Pembahasan Cuti
Pembahasan Cuti
Menurut Menpan
1.Cuti Tahunan
PP ini menyebutkan, PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana
dimaksud adalah 12 (dua belas) hari kerja.
Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, menurut PP
ini, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja
termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.
“Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat
digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan,” bunyi Pasal 313 ayat (2) PP ini.
3.Cuti Sakit ( Selama menjalankan cuti sakit, PNS menerima penghasilan PNS. Penghasilan
sebagaimana dimaksud pada angka 14, terdiri atas gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan,
tunjangan jabatan, dan tunjangan lainnya sampai dengan ditetapkannya peraturan pemerintah yang
mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS) peraturan-BKN-NO.-7-Tahun-2021
Menurut PP ini, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS yang sakit lebih
dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut PP ini, berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenangng untuk memberikan hak atas
cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan dokter.
PNS yang mengalami gugur kandungan, menurut PP ini, berhak atas cuti sakit untuk paling
lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
4.Cuti Melahirkan
PP ini juga menyebutkan, untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak
ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran anak keempat
dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar. Lamanya cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.
“Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti karena alasan
penting paling lama 1 (satu) bulan,” bunyi Pasal 330 PP Nio. 11 Tahun 2017 itu.
6.Cuti Bersama
PP ini menegaskan, Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana
dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan.
Selain itu, peraturan ini juga mengubah aturan cuti PNS yang sakit.
Namun secara garis besar, aturan terkait cuti PNS sebagian besar masih di atur
berdasarkan Peraturan BKN No.24 Tahun 2017. Dalam aturan tersebut terpapar jelas jenis-
jenis cuti PNS yang berhak diterima abdi negara.
Nah agar lebih mudah untuk dipahami, berikut jenis-jenis cuti PNS dan syarat pengajuannya
berdasarkan Peraturan BKN No.24 Tahun 2017:
Aturan cuti PNS ini diberikan untuk PNS yang setidaknya sudah bekerja sekurang-
kurangnya 1 tahun secara terus menerus. Dengan lamanya masa cuti adalah 12 hari kerja.
Untuk mengajukan cuti tahunan PNS harus mengajukannya secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberi cuti. Cuti tahunan ini tidak bisa dipecah-pecah hingga jangka
waktu yang kurang dari 3 hari kerja.
Jika PNS masih mempunyai jatah cuti tahunan, yang bersangkutan masih dapat diambil
pada tahun berikutnya paling banyak 6 hari kerja.
Pengambilan cuti tahunan maksimal 18 hari kerja, dengan catatan tahun sebelumnya hak
cuti tidak digunakan atau terdapat sisa yang belum digunakan.Selama PNS menjalani cuti
ini, PNS tetap mendapatkan penghasilan penuh.
Namun, bila seorang PNS sudah mengajukan cuti besar, ia tidak berhak lagi atas cuti
tahunan pada tahun yang sama. PNS bisa mengajukan cuti besar secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang dalam mengurus cuti.
Cuti ini bisa digunakan untuk memenuhi kewajiban agama. Pengajuan cuti ini juga bisa
ditangguhkan paling lama 2 tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
PNS baru bisa mengajukan cuti besar kembali pada 5 tahun berikutnya. Selama PNS
menjalani cuti ini, PNS masih berhak untuk mendapatkan pendapatan secara penuh.
3. Cuti Sakit
Bila PNS jatuh sakit dan tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan, yang
bersangkutan berhak atas cuti sakit. Aturan cuti PNS yang sakit diberikan 1 hari atau 2 hari
kerja dengan ketentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya dan
melampirkan surat keterangan dokter.
Apabila sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari, seorang PNS berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti dan melampirkan surat keterangan dokter.
Baca juga:
Daftar Gaji PPPK Beserta Tunjangannya, Gede Mana Sama PNS?
Jika menderita sakit lebih dari 14 hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa
aturan cuti PNS yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Setelah mengajukan permohonan tertulis, maka PNS berhak mendapatkan cuti sakit selama
1 tahun dan dapat ditambah untuk paling lama 6 bulan apabila dipandang perlu berdasarkan
surat keterangan dokter.
Bila ternyata PNS bersangkutan tidak kunjung sembuh setelah habis masa cuti sakit
maksimalnya, maka harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.
Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk
paling lama 45 hari. Aturan cuti PNS keguguran harus mengajukan permohonan secara
tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
PNS yang mengalami kecelakaan saat atau dalam menjalankan tugas sehingga
memerlukan perawatan, maka ia berhak atas cuti sakit sampai benar-benar dinyatakan
sembuh. Selama cuti tersebut, ia berhak atas penghasilan penuh.
Untuk persalinan anak yang pertama, kedua, dan ketiga, PNS wanita berhak atas cuti
melahirkan. Namun, untuk persalinan anak keempat dan seterusnya, diberikan cuti di luar
tanggungan negara.
Ketentuan lamanya cuti melahirkan adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
persalinan. Cuti ini diajukan secara tertulis dan selama menjalankan cuti ini, PNS wanita
masih berhak mendapatkan penghasilannya.
Cuti alasan penting ini diberikan ketika ibu, bapak, istri, suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu yang sedang sakit keras atau meninggal dunia.
Tidak hanya ketika ada keluarga yang sakit keras atau meninggal, cuti ini juga bisa diajukan
bila PNS ingin melangsungkan pernikahan yang pertama, atau juga alasan penting lainnya
seperti mendampingi istri yang melahirkan bagi PNS pria.
Maksimal jatah cuti adalah 2 bulan. Sama seperti jenis cuti lainnya, selama menjalankan
cuti, PNS masih menerima penghasilan penuh.
6. Cuti Bersama
Salah satu jenis cuti yang pasti sudah tidak asing lagi. Cuti bersama ditetapkan oleh
Presiden. Biasanya cuti bersama ada saat perayaan Idulfitri, Natal dan tahun baru. Tentu
saja, karena namanya cuti bersama, cuti ini tidak perlu diajukan.
Jenis cuti ini diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 tahun secara
terus menerus karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara.
Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan paling lama 3 tahun. Jangka waktu cuti di
luar tanggungan negara dapat diperpanjang paling lama 1 tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya.
Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS tidak berhak menerima
penghasilan dari negara. Juga tidak diperhitungkan sebagai masa kerja Pegawai Negeri
Sipil.
PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa
menjalankan cuti di luar tanggungan Negara diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
Demikian aturan cuti PNS yang masih berlaku hingga saat ini. Bagaimana, apakah kamu
tertarik untuk menjadi PNS?
Baca artikel detikfinance, "Aturan Cuti PNS: Jenis-jenis dan Syarat Pengajuannya"
selengkapnya https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5971740/aturan-cuti-pns-
jenis-jenis-dan-syarat-pengajuannya.
b. Lamanya hak atas Cuti diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja.
c. Permintaan cuti tahunan dapat diberikan paling sedikit 1 (satu) hari kerja.
f. Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan berupa
menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.
h. Keputusan pemberian Cuti oleh Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat
berupa menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.
j. Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan,
dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.
k. Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-
turut dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
l. Hak atas cuti tahunan diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas 2
(dua) tahun.
m. Hak atas cuti tahunan diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas
3 (tiga) tahun.
n. Di dalam hal cuti tahunan akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya
maka jangka waktu cuti tahunan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari
kalender.
o. Tempat yang sulit perhubungannya merupakan lokasi yang sulit dijangkau dan
lokasi dengan alat transportasi sangat terbatas.
p. Penambahan jangka waktu untuk paling lama 6 (enam) hari kalender dilakukan
pada saat permintaan cuti tahunan atau saat menjalankan cuti tahunan.
q. PPPK berhak atas cuti tahunan dengan mengecualikan ketentuan dalam hal:
(1) ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal dunia;
(2) salah seorang anggota (1) meninggal dunia dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari
anggota keluarganya yang meninggal; atau
r. Sakit keras dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari Unit
Pelayanan Kesehatan.
s. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling lama 6 (enam) hari kerja.
t. Di dalam hal PPPK telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus
dan telah mengambil cuti tahunan. Cuti dimaksud mengurangi cuti tahunan yang
bersangkutan.
u. PPPK yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan jabatan dosen pada
perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan, disamakan dengan PPPK yang telah menggunakan cuti tahunan.
2. Cuti Sakit
a. Setiap PPPK yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
b. PPPK yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara tertulis
kepada atasan langsung atau pejabat lain yang setara dengan melampirkan surat
keterangan dokter.
c. PPPK yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PPPK harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter.
e. PPPK yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter
pemerintah.
f. Dokter pemerintah merupakan dokter yang berstatus pegawai negeri sipil atau
dokter yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan pemerintah.
h. Lamanya hak atas cuti sakit diberikan paling lama 1 (satu) bulan.
i. PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1
1/2 (satu setengah) bulan.
j. Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit, PPPK yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti
dengan melampirkan surat keterangan dokters atau bidan.
l. PPPK yang menjalankan cuti sakit tetap menerima penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
m. Untuk menggunakan cuti sakit, PPPK mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.
3. Cuti Melahirkan
a. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat
menjadi PPPK, PPPK berhak atas cuti melahirkan.
c. Lamanya hak atas cuti melahirkan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan.
e. Permintaan secara tertulis diajukan melalui atasan langsung atau pejabat lain
yang setara.
4. Cuti Bersama
a. Cuti bersama bagi PPPK mengikuti ketentuan cuti bersama bagi pegawai negeri
sipil.
d. PPPK yang karena jabatannya tidak menggunakan cuti bersama, hak cuti
tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak digunakan.
e. Penambahan hak atas cuti tahunan hanya dapat digunakan pada tahun berjalan.
g. Penambahan hak atas cuti tahunan dapat digunakan pada tahun berikutnya.
Ketentuan lain-lain
1. PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dan cuti bersama dapat dipanggil
kembali bekerja apabila terdapat kepentingan dinas mendesak.
2. Di dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja, jangka waktu Cuti yang belum
digunakan tetap menjadi hak PPPK.
3. Hak atas cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan yang akan dijalankan di luar
negeri, hanya dapat diberikan oleh PPK.
4. Di dalam hal mendesak sehingga PPPK tidak dapat menunggu keputusan dari
PPK, pejabat yang tertinggi di tempat PPPK bekerja dapat memberikan izin
sementara secara tertulis untuk menggunakan Cuti.
5. Pemberian izin sementara harus segera diberitahukan oleh pejabat yang tertinggi
di tempat PPPK bekerja kepada PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa.
6. PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa setelah menerima pemberitahuan
memberikan hak atas Cuti kepada PPPK yang bersangkutan.