Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9
Jakarta 12950Telepon (021) 5201590 (Hunting)

Yth. (Daftar sesuai Lampiran 1)

SURAT EDARAN
NOMOR: HK.02.02/I/2378/2022
TENTANG
PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
PRODUKSI DALAM NEGERI

Berbagai alat kesehatan dan obat yang digunakan di Indonesia masih harus diimpor dari negara
lain. Permasalahan terkait penggunaan alat kesehatan dalam negeri antara lain produk impor memiliki
pilihan jenis alat kesehatan yang beragam, dan teknologi alat kesehatan yang ada di Indonesia harus
ditingkatkan terutama teknologi menengah dan tinggi. Selain itu bahan baku dengan
spesifikasi medical grade masih belum banyak tersedia di dalam negeri.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga mencantumkan beberapa
pasal yang mengatur upaya kesehatan serta sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu dalam pasal
46 dinyatakan bahwa “Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat”, kemudian dalam pasal 48 dinyatakan bahwa,
“Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau”.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin dan memastikan bahwa
seluruh sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman untuk dimanfaatkan dan dipergunakan di
sarana pelayanan kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan kemandirian penggunaan obat dan alat kesehatan dalam negeri,
industri perlu mendapatkan dukungan yang kongkret dari pemerintah salah satunya dalam kepastian
pembelian sediaan farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri, khususnya di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Surat edaran ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian terhadap pengadaan dan
penggunaan sediaan farmasi dan alat Kesehatan produksi dalam negeri di Rumah Sakit.
Mengingat ketentuan:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2Ol8 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 63);

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (1/4)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
353);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 156);
7. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri;
8. Keputusan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 122 Tahun
2022 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Katalog Elektronik;
9. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi Dalam Rangka
Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Pada Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan kepada seluruh Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, Direktur Utama
Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan, dan Direktur Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah agar memprioritaskan pengadaan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Memprioritaskan pengadaan Sediaan Farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri
dengan ketentuan:
a. apabila barang/jasa yang dibutuhkan pada Katalog Elektronik terdapat produk dalam
negeri yang memiliki jumlah nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan nilai
Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) minimal 40% (empat puluh persen) maka Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK)/Pejabat Pengadaan (PP) memilih produk dalam negeri
dengan nilai TKDN paling sedikit 25% (dua puluh lima persen).
b. dalam hal kondisi pada huruf a tidak dapat dipenuhi maka PPK/PP dapat memilih produk
dalam negeri dengan nilai TKDN kurang dari 25% (dua puluh lima persen).
c. dalam hal kondisi pada huruf b tidak dapat dipenuhi maka PPK/PP dapat memilih produk
dengan label Produk Dalam Negeri (PDN) namun belum mempunyai nilai TKDN.
d. dalam hal kondisi pada huruf c tidak dapat dipenuhi maka PPK/PP dapat memilih produk
impor.
e. dalam hal kondisi pada huruf d tidak dapat dipenuhi maka PPK/PP dapat menggunakan
metode lain selain E-Purchasing Katalog sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melakukan
kegiatan pengawasan terhadap pengadaan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan produksi dalam negeri di Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah yang menjadi
kewenangannya.
3. Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit milik Pemerintah
Daerah wajib melakukan pelaporan terkait pengadaan dan penggunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan produksi dalam negeri dan pemutakhiran data pada aplikasi Sistem
Pengawasan Peningaktan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN).
4. Terhadap Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah yang tidak mematuhi ketentuan pada Surat Edaran ini akan diberikan
sanksi dipertimbangkan untuk tidak mendapatkan bantuan alokasi dana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Informasi terkait data alat kesehatan produksi dalam negeri dapat dilihat di laman
http://infoalkes.kemkes.go.id.

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (2/4)
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 02 Juli 2022
Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan,

drg. Murti Utami, MPH, QGIA,CGCAE

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (3/4)
Lampiran 1:
1. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
3. Direktur Utama Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan
4. Direktur Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah
di seluruh Indonesia

Dokumen ini ditandatangani secara elektronik melalui Aplikasi TNDE menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE. (4/4)

Anda mungkin juga menyukai