Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“NSTEMI”

Disusun Oleh :

Fera Adila Sari

(2020206203049)

7B S1 Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AJARAN

2023/2024
A. Definisi
NSTEMI (Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction) merupakan jenis
kerusakan pada jantung yang tidak menimbulkan kelainan khas pada hasil
pemeriksaan rekam jantung.
NSTEMI adalah salah satu jenis sindrom koroner akut, yaitu kondisi berbahaya yang
disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah arteri jantung. Penyumbatan ini
akan membuat jantung kekurangan oksigen.
NSTEMI adalah salah satu jenis serangan jantung yang dinilai lebih ringan daripada
STEMI (ST elevation myocardial infarction). Maka dari itu, kondisi ini disebut juga
sebagai serangan jantung ringan. Gejala serangan jantung ringan sendiri dapat
beragam dan wajib diwaspadai.
NSTEMI adalah salah satu jenis serangan jantung yang ringan, tapi bukan berarti
boleh disepelekan. Sama seperti serangan jantung lainnya, penyebab serangan jantung
ini juga disebabkan adanya penyumbatan pada pembuluh arteri.

B. Etiologi
Pembentukan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah arteri koroner adalah
penyebab NSTEMI yang paling umum. Plak ini terbentuk dari penumpukan
kolesterol, lemak, dan zat-zat lainnya di dalam pembuluh darah arteri.
Seiring berjalannya waktu, plak ini dapat terus menumpuk dan menyebabkan
terjadinya penyumbatan pembuluh arteri secara parsial dan menghambat aliran darah
ke jantung.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya NSTEMI, antara lain:
1. Merokok.
2. Tekanan darah tinggi.
3. Kadar kolesterol tinggi.
4. Diabetes.
5. Obesitas.
6. Riwayat penyakit jantung.
7. Kelainan genetik.
8. Gaya hidup tidak sehat, seperti kurang berolahraga.
C. Patofisiologi
Patofisiologi utama sindrom koroner akut (SKA) adalah penurunan aliran darah ke
otot jantung. Penurunan aliran darah ini bisa terjadi akibat:
Terbentuknya plak aterosklerosis atau terjadinya ruptur plak aterosklerosis yang telah
ada sehingga memicu adanya trombus.
Terjadinya vasospasme pada arteri koroner, sehingga menyebabkan penyempitan
lumen dan penurunan aliran darah ke otot jantung.
Penurunan aliran darah ke otot jantung pada mulanya akan menyebabkan iskemia.
Kemudian akan menyebabkan infark atau nekrosis miokardium.
D. Tanda dan Gejala
1. Nyeri Dada
Nyeri dada kurang lebih 30 menit. Nyeri dan rasa tertekan pada dada bisa disertai
dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada
menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang
tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula,
atau penderita DM yang berkaitan dengan neuropati.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas juga dapat menimbulkan
hiperventilasi.
3. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, biasanya lebih sering
pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infark inferior juga dapat
menyebabkan cegukan.
Gejala lain yaitu palpitasi, pusing, sinkop dari aritmia ventrikel, dan gelisah.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung: T. Inverted, ST depresi dan Q. Patologis
2. Enzim Jantung
Pemeriksaan enzim jantung:
a. CPK-MB CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-
6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36- 48 jam.
b. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal.
c. AST/SGOT Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
d. Troponin T dan Troponin I Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda
nekrosis miokard lebih spesifik dari pada CK dan CKMB. Pada pasien IMA,
peningkatan Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap
sampai 2 minggu.
e. Elektrolit Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi.
f. Sel darah putih Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
g. Kecepatan sedimentasi Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI
menunjukkan inflamasi

F. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit intensif koroner. Pasien
perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin
atau petidin perlu pada pasien yang masih merasa sakit dada walaupun sudah
mendapat nitrogliserin.
2. Terapi medikamentosa
a) Obat anti iskemia : Seperti nitrat, data bloker dan antagonis kalsium.
b) Obat anti agregasi trombosit : Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar
dalam pengobatan angina tidak stabil maupun infark tanpa elevasi ST
segmen. Tiga golongan obat antiplatelet yang terbukti bermanfaat seperti
aspirin, ticlopidine, clopidogrel dan inhibitor GP lib/IIIа.
3. Tindakan reeves polarisasi pembuluh coroner
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan iskernia
berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien dengan
penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila disertai
faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass (CABG) mengurangi
masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien dengan faal jantung yang masih
baik dengan penyempitan pada 1 pembuluh darah atau 2 pembuluh darah atau
bila ada kontra indikasi tindakan pembedahan PCI merupakan pilihan utama
CABG.
a) Coronary Arthery Bypass Grafting (CABG) adalah prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke jantung. Prosedur ini
dilakukan pada penderita jantung koroner berat atau yang disebut juga
Coronary Heart Disease (CHD) atau Coronary Artery Disease (CAD), CHD
adalah suatu kondisi dimana terdapat tumpukan plak di pembuluh darah
arteri koroner. Pembuluh darah arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen
ke jantung. Plak sendiri terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan zat
lainnya yang terdapat di dalam darah.
b) PCI atau Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah prosedur
intervensi non benda dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon atau stent.
Proses penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat disebabkan oleh
proses aterosklerosis atau trombosis.
4. Terapi non medik
a) Istirahat memungkinkan jantung memompa darah lebih sedikit darah dengan
kecepatan yang lambat. Hari ini menurunkan kerja jantung sehingga
kebutuhan oksigen juga berkurang.
b) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.

G. Komplikasi
1. Aritmia
Aritmia yang paling sering terjadi setelah infark miokardium sebagai salah satu
manifestasi Nstemi adalah ventricular tachycardia (VT), ventricular fibrillation
(VF), atrial fibrillation (AF), dan bradiarritmia. Aritmia ventrikel, yaitu VT atau
VF, dapat diterapi dengan beta-blocker atau amiodarone dan dilanjutkan dengan
kardioversi atau defibrilasi bila tidak menunjukkan perbaikan. Tata laksana AF
dapat dengan regimen farmakologi yang standard atau kardioversi. Bradiaritmia
dapat diterapi dengan atropin atau pacemaker.
2. Edema Paru Akut
Edema paru akut sebagai komplikasi Nstemi terjadi akibat kegagalan fungsi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan cairan kembali ke jaringan interstisial paru
dan semakin mengganggu oksigenasi dan perfusi jaringan. Gejala sesak napas pada
edema paru akut sebagai manifestasi komplikasi Nstemi sering misdiagnosis
menjadi pneumonia. Perbedaan klinis manifestasi kardiak pada edema paru akut
dan non kardiak pada pneumonia dapat membantu membedakan keduanya.

3. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan manifestasi klinis Nstemi yang membutuhkan
penanganan revaskularisasi segera. Pasien seringkali datang dengan hipotensi yang
refrakter dengan pemberian cairan. Pada keadaan ini, tekanan darah sistolik kurang
dari 80 sampai 90 mmHg atau mean arterial pressure kurang dari 30 mmHg dari
baseline.
4. Aneurisma Ventrikel
Aneurisma ventrikel terjadi karena area dinding ventrikel mengalami nekrosis atau
melemah, sehingga saat kontraksi ventrikel terjadi, area yang melemah ini menojol
menjadi aneurisma. Keadaan ini perlu dilakukan tata laksana menggunakan terapi
farmakologi antikoagulan atau dapat dengan pembedahan bila aneurisma
berukuran besar.
5. Ruptur Otot Papilaris
Risiko ruptur otot papilaris dapat terjadi sampai dengan 3 bulan setelah infark.
Keadaan ini akan menyebabkan regurgitasi aliran darah lewat katup yang
berhubungan dengan otot papilaris, sehingga aliran darah menjadi backflow dan
terjadi gagal jantung kanan atau kiri. Keadaan ini diperbaiki secara pembedahan
dengan mitral valve replacement.
6. Ruptur Septum Ventrikel
Ruptur septum ventrikel terjadi karena infark yang melibatkan ketebalan seluruh
dinding ventrikel yang kemudian menjadi nekrosis, sehingga terjadi ruptur.

H. Proses Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
i. Pengkajian Data Fokus
1) Kualitas nyeri dada: Seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas atau
seperti tertindih barang berat
2) Lokasi dan radiasi: Retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke
lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung
3) Faktor pencetus: Mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan
4) Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan: Berlangsung lama, berakhir
lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi
ataupun minum nitrogliserin.
5) Tanda dan gejala: Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan,
dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomoter meliputi mual, muntah,
pingsan, kulit dinghin dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu
menurun
6) Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien. IMA biasanya baik
atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perusi sistem saraf pusat
2. BI (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak
napas seperti tercekik. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang
kronis dapat timbul pada saat istirahat.
3. B2(Blood)
• Inspeks: Adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran
nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan
• Palpasi: Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan
• Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat
kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi
• Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu
wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik
6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA
7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis iskemia
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

3. Rencana Keperawatan
N Dx. Kep SLKI SIKI Rasional
o
1. Nyeri Akut Setelah - Identifikas - Mengetahui letak
berhubungan dilakukan i PQRST dan skala nyeri
dengan agen asuhan nyeri yang dirasakan
pencedera keperawatan - Kontrol - Mengurangi
fisiologis iskemia selama 3x24 lingkungan faktor yang
DS : jam, yang memperbert nyeri
- Pasien diharapkan memperbe - Untuk
mengataka masalah rat rasa mengurangi skala
n nyeri teratasi dengan nyeri dan kualitas nyeri
bagian kriteria hasil : - Berikan - Untuk
dada 1. Nyeri dada teknik menghindari
DO : menurun nonfarmak terjadinya nyeri
- Pasien 2. TTVdalam ologis - Mengurangi nyeri
tampak rentang untuk apabila dengan
meringis normal mengurang nonfarmakologis
- Pasien i nyeri tidak
tampak dengan berpengaruh.
memegangi aromaterap
dadanya i
- Pasien - Jelaskan
tampak pemicu
gelisah nyeri
- TTV - Kolaborasi
meningkat pemberian
analgesik
2. Gangguan Setelah - monitor - Untuk
pertukaran gas dilakukan oksigen mengetahui
berhubungan asuhan - monitor frekuensi
dengan keperawatan tanda- nafas/oksigen
ketidakseimbanga selama 3x24 tanda - Untuk mencegah
n ventilasi-perfusi jam, hipoventil terjadinya
DS : diharapkan asi hipoventilasi
- Pasien masalah - berikan berat
mengeluh teratasi dengan oksigen - Membantu
sesak kriteria hasil : sesuai terpenuhinya
- Pasien 1. Dispneu kebutuhan kebutuhan
mengeluh menurun - ajarkan oksigen
sulit 2. TTV keluarga - Supaya pasien
bernafas membaik dalam tidak mengalami
DO : pemasang hipoventilasi
- PO2 an oksigen berat
menurun apabila - Agar oksigen
- Nadi sesak yang didapatkan
meningkat mendadak sesuai kebuthan
- RR - kolaborasi dan mampu
meningkat penentuan mengatasi
- Pola nafas dosis masalah oksigen
lebih cepat oksigen

3. Penurunan curah Setelah - Monitor - Untuk


jantung dilakukan EKG 12 mengetahui
berhubungan asuhan sadapan gelombang ST
dengan perubahan keperawatan untuk dan T
kontraktilitas selama 3x24 perubahan - Untuk
DS : - jam, ST dan T mengetahui
DO : diharapkan - Monitor oksigen dalam
- Hasil EKG masalah saturasi tubuh dalam
aritmia teratasi dengan oksigen rentang
- Takikardi kriteria hasil : - Pertahanka normal/terjaga
- Cardiac 1. Hasil n tirah - Untu
indeks EKG baring meminimalisir
menurun normal minimal 12 aktivitas pasien
- Left 2. Takikardi jam supaya kerja
ventricular menurun - Anjurkan jantung tidak
stroke 3. CI segera berat
work index meningka melapor - Supaya nyeri
menurun t jika nyeri dapat dikontrol
- Stroke 4. LVSWI dada dengan segera
volume meningka - Jelaskan - Agar pasien dan
index t tindakan keluarga paham
menurun 5. SVI yang dan mengerti
meningka dijalani tentang tindakan
t pasien yang diberikan
- Kolaborasi oleh perawat
pemberian - Untukpencegaha
aniplatelet, n penyempitan
antiangina pembuluh darah,
dan mencegah
antikoagul angina,
an mencegah
terjadinya
penggumpalan
darah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/nstemi-jenis-serangan-jantung-ringan-yang-patut-dicurigai

https://hellosehat.com/jantung/penyakit-jantung/serangan-jantung-ringan/

https://www.rsuwajakhusada.com/article/kenali-gejala-serangan-jantung-ringan-nstemi-
penanganannya

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/gejala-serangan-jantung-
ringan#mcetoc_1h3ttggl9c2b

https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/sindrom-koroner-akut/patofisiologi

https://www.academia.edu/39686536/Laporan_Pendahuluan_NSTEMI

https://general.alomedika.com/penyakit/kardiologi/sindrom-koroner-akut/prognosis

https://www.scribd.com/document/553678337/LP-NSTEMI-Salma-Raihana-211119049

Tim Pokja Siki DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai