang digunakan untuk memaknai dan menghubungkan konsep yang akan
dipelajari. Berdasarkan eksplorasi konsep yang telah dilakukan, dibuatlah alur
pembelajaran sebagai berikut :
Eksplorasi
Konsep PtLDV
Grafik
melalui Contoh dan bukan
Definisi PtLDV penyelesaian
pemodelan contoh PtLDV
PtLDV
masalah
kontekstual

Eksplorasi
Konsep SPtLDV
Grafik
Contoh dan bukan melalui
penyelesaian Definisi SPtLDV
contoh SPtLDV pemodelan
SPtLDV
masalah
kontekstual

Menentukan nilai Menentukan nilai


Memodelkan Memodelkan
optimum masala optimum masala
fungsi tujuan dari fungsi kendala
program linear program linear
masalaha program dari masalah
dengan metode dengan metode
linear program linear
titik pojok garis selidik
3. Pengembangan Desain Didaktis
Desain Didaktis Kesulitan yang akan diatasi Teori yang digunakan
Konsep
Pertidaksamaan • Menentukan variabel • Konstruksi (Bruner)
Linear Dua Variabel koefisien, dan konstanta. • Kontras Variasi
• Menentukan tanda (Bruner)
pertidaksamaan • Bermakna (Ausubel)
• Menggambar garis • Asimilasi (Piaget)
persamaan • Respnse by Analogy
• Melakukan uji titik untuk (Thorndike)
menentukan daerah • Scaffolding
penyelesaian PTLDV (Vygotsky)
Sistem Menggambar grafik • Kontras Variasi
Pertidaksamaan penyelesaian SPtLDV khususnya (Bruner)
Linear Dua Variabel menentukan irisan dari daerah • Asimilasi (Piaget)
penyelesaian masing-masing • Konstruksi (Bruner)
pertidaksamaan • Bermakna (Ausubel)
• Scaffolding
(Vygotsky)
Desain Didaktis Kesulitan yang akan diatasi Teori yang
Konsep digunakan
Pemodelan • Mengidentifikasi fungsi • Asimilasi (Piaget)
Masalah Program tujuan dan fungsi kendala • Respnse by
Linear dari suatu masalah konkret Analogy
program linear (Thorndike)
• Menentukan variabel, • Scaffolding
koefisien, dan konstanta, (Vygotsky)
• Menentukan tanda
pertidaksamaan
Menentukan Nilai Menentukan solusi optimum • Konstruksi (Bruner)
Optimum dari suatu masalah program • Asimilasi (Piaget)
linear khususnya kesulitan • Respnse by
dalam menentukan titik pojok Analogy
yang berada pada daerah
penyelesaian
Analisis Metapedadidaktik
Respon siswa terhadap implementasi desain didaktis program linear sebagian
besar sesuai dengan prediksi dan antisipasi respon yang dibuat sebelumnya.
Tetapi ada pula kesulitan baru yang tidak terprediksi sebelumnya.
Kebanyakan dari kesulitan baru tersebut setipe dengan kesulitan yang telah
diprediksi namun dibutuhkan antisipasi yang berbeda. Selain munculnya
kesulitan yang tidak terprediksi, ada sedikit prediksi antisipasi respon yang
kurang efektif sehingga antisipasi baru diberikan secara spontan saat
pembelajaran.
Analisis Retrospektif
Desain Didaktis Modifikasi
Konsep
Pertidaksamaan •Modifikasi redaksi penugasan penenetuan variabel, dan
Linear Dua penentuan bentuk pertidaksamaan
Variabel •Penambahan petunjuk baru mengenai definisi variabel,
koefisien, konstanta, dan linear.
•Memperluas prediksi dan antisipasi respon siswa

Sistem •Mengganti bentuk penugasan langkah-langkah


Pertidaksamaan menentukan bentuk pertidaksamaan dari grafik
Linear Dua penyelesaian
Variabel •Memperluas prediksi dan antisipasi respon siswa
Pemodelan •Menambah waktu pembahasan konsep model
Masalah Program matematika menjadi 2 pertemuan
Linear •Memperluas prediksi dan antisipasi respon siswa
Menentukan Nilai Memperluas prediksi dan antisipasi respon siswa
Optimum
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hambatan epistimologis siswa yang teridentifikasi pada konsep program linear terbagi
menjadi tiga tipe, yaitu sebagai berikut :
a. Menggambar grafik penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel. Kesulitan yang
dialami siswa pada tipe ini yaitu :
• Kesulitan menggambar garis persamaan
• Kesulitan melakukan uji titik untuk menentukan daerah penyelesaian khususnya
membedakan manakah titik yang memenuhi pertidaksamaan dan mana yang tidak
• Kesulitan menentukan irisan dari daerah penyelesaian masing-masing pertidaksamaan
b. Memahami dan memodelkan informasi dari masalah kontekstual. Kesulitan yang di alami
siswa pada tipe ini yaitu :
• Kesulitan mengidentifikasi manakah tujuan dan manakah kendala pada masalah
kontekstual program linear
• Kesulitan menentukan variabel, koefisien, dan konstanta dari masalah kontekstual
• Kesulitan menentukan tanda pertidaksamaan yang sesuai
• Kesulitan mengidentifikasi syarat non negatif dari suatu masalah program linear.
c. Menentukan solusi optimum masalah program linear. Kesulitan yang di alami siswa pada
tipe ini yaitu kesulitan menentukan titik pojok yang berada pada daerah penyelesaian yang
digunakan untuk mendapat solusi optimum
2. Desain didaktis awal dikembangkan dengan mempertimbangkan learning obstacle dan
hypothetical learning trajectory yang ditemukan berdasarkan hasil analisis learning obstacle
siswa. Desain didaktis konsep program linear terdiri dari 4 kegiatan pembelajaran yang secara
umum memiliki bentuk sajian sebagai berikut :
• Kegiatan pembelajaran pertama yaitu mengenai grafik penyelesaian pertidaksamaan linear
dua variabel
• Kegiatan pembelajaran kedua yaitu mengenai grafik sistem penyelesaian pertidaksamaan
linear dua variabel
• Kegiatan pembelajaran ketiga yaitu mengenai model matematika permasalahan program
linear
• Kegiatan pembelajaran keempat yaitu mengenai solusi optimum permasalahan program
linear.
3. Respon siswa terhadap implementasi desain didaktis program linear sebagian besar sesuai
dengan prediksi dan antisipasi respon yang dibuat sebelumnya. Tetapi ada pula kesulitan baru
yang tidak terprediksi sebelumnya. Selain munculnya kesulitan yang tidak terprediksi, ada
sedikit prediksi antisipasi respon yang kurang efektif sehingga antisipasi baru diberikan secara
spontan saat pembelajaran. Secara keseluruhan desain didaktis yang diberikan dapat
mengatasi kesulitan siswa, hal tersebut dapat terlihat dari efektifnya antisipasi yang diberikan
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa baik kesulitan terprediksi maupun tidak.
4. Desain didaktis revisi dibentuk dari modifikasi desain didaktis awal yaitu berupa perubahan
dalam pemilihan kosa kata agar siswa lebih memahami penugasannya, perubahan bentuk
penugasan, pengelolaan waktu pembelajaran, serta memperluas prediksi dan antisipasi respon
siswa agar tidak ada lagi kesulitan baru yang tidak terprediksi dan semua kesulitan siswa dapat
terantisipasi dengan efektif.

Anda mungkin juga menyukai