Hukum Adat Dan Norma Hukum KLMPK 1
Hukum Adat Dan Norma Hukum KLMPK 1
Disusun Oleh :
Kelompok 1
UNIVERSITAS KHAIRUN
TAHUN 2023
Hukum Adat
Definisi Hukum Adat: Hukum Adat adalah sistem hukum yang tumbuh dan berkembang di suatu
masyarakat secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Hukum ini didasarkan pada kearifan
lokal, tradisi, dan norma-norma budaya masyarakat tertentu.
1. Basis Tradisional: Hukum Adat bersumber dari tradisi dan kebiasaan masyarakat
setempat. Pengetahuan ini seringkali diwariskan secara lisan atau melalui praktik-praktik
turun-temurun.
2. Lokal dan Kontekstual: Bersifat sangat lokal, setiap komunitas memiliki Hukum Adat
yang unik sesuai dengan kehidupan dan lingkungan mereka. Konteks geografis dan
budaya sangat memengaruhi bentuk dan isi Hukum Adat.
3. Regulasi Hidup Sehari-hari: Melibatkan aturan-aturan yang mencakup berbagai aspek
kehidupan, seperti pernikahan, warisan, pertanian, dan upacara adat. Hukum Adat
menciptakan kerangka kerja untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
4. Penyelesaian Konflik melalui Mekanisme Adat: Konflik dalam masyarakat yang
mengikuti Hukum Adat sering diselesaikan melalui mekanisme adat seperti musyawarah,
mediasi, atau lewat tokoh-tokoh adat yang memiliki wewenang.
Ciri-ciri:
Ciri-ciri:
Tradisi adat yang kuat terkait dengan kehidupan agraris dan hubungan dengan alam.
Sistem hukum yang terintegrasi dengan kepercayaan animisme.
Keterlibatan tokoh adat dalam upacara-upacara kehidupan masyarakat.
Adat Bali:
Ciri-ciri:
Clifford Geertz: Clifford Geertz, seorang antropolog terkenal, menggambarkan hukum adat
sebagai sistem simbol dan makna yang mengatur perilaku masyarakat. Baginya, hukum adat
bukan hanya seperangkat aturan hukum, tetapi juga sebuah teks sosial yang memberikan arti dan
identitas kepada suatu kelompok.
Tafsir Makna dan Simbolisme:
Geertz menggambarkan Hukum Adat sebagai suatu sistem tanda-tanda atau simbol-simbol yang
mengandung makna sosial dan budaya yang mendalam. Menurutnya, pemahaman terhadap
konteks sosial dan tafsir simbol-simbol tersebut penting dalam memahami Hukum Adat.
Geertz menekankan perlunya memahami Hukum Adat dalam konteks budaya lokal di mana ia
beroperasi. Ia berpendapat bahwa norma-norma dan aturan dalam Hukum Adat hanya dapat
dipahami sepenuhnya jika ditempatkan dalam konteks budaya yang lebih luas.
Geertz menyoroti peran Hukum Adat dalam penyelesaian konflik dan menganggapnya sebagai
bentuk penting dari sistem sosial dalam menjaga keseimbangan dan harmoni di dalam
masyarakat.
Bagi Geertz, Hukum Adat bukan hanya tentang aturan formal, tetapi juga tentang bagaimana
norma-norma ini berkontribusi pada pembentukan identitas dan solidaritas dalam suatu
masyarakat.
Geertz juga mengkritik pandangan yang menyederhanakan Hukum Adat sebagai instrumen
kekuasaan belaka. Menurutnya, pemahaman terhadap Hukum Adat harus melibatkan analisis
yang lebih mendalam terkait keseimbangan dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat tersebut.
Contoh: Sebagai contoh, Geertz dapat merinci ritual pernikahan dalam suatu masyarakat sebagai
bagian dari hukum adat. Ritual tersebut bukan hanya aturan formal untuk melangsungkan
pernikahan, tetapi juga simbol keberlanjutan dan pengakuan dalam masyarakat.
Malinowski menekankan bahwa Hukum Adat memiliki fungsi integratif yang penting dalam
kehidupan sosial masyarakat. Hukum Adat membantu menjaga keseimbangan dan keharmonisan
melalui pengaturan interaksi antarindividu.
Menurut Malinowski, Hukum Adat berperan dalam penyelesaian konflik dan memelihara
struktur sosial. Aturan-aturan ini membantu mencegah terjadinya ketidakpastian dan
mempertahankan kohesi sosial.
Malinowski menekankan pentingnya memahami Hukum Adat dalam konteks lingkungan fisik
dan sosial di mana masyarakat tersebut hidup. Lingkungan mempengaruhi pembentukan norma-
norma dan aturan dalam Hukum Adat.
Hukum Adat, menurut Malinowski, menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Ini membantu menjaga harmoni dalam struktur
sosial.
Malinowski menyoroti fungsi ritual dan simbolik dalam Hukum Adat. Ritual-ritual ini memiliki
makna yang dalam dan memainkan peran dalam memperkuat norma-norma sosial.
Sally Falk Moore: Sally Falk Moore memandang hukum adat sebagai hasil dari interaksi sosial
yang kompleks. Ia menyoroti pentingnya partisipasi aktif anggota masyarakat dalam membentuk
dan mempertahankan hukum adat. Baginya, hukum adat adalah dinamis dan selalu berubah
sesuai dengan kebutuhan dan perubahan sosial.
Moore menekankan bahwa sistem hukum, termasuk Hukum Adat, bukanlah suatu entitas statis,
tetapi lebih sebagai suatu proses sosial yang terus berubah. Pemahaman terhadap hukum harus
melibatkan dinamika sosial dan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Salah satu kontribusi utama Moore adalah pemahamannya tentang keterlibatan partisipatif dalam
pembentukan hukum adat. Menurutnya, masyarakat yang mengikuti Hukum Adat aktif terlibat
dalam pembentukan, interpretasi, dan penegakan aturan-aturan tersebut.
Moore menyoroti fungsi penyelesaian sengketa dalam Hukum Adat dan betapa pentingnya
mencapai konsensus dalam proses tersebut. Penyelesaian konflik dianggap sebagai upaya
bersama untuk menjaga harmoni dalam masyarakat.
Keterlibatan partisipatif, menurut Moore, harus dipahami dalam konteks kultural dan sosial.
Masyarakat lokal dan konteks lingkungan memainkan peran penting dalam membentuk norma-
norma dan aturan Hukum Adat.
Interaksi antara Sistem Hukum Formal dan Hukum Adat:
Moore memperhatikan hubungan antara Hukum Adat dan sistem hukum formal. Baginya,
interaksi antara kedua sistem ini dapat membentuk dinamika kompleks dan mempengaruhi
evolusi Hukum Adat.
Contoh: Falk Moore dapat meneliti bagaimana proses musyawarah dalam suatu komunitas dapat
membentuk aturan-aturan hukum adat yang mencerminkan nilai-nilai bersama dan menjawab
tantangan saat itu.
Definisi Norma-norma Hukum Adat: Norma-norma Hukum Adat adalah aturan-aturan yang
mengatur perilaku dan interaksi dalam masyarakat yang mengikuti sistem hukum adat. Mereka
memberikan dasar etika dan tata nilai yang dipegang teguh oleh komunitas tersebut.
Contoh: Larangan masyarakat adat untuk menebang pohon tertentu yang dianggap sakral atau
memiliki manfaat penting bagi keberlangsungan hidup.
Contoh: Aturan mengenai tata cara pernikahan, ketentuan warisan, dan hak-hak keluarga yang
diatur oleh norma-norma adat.
Contoh: Tata cara pelaksanaan upacara adat, seperti upacara keagamaan, pertanian, atau
peringatan leluhur.
Contoh: Etika dalam berinteraksi antaranggota masyarakat, termasuk tata krama dan tanggung
jawab sosial.
Norma-norma Hukum Adat memainkan peran penting dalam mempertahankan kearifan lokal
dan identitas kultural. Mereka menjadi landasan bagi tata nilai dan etika yang memandu perilaku
masyarakat yang menjalankan sistem hukum adat.
Selain memahami hukum adat sebagai sistem, para ahli antropolog juga memperhatikan norma-
norma yang membentuk dasar dari hukum adat. Norma-norma ini mencakup aturan-aturan
informal yang mengatur tingkah laku masyarakat dan sering kali diakui dan diterapkan secara
kolektif.
1. Clifford Geertz dan Tafsir Budaya:
Clifford Geertz: Geertz memandang norma-norma sebagai tafsir budaya yang mengarahkan
tindakan sosial. Baginya, norma-norma hukum adat adalah simbol-simbol yang memperjelas
makna di dalam masyarakat. Geertz menekankan pentingnya memahami norma-norma sebagai
bagian dari sistem simbolik yang menciptakan realitas sosial. Berikut adalah poin-poin penting
terkait pandangan Geertz:
Geertz melihat norma-norma sebagai simbol-simbol yang membawa makna budaya. Mereka
bukan hanya aturan hukum formal, tetapi juga kode-kode simbolik yang membimbing tindakan
sosial.
Pandangan Geertz menekankan bahwa untuk memahami tindakan sosial, kita perlu melakukan
tafsir budaya. Ini melibatkan penyelidikan makna budaya yang terkandung dalam norma-norma
yang membentuk tindakan tersebut.
Menurut Geertz, tindakan sosial bukan hanya kejadian fisik, melainkan juga ekspresi simbolik
dari norma-norma budaya yang terkandung di dalamnya. Tafsir budaya membantu mengurai
simbol-simbol ini.
Geertz menyoroti peran aktif masyarakat dalam proses tafsir budaya. Masyarakat, melalui
partisipasi aktif, membentuk dan memberi makna pada norma-norma yang menjadi dasar
tindakan sosial.
Konteks budaya sangat penting dalam pandangan Geertz. Norma-norma budaya berfungsi
sebagai panduan makna yang mengarahkan tindakan sosial dalam suatu masyarakat.
Paham Keseimbangan Budaya:
Geertz melihat keseimbangan budaya sebagai hasil dari interpretasi yang saling memahami
antara masyarakat dan norma-norma budaya. Tafsir budaya membentuk kerangka makna yang
menjaga keseimbangan ini.
Contoh: Sebagai contoh, Geertz dapat menggambarkan bagaimana norma-norma terkait upacara
adat dalam suatu masyarakat mencerminkan nilai-nilai kolektif dan pembentukan identitas.
Émile Durkheim: Meskipun bukan seorang antropolog murni, sosiolog Émile Durkheim
memberikan wawasan penting tentang norma-norma dan fungsi sosialnya. Baginya, norma-
norma adalah aturan yang memelihara integrasi sosial dan menjaga ketertiban. Berikut adalah
beberapa aspek penting dari pandangan Durkheim:
Norma-norma berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang mencegah terjadinya konflik dan
kekacauan. Mereka memberikan batasan dan panduan perilaku yang diterima oleh masyarakat.
Norma-norma juga memiliki fungsi moral dalam membentuk karakter dan identitas masyarakat.
Mereka menciptakan kesadaran moral yang membimbing individu dalam tindakan mereka.
Contoh: Durkheim dapat mengilustrasikan bagaimana norma-norma hukum adat yang mengatur
pernikahan dan keluarga berkontribusi pada stabilitas dan kohesi sosial dalam masyarakat.
Malinowski menekankan bahwa norma-norma berfungsi sebagai alat integrasi sosial. Mereka
membentuk kerangka kerja yang memungkinkan kerjasama dan ketergantungan di antara
anggota masyarakat.
Menurut Malinowski, norma-norma membentuk dasar bagi struktur sosial. Mereka menentukan
peran dan interaksi antarindividu, menciptakan keteraturan dalam kehidupan sosial.
Malinowski menyoroti pentingnya keseimbangan dan stabilitas yang dihasilkan oleh norma-
norma. Aturan-aturan ini memastikan bahwa masyarakat dapat berfungsi secara efektif dalam
kehidupan sehari-hari.
.
Kesimpulan
Hukum Adat dan norma-norma Hukum Adat di Indonesia mencerminkan kearifan lokal dan
kekayaan budaya. Mereka mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat, menyelesaikan konflik
dengan pendekatan kolaboratif, dan menciptakan harmoni dengan lingkungan. Lembaga adat dan
tokoh masyarakat memainkan peran penting dalam pemeliharaan nilai-nilai tradisional.
Tantangan pelestarian dan adaptasi dalam era modern membutuhkan pendekatan bijak untuk
menjaga keseimbangan antara tradisi dan perubahan. Menghargai serta melibatkan masyarakat
dalam pembangunan dan pelestarian hukum adat adalah kunci untuk menciptakan masyarakat
yang inklusif dan berkelanjutan. Para ahli antropolog melihat hukum adat sebagai fenomena
budaya yang tidak dapat dipisahkan dari konteks kehidupan sosial masyarakat. Melalui
pendekatan ini, kita dapat memahami bagaimana hukum adat bukan hanya aturan-aturan formal,
tetapi juga cerminan dari sistem nilai, identitas, dan adaptasi sosial suatu kelompok. Contoh-
contoh yang diberikan oleh para ahli membantu memperjelas bagaimana hukum adat terwujud
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan. Pemahaman tentang
norma-norma hukum adat oleh para ahli antropolog memberikan pandangan yang mendalam
tentang peran norma-norma dalam membentuk kehidupan sosial dan kultural suatu masyarakat.
Norma-norma ini mencerminkan nilai-nilai, tafsir budaya, dan kebutuhan praktis masyarakat
yang bersangkutan. Melalui penelitian-penelitian ini, para ahli antropolog telah memberikan
kontribusi berharga untuk pemahaman kita tentang dinamika hukum adat dan bagaimana norma-
norma ini membentuk landasan masyarakat yang lebih luas.
1. Clifford Geertz:
Books.
2. Bronisła Malinowski:
Malinowski, B. (1926). "Crime and Custom in Savage Society." Harcourt, Brace, & Company.
3. Émile Durkheim:
Moore, S. F. (2001). "Social Facts and Fabrications: "Customary" Law on Kilimanjaro, 1880-