Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

“Heat Exchanger (Alat Penukar Panas)”

(Makalah dni diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah: Perpindahan Kalor


dan Massa ll)

Dosen Pengapu :

Yayi Febdia Pradani S. Pd M. Pd

Disusun Oleh :

Mudrikah : (21212011011)

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


FAKULTAS SAIS DAN TEKNOLOGI
PRODI TEKNIK MESIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan tugas makalah tentang setandarisasi Heat Exchanger (alat Penukar
Panas) ini tepat pada waktunya.

Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Pencegahan


Pencemaran serta semua pihak yang telah memberikan saran dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,mengingat refrensi yang didapat


tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa
mendatamg

Malang 21, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGATAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................3
1.3. Tujuan................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1. Heat Exchanger (HE).......................................................................4
2.2. Klasifikasi Alat Penukar Kalor.........................................................8
2.3. Jenis-jenis Heat Exchanger..............................................................10
2.4. Deskrifsi Algoritma...........................................................................40

BAB III PENUTUP..............................................................................................41


3.1. Kesimpulan........................................................................................41

DAFTAR FUSTAKA...........................................................................................42

iii
Gambar 2.1 Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger........................................5
Gambar 2.2 Thermosiphon Reboiler....................................................................7
Gambar 2.3 Konstruksi Heat Exchanger..............................................................8
Gambar 2.4 Fixed Tube Sheet atau Fixed Head...................................................15
Gambar 2.5 U-Tube Heat Exchanger...................................................................17
Gambar 2.6 Packed-Lantern-Ring Exchanger.....................................................18
Gambar 2.7 Outside-Packed-Floating Heat Exchanger.......................................19
Gambar 2.8 ull-Through-Floating Heat Exchanger.............................................21
Gambar 2.9 plit-backing-ring Floating Head......................................................22
Gambar 2.10 Outside Packed floating head (Type P)..........................................22
Gambar 2.11 Double bundle Vaporizer................................................................ 23
Gambar 2.12 Bentuk-bentuk shell dan penutupnya.............................................. 25
Gambar 2.13 Triangular Pitch............................................................................. 26
Gambar 2.14 Rotated Triangular Pitch................................................................ 26
Gambar 2.15 Square Pitch................................................................................... 27
Gambar 2.16 Diamond Square Pitch.................................................................... 27
Gambar 2.17 Tube Pitch....................................................................................... 28
Gambar 2.18 Sekat plat bentuk segmen............................................................... 29
Gambar 2.19 Sekat bintang (rod baffle)............................................................... 29
Gambar 2.20 Sekat mendata................................................................................. 30
Gambar 2.21 Sekat Impingement......................................................................... 30
Gambar 2.22 Alat penukar kalor jenis Double Pipa............................................ 32
Gambar 2.23 Penukar panas jenis pelat and Frame............................................. 36
Gambar 2.24 Penukar panas jenis pelat and Frame............................................. 36
Gambar 2.25 Glue type......................................................................................... 37
Gambar 2.26 Clip type.......................................................................................... 37
Gambar 2.27 Plate Heat Exchanger...................................................................... 38
Gambar 2.28 Tipe pelat........................................................................................ 39
Gambar 2.29 Pelat penyangga tetap (fixed frame)............................................... 40
Gambar 2.30 Compression Bolt........................................................................... 40

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu
fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan
dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini
mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah
satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat
Exchanger (S, Sappu, and Maluegha 2014). Alat ini terdiri dari sebuah shell
silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana
temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam
shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida didalam tube dan di
luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut
dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side (Ratnawati and
Salim 2018).
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya
operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru,
maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih
setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa tersebut (Sebayang 2019). Tebal tipisnya lapisan
kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu
alat penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir
alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien
perpindahan panas mencapai harga minimum (Suswanto, Mustaqim, and Wibowo
2015).
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin

1
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar (Sekarningrum, Amalia
Kusuma Putri, and Sani 2023)

Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas

Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

 Parallel flow/co current /flow (aliran searah)


 Cross flow (aliran silang)
 Cross counter flow (aliran silang berlawanan)
 Counter current flow (aliran berlawanan arah)
Jenis-jenis penukar panas
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
 Double Pipe Heat Exchanger
 Plate and Frame Heat Exchanger
 Shell anf Tube Heat Exchanger
 Adiabatic wheel Heat Exchanger
 Pillow plate Heat Exchanger
 Dynamic scraped surface Heat Exchanger
 Phase-change Heat Exchanger
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam suatu
industri, maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor perlu
diadakan analisis. Dengan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa alat
tersebut mampu menghasilkan kalor dengan standar kerja sesuai kebutuhan yang
diinginkan.
Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus mereka.
Dalam paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke penukar pada akhir yang

2
sama, dan perjalanan secara paralel satu sama lain ke sisi lain. Dalam counter-
flow penukar panas cairan masuk ke penukar dari ujung berlawanan. Desain saat
ini counter paling efisien, karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam
suatu heat exchanger lintas-aliran, cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama
lain melalui exchanger.

Untuk efisiensi, penukar panas yang dirancang untuk memaksimalkan luas


permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan resistensi terhadap
aliran fluida melalui exchanger. Kinerja penukar juga dapat dipengaruhi oleh
penambahan sirip atau corrugations dalam satu atau dua arah, yang meningkatkan
luas permukaan dan dapat menyalurkan aliran fluida atau menyebabkan
turbulensi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger ?
2. Bagaimana sistem kerja Heat Exchanger ?
3. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?
4. Apa saja bagian-bagian Heat Exchanger ?
5. Bagaimana sketsa komponen-komponen serta prinsip instrumentasi atau
alat ukur pada Heat Exchanger ?
6. Bagaimana perawatan umum untuk Heat Exchanger ?

1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Mengetahui pengertian Heat Exchanger
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Heat Exchanger
3. Mengetahui tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger
4. Mengetahui komponen-komponen dari Heat Exchanger
5. Mengetahui bentuk atau sketsa serta prinsip kerja instrumentasi atau alat
ukur pada Heat Exchanger
2.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Heat Exchanger (HE)


Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu
fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa
adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan
fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat aliran
panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal). Pengaruh
suhu, tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas pertukaran
panas yang terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk
penggunaan pada suhu rendah.
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan
efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan
kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multichannel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan
pengaruh suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan
menurunnya suhu fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet & outlet
harus ditambah dari harga minimal beda suhu aliran.

4
Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.
Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik.
Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.

Gambar 2.1 Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger (Ningrum 2020).

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

5
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang
terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran
steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible tidak dapat
bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.

b.Secara kontak tak langsung


Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
pemisah dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali
jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman
maka alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya.
1. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan
didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida
pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media
pendingin biasanya digunakan amoniak atau Freon.
2. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan
panas atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap
yang mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
3. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau
gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak
terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka
pendingin coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan
bantuan fan (kipas).
4. aporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat

6
dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent
dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
5. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil)
serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas
yang sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu
sendiri. Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2,
diperlihatkan sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak 6650 F
sebagai media penguap, minyak tersebut akan keluar dari boiler dan
mengalir didalam tube.

Gambar. 2.2. Thermosiphon Reboiler (Ratnawati and Salim 2018).


6. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan
panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi
sekaligus, yaitu:
 Memanaskan fluida
 Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida

7
yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang mengalir
adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell (Ratnawati and Salim
2018).

Gambar 2.3. Konstruksi Heat Exchanger (Ratnawati and Salim 2018)

2.2. Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka
dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung
 Tipe dari satu fase
 Tipe dari banyak fase
 Tipe yang ditimbun (storage type)
 Tipe fluidized bed
b. Tipe kontak langsung
1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida

8
c. N - Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m
b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya
terdapat cara konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass
aliran masing-masing
d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
1. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube
 Sekat plat (plate baffle)
 Sekat batang (rod baffle)
 Konstruksi tube spiral
2. Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil
3. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)
 Heat pipe wall
 Ordinary separating wall
6. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
7. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan 4) Aliran parallel

9
2) Aliran melintang 5) Aliran split
3) Aliran yang dibagi (divided)
b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)
 Aliran counter menyilang
 Aliran paralel menyilang
 Aliran compound
2. Shell and tube
 Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada
tube)
 Aliran split
 Aliran dibagi (devided)
3. Multipass plat
 N – paralel plat multipass

2.3. Jenis-jenis Heat Exchanger


Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang
banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak
mempunyai jenis-jenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology yang
telah distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang
dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar
Exchanger Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan
untuk melindungi para pemakai dari bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena
alat ini beroperasi pada temperature dan tekanan yang tinggi.
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat
Exchanger, yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.

10
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada
segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum
industri.
Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri perminyakan dapat
dibedakan atas :
2.3.1 Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative
kecil (Syarief and Mahesa 2021). Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa
sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang) Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel
pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat( buffle). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar
panas baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat
exchanger untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil membuat
mekanik membersihkan fouling yang sulit. Untuk menang atas masalah fouling
dan pembersihan, diameter tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi
untuk menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia, biaya dan sifat
fouling dari cairan harus dipertimbangkan.

11
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk
memastikan :
 Ada ruang yang cukup untuk korosi
 Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan
 Axial kekuatan
 Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki
diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan demikian,
biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas selama mungkin. Namun,
ada banyak keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs mana
akan digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa ada tabung tersedia
dalam panjang yang dua kali panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat
ditarik dan diganti). Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang
sulit untuk mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch : ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan
bahwa tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari
1,25 kali diameter luar tabung '
Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari
tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua
berjalan lebih dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga
dapat menyediakan panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung
disebut berkas tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip
longitudinal dll Shell dan penukar panas tabung biasanya digunakan untuk
aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih
besar dari 260 ° C. Hal ini karena shell dan penukar panas tabung yang kuat
karena bentuknya.
Pemilihan Material Tabung
Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus
mempunyai thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi yang
panas menuju sisi yang dingin melalui tabung, terdapat perbedaan temperature
sepanjang lebar tabung. Karena ada kecenderungan material tabung untuk

12
mengembang berbeda-beda secara thermal pada berbagai temperature thermal
stresses muncul selama operasi. Hal ini sesuai terhadap tegangan dari tekanan
tinggi dari fluida itu sendiri.
Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi shell dan sisi tube
yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-kondisi operasi (temperature,
tekanan, p H dan lain-lain) untuk memperkecil hal yang buruk seperti korosi.
Semua yang dibituhkan yaitu melakukan pemilihan seksama atas bahan yang kuat,
thermal-conductive, corrosion resistant, material tabung bermutu tinggi
a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka pembersihan sisi
shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan di sebelah
shell dan fluida yang kotor melalui Tube.
b. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida dialirkan
melalui Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell. Jika
terjadi kebocoran pada Tube, heat exchanger masih dapat difungsikan kembali.
Hal ini disebabkan karena Tube mempunyai ketahanan terhadap korosif, relatif
murah dan kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.
c. Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan dinding
yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal. Untuk mengatasi hal itu
apabila fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan melalui Tube.
d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih tinggi
pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah permukaan luar
Tube atau ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya oleh fluida yang
mengalir di shell. Jika fluida dengan temperatur lebih tinggi dialirkan padashell
side, maka transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada
kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke lingkungan).
e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling

13
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan
fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube dengan mudah
dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment dialirkan di shell, maka
sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada stagnant zone di sekitar
baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi tidak mungkin dilakukan
tanpa mencabutTube bundle.
f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate dilewatkan melalui
shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien heat transfer yang lebih
tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan fluida yang lebih viscous pada
shell side sebagai hasil dari peningkatan turbulensi akibat aliran crossflow
(terutama karena pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan viskositas > 2 cSt
dialirkan di shell side untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas
yang diminta. Koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat pada
shell side, karena aliran turbulen akan terjadi melintang melalui sisi luar Tube
dan baffle.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger)
terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini
sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga
suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas
berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan
jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang
panjang akan membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran
melintang.
Jenis-jenis Shell and Tube :
a. Fixed Tube Sheet atau Fixed Head (Type L, M, atau N)

14
Fixed-tube-sheet heat exchanger lebih sering digunakan dibandingkan
jenis lainnya, dan frekuensi penggunaannya meningkat beberapa tahun terakhir
ini. Tibesheet dilas atau digabungkan dengan shell. Biasanya perluasan
melewati shell dan bertindak sebagai flanges, dimana tube-side header ini
dibaut. Konstruksi ini menyebabkan shell and tueb sheet material menyatu satu
sama lain.
Ketika pengelasan tidaklah mungkin, konstruksi tipe “blind”-gasket
digunakan. Blind gasket tidak dapat diakses untuk pemeliharaan atau
penggantian ketika unit telah dibangun. Konstruksi ini digunakan untuk steam
surface condenser, yang beroperasi di bawah vakum.

Gambar 2.4 Fixed Tube Sheet atau Fixed Head (Type L, M, atau N) (Sari 2019)

Tube side header (atau channel) dapat dilas pada tubesheet. Seperti
ditunjukkan gambar diatas jenis C dan N, konstruksi jenis ini sedikit lebih mahal
dibandingkan dengan jenis B dan M atau A dan L masih memberikan keuntungan
dimana tabung mungkin diuji atau digantikan tanpa mengganggu pipa
penghubung tube-side. Tidak ada pembatasan atas banyaknya aliran tube-side.
Aliran shell-side dapat satu atau lebih, walaupun shell dengan lebih dari 2 aliran
side-shell jarang digunakan.

15
Tabung dapat dengan sepenuhnya mengisi heat exchanger shell. Jarak antara
tabung yang paling jauh atau paling luar dan shell hanya merupakan kebutuhan
yang minimum untuk pembuatan. Antara bagian dalam shell dan baffles terdapat
jarak yang harus diberikan, sehingga baffles dapat bergeser terhadap shell.
Toleransi pembuatan memerlukan beberapa jarak tambahan antara bagian luar
dari baffles dan tabung yang paling jauh atau paling luar. Jarak tepi antara tabung
yang luar (OTL) dan diameter baffle harus sesuai untuk mencegah getaran tabung
dari patahan sampai lubang baffle. Tabung yang paling luar pasti termasuk dalam
OTL. Jarak antara diameter shell dan OTL sekitar 13 mm (1/2 in) untuk 635 mm
(25 in) di dalam diameter shell dan keatasnya, 11 mm (7/16 in) untuk 254 mm-
610 mm (10 in-24 in) pipe shell, dan kurang untuk diameter pipe shell yang lebih
kecil.
Tabung dapat digantikan. Tube-side-header, channel cover, gasket dan
lainnya dapat dilakukan pemeliharaan dan penggantian namun tidak untuk
struktur shell-side baffle maupun blind gasket. Selama perpindahan tabung,
tabung dapat patah sampai shell. Ketika hal itu terjadi, akan menjadi sangat sulit
untuk memindahkan dan menggantikan tabung. Prosedur yang umum adalah
menutup lubang yang sesuai pada tube sheet.
Perluasan yang berbeda antara shell dan tube dapat berkembang
dikarenakan perbedaan dalam panjang yang disebabkan oleh ekspansi thermal.
Berbagai jenis sambungan ekspansi digunakan untuk menghilangkan tegangan
yang berlebihan yang disebabkan oeh perluasan/pemuaian. Kebutuhan akan
sambungan ekspansi merupakan kegunaan dari jumlah perbedaan ekspansi antara
lain.
Penanganan yang salah selama pembuatan, pemindahan, pemasangan atau
perawatan heat exchanger dilengkapi dengan jenis bellow berdinding tipis atau
tipe sambungan ekspansi torodial dapat merusak sambungan. Di dalam unit yang
lebih besar, light-wall-joint ini peka terhadap kerusakan dan beberapa perancang
memilih penggunaan dinding yng lebih berat dari formed heads.
b. U-Tube Heat Exchanger
Tube bundle yang berisi stationary tube sheet, u-tubes, baffle atau plat
pendukung, tie rods dan spaces yang sesuai. Tube bundle dapat dipindahkan dari

16
heat exchanger shell. Suatu tube sider (stationary head) dan shell dengan integral
shell cover, yang dimana dilas pada shell, telah disediakan. Masing-masing tabung
bebas untuk memperluas tanpa ada batasan ditempatkan diatasnya oleh tabung
lain.
U-tube bundle memiliki keuntungan jarak yang minimum antara batas
tabung luar dan bagian dalam shell untuk perpindahan konstruksi tube bundle
apapun. Jarak merupakan sama pentingnya seperti pada fixed-tube-sheet heat
exchanger.

Gambar 2.5 U-Tube Heat Exchanger (Shely Dian, 2010)

Banyaknya lubang tabung yang diberikan shell lebih sedikit untuk fixed-
tube-sheet exchanger karena pembatasan pada pembengkokkan tabung pada
radius yang sangat pendek. Desain U-tube memberikan keuntungan untuk

17
mengurangi banyaknya sambungan. Pada konstruksi bertekanan tinggi, bentuk ini
menjadi penting dipertimbangkan dalam mengurangi biaya awal dan
pemeliharaan. Penggunaan konstruksi U-tube telah meningkat dengan
pengembangan tentang pembersih tabung hidrolik, yang dapat memindahkan
residu dari bagian lurus dan bengkokan U pada tabung.
Rods dan tabung mekanis pembersih konvensional tidak bisa lewat dari satu
ujung u-tube ke ujung lainnya. Terdapat power driven tube cleaner, yang dapat
membersihkan kaki tabung yang lurus dan bengkokan tabung. Pengaliran hidrolik
dengan mendorong air melalui nozzle pada tekanan.
Alat pemanas tangki penghisap, seperti pada gambar 2.5, terdapat U-tube
bundle. Desain ini sering digunakan dengan tangki penyimpanan di luar untuk
bahan bakar minyak berat, tar, molases dan fluida yang memiliki viskositas kecil
agar mudah untuk dipompa. Biasanya media pemanasan tube side berupa uap.
Satu ujung shell pemanas terbuka, dan cairan dipanaskan melewati bagian luar
dari tabung. Biaya pompa dapat dikurangi tanpa memanaskan keseluruhan muatan
tangki. Bare fin-tube dan integral low-fin tube dilengkapi dengan baffles.
Pemanas longitudinal fin-tube tidak di-baffle. Fin sering digunakan untuk
mengurangi potensi pencemaran fluida tersebut.
U-tube exchanger dengan tabung tembaga, cast iron headers, dan bagian
lain yang merupakan baja karbon digunakan untuk air dan uap di dalam bangunan
kantor, sekolah, rumah sakit, hotel dan lain-lain. Lembar tabung non-ferrous atau
90-10 tabung tembaga-nikel adalah yang paling sering digunakan sebagai material
pengganti. Standar exchangers ini tersedia dari sejumlah harga sebenarnya yang
jauh di bawah peralatan industri proses.
c. Packed-Lantern-Ring Exchanger
Konstruksi ini merupakan straight-tube bundle yang dapat dipindahkan yang
sedikit mahal. Bagian-bagian dari heat exchange jenis ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

18
Gambar 2.6 Packed-Lantern-Ring Exchanger (Shely Dian, 2010)

Fluida shell dan tube side masing-masing berisi dengan cincin terpisah dari
kemasan terpisah dengan suatu lantern ring dan dipasang pada floating tube sheet.
Lantern ring dilengkapi dengan weep holes. Kebocoran yang melewati packing
pergi melewati weep holes dan kemudian menetes ke tanah. Kebocoran di packing
tidak akan mengakibatkan pencampuran dua cairan di dalam exchanger.
Lebar floating tube sheet harus cukup besar agar dapat mudah untuk
packing, lantern ring dan differential expansion. Terkadang skirt digabungkan
dengan tube sheet tipis untuk memberikan permukaan pada packing dan lantern
ring. Jarak antara batas tabung yang luar dan bagian dalam shell adalah sedikit
lebih besar dari yang untuk fixed-tube-sheet dan U-tube exchangers. Penggunaan
floating-tube-skirt menyebabkan peningkatan jarak ini. Tanpa skirt, jarak harus
dipertimbangkan untuk gangguan lubang tabung selama tabung menggoncang
dekat tepi luar tabung atau untuk pengelasan ujung tube pada floating tube sheet.
d. Outside-Packed-Floating Heat Exchanger
Fluida dari sisi shell mengandung balutan dari banyak cincin, yang ditekan
diantara kotak isian dengan balutan penyokong cincin. Dulu, konstruksi ini sering
digunakan di industri kimia, tapi beberapa tahun belakangan ini penggunaannya
telah berkurang. Konstruksi bundle yang dapat dipindahkan menyesuaikan dengan
perbedaan ekspansi antara shell dan tube dan penggunaannya untuk perbaikan
bagian shell hingga 4137 kPa dan 600 lbf/ in 2 pada 3160C (6000F). Tidak terdapat
batasan angka pada jumlah dari sisi tube yang dilalui atau pada desain tekanan dan
temperature bagian tube. Outside-packed floating heat exchanger merupakan tipe

19
umum yang sering digunakan untuk konstruksi bundle yang dapat dipindahkan di
industri kimia.

Gambar 2.7 Outside-Packed-Floating Heat Exchanger (Shely Dian, 2010)

Saat floating-tube-sheet skirt mengalami kontak dengan balutan dari cincin,


dapat menghaluskan akhir mesin. Split-shear-ring masuk pada alur floating-tube-
sheet skirt. Slip on backing flange, pada saat penggunaannya, ditahan di tempat
untuk shear ring, terpasang pada external floating-head cover.

Floating head cover biasanya berupa cakram bundar, dengan sejumlah ganjil
dari tube-side passes, nozzle aksial bisa dipasang pada floating-head cover. Jika
sisi nozzle diperlukan, cakram bundar diganti oleh dished head atau channel
barrel: terpasang diantara floating-head cover dan floating-tube-sheet skirt.
e. Internal Floating Head Exchanger
Desain internal-floating-head exchanger digunakan secara ekstensif di jasa
pertroleum refinery, tapi beberapa tahun belakangan ini, penggunaannya menurun,
Tube bundle lebih mudah dipindahkan dan floating tube sheet yang bergerak (atau
mengambang) dapat menyesuaikan dengan perbedaan ekspansi antara shell dan
tube. Batas tube terluar mendekati diameter bagian dalam gasket pada floating
tube sheet. Jarak (antara shell dan OTL) adalah 29 mm (1 1/8 in) untuk shell pipa
dan 37 mm (1 7/16 in untuk diameter plate shell sedang).
Split backing ring dan baut biasanya menahan floating head cover pada
floating tube sheet. Split backing ring dan baut biasanya terletak melebihi ujung
shell dan di dalam cover-shell berdiameter besar. Shell cover, split backing ring,

20
dan floating head cover harus dipindahkan sebelum tube bundle bisa melewati
exchanger shell.
f. Pull-Through-Floating Heat Exchanger.
Konstruksinya sama seperti internal-floating-head split-backing ring
exchanger kecuali floating-head covernya yang terpasang tepat pada floating tube
sheet, Tube bundle dapat diambil tanpa memindahkan shell cover atau floating-
head cover. Hal ini dapat mengurangi waktu perawatan saat pemeriksaan dan
perbaikan.
Jarak yang besar antara shell dan tube harus tesedia untuk gasket dan baut
pada floating-head cover. Jaraknya sekitar 2-2,5 kali dibandingkan dengan desain
yang dibutuhkan split-ring. Sealing strips atau dummy tubes biasanya dipasang
untuk mengurangi tube bundle yang melewati.

Gambar 2.8 Pull-Through-Floating Heat Exchanger (Shely Dian, 2010)

g. Falling-Film Exchangers
Falling film shell and tube heat exchanger telah dikembangkan untuk
macam-macam pelayanan dan dibuat oleh Sack (Chem.eng program,63,55(juli
1967)). Fluida masuk di puncak vertical tabung, Distributor atau slotted tubes
menyimpan liquid di aliran film di dalam permukaan tubes, dan film menempel
pada permukaan tabung saat jatuh ke dasar tabung. Fil dapat didinginkan.
Dipanaskan, diuapkan atau dibekukan (oleh medium perpindahan panas yang
cocok) di luar tabung. Tube distributor telah dikembangkan untuk berbagai
macam aplikasi. Fixed tube sheets dengan atau tanpa sambungan ekspansi dan
outside-packed head adalah desain yang digunakan.

21
h. Split-backing-ring Floating Head (Type S)
Satu tubesheet fix dengan baik pada shell dan tubesheet satunya terapung,
dan dimungkinkan untuk memindahkan secara terpisah antara shell side dan tube
side, serta seluruh tube bundle dapat dilepas. Untuk memisahkan antara fluida
pada shell dengan fluida yang melewati tube side, maka dipergunakan flanged
cover yang dibautkan pada split backing ring pada sisi lain tubesheet. Akses ke
tube end pada stationary end hanya dapat dilakukan dengan melepaskan head
cover, sedangkan akses ke tube end pada floating head end dilakukan dengan
melepas shell cover, split back ring dan floating head cover.

Ada internal joint pada type ini sehingga membutuhkan design yang sangat
hati hati dan cermat.

Gambar 2.9 Split-backing-ring Floating Head (Type S) (Shely Dian, 2010)

i. Outside Packed floating head (Type P)


Untuk memasukkan fluida dari tube side ke floating head, salah satu
silindrical barrel (Skirt) dilaskan pada sisi luar floating tubesheet, sementara
lainya ditetapkan dengan sebuah slip on backing flange dan flat cover. Backing
flange dipasang dengan sebuah split shear ring yang ditempatkan dalam celah
pada skirt, keberadaan split shear ring memungkinkan bagi flange dan cover
untuk dilepas. Tekanan dan temperatur pada shell side terbatas pada 20 bar dan
300 deg C.

22
Gambar 2.10 Outside Packed floating head (Type P) (Shely Dian, 2010)

j. Bayonat tube
Pada type ini, tube bagian luar, tube bagian dalam dan shell side dapat dilepaskan
secara bebas. Type ini cocok untuk perbedaan temperatur yang extrim antara
kedua fluida di shell side dan tube side. Free end masing-masing pipa bagian luar
di seal ke sebuah cover Shell side biasanya dilengkapi dengan buffle seperti
halnya type lain, akan tetapi untuk ukuran shell vertikal yang relative pendek
kadang tidak diperlukan adanya buffle. Secara garis besarnya ada dua Tahap
Detail Design untuk Shell and Tube Heat Exchanger.
Tahap pertama adalah Thermal Design dan selanjutnya diteruskan dengan
Mechanical Design. Output atau hasil yang diperoleh pada Thermal design akan
menjadi data input untuk Mechanical design.
k. Double bundle Vaporizer
Double type ini adalah spesial design non-TEMA dan cocok dipergunakan
untuk penguapan liquid pada temperatur yang rendah. Meskipun dapat dipenuhi
dengan single bundle, akan tetapi spesial design diperlukan untuk mencegah
pembekuan kondensate. Bundle bagian bawah berperan sebagai kettle yang
memanaskan fluida dalam shell dan pendinginan terjadi pada fluida pada tube
side, sementara itu bundle bagian atas berperan menurunkan kembali temperatur
fluida dapam shell dan menyerap panasnya untuk menguapkan fluida dingin pada
tibe side pada bundle atas ini.

23
Gambar 2.11 Double bundle Vaporizer (Shely Dian, 2010)
Keuntungan shell & tube exchanger :
a. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar
b. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk
operasi bertekanan.
c. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
d. Prosedur pengopersian lebih mudah
e. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia\
f.Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell & tube:
1. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas
alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien
perpindahan panas.
2. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell,
efektifitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian
berkurang.
3. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung
konsentris, efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin
meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan
jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang
panjang akan membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari
aliran melintang.
Komponen-komponen Shell and Tube Heat Exchanger.

24
Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis shell and
tube akan dibahas beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada konstruksi
heat exchanger. Untuk lebih jelasnya disini akan dibahas beberapa komponen dari
heat exchanger jenis and tube.
1. Shell
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan
ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar
atau pelat ogam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana
didapat tube bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell
dibagi dua disambungkan dengan sambungan ekspansi. Bentuk-bentuk shell yang
lazim digunakan ditunjukkan pada gambar berikut :

25
Gambar. 2.12 Bentuk-bentuk shell dan penutupnya. (Anonim, 2011)

2. Tube (pipa)
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang
mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan
dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu
bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja. Adapun beberapa tipe susunan
tube dapat dilihat dibawah ini :

26
A. Susunan Segitiga (Triangular Pitch).

Gambar. 2.13 Triangular Pitch (Anonim, 2010)

 Keuntungan :
1. Film koeffisien lebih tinggi daripada square pitch.
2. Dapat dibuat jumlah tube yang lebih banyak sebab susunannya kompak.
 Kerugian :
1. Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
2. Tidak baik untuk fluida fouling
3. Pembersihan secara kimia
B. Susunan Segitiga Diputar 30 (Rotated Triangular Pitch)

Gambar. 2.14 Rotated Triangular Pitch (Anonim, 2010)

 Keuntungan :
1. Film koeffisisennya tidak sebesar susunan triangular pitch, tetapi lebih
besar dari susunan square pitch.

27
2. Dapat digunakan pada fluida fouling
 Kerugian :
1. Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
2. Pembersihan secara kimia
C. Susunan Bujur sangkar (Square Pitch)

Gambar. 2.15 Square Pitch (Anonim, 2010)


 Keuntungan :
1. Bagus untuk kondisi yang memerlukan pressure drop rendah.
2. Baik untuk pembersihan luar tube secara mekanik.
3. Baik untuk menangani fluuida fouling.
 Kerugian :
1. Film koeffisiennya relatif rendah
D. Susunan Bujur sangkar yang Diputar 45 (Diamond Square Pitch).

Gambar. 2.16 Diamond Square Pitch (Anonim, 2010)

28
 Keuntungan :
1. Film koeffisiennya lebih baik dari susunan square pitch, tetapi tidak sebaik
triangular pitch dan rotated triangular pitch.
2. Mudah untuk pembersihan dengan mekanik
3. Baik untuk fluida fouling.
 Kerugian :
1. Film koeffisisen relatif rendah
2. Pressure drop tidak serendah square pitch
E. Tube pitch
Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak
tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube.

Gambar 2.17 Tube Pitch (Anonim, 2009)

Susunan dari tube ini dibuat berdasarkan pertimbangan untuk mendapatkan


jumlah pipa yang banyak atau untuk kemudahan perawatan (pembersihan
permukaan pipa).
3. Sekat (Baffle)
Tubes atau pipa-pipa memegang peranan yang sangat penting di dalam
penukar kalor. Dinding pipa merupakan bidang pemisah kedua jenis fluida yang
mengalir di dalamnya dan sekaligus berfungsi sebagai bidang perpindahan panas.
Bahan dan ketebalan dnding pipa harus dipilih agar diperoleh penghantaran panas
yang baik dan juga harus mampu bekerja pada tekanan operasi fluida kerjanya.
Susunan tubes biasanya dipasang menurut konfigurasi segitiga atau segiempat.
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger ini
antara lain adalah untuk :
1. Sebagai penahan dari tube bundle

29
2. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
3. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tubes.
Ditinjau dari segi konstruksinya baffle dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu :
1. Sekat plat bentuk segmen.
2. Sekat (rod baffle).
3. Sekat mendatar.
4. Sekat impingement

Gambar. 2.18 Sekat plat bentuk segmen (Agus Nuryaman, 2011)

Gambar 2.19 Sekat bintang (rod baffle) (Agus Nuryaman, 2011)

30
Gambar 2.20 Sekat mendatar (Agus Nuryaman, 2011)

Gambar. 2.21 Sekat Impingement (Agus Nuryaman, 2011)

31
4. Tube Side Channel dan Nozzle
Mengatur aliran fluida di tube
5. Channel Cover
Tutup yang dapat dibuka saat pemeriksaan dan pembersihan
6. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang
disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah
tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang
berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah
antara tube side dengan shell side. Tube sheet merupakan bagian yang penting
pada penukar kalor. Bagian ini merupakan tempat disatukannya pipa-pipa pada
bagian ujungnya. Tube sheet ini dibuat tebal dan pipa harus terpasang rapat tanpa
bocor pada tube sheet. Dengan konstruksi fluida yang mengalir pada badan shell
tidak akan tercampur dengan fluida yang mengalir didalam tube. Penyambungan
antara tube sheet dengan pipa merupakan hal yang paling penting untuk
diperhatikan karena.segala kegagalan penyambungan ini akan menyebabkan
kebocoran dan pencampuran kedua fluida di dalam penukar kalor.
7. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian
paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle
yang satu dengan lainnya tetap.

2.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)


Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan
cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis

32
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi.
Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis
selongsong dan buluh (shell and tube heat exchanger). Pada jenis ini tiap pipa
atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri- sendiri. Untuk menghindari tempat
yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi U. pada keperluan
khusus, untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas, bagian diluar pipa
diberi srip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan sebagainya

Gambar. 2.22 Alat penukar kalor jenis Double Pipa (Ike Yulia, 2011)

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi,
dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil.
Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil,
Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri
ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop
dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas
permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat Sedangkan
kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal,
terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2),
dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
Prinsip kerja double pipe

33
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah
(fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu
yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar
kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam
susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari
fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting adalah
jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa ganda biasanya
akan baik berlawanan arah counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya tidak
bekerja untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas panas yang
dibutuhkan pertukaran memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu.
Yang bersama-sama dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan
koefisien memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan. Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat
ditentukan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan dengan
temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur lebih rendah.
Dalam percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa
konsentris sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini
(bagian anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada pengotor
didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi terganggu.
Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan
oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida
yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran
pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.

34
Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur
fluida, Temperatur dinding tube dan Kecepatan aliran fluida.

2.3.3. Penukar Panas Plate and Frame (plate and frame heat exchanger)
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri
atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat
persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media
yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain
karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu
hubungan ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang
dibentuk sesuai kebutuhan dan umumnya terbuat dari baja (stainless steel type
304, 316, 317) atau logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat - pelat dan sekat disatukan oleh
suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segi empat)
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan
masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui
lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian
akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya
medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana
pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan
medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen
lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas
diantara setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head

35
dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas
di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan.
Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran atas dan mengalir kebawah
melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan
medium pemanas akan masuk melalui saluran yang berkebalikan dari produk,
yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke atas melewati pelat, sehingga
aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas. Arah aliran yang
berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat lebih cepat
berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam
tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel.
Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar akan melewati ports pada
bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan
medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu
masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada
bagian belakangnya.
Prinsip Alat Ukur PHE
1. Alat ukur laju alir
2. Alat ukur tekanan
3. Alat ukur suhu
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat
yang kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)

36
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan
(Stainless Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan
sedimentasi
Kekurangan PHE
a. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate
and Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari
30 bar.
b. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
c. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 25 00 C dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.

Gambar 2.23 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)

37
Gambar 2.24 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)
PHE yang banyak dijumpai di industri adalah type:
a. Glue type
Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plat PHE. Lem
yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan terhadap panas
yang baik.

Gambar 2.25 Glue type (Stevano Viktor, 2011)

b. Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam pemasangannya
cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang terdapat pada plat.

38
Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas jika dibandingkan dengan
tipe glue.

Gambar 2.26 Clip type (Stevano Viktor, 2011)


Klasifikasi alat penukar panas :
a. Berdasarkan kontak antara bahan atau fluida
 Pertukaran panas langsung
Bahan yang dipanaskan atau yang didinginkan dikontakan langsung
dengan media pemanas atau pendingin. ertukaran Panas tidak langsung
Memungkinkan terjadinya perpindahan panas dari satu cairan fluida ke
fluida lain melalui dinding pemisah.
b. Berdasarkan arah aliran
 Penukar panas satu lintas (single-pass)
 Penukar panas aliran searah (parallel-flow)
 Penukar panas berlawanan arah (Counter-flow)
 Penukar panas aliran lintang (Cross-flow)

Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger

39
Gambar. 2.27 Plate Heat Exchanger (Stevano Viktor, 2011)

1. Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa digunakan adalah
nitrile dan ethylene propylene rubber (EPR/EPDM)
a. Nitrile : - 400F - 2500F untuk temperatur rendah
b. Nitrile : - 400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c. EPR/ EPDM : - 800F-3000 F sangat tahan terhadap air yang sangat
panasdan uap serta memiliki ketahanan yang baik untuk kompresi atau volume
yang besar.
Fungsi gasket ini adalah sebagai perekat alat atau pengatur aliran fluida,
sehingga antara fluida yang satu dengan fluida yang lain tidak mengalami kontak
secara langsung yang menyebabkan kebocoran.\
2. Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang berfungsi sebagai
penekan pelat agar pada saat operasi alat berjalan tidak ada rongga didalam
aliran fluida agar tidak terjadi kebocoran.
3. Pelat (plates), umumnya berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless steel
atau titanium dan terdapat pada berbagai macam susunan yang berombak-
ombak, berfungsi sebagai tempat mengatur fluida serta tempat terjadinya
pertukaran panas antara fluida panas dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini
mengalir secara turbulen, hal ini dikarenakan bentuk dari pelat tersebut yang
bergerigi sehingga pertukaran panas dapat berlangsung secara cepat. Makin
banyak pelat tekanan makin besar.

40
Gambar 2.28 Tipe pelat (Stevano Viktor, 2011)

Tipe Pelat
 Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang sering digunakan karena
mempunyai banyak pembatas untuk mengalir, sehingga menyebabkan
banyak gerakan putaran (turbulen), perpindahan panas dengan kecepatan
tinggi, dan menurunkan tekanan.
 Horizontal, juga merupakan pola yang sering digunakan. Mempunyai
pembatas, gerak putaran (turbulen), dan penurunan tekanan yang lebih
sedikit dibandingkan pola vertical
 Combination, penggunaan pola pelat ini biasanya ditujukan untuk hasil
pemanasan dan penurunan tekanan yang lebih optimal.
4. Pelat penyangga tetap (fixed frame), terbuat dari logam dan berfungsi menjaga
pelat agar tetap stabil

Gambar 2.29 Pelat penyangga tetap (fixed frame) (Stevano Viktor, 2011)

41
5. Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat baja yang digunakan
untuk menekan pelat dan frame

Gambar 2.30 Compression Bolt (Anonim, 2010)


6. Guide Bars, berupa batang yang terbuat dari carbon steel atau stainless steel
yang mendukung dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.

BAB III
PENUTUP

c.1. Kesimpulan
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin

42
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact).
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger
c. Shell anf Tube Heat Exchanger
d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Dari jenis-jenis Heat Exchanger diatas, komponen-komponen peralatan
tergantung dari jenisnya. Setiap komponen memiliki peranan masing-masing yang
semuanya saling bergantungan yang apabila salah satu tidak berfungsi maka akan
mengganggu kinerja dari peralatan tersebut.

2.4. Dekrifsi Algoritma

43
DAFTAR FUSTAKA

Ningrum, Nurwijayanti Kusuma. 2020. “Perancangan Pembuatan Permen Kapas


Otomatis Berbasis Arduino Uno.” TESLA: Jurnal Teknik Elektro 22(1): 12.

Ratnawati, Ratnawati, and Amir Salim. 2018. “Redesain Alat Penukar Kalor Tipe
Shell And Tube Dengan Material Tube Carbon Stell Dan Stainless Stell
304.” Turbo : Jurnal Program Studi Teknik Mesin 7(1).

S, Harlan, Frans P Sappu, and Benny Maluegha. 2014. “Efektivitas Penukar Kalor
Tipe Plate P41 73tk Di Pltp Lahendong Unit 2.” Jurnal Online Poros Teknik
Mesin 3(1).

Sari, Ayu Fatikha. 2019. “Shell and Tube Heat Exchanger Design Pada Heater
Dengan Pemanas Steam Pada Ethanolamine Plant.”

Sebayang, Mariani. 2019. “Evaluasi Kinerja Heat Exchanger Dengan Metode


Fouling Faktor Di Laboratorium Satuan Operasi Ptki Medan.” Ready Star
2(1): 11–15.

Sekarningrum, Salma, Rizka Amalia Kusuma Putri, and Sani Sani. 2023.
“Efisiensi Perpindahan Panas Pada Alat Penukar Kalor Tipe Cangkang Dan
Pipa Pt Petrokimia Gresik.” SINERGI POLMED: Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin 4(1): 75–81.

Suswanto, Mustaqim, and Agus Wibowo. 2015. “Perpindahan Panas Pada Heat
Exchanger Dobel Pipa Dengan Sirip Berbentuk Siku Empat.” Jurnal Bidang
Teknik 10(1): 47–53.

Syarief, Akhmad, and Rangga Mahesa. 2021. “Analisis Performa Turbine Oil
Cooler Di Pltu Asam Asam Unit 1.” 22(1): 79–98.

44

Anda mungkin juga menyukai