Anda di halaman 1dari 10

Pembahasan Cuti

Untuk Cuti P3K

Menurut Menpan

P3K mempunyai Hak cuti 12 Hari

Cuti Bersama tidak mengurangi cuti tahunan

Jika dalam 1 tahun

Hak Cuti PNS Sesuai PP No. 11/2017

1.Cuti Tahunan
PP ini menyebutkan, PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana
dimaksud adalah 12 (dua belas) hari kerja.

Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, menurut PP
ini, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja
termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.

“Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat
digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan,” bunyi Pasal 313 ayat (2) PP ini.

3.Cuti Sakit ( Selama menjalankan cuti sakit, PNS menerima penghasilan PNS. Penghasilan
sebagaimana dimaksud pada angka 14, terdiri atas gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan,
tunjangan jabatan, dan tunjangan lainnya sampai dengan ditetapkannya peraturan pemerintah yang
mengatur gaji, tunjangan, dan fasilitas PNS) peraturan-BKN-NO.-7-Tahun-2021
Menurut PP ini, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. PNS yang sakit lebih
dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, menurut PP ini, berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenangng untuk memberikan hak atas
cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan dokter.

PNS yang mengalami gugur kandungan, menurut PP ini, berhak atas cuti sakit untuk paling
lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.

4.Cuti Melahirkan
PP ini juga menyebutkan, untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak
ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. Untuk kelahiran anak keempat
dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar. Lamanya cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud adalah 3 (tiga) bulan.

5.Cuti Karena Alasan Penting


Menurut PP ini, PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila: a. ibu, bapak,
isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras atau meninggal
dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a meninggal
dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia; atau c.
Melangsungkan perkawinan.

“Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti karena alasan
penting paling lama 1 (satu) bulan,” bunyi Pasal 330 PP Nio. 11 Tahun 2017 itu.

6.Cuti Bersama
PP ini menegaskan, Presiden dapat menetapkan cuti bersama. Cuti bersama sebagaimana
dimaksud tidak mengurangi hak cuti tahunan.

7.Cuti di Luar Tanggungan Negara


PP ini juga menyebutkan, PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-
menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan
negara. Cuti di luar tanggungan negara itu dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun.

Selain itu, peraturan ini juga mengubah aturan cuti PNS yang sakit.

Namun secara garis besar, aturan terkait cuti PNS sebagian besar masih di atur
berdasarkan Peraturan BKN No.24 Tahun 2017. Dalam aturan tersebut terpapar jelas jenis-
jenis cuti PNS yang berhak diterima abdi negara.

Nah agar lebih mudah untuk dipahami, berikut jenis-jenis cuti PNS dan syarat pengajuannya
berdasarkan Peraturan BKN No.24 Tahun 2017:

1. Cuti Tahunan: 12 Hari Kerja

Aturan cuti PNS ini diberikan untuk PNS yang setidaknya sudah bekerja sekurang-
kurangnya 1 tahun secara terus menerus. Dengan lamanya masa cuti adalah 12 hari kerja.

Untuk mengajukan cuti tahunan PNS harus mengajukannya secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberi cuti. Cuti tahunan ini tidak bisa dipecah-pecah hingga jangka
waktu yang kurang dari 3 hari kerja.

Jika PNS masih mempunyai jatah cuti tahunan, yang bersangkutan masih dapat diambil
pada tahun berikutnya paling banyak 6 hari kerja.

Pengambilan cuti tahunan maksimal 18 hari kerja, dengan catatan tahun sebelumnya hak
cuti tidak digunakan atau terdapat sisa yang belum digunakan.Selama PNS menjalani cuti
ini, PNS tetap mendapatkan penghasilan penuh.

2. Cuti Besar: 3 Bulan


Jenis cuti PNS yang satu ini diberikan kepada mereka yang telah mengabdikan dirinya
sekurang-kurangnya 6 tahun secara terus menerus. Durasi cuti besar yang boleh diambil
adalah 3 bulan.

Namun, bila seorang PNS sudah mengajukan cuti besar, ia tidak berhak lagi atas cuti
tahunan pada tahun yang sama. PNS bisa mengajukan cuti besar secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang dalam mengurus cuti.

Cuti ini bisa digunakan untuk memenuhi kewajiban agama. Pengajuan cuti ini juga bisa
ditangguhkan paling lama 2 tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.

PNS baru bisa mengajukan cuti besar kembali pada 5 tahun berikutnya. Selama PNS
menjalani cuti ini, PNS masih berhak untuk mendapatkan pendapatan secara penuh.

3. Cuti Sakit

Bila PNS jatuh sakit dan tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan, yang
bersangkutan berhak atas cuti sakit. Aturan cuti PNS yang sakit diberikan 1 hari atau 2 hari
kerja dengan ketentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya dan
melampirkan surat keterangan dokter.

Apabila sakit lebih dari 2 hari sampai dengan 14 hari, seorang PNS berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti dan melampirkan surat keterangan dokter.

Baca juga:
Daftar Gaji PPPK Beserta Tunjangannya, Gede Mana Sama PNS?
Jika menderita sakit lebih dari 14 hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa
aturan cuti PNS yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

Setelah mengajukan permohonan tertulis, maka PNS berhak mendapatkan cuti sakit selama
1 tahun dan dapat ditambah untuk paling lama 6 bulan apabila dipandang perlu berdasarkan
surat keterangan dokter.

Bila ternyata PNS bersangkutan tidak kunjung sembuh setelah habis masa cuti sakit
maksimalnya, maka harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.

Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk
paling lama 45 hari. Aturan cuti PNS keguguran harus mengajukan permohonan secara
tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.

PNS yang mengalami kecelakaan saat atau dalam menjalankan tugas sehingga
memerlukan perawatan, maka ia berhak atas cuti sakit sampai benar-benar dinyatakan
sembuh. Selama cuti tersebut, ia berhak atas penghasilan penuh.

4. Cuti Melahirkan: 3 Bulan

Untuk persalinan anak yang pertama, kedua, dan ketiga, PNS wanita berhak atas cuti
melahirkan. Namun, untuk persalinan anak keempat dan seterusnya, diberikan cuti di luar
tanggungan negara.

Ketentuan lamanya cuti melahirkan adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
persalinan. Cuti ini diajukan secara tertulis dan selama menjalankan cuti ini, PNS wanita
masih berhak mendapatkan penghasilannya.

5. Cuti Alasan Penting: Maksimal 2 bulan

Cuti alasan penting ini diberikan ketika ibu, bapak, istri, suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu yang sedang sakit keras atau meninggal dunia.

Tidak hanya ketika ada keluarga yang sakit keras atau meninggal, cuti ini juga bisa diajukan
bila PNS ingin melangsungkan pernikahan yang pertama, atau juga alasan penting lainnya
seperti mendampingi istri yang melahirkan bagi PNS pria.

Maksimal jatah cuti adalah 2 bulan. Sama seperti jenis cuti lainnya, selama menjalankan
cuti, PNS masih menerima penghasilan penuh.

6. Cuti Bersama

Salah satu jenis cuti yang pasti sudah tidak asing lagi. Cuti bersama ditetapkan oleh
Presiden. Biasanya cuti bersama ada saat perayaan Idulfitri, Natal dan tahun baru. Tentu
saja, karena namanya cuti bersama, cuti ini tidak perlu diajukan.

7. Cuti di Luar Tanggungan Negara

Jenis cuti ini diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 tahun secara
terus menerus karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan
cuti di luar tanggungan negara.

Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan paling lama 3 tahun. Jangka waktu cuti di
luar tanggungan negara dapat diperpanjang paling lama 1 tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya.

Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS tidak berhak menerima
penghasilan dari negara. Juga tidak diperhitungkan sebagai masa kerja Pegawai Negeri
Sipil.

PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa
menjalankan cuti di luar tanggungan Negara diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.

Demikian aturan cuti PNS yang masih berlaku hingga saat ini. Bagaimana, apakah kamu
tertarik untuk menjadi PNS?

Baca artikel detikfinance, "Aturan Cuti PNS: Jenis-jenis dan Syarat Pengajuannya"
selengkapnya https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5971740/aturan-cuti-pns-
jenis-jenis-dan-syarat-pengajuannya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Tata Cara Permintaan dan Pemberian Cuti
1. Cuti Tahunan
a. PPPK yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus
berhak atas cuti tahunan.

b. Lamanya hak atas Cuti diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja.

c. Permintaan cuti tahunan dapat diberikan paling sedikit 1 (satu) hari kerja.

d. Untuk menggunakan cuti tahunan, PPPK mengajukan permintaan secara tertulis


kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.

e. Permintaan secara tertulis diajukan melalui atasan langsung atau pejabat


lain yang setara.

f. Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan berupa
menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.

g. Berdasarkan permintaan secara tertulis dan pertimbangan atasan langsung atau


pejabat lain yang setara, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan
keputusan pemberian cuti tahunan.

h. Keputusan pemberian Cuti oleh Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat
berupa menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.

i. Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan pemberian Cuti sebagaimana


dimaksud tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini.

j. Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan,
dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.

k. Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-
turut dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja, termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
l. Hak atas cuti tahunan diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas 2
(dua) tahun.

m. Hak atas cuti tahunan diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas
3 (tiga) tahun.

n. Di dalam hal cuti tahunan akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya
maka jangka waktu cuti tahunan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari
kalender.

o. Tempat yang sulit perhubungannya merupakan lokasi yang sulit dijangkau dan
lokasi dengan alat transportasi sangat terbatas.

p. Penambahan jangka waktu untuk paling lama 6 (enam) hari kalender dilakukan
pada saat permintaan cuti tahunan atau saat menjalankan cuti tahunan.

q. PPPK berhak atas cuti tahunan dengan mengecualikan ketentuan dalam hal:

(1) ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal dunia;

(2) salah seorang anggota (1) meninggal dunia dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari
anggota keluarganya yang meninggal; atau

(3) melangsungkan perkawinan pertama.

r. Sakit keras dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari Unit
Pelayanan Kesehatan.

s. Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling lama 6 (enam) hari kerja.

t. Di dalam hal PPPK telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus
dan telah mengambil cuti tahunan. Cuti dimaksud mengurangi cuti tahunan yang
bersangkutan.

u. PPPK yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan jabatan dosen pada
perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan, disamakan dengan PPPK yang telah menggunakan cuti tahunan.

v. Liburan merupakan liburan pada saat akhir semester di masing-masing sekolah


dan perguruan tinggi sesuai dengan kalender akademik.

w. Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan jumlah pegawai pada


unit kerja yang bersangkutan.
x. PPPK yang menjalankan cuti tahunan tetap menerima penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Cuti Sakit
a. Setiap PPPK yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.

b. PPPK yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara tertulis
kepada atasan langsung atau pejabat lain yang setara dengan melampirkan surat
keterangan dokter.

c. PPPK yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PPPK harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter.

d. Surat keterangan dokter paling sedikit memuat pernyataan tentang perlunya


diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.

e. PPPK yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter
pemerintah.

f. Dokter pemerintah merupakan dokter yang berstatus pegawai negeri sipil atau
dokter yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan pemerintah.

g. Surat keterangan dokter pemerintah paling sedikit memuat pernyataan tentang


perlunya diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.

h. Lamanya hak atas cuti sakit diberikan paling lama 1 (satu) bulan.

i. PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1
1/2 (satu setengah) bulan.

j. Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit, PPPK yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti
dengan melampirkan surat keterangan dokters atau bidan.

k. PPPK yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang bersangkutan perlu


mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai dengan berakhirnya masa
hubungan perjanjian kerja.

l. PPPK yang menjalankan cuti sakit tetap menerima penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
m. Untuk menggunakan cuti sakit, PPPK mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.

n. Permintaan secara tertulis diajukan melalui atasan langsung atau pejabat


lain yang setara.

o. Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan


persetujuan atas pengajuan Cuti yang diajukan PPPK.

p. Berdasarkan permintaan secara tertulis dan pertimbangan atasan langsung atau


pejabat lain yang setara, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan
keputusan pemberian cuti sakit.

q. Format permintaan, pertimbangan, dan keputusanpemberian cuti, tercantum


dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan
ini.

3. Cuti Melahirkan
a. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat
menjadi PPPK, PPPK berhak atas cuti melahirkan.

b. Kelahiran anak pertama merupakan kelahiran anak pertama saat yang


bersangkutan sudah berstatus PPPK.

c. Lamanya hak atas cuti melahirkan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan.

d. Untuk menggunakan cuti melahirkan, PPPK mengajukan permintaan secara


tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti.

e. Permintaan secara tertulis diajukan melalui atasan langsung atau pejabat lain
yang setara.

f. Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan


menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak atas pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.

g. Berdasarkan permintaan secara tertulis dan pertimbangan atasan langsung atau


pejabat lain yang setara, Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan
keputusan pemberian cuti melahirkan.

h. Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan pemberian Cuti tercantum


dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan
ini.
i. PPPK yang menggunakan hak cuti melahirkan, tetap menerima penghasilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Cuti Bersama
a. Cuti bersama bagi PPPK mengikuti ketentuan cuti bersama bagi pegawai negeri
sipil.

b. Cuti bersama mengurangi cuti tahunan.

c. Cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

d. PPPK yang karena jabatannya tidak menggunakan cuti bersama, hak cuti
tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak digunakan.

e. Penambahan hak atas cuti tahunan hanya dapat digunakan pada tahun berjalan.

f. Ketentuan penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan dapat dikecualikan


dalam hal tanggal cuti bersama merupakan beberapa hari terakhir dalam tahun
berjalan.

g. Penambahan hak atas cuti tahunan dapat digunakan pada tahun berikutnya.

Ketentuan lain-lain

1. PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dan cuti bersama dapat dipanggil
kembali bekerja apabila terdapat kepentingan dinas mendesak.

2. Di dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja, jangka waktu Cuti yang belum
digunakan tetap menjadi hak PPPK.

3. Hak atas cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan yang akan dijalankan di luar
negeri, hanya dapat diberikan oleh PPK.

4. Di dalam hal mendesak sehingga PPPK tidak dapat menunggu keputusan dari
PPK, pejabat yang tertinggi di tempat PPPK bekerja dapat memberikan izin
sementara secara tertulis untuk menggunakan Cuti.

5. Pemberian izin sementara harus segera diberitahukan oleh pejabat yang tertinggi
di tempat PPPK bekerja kepada PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa.

6. PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa setelah menerima pemberitahuan
memberikan hak atas Cuti kepada PPPK yang bersangkutan.

Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Peraturan BKN Nomor 7 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian Cuti
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) selengkapnya dapat dibaca
dan di unduh pada tautan berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai