BBLR
BBLR
DISUSUN OLEH :
FADILAH RAHAYU
NIM : 2216003
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas : Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus
Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK),
Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK)
b. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
4
3) Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion c. Kelainan kromosom
b. Kehamilan ganda
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun
v
7. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9. Pergerakan kurang dan lemah.
10. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau
lurus.
13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki
laki).
B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan post term :
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
6
1. Pada prematur yaitu :
a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit
membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk
membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi disebabkan karena infeksi menelan dan batuk
belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada
atopsi.
d. Hyperbilirubinemia Bayi prematur lebih sering mengalami
hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini
disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium
indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas
badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga
penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang,
sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme
panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak
terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar (36,5 – 37,5 0C)
7
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai
berikut :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6. Gangguan immunologic.
E. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet
8
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/ sonde fooding
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting.
ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternative cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
9
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan
bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung:
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.
10
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c. Berat lahir 1250-1499 gram
1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
11
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang
dihangatkan terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak
tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli
panas atau botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat
menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah
dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
12
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
p. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada
usia 2 minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir
≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500>
13
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada
semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7
hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari
sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap
180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
- Memandikan
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI
- Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
14
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus
dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga
bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.
F. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
G. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang
dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
15
H. PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi
B. DATA SUBJEKTIF
Kronologi : pasien maasuk ke IGD pukul 10.00 WIB, langung lakukan
perawatan dalam inkubtor dengan oksigen, kemudian beri pasien therapy IVFD
dekstrose 10%. Kemudian bayi di kirim ke bangsal anak pukul 11.00 WIB,
16
bayi dirawat diruang terpisah yaitu perinatologi, dan lanjutkan terapi sesuai
order dokter.
1. Riwayat penyakit kehamilan
Pasien mengatakan pernah mengalami perdarahan ketika usia
kandungan 2 bulan, pasien perdarahan selama 1 bulan, jumlah darah
kurang dari 1 duk perhari. pasien berobat ke dokter dan di anjurkan
istirahat berbaring dirumahnya selama 1 bulan.
Pasien juga mengatakan ini kahemilannya yang pertama.
2. Kebiasaan waktu hamil
a. Makanan : 1 piring nasi ukuran sedang, 1 potong lauk
ukuran sedang, 1 mangkok sayur
b. Obat – obatan : Tidak ada
c. Merokok : Tidak ada
d. lain – lain : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Usia kehamilan : 28-29 minggu
d. Komplikasi : tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir
Apgar Score : 6/8
Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) tidak ada ( √ ) < 100 ( ) > 100
Jantung
Usaha nafas ( ) tidak ada (√ ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
I Tonus otot ( ) lumpuh (√ ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif 6
reflek ( ) tidak bereaksi ( √ ) gerakan sedikit ( ) menangis
Warna ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan (√ ) kemerahan
tangan dan kaki biru
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 (√ ) > 100
II 8
Jantung
17
Usaha ( ) tidak ada (√ ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
bernafas ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit (√ ) gerakan aktif
Tonus otot ( ) tidak bereaksi ( √ ) gerakan sedikit ( ) menangis
reflek ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan (√ ) kemerahan
warna tangan dan kaki biru
5. Resusitasi
1) Penghisapan lendir : ya
2) Ambu : Tidak dilakukan
3) Masage jantung : Tidak dilakukan
4) Intubasi endotracheal : Tidak dilakukan
5) Oksigen : ya
6) Therapi : Tidak dilakukan
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : jelek
- Suhu : 36ºC
- Pernafasan : 50x/i
- Jantung : 126 x/i
- Berat badan : 900gram
- Panjang badan : 35 cm
- Pemeriksaan fisik secara sistematis
- Ubun-ubun : Tidak ada caput / cepal hematoma
- Muka : Tidak oedema
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, daun dan lobang
telinga ada
- Mulut : Tidak ada labio palato skizis
- Hidung : Septum ada
- Dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
- Perut : Agak membuncit
- Tali pusat : Lembab, tidak ada perdarahan
- Punggung : Tidak ada kelainan
18
- Ekstremitas : Tidak ada oedema
- Genitalia : Labia mayora belum menutupi labia
minora
- Anus : Ada
- Reflek
- Reflek morrow : (+) lemah
- Reflek rooting : (+) lemah
- Reflek sucking : (+) lemah
- Reflek tonic neck : (+) lemah
- Eliminasi
- Miksi : sudah ada
- Mekonium : sudah ada
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
3.2 Saran
2. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
4. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
20
DAFTAR PUSTAKA
21