Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGELOLAAN ASET DESA


(Studi Pada Pasar Baru Kalanganyar, Kecamatan Sedati,
Kabupaten Sidoarjo)

Oleh :

REZZA MULIAWATI PUTRI


NIM. 2018.05.1.0036

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 yang merupakan negara


kesatuan berbentuk republik. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya
Indonesia terdiri atas beberapa daerah/wilayah provinsi dan setiap daerah/wilayah
provinsi terdiri atas beberapa kabupaten/kota. Selanjutnya di dalam
kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan
kelurahan. Pemerintahan Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan terbukti dengan adanya pergeseran paradigma sentralisasi ke
desentralisasi. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Pemerintah pusat
membagi kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintah didaerah. Pemerintah daerah dapat menjalankan otonomi
seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang ditetapkan oleh Undang-Undang
sebagai urusan Pemerintah Pusat. Otonomi daerah merupakan bagian dari sistem
hukum negara. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dalam
melaksanakan otonomi daerah secara luas dan bertanggung jawab dituntut
diterapkannya manajemen pemerintah daerah efektif dan efisien.

Perlu diketahui bahwa selain daerah, desa juga memiliki keleluasaan untuk
mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan adat istiadat
asal usulnya. Meskipun keduanya memiliki kewenangan yang sama, akan tetapi
konsep otonomi desa berbeda dengan otonomi daerah. Sebagai daerah otonom,
desa harus mampu mengembangkan dan membangun daerahnya dengan kekuatan
sendiri. Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dinyatakan
bahwa “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Pemerintah desa juga memiliki sumber
pendapatan desa yang digunakan sebagai penunjang keuangan pemerintah desa.
Sumber Pendapatan Desa terdiri atas:

1. Pendapatan asli Desa


2. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota,
3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota,
4. Alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
5. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota,
6. Serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.

Untuk dapat membangun desa harus mampu mengelola dan


mengupayakan sumber-sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). Dengan adanya
otonomi, desa dituntut adanya alternatif sumber-sumber pendapatan desa tanpa
bergantung pada pemerintah daerah. Pemberian otonomi desa juga diharapkan
dapat memberikan keleluasaan kepada desa dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masyarakatnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada


pasal 76, mengenai Aset Desa dapat berupa tanah kas desa, tanah ulayat, pasar
desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan
hasil pertanian, hutan milik desa mata air milik desa, pemandian umum, dan aset
lainnya milik desa. Yang dimaksud dengan aset lainnya milik desa antara lain
kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa kekayaan Desa yang diperoleh dari
hibah dan sumbangan (termasuk tanah wakaf) atau yang sejenis kekayaan desa
yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hasil kerja sama desa dan
kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Aset Desa menurut Pasal 1 angka 11 UU No.6 Tahun 2014 adalah barang
milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
Dengan demikian maka aset desa dipilah menjadi beberapa kategorial yaitu:

1. Kekayaan asli (the genuine assets) desa, yang dimiliki desa sejak bangunan
sosiologis desa hadir. Kekayaan asli desa tersebut antara lain tanah kas desa,
hutan adat, wilayah sumber mineral/kekayaan alam, serta berbagai adat
istiadat yang memiliki nilai sosial dan nilai ekonomis.
2. Kekayaan desa yang merupakan kekayaan yang direproduksi program
pembangunan.
3. Kekayaan desa yang dimiliki desa yang bersumber dari hibah program
pemerintahan di atasnya atau harta benda desa yang dibeli desa dengan
memanfaatkan alokasi anggaran dari pemerintah.

Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil


(Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, Indonesia memiliki desa/kelurahan
berjumlah 83.843 yang tersebar di 34 provinsi. Kemudian, menurut data Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2017-2019 khususnya di Kabupaten
Sidoarjo terdapat 353 desa.

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan


Kecamatan
2017 2018 2019
Tarik 20 20 20
Prambon 20 20 20
Krembung 19 19 19
Porong 19 19 19
Jabon 15 15 15
Tanggulangin 19 19 19
Candi 24 24 24
Tulangan 22 22 22
Wonoayu 23 23 23
Sukodono 19 19 19
Sidoarjo 24 24 24
Buduran 15 15 15
Sedati 16 16 16
Waru 17 17 17
Gedangan 15 15 15
Taman 24 24 24
Krian 22 22 22
Balongbendo 20 20 20
Total Kabupaten Sidoarjo 353 353 353

Sumber: Badan Pusat Statistik


(https://sidoarjokab.bps.go.id/indicator/101/71/1/jumlah-desa-kelurahan-menurut-
kecamatan.html)

Desa Kalanganyar adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Sedati
kabupaten Sidoarjo. Wilayah ini memiliki luas 135.000 m2 dengan jumlah
penduduk 8.450. Kalanganyar sebuah desa dengan luas wilayah ± 4.476 Ha dan
2/3 dari luas tersebut terdiri dari lahan pertambakan, dimana masyarakatnya
mengandalkan aktifitas pertambakan pasang surut air laut sebagai mata
pencaharian (Elviana et al., 2018). Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai
petani tambak dan buruh tambak. Namun ada juga mereka yang bekerja sebagai
buruh pabrik, berdagang ataupun PNS, sehingga kondisi ekonomi di desa ini
beragam. Potensi bahari di Desa Kalanganyar cukup menjanjikan, selain
pemandangan khas pesisir juga menghasilkan komoditas bandeng, udang windu,
terasi, kerupuk dan olahan ikan bandeng yang semakin pesat. Didukung potensi
alam, hal ini dapat menjadi daya tarik wisata bagi Desa Kalanganyar sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan taraf hidup masyarakatnya.

Berdasarkan keterangan Bapak Irham Taufiq selaku kepala desa,


Kalanganyar memiliki beberapa aset desa salah satunya adalah pasar desa yang
dimana manajemen pasar dikekola langsung oleh Pemerintah Desa. Pasar desa itu
merupakan aset desa yang tentu dapat dikembangkan menjadi sumber PADes
sekaligus dapat menyediakan ruang atau fasilitas untuk masyarakat melakukan
kegiatan ekonomi yang berupa transaksi jual beli. Tidak semua desa di Kecamatan
Sedati memiliki aset desa yang berupa pasar desa, sehingga desa Kalanganyar
memiliki keunggulan dari segi kepemilikan aset desa. Pada tahun 1937 sudah
terdapat Pasar Desa dan menjadi sumber pendapatan desa. Pasar Desa
Kalanganyar berkembang sesuai dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Bangunan pasar mengalami beberapa kali pembangunan. Pada
tanggal 5 Februari 2006 pasar kalanganyar mulai dibongkar menjadi pasar baru
kalanganyar. Pasar Baru Kalanganyar ditempati oleh pedagang mulai bulan maret
2008. Namun dari keterangan beliau pasar baru memiliki 55 stand/kios yang buka
dan retribusi pasar sangat rendah belum mencapai target yang diharapkan.
Fenomena yang dijumpai dilapangan retribusi pasar tidak menentu dan tergolong
rendah.

Jumlah Retribusi Pasar Desa Kalanganyar

Tahun Jumlah Retribusi


2020 Rp 5.000.000
2021 Rp 5.000.000
2022 Rp 5.000.000
Sumber: Data diolah penulis 2022

Pembangunan desa merupakan dasar dari pembangunan nasional,


berhasilnya pelaksanaan pembangunan desa akan berdampak pada suksesnya
pembangunan nasional nantinya. Ciri utama pembangunan desa yang terpenting
adalah keikutsertaan masyarakat. Demi tercapainya tujuan pembangunan desa
tentunya masyarakat menjadi salah satu aktor yang harus berperan aktif
membantu dalam pembangunan desa untuk menuai hasil yang memuaskan. Salah
satunya potensi yang ada di Desa Kalanganyar dalam mendukung terciptanya
pembangunan desa adalah adanya pasar desa. Tujuan pembangunan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta keanekaragaman kegiatan
perekonomian. Secara teoritis, semakin banyak kegiatan perekonomian di suatu
desa akan semakin kuat kemampuan desa tersebut. Oleh sebab itu dengan adanya
pasar desa, motor perekonomian di tingkat desa akan lebih berkembang karena
adanya gerakan aktivitas ekonomi yang kuat, serta dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADes).

Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa turut pula dipengaruhi oleh


kemajuan perdagangan di desa tersebut. Situasi transaksi perdagangan berbagai
komoditas hasil produksi perdesaan mencerminkan potensi putaran uang di desa.
Nilai tambah dari hasil perdagangan komoditas pertanian/sektor perdesaan yang
diterima masyarakat desa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat desa seperti pendidikan dan kesehatan. Salah satu pendukung
kemajuan perdagangan desa adalah keberadaan pasar desa yang juga merupakan
bagian dari aset desa serta keberadaannya representatif sangat dibutuhkan.

Pasar desa secara ekonomis ditargetkan untuk mendorong perkembangan


potensi produksi di daerah sekitarnya, memperkecil disparitas harga dan dapat
menunjang kelancaran pengadaan dan penyaluran kebutuhan masyarakat,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat didaerah
tersebut. (Sugia: 2007).

Pasar desa tersebut merupakan produk Desa Kalanganyar yang dibangun


dalam rangka mewujudkan pembangunan desa. Berdirinya pasar desa
Kalanganyar menjadi salah satu bentuk pembangunan yang telah diupayakan oleh
pemerintah desa setempat demi terwujudnya pertumbuhan dan perubahan dalam
segi sosial masyarakat maupun ekonomi masyarakat Kalanganyar. Dengan
berdirinya Pasar Kalanganyar harapannya dapat menjadi wadah bagi masyarakat
setempat untuk memaksimalkan potensi desanya dimana masyarakat dapat
menjual belikan hasil tangkapan ikan maupun ternak di Pasar Baru Kalanganyar.
Demikian melalui Pasar Baru Kalanganyar, pemerintah setempat dapat
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Desa Kalanganyar.

Landasan hukum terbentuknya Pasar Baru Desa Kalanganyar adalah


Peraturan Desa Kalanganyar Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengelolaan
Pasar Desa Kalanganyar dan Peraturan Desa Kalanganyar Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Retribusi Pasar Desa Kalanganyar. Pada perdes tersebut khususnya di
pasal 6 menyatakan pengelolaan pasar desa melaksanakan pengelolaan pasar desa
dalam bentuk pengurusan dan pengusahaan agar pasar desa lebih berdaya guna
sesuai dengan tuntutan perkembangan pelayanan masyarakat. Pada pasal 5
menyatakan bahwa pengelolaan pasar desa dilaksanakan oleh pemerintah desa,
pengelolaan pasar desa dilaksanakan terpisah dengan manajemen pemerintahan
desa, dan pemerintah desa menunjuk pengelola pasar desa yang disebut dengan
ketua pasar. Dengan ditetapkannya perdes, pasar desa Kalanganyar dikelola
langsung oleh Pemerintah Desa Kalanganyar tanpa melalui BUMDes.

Dalam hal ini komposisi pengelolaan pasar desa Kalanganyar seluruhnya


dipegang oleh Pengelola Pasar Baru Kalanganyar dan tidak ada keikutsertaan
BUMDes didalamnya. Pasar Desa Kalanganyar lebih diatur oleh pengelola
pembentukan Pasar Desa yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat yaitu
perangkat desa dan sebagian kecil masyarakat Kalanganyar. Sehingga dapat
dikatakan mekanisme pengelolaan pasar desa Kalanganyar berada dalam
pengelola pasar dengan wewenang kepala desa.

Pasar desa memiliki fungsi untuk meningkatkan perekonomian daerah yaitu:

1. Pasar sebagai pusat pengembangan ekonomi rakyat.


2. Pasar sebagai sumber retribusi daerah.
3. Pasar sebagai tempat pertukaran barang.
4. Pasar sebagai pusat perputaran uang daerah.
5. Pasar sebagai lapangan pekerjaan.

Pasar desa diharapkan menjadi cikal bakal perdagangan yang menjadi


pranata ekonomi yang sangat potensial, karena pasar desa merupakan perwujudan
kegiatan jual beli pada lapisan masyarakat paling bawah. Dengan tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perdagangan di desa-desa diharapkan penyaluran
barang-barang dari sentra produksi di pedesaan ke sentra pemasaran di perkotaan
secara timbal balik menjadi lancar dan terjamin sehingga eksistensi pasar desa
merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di
suatu desa.
Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan kekayaan milik
desa. Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan kekayaan milik desa, kepala
desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa.
Pengelolaan kekayaan milik desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kekayaan milik Desa. Pengelolaan
kekayaan milik desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan umum,
fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan
kepastian nilai ekonomi. Pengelolaan kekayaan milik desa dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa serta meningkatkan
pendapatan Desa. Pengelolaan kekayaan milik desa dibahas oleh kepala desa
bersama Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan tata cara pengelolaan
kekayaan milik desa yang diatur dalam peraturan pemerintah.

Pemanfaatan aset desa bagi masyarakat luas akan lebih maksimal jika desa
melakukan distribusi yang adil. Aset tidak lagi bermakna aset pasif tetapi aset
aktif yang dapat menjamin pemanfaatan hasil pengelolaan diperoleh masyarakat
luas terutama kaum perempuan dan masyarakat miskin di pedesaan. Hal ini
sebagaimana hasil kajian Institute for Research and Empowerment (2016) bahwa
adanya geliat ekonomi lokal yang digerakkan oleh kelompok perempuan di desa.
Kegiatan ekonomi produktif yang diinisiasi oleh kelompok perempuan juga
memberikan alternatif penghidupan bagi ekonomi rumah tangga.

Penelitian terdahulu dengan topik yang sama dilakukan oleh Fory Pacady,
dkk pada tahun 2020 yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Aset
Desa Pada Pasar Desa Sidorejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang”
menyatakan adanya dinamika konflik dalam pengelolaan pasar desa. Konflik
terjadi diantara pihak pedagang di Pasar Sidorejo dengan pemerintah desa,
berdasarkan penelusurannya antara lain dalam hal pedagang yang didominasi oleh
masyarakat luar Desa Sidorejo, belum maksimalnya pelaksanaan regulasi
pengelolaan pasar hingga adanya dualisme pengelola pasar. Dinamika tersebut
menjadi tantangan bagi Pemerintah Desa Sidorejo dalam menerapkan Peraturan
Desa Sidorejo.

Dalam perjalanannya Pasar Desa Kalanganyar memiliki masalah yang


cukup serius. Dimana pasar yang harusnya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
masyarakat tidak berfungsi secara maksimal. Masalah tersebut yaitu retribusi
pasar tidak sesuai yang diharapkan dan pedagang bukan dari warga asli dari Desa
Kalanganyar karena warga desa lebih memilih menjadi petani tambak. Dari
permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
bagaimana sistem pengelolaan yang diterapkan oleh pemerintah desa dengan
menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Aset Desa
(Studi Pasar Baru Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan


masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan aset desa kalanganyar khususnya pasar desa yang


dikelola oleh pemerintah desa?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan aset desa oleh
pemerintah desa?
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan aset desa kalanganyar


khususnya pasar desa yang dikelola oleh pemerintah desa.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor pendukung dan
penghambat pengelolaan aset desa oleh pemerintah desa.
1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara akademis maupun


praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat melengkapi, menambah, dan
memberikan kontribusi pada pengembangan khasanah dan prespektif
keilmuan Administrasi Publik khususnya pada bidang peran pemerintah
dalam kebijakan pelayanan publik.
2. Manfaat Praktis
1) Pemerintah Desa
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran
dan informasi serta masukan khususnya kepada Kantor Kepala Desa
Kalanganyar yang menjadi regulator dalam pengelolaan aset desa di
pasar desa kalanganyar untuk membuat regulasi sesuai kondisi
lapangan, meningkatkan peran aparatur desa serta memperhatikan
kesejahteraan ekonomi masyarakat desa.
2) Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi masyarakat
mengenai pengeloalaan aset desa dan khususnya bagi masyarakat
desa dan pedagang pasar.

Anda mungkin juga menyukai