Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DIMENSI ETOS KERJA ( DIMENSI MA’RIFAT,

HAKIKAT, DAN SYARI’AT )


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Etos Kerja Islam
Dosen Pengampu Aizzatun Nisak, M.AG

Disusun Oleh :
1. Ahmad Faisal Khamdani (2040310001)
2. Achmad Rafif Ramadhan (2040310006)
3. Stalis Fitrianti Utami (2040310032)

A6 Manajemen Dakwah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “ Dimensi Etos kerja
(dimensi ma'rifat, hakikat & syariat) ” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etos Kerja Muslim yang diampu
oleh dosen Ibu Aizzatun Nisak, M.AG. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam rangka
penyempurnaan penyusunan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Aamiin .

Kudus, 28 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................0
DAFTAR ISI...................................................................................................................................0
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................1
Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
Pengertian Dimensi Etos Kerja Ma’rifat, Hakikat, dan Syari’at..................................................2
Langkah Mencapai Dimensi Etos Kerja......................................................................................4
Pentingnya Dimensi Etos Kerja...................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
KESIMPULAN............................................................................................................................7
SARAN........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering melihat slogan etos kerja yang menarik terpampang di dinding kantor
atau perusahaan untuk mengingatkan para pekerjanya terhadap kewajibannya yaitu
memiliki tanggung jawab meningkatkan kinerjanya. Namun berbeda pada realisasinya,
kita bisa saksikan kiprah mereka dalam melaksanakan tugasnya, misalnya, pada jam
sibuk terdapat beberapa pekerja sibuk ngobrol, membaca koran, berSMS-an dan bahkan
duduk-duduk di kantin. Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya
manusia di insitusi sudah sering dilakukan tetapi belum tampak perubahan sikap mental
secara signifikan. Membangun sikap mental dan etos kerja perlu waktu panjang dan
kesabaran namun tegas.
Jika kita menyelami etos kerja penduduk di Cina, akan dapat kita peroleh
gambaran nyata bagaimana etos kerja tinggi itu dipraktikkan. Dari sejak masa kanak-
kanak atau masa sekolah, mereka sudah dilibatkan dalam kegiatan bisnis orangtuanya
(industri rumah tangga) di luar jam sekolah. Mereka diajari arti perjuangan hidup.
Bagaimana seharusnya berjuang untuk memperoleh uang dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Bagi mereka, yang penting seberapa banyak bisa menabung, bukan
seberapa besar penghasilan yang diperoleh. Industri rumah tangga di Cina sangat
berkembang dan justru memperkuat perekonomian Cina. Tidak ada waktu untuk santai
atau membuang-buang waktu dan mereka berusaha selalu memberi nilai tambah dalam
kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dimensi etos kerja makrifat, hakikat, syariat ?
2. Bagaimana langkah seseorang agar mencapai dimensi tersebut?
3. Lalu mengapa harus ada dimensi tersebut di dalam etos kerja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dimensi etos kerja ma’rifat,hakikat,syari’at.
2. Untul menegathui langkah langkah agar mencapai dimensi tersebut.
3. Untuk mengetahui mengapa dimensi etos kerja diperlukan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dimensi Etos Kerja Ma’rifat, Hakikat, dan Syari’at


1. Dimensi Etos Kerja Ma’rifat
Dimensi Makrifat, Dimensi makrifat (aku tahu) harus dihayati oleh setiap subjek
pelaku kerja sehingga dia mampu mengambil posisi yang jelas dalam kedudukannya
sebagai pengemban amanah yaitu berupa pekerjaan. Kita tidak mungkin bekerja
optimal kecuali mengetahui terlebih dahulu "siapa aku dalam hubunganku dengan
pekerjaanku, apa kelebihankun, apa pula kelemahanku" dan seterusnya.
Pemahaman makrifat ini akan selalu menumbuhkan semangat untuk berbuat,
berkreasi dan berinovasi. Dimensi makrifat didasarkan pada kemampuan seseorang
untuk mampu memahami tandatanda (alamat) yang telah ditebarkan Allah SWT
sebagai rahmat bagi makhluq-Nya. Dalam hal ini, al-Qur'an memberikan motivasi
yang sangat kuat kepada kita untuk mendayagunakan daya nalar agar mampu
membedah tabir rahasia dan potensi alam semesta.
Dalam dimensi ma’rifat, etos kerja meliputi pengetahuan dan kesadaran tentang
diri seorang muslim, di antaranya mengetahui kekuatan dan kelemahan, pekerjaan,
pesaing dan kawan, serta produk yang akan dihasilkan, jenis bidang usaha dan tujuan
pekerjaan, serta memahami relasi dan nilai-nilai pesan dari sebuah pekerjaan yang
dilakoni. Dimensi ma’rifat (Aku Tahu) :
1. Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku.
2. Tahu apa pekerjaanku.
3. Tahu siapa pesaingku dan kawanku.
4. Tahu produk yang akan dihasilkan.
5. Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku.
6. Tahu siapa relasiku.
7. Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan.

2. Dimensi Hakikat
Dimensi Hakikat (aku berharap), Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan
kemana arah tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau
dorongan untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah
tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup. imensi hakikat, di
mana seorang muslim memiliki sikap untuk menetapkan tujuan kemana arah tindakan
yang dituju. Pribadi muslim harus menyakini niat atau dorongan untuk menetapkan
cita-cita yang ingin dicapainya.

2
3. Dimensi Syari’at
Dimensi Syariat (aku berbuat), Pengetahuan tentang peran dan potensi diri,
tujuan, serta harapan-harapan hendaklah dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata,
yang telah diyakini kebenarannya. Dikatakan bahwa tindakan lebih membekas
daripada sekedar berkata (action speaks louder than a word).
dimensi syariat, di mana pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta
harapan-harapan hendaknya mempunyai arti, yang dipraktikkan dalam bentuk
tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya. Tindakan nyata itu ditunjukan
dengan bekerja keras, cerdas, dan professional serta menanamkan kebaikan, rasa
syukur dan manfaat pada setiap pekerjaan. Dalam Islam juga diatur etika kerja.
Rasullullah SAW dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas,
dilakukan secara selektif. Di antaranya melihat dari segi keahlian, keutamaan, dan
kedalaman ilmu. Islam juga menghormati hak-hak orang-orang yang bekerja.
Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-
keringatnya.” (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani). Hadist itu juga
menekankan bahwa besarnya gaji disesuaikan dengan hasil kerja. Hadist itu menjadi
penuntun dalam mengupah seseorang yang disesuaikan dengan porsi kerjanya
sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan
hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata
yang telah diyakini kebenarannya.
Bekerja untuk mencari fadhilah karunia Allah, menjebol kemiskinan,
meningkatkan taraf hidup, martabat, dan harga diri. Harapan (hope) hanya bisa diraih
bila memenuhi kualitas kepribadian yang secara metaforis dapat digambarkan dalam
rumus :
Quality of your (head + heart + hand) + hard working = hope
Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai
serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang
hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah SWT. Sedangkan orang kafir
bermujahadah untuk kesenangan duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu.

B. Langkah Mencapai Dimensi Etos Kerja


Berdasarkan beberapa pendapat, bukan hal yang mustahil ketika orang yang
memiliki etos kerja dapat mencapai kesuksesannya. Menurut Dana Brownlee yang
merupakan corporate trainer profesional, walaupun kecerdasan, bakat, hingga tingkat
keterampilan merupakan penentu utama keberhasilan, tetapi seringkali tekad dan
ketabahan dapat menjadi lebih penting.
Dia juga menambahkan bahwa etos kerja adalah hal dapat dikendalikan. Kamu
mungkin menganggap bahwa gelar yang tinggi, sertifikasi, atau bahkan pengalaman
merupakan segalanya. Namun, semuanya akan kembali pada dirimu sendiri, seperti
seberapa keras kamu bekerja, sejauh mana tingkat kreativitas yang kamu gunakan untuk
memecahkan masalah, dan seberapa besar tekadmu untuk mencapai tujuan.

3
Selain itu, ketika kamu memiliki etos kerja yang baik, bukan hanya dirimu yang
mendapatkan manfaatnya, melainkan juga orang lain. Hal ini karena etos kerja dapat
menciptakan lingkungan kerja yang positif. Kerja keras dan rasa bertanggung jawab yang
kamu tunjukkan dapat mempengaruhi kinerja rekan kerja, bahkan atasanmu.
Langkah awal menuju etos kerja terbaik adalah dengan cara mencintai pekerjaan,
karena tanpa mencintai pekerjaan sangat tidak mungkin seseorang dapat menikmati
waktu yang dilalui bersama lingkungan pekerjaan. Etos kerja yang baik dapat
ditunjukkan melalui sikap empati dan toleransi pada lingkungan pekerjaan. Apabila
seseorang mau mencintai pekerjaannya dengan tulus, maka dia akan menjadi pribadi
yang kaya hati dan mudah melayani orang lain dengan perasaan bahagia. Cinta pada
pekerjaan merupakan sebuah jalan kehidupan yang akan memperkaya kehidupan
seseorang di semua aspek kehidupannya.
Dimensi kinerja merupakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang diharapkan organisasi.
(Bangun, 2012), mengatakan bahwa kinerja memiliki dimensi antara lain: 1) jumlah
pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan; 2) kualitas pekerjaan,
berupa persyaratan pekerjaan yang harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan pekerjaan
sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu; 3) ketepatan waktu, berupa
lamanya suatu pekerjaan untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu karena setiap
pekerjaan memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya; 4) kehadiran, suatu jenis
pekerjaan tertentu menuntut kehadiran anggota dalam mengerjakannya sesuai waktu yang
ditentukan; 5) kemampuan bekerja sama, berupa kemampuan anggota untuk dapat
menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan kerja sama antar anggota.

C. Pentingnya Dimensi Etos Kerja


Menurut (Sule and Priansa, 2018) etos memiliki fungsi yang sangat penting, baik
untuk individu karyawan maupun organisasi tempatnya bekerja. Sejumlah penting dari
etos kerja bagi individu karyawan itu sendiri antara lain: etos menunjang kepribadian,
etos menunjang profesionalisme, etos menunjang karir, etos menunjang pergaulan, etos
menunjang kepemimpinan. Sedangkan (Anoraga and Prasetyo, 2015), memaparkan
dimensi etos kerja adalah sebagai berikut: aspek dari dalam diri individu, aspek motif
sosial, dan aspek persepsi. Dengan demikian dikatakan bahwa dalam mengukur etos kerja
individu dibutuhkan dimensi yang jelas sebagai dasar menggambarkan karakter dan nilai
seseorang yang dapat memengaruhi dirinya dalam organisasi dan lingkungan.
Dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi, maka suatu instansi/perusahaan
harus memperlihatkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi etos kerja karyawannya,
baik dalam maupun luar organisasi. Menurut (Sule and Priansa, 2018), faktor-faktor
internal yang pada umumnya memengaruhi etos kerja karyawan adalah: agama,
pendidikan, motivasi, usia, jenis kelamin, budaya, sosial politik, geografis, struktur
ekonomi, tingkat kesejahteraan, dan perkembangan bangsa lain. Adapun (Sinamo, 2011),
mengatakan bahwa yang memengaruhi etos kerja adalah: faktor internal (motivasi dan

4
faktor internal dalam diri inividu), serta budaya yang ada dalam masyarakat. Maka untuk
mendorong etos kerja individu, baik individu atau manajemen perlu mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut.
Dimensi kinerja merupakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang diharapkan organisasi.
(Bangun, 2012), mengatakan bahwa kinerja memiliki dimensi antara lain: 1) jumlah
pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan; 2) kualitas pekerjaan,
berupa persyaratan pekerjaan yang harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan pekerjaan
sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu; 3) ketepatan waktu, berupa
lamanya suatu pekerjaan untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu karena setiap
pekerjaan memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya; 4) kehadiran, suatu jenis
pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai waktu
yang ditentukan; 5) kemampuan bekerja sama, berupa kemampuan karyawan untuk dapat
menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan kerja sama antar karyawan.
Sementara itu, (Sutrisno, 2011), memaparkan bahwa terdapat empat aspek kinerja
karyawan, berupa: 1) kualitas yang dihasilkan, yang menerangkan tentang jumlah
kesalahan dan ketepatan dalam melakukan tugas; 2) kuantitas yang dihasilkan, yang
berkenaan dengan jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan; 3) waktu kerja, yang
menerangkan jumlah kehadiran, keterlambatan, dan masa kerja yang telah dijalani
individu karyawan tersebut; 4) kerja sama, yang menerangkan bagaimana individu
membantu atau menghambat usaha dari teman sekerjannya. Berdasarkan pendapat ahli
tersebut, disimpulkan bahwa dimensi kinerja karyawan merupakan bagian yang
diterapkan organisasi untuk mengetahui ukuran kinerja karyawan melalui dimensi
kualitas yang dihasilkan, waktu kerja, kuantitas yang dihasilkan, dan kerja sama.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dimensi Makrifat, Dimensi makrifat (aku tahu) harus dihayati oleh setiap subjek pelaku
kerja sehingga dia mampu mengambil posisi yang jelas dalam kedudukannya sebagai
pengemban amanah yaitu berupa pekerjaan. Kita tidak mungkin bekerja optimal kecuali
mengetahui terlebih dahulu "siapa aku dalam hubunganku dengan pekerjaanku, apa
kelebihankun, apa pula kelemahanku" dan seterusnya.
Dimensi Hakikat (aku berharap), Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana
arah tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Dimensi Syariat (aku berbuat), Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan, serta
harapan-harapan hendaklah dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata, yang telah
diyakini kebenarannya. Dikatakan bahwa tindakan lebih membekas daripada sekedar
berkata (action speaks louder than a word).

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami paparkan mengenai Dimensi Etos kerja (dimensi
ma'rifat, hakikat & syariat) .Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi
banyak kalangan, dan menjadi wawasan kita dalam mengetahui Dimensi Etos kerja
(dimensi ma'rifat, hakikat & syariat) Karena keterbatasan pengetahuan dan referansi
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritikan yang membangung kami harapkan agarkami dapat menyusun makalah
lebih baik lagi di masa yang akan datang.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, Rahmat, Etos Kerja dalam Islam dan Kristen, Yogyakarta: Pustaka Raja, 2005.
Geertz, Clifford, Kebudayaan dan Agama, terj. Fransisco Budi Hardiman, Yogyakarta: Kanisius,
1992.
Tasmara, Toto, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: PT Karipta, 1994.

Sinamo, J. (2011) 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Dharma Mahardika.

Anda mungkin juga menyukai