Disusun oleh
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa merupakan suatu miniatur dari negara Indonesia dengan memiliki wilayah yang
unik dan jika dipandang dari sisi sosiologis desa merupakan gambaran kesatuan dari masyara
kat penduduk yang tinggal serta menetap dalam suatu lingkungan sehingga diantara mereka s
aling mengenal dengan baik dan bersifat homogen. Pada tahun 2014 adanya kemunculan UU
no.6 tahun 2014 tentang desa maka desa dijadikan sebagai basis dari pembangunan kualitas k
ehidupan sehingga desa dapat dijadikan sebagai subjek dari pembangunan yang dirumuskan d
engan musyawarah desa serta musyawarah perencanaan pembangunan desa yang wajib melib
atkan unsur-unsur dari masyarakat desa.
Dengan adanya amanat dari UU no.6 tahun 2014 tentang desa maka pemerintah mem
percepat pembangunan dipinggiran dengan melakukan pengalokasian dana desa yang berasal
dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang setiap tahunnya selalu mengalami p
eningkatan. Pada tahun 2015 jumlah dana desa berjumlah Rp. 20,8 triliun, tahun 2016 berjum
lah Rp. 46,8 triliun, tahun 2017 berjumlah Rp. 60 triliun, tahun 2018 berjumlah Rp. 111 triliu
n, dan pada tahun 2019 berjumlah hampir mencapai Rp. 113 triliun. Terdapatnya jumlah dana
tersebut maka Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi membu
at rencana untuk menciptakan sekitar 2.000 desa mandiri pada saat akhir tahun 2019.
Desa mandiri merupakan desa yang memiliki ketersediaan terhadap pelayanan dasar y
ang mencukupi, insfrastruktur yang memadai, tidak sulitnya transportasi, adanya pelayanan u
mum yang cukup baik, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik bagi masyarakatnya. A
dapun dengan kata lain bahwa desa mandiri merupakan desa yang mempunyai kemampuan u
ntuk melakukan pembangunan terhadap desa serta dapat memberikan sebuah penghidupan ya
ng cukup dan layak untuk masyarakatnya. Terjadinya peningkatan desa mandiri sekitar 2.000
pada 2019 diperlukan adanya klasifikasi desa baik dilihat dari segi kondisi pembangunan des
a yang bersangkutan sehingga dapat masuk kedalam klasifikasi dan memenuhi indeks yang di
berlakukan yaitu Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM). Unt
uk dapat mewujudkan desa mandiri disuatu wilayah maka dibutuhkanlah strategi dan langkah
yang harus dilakukakan yaitu:
1). Membangun kapasitas warga dan organisasi masyarakat sipil di desa yang kritis dan dina
mis.
2). Melakukan pemetaan kapasitas organisasi kemasyarakatan desa.
3). Menyelenggarakan program ataupun kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kapasit
as organisasi kemasyarakatan desa.
4). Pelibatan organisasi kemasyarakatan desa dalam proses pengambilan kebijakan publik ya
ng diselenggarakan oleh pemerintah desa.
5). Memperkuat kapasitas pemerintahan dan interaksi dinamis antara organisasi warga dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
6). Membangun sistem perencanaan dan penganggaran desa yang responsive dan partisipatif.
Strategi dan langkah menuju desa mandiri memang perlu dilakukan guna meningkatk
an pembangunan, kemampuan, dan kemandirian dari suatu desa. Jadi, untuk melihat strategi
dan langkah apa yang sudah dilakukan oleh suatu wilayah untuk menjadi desa mandiri, maka
dari itu penulis melakukan kunjungan lapangan ke Desa Cipakat yang terletak di wilayah Kec
amatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya untuk mencari tahu apakah di Desa Cipakat Keca
matan Singaparna ini sudah layak dikatakan sebagai desa mandiri atau belum jika dilihat berd
asarkan tujuh poin dari strategi dan langkah yang dibutuhkan untuk terealisasinya desa mandi
ri.
B. Tujuan
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya sendiri memiliki keadaan geografis yang cukup berb
eda diantara sub wilayah yang dibagi menjadi dataran rendah dan dataran tinggi. Di Kabupate
n Tasikmalaya memiliki 39 sub wilayah, salah satunya yaitu wilayah Singaparna yang memili
ki jumlah penduduk sekitar 72.161 serta terdiri dari 10 desa dan salah satu diantaranya yaitu
Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Pada awalnya Desa Cipakat berlokasi di Kp. Kudang rt001/rw004, namun pada beber
apa tahun yang lalu terjadinya kesepakatan mengenai kepemilikan tanah tersebut antara pihak
pemerintah dan juga pihak yang lainnya yaitu PT. Firman Arsen yang dimana isi kesepakatan
tersebut adalah tanah milik pemerintah yang dipakai sebagai wilayah kerja kantor pemerintah
Desa Cipakat untuk digulingkan dengan sebidang tanah yang ada di Kp. Dozer rt003/rw006 y
ang saat ini dinamai Jl. KH. Ruhiat Dozer. Pada tahun 1980 yang dipimpin oleh masyarakat a
tau tokoh penting di Desa Cipakat dan juga pemerintah melakukan perundingan guna melaku
kan pemekaran terhadap Desa Cipakat karena Desa Cipakat mempunyai luas wilayah yang sa
ngat luas dan cukupnya jumlah masyarakat sebagai persyaratan untuk dilakukannya pemekar
an desa. Setelah terjadinya kesepakatan dari pelaksanaan perundingan tersebut, maka desa Ci
pakat mengalami pemekaran menjadi tiga desa yaitu terdiri dari Desa Cipakat sebagai desa a
wal dan desa pemekarannya yaitu Desa Sukaasih dan Desa Sukamulya.
Jika dilihat secara administrasi, Desa Cipakat memiliki 4 kepunduhan yaitu 13 rw dan
40 rt dengan batasan wilayahnya yaitu meliputi sebelah utara dengan Desa Cilampunghilir Ke
camatan Padakembang, sebelah timur dengan Desa Cintaraja Kecamatan Singaparna, sebelah
selatan dengan Desa Sukarame Kecamatan Sukarame, dan sebelah barat dengan Desa Sukam
ulya Kecamatan Singaparna. Selain itu, Desa Cipakat ini juga memiliki wilayah kerja kepund
uhan yang meliputi kepunduhan 1 (Badakapaeh: 3 rw dan 8 rt), kepunduhan 2 (Borolong: 4 r
w dan 11 rt), kepunduhan 3 (Cipasung: 3 rw dan 10 rt), dan kepunduhan 4 (Cisaro: 3 rw dan
11 rt). Di Desa Cipakat ini juga kurang lebih memiliki 2.150 kepala keluarga serta terdapatn
ya susunan organisasi dan tata kerja pemerintah Desa Cipakat telah berpedoman terhadap per
aturan menteri dalam negeri no 84 tahun 2015 mengenai struktur organisasi tata kerja.
Pukul : 11:00-selesai
Kegiatan : Kunjungan dan wawancara mengenai strategi dan langkah menuju desa mandiri di
Desa Cipakat
1. Membangun kapasitas warga dan organisasi masyarakat sipil di desa yang kritis dan d
inamis
Ada banyak lembaga sosial di desa, tetapi mereka tidak menunggu untuk diaktifkan ol
eh timbulnya perselisihan sosial. Lembaga korporat dan non-korporat merupakan dua kategor
i utama dari lembaga-lembaga ini. Organisasi masyarakat desa yang dibentuk oleh negara dan
lembaga korporat adalah hal yang sama. PKK, Karang Taruna, Lembaga Ketahanan Masyara
kat Desa (LKMD), Pertahanan Sipil (Hansip), dan kelompok tani dan adalah beberapa contoh
organisasi yang akhir-akhir ini menjamur seiring dengan diperkenalkannya program masuk d
esa dari Kementerian/Lembaga (K/L). Sedangkan non-korporat adalah bisnis yang berkemba
ng atas inisiatif atau prasangka terhadap lingkungan. Majelis taklim adalah salah satu contohn
ya (kelompok pengajian untuk ibu-ibu dan bapak-bapak).
Desa Cipakat sudah melaksanakan berbagai langkah menuju desa mandiri. Dengan pel
ibatan organisasi kemasyarakatan desa akan membantu menjalankan proses-proses pengambil
an dan perumusan kebijakan publik yang di selenggarakan oleh pemerintahan desa. Selain itu
desa Cipakat selalu mengakomodasi program/kegiatan penguatan kapasitas organisasi kemas
yarakatan desa ke dalam dokumen peraturan desa tentang RPJMDesa, RKPDesa dan APBDe
sa.
2. Melakukan pemetaan kapasitas organisasi masyarakat desa
Jumlah, lokasi, dan identitas organisasi masyarakat desa yang aktif dan tidak aktif sem
uanya diketahui oleh Pemerintah Desa Cipakat. Kita semua bisa sepakat bahwa banyak organ
isasi masyarakat desa masih memiliki struktur administrasi tetapi tidak lagi memiliki staf. Ter
nyata pengurus masih ada, tapi rencana dan kegiatannya tidak jelas. Dengan demikian, kepala
Desa Cipakat memiliki informasi dasar dari pemetaan ini tentang masalah dan peluang yang
dimiliki organisasi masyarakat desa, sehingga dapat menjadi mitra strategis pemerintah desa
dalam menjalankan amanat pembangunannya.
Pemerintah Desa Cipakat telah membuat ketentuan dalam RPJMD, RKPDesa, dan AP
BDesa untuk memungkinkan pelaksanaan setiap program dan kegiatan untuk meningkatkan k
apasitas kelompok masyarakat desa. Kegiatan peningkatan kapasitas semacam ini mencakup
hal-hal seperti pelatihan manajemen organisasi, mendukung restrukturisasi atau revitalisasi m
anajemen organisasi, atau memberikan dukungan desa kepada kelompok masyarakat desa. M
eskipun pemerintahan Desa Cipakat masih harus mengatasi berbagai tantangan untuk mewuju
dkannya.
Tahun 2020 Pak Dadan menjadi kepala desa berikutnya di Desa Cipakat. Dia adalah in
dividu yang sangat liberal dan pro-demokrasi. Dia berfungsi sebagai ilustrasi transparansi, ak
untabilitas, dan kepemimpinan yang inventif dan berpikiran maju. Kepala desa menjalankan
kepemimpinan yang kuat dan kreatif dengan meminta seluruh perangkatnya melamar kembali
memilih kembali perangkat desa, dan menata sumber daya sesuai dengan keahliannya. Kebia
saan baru ini melibatkan terapi kejut, yang tidak semua tetua desa mau mempraktikkannya. N
amun hasilnya, kepala desa Cipakat berhasil menyatukan tim pemerintah desa untuk bekerja s
ama menuju satu tujuan dalam pembangunan desa. Kepala Desa Desa Cipakat mempublikasi
kan peta sosial desa, beserta temuan RPJMDes, sehingga semua informasi dapat diakses oleh
masyarakat umum. Kepala desa juga menetapkan kebiasaan baru dimana setiap tahun kegiata
n pemerintahan desa dipertanggungjawabkan kepada publik di depan penduduk. Warga dapat
menentukan pertanggungjawaban kepala desa, atau apakah mereka telah menjalankan amanat
RPJMDes atau tidak, berdasarkan adat ini.
6. Membangun sistem perencanaan dan penganggaran desa yang responsif dan partisipat
if
IV. KESIMPULAN
Desa Cipakat sudah melakukan strategi dan langkah menuju desa mandiri, meski
banyak rintangan yang dihadapi. Karena mewujudkan desa mandiri adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap pemerintahan desa, khususnya pemerintahan Desa Cipakat. Perlu dilakuka
n secara bertahap dan sabar dengan upaya yang terencana, tepat sasaran, dan terukur. Selain it
u, kerjasama semua pihak dengan menitikberatkan pada supradesa sebagai kekuatan utama da
n kekuatan internal desa sebagai faktor kunci. Desa Mandiri pada akhirnya akan menjadi pilar
Indonesia yang modern, kaya, dan kuat. Berdasarkan justifikasi tersebut, masyarakat desa dap
at mengupayakan terwujudnya desa mandiri melalui berbagai inisiatif dan rencana aksi guna
memanfaatkan pertumbuhan dan pengelolaan potensi daerah serta pemberdayaan masyarakat
melalui partisipasi masyarakat desa. Karena tanpa adanya partisipasi masyarakat, tidak akan t
erjadinya desa mandiri.