Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan


Gangguan Labiopalatoschzisis & Hipospadia

Dosen Pengampu : Ns.Yenni Lukita, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 12

1. Aulia Ayu Ningtyas ( S21130028 )


2. Nuraini ( S211300 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT

TAHUN ANGKATAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Terimakasih penulis ucapkan kepada anggota kelompok yang telah


berkontribusi secara finansial maupun non-finansial dalam pembuatan makalah
ini. Serta tidak lupa terima kasih kami ucapkan kepada Ns.Yenni Lukita, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak karena berkat bimbingan beliaulah
makalah ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan. Kami menyadari bahwasanya dalam
penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
kami lakukan. Sehingga kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.

Pontianak, 19 Februari 2023

Kelompok 12
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Umum...............................................................................................2

D. Tujuan Khusus..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Labiopalatoschcizis...............3

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hispospadia.........................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................................18

B. Saran............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak normal
yang terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini dapat
memengaruhifisik atau fungsi anggota tubuh anak sehingga menimbulkan
cacat lahir. Pada banyak kasus, kelainan kongenital terjadi pada 3 bulan
pertama kehamilan,yaitu saat organ pada tubuh bayi baru mulai terbentuk.
Kelainan kongenitalumumnya tidak berbahaya, namun ada pula yang harus
segera ditangani.Kelainan bibir dan langit-langit atau biasa disebut dengan
bibir sumbing atau labioschizis adalah kelainan bawaan adanya celah di
antara kedua sisikanan dan/atau kiri bibir. Kelainan ini terjadi saat
pembentukan janin, yang proses penyatuan tersebut normalnya terjadi pada
trimester pertamakehamilan, kadang kala meluas mencapai langit-langit
bahkan merusak estetika cuping hidung yang disebut dengan
labiopalatoschizis atau labiognatoschizis. Pasien dengan bibir sumbing
dan/atau langit-langit bukan kelompok yang homogen. Mereka dapat dibagi
menjadi bibir sumbing (Labioschisis), sumbing atau celah pada langit-langit
rongga mulut (Palatoschisis), atau pungabungan dari keduanya berupa
sumbing bibir dan langitan (Labiopalatoschisis), dan sumbing bibir sampai
gusi dan langit-langit (Labiogenatopalatoschisis). Kelainan tersebut juga
biasa terjadi pada satu sisirahang (unilateral) ataupun pada kedua sisi yaitu
kanan dan kiri (bilateral).

Belakangan ini banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia


yang bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita
asumsikan ke negara Indonesia karenaIndonesia belum mempunyai data pasti
berapa jumlah penderita hipospadia dan berapaangka kejadian hipospadia.
Maka berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000 menurut

1
kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 – 4 tahun yaitu 10.295.701 anak
yangmenderita hipospadia sekitar 29 ribu anak yang memerlukan penanganan
repair hipospadia. Penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak dilakukan
dengan prosedur pembedahan. Tujuan utama pembedahan ini adalah untuk
merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang
normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan.
Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia dan epispadia karena
kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani kelahiran karena
seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena melihat lubang
kencingnya di bawah maka di bilang anak itu perempuan. Oleh karena itu kita
sebagai seorang tenanga medis harus menberikan informasi yang adekuat
kepada para orang tua tentang penyakit ini. Para orang tua hendaknya
menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipospadia dan
mendeteksi secara dini kelainan pada anak mereka sehingga dapat dilakukan
penanganan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Makalah menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak
Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis & Hipospadia ?

C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia

D. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Labiopalatoschzisis
2. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hipospadia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Labiopalatoschcizis


1. Definisi
Labiopalatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat
bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit. Labio
palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir)
yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2012).
Bibir sumbing adalah kelainan bawaan adanya celah diantara
kedua sisikanan dan kiri dari bibir. Kelainan ini terjadi saat pembentukan
janin. Kadangkala meluas mencapai langit-langit, bahkan sampai merusak
estetika cupinghidung. (Rizki 2013).
Labiapaloskizis adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum
(langit-langit) sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila
dan premaxila selaam embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi
cirusyang diterima ibu pada kehamilan trimester I tepatnya minggu ke 7
sampai12. (Dwienda R, dkk. 2014).
Labiopalatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang
berupaadanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah
pada bibir atas,gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya
perkembanganembrio.
2. Etiologi
Penyebab sumbing bibir dan palatum tidak diketahui dengan
pasti.Sebagian besar kasus sumbing bibir atau sumbing palatum atau
keduanyadaat dijelaskan dengan hipotesis multifaktor. Beberapa faktor
yang dicurigaidapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing, antara lain:

3
1) Faktor Genetik (Hereditary) Merupakan penyebab beberapa
Palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena
berkaitan dengan gen kedua orang tua.
Diseluruh dunia ditemukan hampir 22% penderita
labiopalatoskishisterjadi karena faktor herediter.
a. Mutasi Gen di temukan sejumlah sindroma atau gejala menurut
hukum Mendel secara otosomal, dominant, resesif dan X-Linked.
Padaotosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan
inimenghasilkan anak dengan kelainan yang sama. Pada
otosomalresesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai
pembawa genabnormal. X-Linked adalah wanita dengan gen
abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada
pria dengan genabnormal menunjukan kelainan ini.
b. Kelainan kromosom Dimana material genetik dalam kromosom
yang mempengaruhidapat terjadi karena adanya mutasi gen
ataupun kelainankromosom.pada setiap sel yang normal
mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 kromosom non sex
(kromosom 1-22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom x dan y)
yang menetukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing
terjadi trisomi 13 atausindroma patau dimana ada 3 untai
kromosom 13 pada setiap sel penderita sehingga jumlah total
kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini
selain menyebabkan bibir sumbing akanmenyebabkan gangguan
berat pada perkembangan otak, jantung, danginjal. Namun kelainan
ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1dari 8000-10.000 bayi
yang lahir.
2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan juga berperan penting dalam hal
yang mempengaruhi labiopalatoskisis, dalam penelitian Sani, N.,
Febriyani, A. dan Budiarta,I.N., pada tahun 2020, faktor lingkungan
memberikan kontribusi sebesar 78%. Faktor lingkungan tersebut
antara lain:

4
a. Nutrisi Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam
folat,vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat -
zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama
masaembrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga
berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama
masaembrional.
b. InfeksiInfeksi pada saat kehamilan berpotensi dalam kecacatan
pada janin, contohnya seperti infeksi rubella, sifilis,
toxoplasmosis danklamidia dapat menyebabkan terjadinya
labioskizis danlabiopalatoskizis.
c. Pengaruh Obat Teratogenik Yang termasuk obat teratogenik
adalah:
(1) Jamu.Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio
palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang
menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas.
Masih ada penelitian lebih lanjut
(2) Kontrasepsi hormonal.Pada ibu hamil yang masih
mengkonsumsi kontrasepsi hormonal,terutama untuk
hormon estrogen yang berlebihan akanmenyebabkan
terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin,
karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
(3) Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan
kongenitalterutama labio palatoschizis. Obat – obatan itu
antara lain :
- Talidomid
- Diazepam (obat – obat penenang)
- Aspirin (Obat – obat analgetika)
Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih)

5
d. Zat KimiaZat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang
masihmengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi
kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok
dan alkoholyang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama
masa embrional.e.RadiasiUntuk ibu hamil pada trimester pertama
tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari
terapi tersebut dapatmengganggu proses tumbuh kembang organ
selama masa embrional.Efek sinar pengion jelas bahwa
merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat
menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan
mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.f.Trauma pada
Trisemester Pertama salah satu penyebab trauma adalah
kecelakaan atau benturan padasaat hamil minggu kelima. Bila
terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan
wajah serta mulut embrio, akantimbul kelainan bawaan. Salah
satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini
terjadi karena ada gangguan padaorganogenesis antara minggu
keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.g.Stress Korteks.
adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada
binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian
hidrokortisonyang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan
labioskizis dan labipaltoskizis.h.Terpapar Zat KimiaZat kimia
(rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masihmengkonsumsi
rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainankongenital
karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkoholyang
dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis yang terjadi pada anak dengan Labiopalatoskisis
adalah:
1. Pada Labioskisis Adanya distorsi pada hidung (tampak sebagian atau
keduanya) dan adanya celah pada bibir

6
2. Pada Palatoskisisa Tampak ada celah pada tekak (uvula) , palato lunak,
dan keras atau foramen incisive
3. Adanya distorsi hidung Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit
saat diperiksa dengan jarid.Kesulitan dalam menghisap atau
makane.Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan
pernafasanf.Gangguan komunikasi verbal
4. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi bibir sumbing menurut organ yang terlibat:
1) Celah bibir (labioskizis)
2) Celah di gusi (gnatoskizis)
3) Celah dilangit (Palatoskizis)
4) Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan
langit – langit (labiopalatoskizis).

Sedangkan, klasifikasi menurut lengkap atau tidaknya celah yangter


bentuk:

1) Unilateral incomplete : Jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu


bibir dan tidak memanjang ke hidung.
2) Unilateral complete : Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah
satu sisi bibir dan memanjang hingga kehidung.
3) Bilateral complete : Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga kehidung.

(A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral (C)
Celah bibir bilateral dengan celah langit-langit dan tulang alveolar, (D)

7
Celah langit-langit. (Stollet al. BMC Medical genetics.2004, 154.)
Pembentukan celah dimulai pada minggu ke-IV kehamilan.
Klasifikasimenurut struktur-struktur yang terkena yaitu:
1) Palatum primer: meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum
durum dibelahan foramen incivisium.
2) Palatum sekunder: meliputi palatum durum dan molle posterior
terhadap foramen.
5. Patofisiologi
Biasanya sumbing bibir dan palatum disertai kelainan bawaan lain,
misalhidrosefalus (peningkatan tekanan intrakranial), sindaktilia (jari-jari
salingmelekat), atau polidaktilia (jari-jari berlebih). (Janti, 2008)Sumbing
bibir dapat terjadi bilateral pada regio insisif lateral dankaninus. Lebih
sering terjadi unilateral, sisi kiri lebih sering dari sisi kanan.Bila terjadi
bilateral, mirip dengan bibir kelinci. Sumbing dapat sempurnameluas ke
dasar hidung atau tidak sempurna sempurna sebagai lekukan pada bibir
atas. (Janti, 2008)Labioskizis terjadi karena kegagalan pada penyatuan
kedua prosesusnasalis maksilaris dan mediana, palatoskizis merupakan
fisura pada garistengah palatum akibat kegagalan penyatuan kedua sisinya.
(Wong, 2009)Labiopalatoskizis terjadi karena kegagalan penyatuan
prosesus maksilarisdan remaksilaris selama awal usia embrio. Labiskizis
dan palatoskizizmerupakan malformasi yang berbeda secara embrional dan
terjadi pada waktuyang berbeda selam proses perkembangan embrio.
Penyatuan bibir atas pada garis tengah selesai dilakukan pada kehailan
antara minggu ke tujuh dankedelapan. Fusi palatum sekunder (palatum
durum dan mole) terjadikemudian dalam proses perkembangan, yaitu pada
kehamian antara mingguke tujuh dan kedua belas. Dalam proses migrasi
ke posisi horizontal, palatumtersebut dipisahkan oleh lidah untuk waktu
yang singkat. Jika terjadi
kelambatan dalam migrasi atau pemindahan ini, atau bila lidah
tidak berhasilturun dalam waktu yang cukup singkat, bagian lain proses
perkembangantersebut akan terus berlanjut namun palatum tidak menyatu.

8
(Wong, 2009)Periode perkembangan struktur anatomi bersifat spesifik
sehinggasumbing bibir dapat terjadi terpisah dari sumbing palatum,
meskipunkeduanya dapat terjai bersama-sama dan bervariasi dalam
berajatkeparahannya bergantung pada luas sumbing yang dapat bervariasi
mulai darilingir alveolar sampai ke bagian akhir dari palatum lunak.
Variasi dapat puladimulai dari tarik ringan pada sudut mulut atau bifid
uvula sampai deformitas berat berupa sumbing bibir yang meluas ke tulang
alveolar dan seluruh palatum secara bilateral. (Janti, 2008)Variasi yang
terjadi merupakan refleksi dari deviasi rangkaian perkembangan palatum
yang dimulai pada minggu ke-8 pada regio premaksila dan berakhir pada
minggu ke 12 ada uvula di palatum lunak. Jadi, jika faktor penyebab
bekerja pada minggu ke 8, sumbing akan terjadi lebih posterior dan juga
anterior termasuk alveolus, palatum kerad dan palatumlunak, serta vulva,
membentuk cacat yang serius. Sebaliknya, jika penyebab bekerja dekat
akhir periode perkembangan (minggu ke 11), sumbing yang terlihat hanya
pada palatum lunak bagian posterior, menyebabkan terjadinya sumbing
sebagian atau hanya pada uvula sebagai cacat ringan yang tidak
membutuhkan terapi. (Janti, 2008)Sumbing yang hanya mengenai bibir
dinamakan cheilochisis. Sumbing bibir umumnya terjadi pada minggu ke
6-7 intrauteri, sesuai dengan waktu perkembangan bibir normal dengan
terjadinya kegagalan penetrasi dari selmesodemal pada grove epitel
dianntara prosecus nasalis medialis danlateralis. Lebih sering terjadi pada
bayi laki-laki dan lebih sering pada bagiankiri dari pada kanan. (Janti,
2008)Saat usia kehamilan mencapai usia 6 minggu, bibir atas dan langit-
langtironggaa mulut bayi dalam kansungan akan mulai terbentuk dari
jaringan yang berada dikedua sisi dari lidah dan bersatu di tengah-tengah.
Apabila jaringan jaringan ini gagal bersatu maka akan terbentuk celah
pada bibir atas ataulangit-langit rongga.

9
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
1) Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori.Dengan
adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran
sehingga suara yang keluar menjadi sengau.
2) Maloklusi( – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkantulang
alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisicelah dan
didaerah celah sering terjadi erupsi
3) Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Denganadanya
celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii tergangguakibtnya
dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
4) Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek
menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.
5) Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapatditolong
secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan
6) Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatumdapat
mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas kedalam tubuh,
sehingga kuman – kuman dan bakteri dapat masuk kedalam saluran
pernafasan.
7) Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada
bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisapdan
menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangannutrisi
sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.
8) Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago”
dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celahmenyebabkan
asimetris wajah.
9) Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah
yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di
dekat aspek distal dan medial insisiv pertamadapat menyebabkan
terjadinya penyakit peri odontal.

10
10) Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali
paroksimallnyamenonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang
colapsmedialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite.
11) Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan
palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahanharga
diri da citra tubuh
7. Penatalaksanaan
Tujuan dan intervensi bedah dan pembedahan adalah
memulihkanstruktur anatomi, mengoreksi cacat dan memungkinkan anak
mempunyaifungsi yang normal dalam menelan, bernapas dan berbicara.
Pembedahan biasanya dilakukan ketika anak berumur ± 3 bulan, tetapi
pada beberaparumah sakit dilakukan segera setelah lahir.
a. Manajemen perawatan celah bibir
1) Perawatan pra bedah
a) Pemberian makan Pemberian makan pertama kali sukar, tetapi
tergantung padaderajat deformitas yang dialami pada kasus
ringan, ada kemungkinan memberi ASI langsung kepada bayi.
Jika tidak pemberian susu botol mudah dilakukan. Akan tetapi,
bilamenghisap susu dari botol sulit dilakukan bayi, makanan
dapatdiberikan menggunakan sendok atau biarkan bayi
menghisap darisendok.
- Bila celah bibir tidak disertai celah palatum, bayi
hanyamengalami sedikit kesukaran dalam makan atau sama
sekalitidak kesukaran.
- Jika celah bibir disertai celah palatum, bayi
mengalamimasalah bukan saja dalam menelan tetapi juga
dalammenghisap karena palatum yang lengkap dan utuh
diperlukanuntuk memanifulasi puting dan menghisap ASI.
RegurgitasiASI melalui hidung menimbulkan masalah lain
yangmembahayakan.Inhalasi ASI harus dicegah dengan
mempersiapkan penyedot setiap saat. Pemenuhan

11
kebutuhannutrisi adekuat penting agar menjamin bahwa
bayi dalamkeadaan fisik yang baik, mengalami kenaikan
BB dan tidak mengalami anemia. Bila dijumpai adanya
anemia, harusditangani kapan saja terjadi
b) Pemberian antibiotik Pemberian antibiotik sebagai profilaksis
bertujuan menjamin bahwa pada masa pascabedah, anak tidak
mengalami bahaya yangdisebabkan oleh mikroorganisme yang
telah ada ataupun yangmasuk selama masa bedah dan
pascabedah.
c) Persiapan Prabedah Prinsip manajemen prabedah bertujuan
mencapai atau mempertahankan status fisik yang menjamin
bahwa anak mampu mengatasi trauma akibat intervensi bedah.
Tujuan selanjutnya adalah menghilangkan atau mengurangi
terjadinya komplikasiselama atau setelah pembedahan melalui
antisipasi yang saksamadan pengobatan yang tepat
b. Perawatan pascabedah
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat merawat anak yang sudah
selesaimengalami operasi perbaikan celah bibir meliputi :
a) Imobilisasi lengan merupakan aspek penting perawatan, untuk
mencegah bayi menyentuh garis jahitan
b) Sedasi, anak yang menangis dapat mengingkatkan tegangan
padagaris jahitan. Pemberian sedasi sering kali dianjurkan untuk
mengurangi tegangan, walaupun tegangan sudah dikurangi
denganmengenakan peralatan seperti busur logam
c) Pembalutan garis sedasi, biasanya jahitan sudah dibuka antar
harike-5 dan ke-8. Garis jahitan biasanya ditinggal tanpa penutup
dankebersihan dipertahankan dengan mengelap area tersebut
denganair steril atau salin normal setelah selesai makan.
d) Pemberian makan dapat segera dimulai setelah bayi sadar
danrefleks menelan positif.
2) Manajemen perawatan celah palatum

12
Saat optimum untuk operasi perbaikan celah palatum tetap
merupakanmasalah konvensional. Tindakan pembedahan umumnya
dilakukansebelum anak mulai berbicara. Sebagian besar ahli bedah
plastik melakukan pembedahan diantara usia 15 dan 18 bulan tetapi
beberapa berpendapat bahwa operasi harus ditunda sampai usia 7
tahun untuk memungkinkan perkembangan tulang wajah secara
lengkap. Operasi lebih baik dilakukan oleh ahli bedah dengan
pengalaman khusus dalam pekerjaan ini. Infeksi luka harus dicegah
dengan antibiotik yang sesuai.
Pemberian makan dapat merupakan masalah yang sulit
pada anak tersebut, karena adanya lubang antara rongga mulut dan
hidung. Namun, pemberian ASI dapat dilakukan pada sebagian
besar kasus. Bila pemberianASI tidak dapat dilakukan secara
langsung, sebaiknya digunakan putingkaret besar yang menutup
sebagian lubang palatum. Pembesaran lubang puting karet dapat
menolong banyak anak penderita celah palatum.Banyak percobaan
yang mungkin diperlukan untuk membentuk kebiasaan makan yang
benar. Terkadang, penggunaan pipet mengatasi masalah pemberian
makan. Pemberian makan melalui sonde harus dihindari
karenaakan menghalangi penggunaan otot orofaringDiet
pascabedah langsung harus terdiri atas cairan jernih,
sepertiminuman glukosa. Sekali diberikan diet normal harus terdiri
atas makananlunak disusul dengan air steril. Makanan keras dan
manisan harusdiberikan selama 2/3 minggu setelah pembedahan.
Pengangkatan jahitan biasanya dilakukan di kamar bedah dibawah
sedasi diantara hari ke-8 atauke-10.
Bila kemampuan bicara anak tidak berkembang secara
memuaskan, berikan terapi wicara. Ahli terapi wicara harus
dijadikan sumber konsultasi pada semua kasus dan rencana disusun
untuk memastikan perkembangan bicara yang adekuat. Kuantitas
pengobatan atau latihan yang akandiberikan oleh seorang ahli

13
terapi wicara terbatas, sehingga beban utamaditanggung oleh ibu.
Oleh sebab itu, baik ibu maupun anak harus ambil bagian dalam
pelajaran ini dengan ahli terapi wicara sehingga ibu dapat
melanjutkan terapi dirumah. Melalui latihan yang cermat, ada
kemungkinan bagi anak untuk mencapai tingkat bercakap yang
memungkinkan anak untuk berkomunikasi bebas dengan orang lain
pasasaat mulai sekolah. Orang tua memerlukan dukungan dan
banyak dari unitcelah palatum menyimpan album foto gambaran
sebelum dan sesudah darikasus yang berhasil untuk
memperlihatkan kepada orang tua dan menenteramkannya bahwa
bayinya akan terlihat baik setelah operasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hispospadia


1. Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus
uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 :
374).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan
uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang
mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral
penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991: 257).
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang
terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa
faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon.
b. Genetika.
c. Lingkungan.

14
3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
4. Manifestasi Klinis
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan
sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis
menjadi bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke
kantung skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
a. Tipe sederhana/Tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe
glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal
glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak

15
memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan
dilatasi atau meatotomi.
b. Tipe penil/Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile,dan pene-
escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan
skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak
adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung kebawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan
tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap,
mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya
pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
c. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi
dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi
sering disertai kelainan pada ginjal. kadang disertai dengan skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
7. Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
 Infertility.
 Risiko hernia inguinalis.
 Gangguan psikososial.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
16
 Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chor-dee.
 Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(Uretroplasti).
 Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna
(kosmetik).
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada
hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya
tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap
lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal
advance and glanuloplasty], termasuk preputium plasty).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Labiapaloskizis adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum (langit-
langit) sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila dan
premaxila selaam embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi
cirusyang diterima ibu pada kehamilantrimester I tepatnya minggu ke 7
sampai 12.

Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada


penis bagian bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat
ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau
dibawah skrotum. Kejadian ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan
vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat
ereksi.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.
Khususnya untuk memperluas pengetahuan mengenai Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Gangguan Labiopalatoschzisis &
Hipospadia.

18

Anda mungkin juga menyukai