Makalah Dimensi Etos Kerja
Makalah Dimensi Etos Kerja
Disusun Oleh :
1. Ahmad Faisal Khamdani (2040310001)
2. Achmad Rafif Ramadhan (2040310006)
3. Stalis Fitrianti Utami (2040310032)
A6 Manajemen Dakwah
Puji syukur Alhamdulillah penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “ Dimensi Etos kerja
(dimensi ma'rifat, hakikat & syariat) ” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etos Kerja Muslim yang diampu
oleh dosen Ibu Aizzatun Nisak, M.AG. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam rangka
penyempurnaan penyusunan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Aamiin .
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................0
DAFTAR ISI...................................................................................................................................0
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................1
Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
Pengertian Dimensi Etos Kerja Ma’rifat, Hakikat, dan Syari’at..................................................2
Langkah Mencapai Dimensi Etos Kerja......................................................................................4
Pentingnya Dimensi Etos Kerja...................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
KESIMPULAN............................................................................................................................7
SARAN........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering melihat slogan etos kerja yang menarik terpampang di dinding kantor
atau perusahaan untuk mengingatkan para pekerjanya terhadap kewajibannya yaitu
memiliki tanggung jawab meningkatkan kinerjanya. Namun berbeda pada realisasinya,
kita bisa saksikan kiprah mereka dalam melaksanakan tugasnya, misalnya, pada jam
sibuk terdapat beberapa pekerja sibuk ngobrol, membaca koran, berSMS-an dan bahkan
duduk-duduk di kantin. Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya
manusia di insitusi sudah sering dilakukan tetapi belum tampak perubahan sikap mental
secara signifikan. Membangun sikap mental dan etos kerja perlu waktu panjang dan
kesabaran namun tegas.
Jika kita menyelami etos kerja penduduk di Cina, akan dapat kita peroleh
gambaran nyata bagaimana etos kerja tinggi itu dipraktikkan. Dari sejak masa kanak-
kanak atau masa sekolah, mereka sudah dilibatkan dalam kegiatan bisnis orangtuanya
(industri rumah tangga) di luar jam sekolah. Mereka diajari arti perjuangan hidup.
Bagaimana seharusnya berjuang untuk memperoleh uang dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Bagi mereka, yang penting seberapa banyak bisa menabung, bukan
seberapa besar penghasilan yang diperoleh. Industri rumah tangga di Cina sangat
berkembang dan justru memperkuat perekonomian Cina. Tidak ada waktu untuk santai
atau membuang-buang waktu dan mereka berusaha selalu memberi nilai tambah dalam
kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dimensi etos kerja makrifat, hakikat, syariat ?
2. Bagaimana langkah seseorang agar mencapai dimensi tersebut?
3. Lalu mengapa harus ada dimensi tersebut di dalam etos kerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dimensi etos kerja ma’rifat,hakikat,syari’at.
2. Untul menegathui langkah langkah agar mencapai dimensi tersebut.
3. Untuk mengetahui mengapa dimensi etos kerja diperlukan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dimensi Hakikat
Dimensi Hakikat (aku berharap), Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan
kemana arah tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau
dorongan untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah
tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup. imensi hakikat, di
mana seorang muslim memiliki sikap untuk menetapkan tujuan kemana arah tindakan
yang dituju. Pribadi muslim harus menyakini niat atau dorongan untuk menetapkan
cita-cita yang ingin dicapainya.
2
3. Dimensi Syari’at
Dimensi Syariat (aku berbuat), Pengetahuan tentang peran dan potensi diri,
tujuan, serta harapan-harapan hendaklah dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata,
yang telah diyakini kebenarannya. Dikatakan bahwa tindakan lebih membekas
daripada sekedar berkata (action speaks louder than a word).
dimensi syariat, di mana pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta
harapan-harapan hendaknya mempunyai arti, yang dipraktikkan dalam bentuk
tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya. Tindakan nyata itu ditunjukan
dengan bekerja keras, cerdas, dan professional serta menanamkan kebaikan, rasa
syukur dan manfaat pada setiap pekerjaan. Dalam Islam juga diatur etika kerja.
Rasullullah SAW dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas,
dilakukan secara selektif. Di antaranya melihat dari segi keahlian, keutamaan, dan
kedalaman ilmu. Islam juga menghormati hak-hak orang-orang yang bekerja.
Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-
keringatnya.” (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani). Hadist itu juga
menekankan bahwa besarnya gaji disesuaikan dengan hasil kerja. Hadist itu menjadi
penuntun dalam mengupah seseorang yang disesuaikan dengan porsi kerjanya
sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan
hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata
yang telah diyakini kebenarannya.
Bekerja untuk mencari fadhilah karunia Allah, menjebol kemiskinan,
meningkatkan taraf hidup, martabat, dan harga diri. Harapan (hope) hanya bisa diraih
bila memenuhi kualitas kepribadian yang secara metaforis dapat digambarkan dalam
rumus :
Quality of your (head + heart + hand) + hard working = hope
Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai
serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang
hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah SWT. Sedangkan orang kafir
bermujahadah untuk kesenangan duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu.
3
Selain itu, ketika kamu memiliki etos kerja yang baik, bukan hanya dirimu yang
mendapatkan manfaatnya, melainkan juga orang lain. Hal ini karena etos kerja dapat
menciptakan lingkungan kerja yang positif. Kerja keras dan rasa bertanggung jawab yang
kamu tunjukkan dapat mempengaruhi kinerja rekan kerja, bahkan atasanmu.
Langkah awal menuju etos kerja terbaik adalah dengan cara mencintai pekerjaan,
karena tanpa mencintai pekerjaan sangat tidak mungkin seseorang dapat menikmati
waktu yang dilalui bersama lingkungan pekerjaan. Etos kerja yang baik dapat
ditunjukkan melalui sikap empati dan toleransi pada lingkungan pekerjaan. Apabila
seseorang mau mencintai pekerjaannya dengan tulus, maka dia akan menjadi pribadi
yang kaya hati dan mudah melayani orang lain dengan perasaan bahagia. Cinta pada
pekerjaan merupakan sebuah jalan kehidupan yang akan memperkaya kehidupan
seseorang di semua aspek kehidupannya.
Dimensi kinerja merupakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang diharapkan organisasi.
(Bangun, 2012), mengatakan bahwa kinerja memiliki dimensi antara lain: 1) jumlah
pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan; 2) kualitas pekerjaan,
berupa persyaratan pekerjaan yang harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan pekerjaan
sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu; 3) ketepatan waktu, berupa
lamanya suatu pekerjaan untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu karena setiap
pekerjaan memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya; 4) kehadiran, suatu jenis
pekerjaan tertentu menuntut kehadiran anggota dalam mengerjakannya sesuai waktu yang
ditentukan; 5) kemampuan bekerja sama, berupa kemampuan anggota untuk dapat
menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan kerja sama antar anggota.
4
faktor internal dalam diri inividu), serta budaya yang ada dalam masyarakat. Maka untuk
mendorong etos kerja individu, baik individu atau manajemen perlu mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut.
Dimensi kinerja merupakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang diharapkan organisasi.
(Bangun, 2012), mengatakan bahwa kinerja memiliki dimensi antara lain: 1) jumlah
pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan; 2) kualitas pekerjaan,
berupa persyaratan pekerjaan yang harus dipenuhi untuk dapat menghasilkan pekerjaan
sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu; 3) ketepatan waktu, berupa
lamanya suatu pekerjaan untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu karena setiap
pekerjaan memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya; 4) kehadiran, suatu jenis
pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai waktu
yang ditentukan; 5) kemampuan bekerja sama, berupa kemampuan karyawan untuk dapat
menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan kerja sama antar karyawan.
Sementara itu, (Sutrisno, 2011), memaparkan bahwa terdapat empat aspek kinerja
karyawan, berupa: 1) kualitas yang dihasilkan, yang menerangkan tentang jumlah
kesalahan dan ketepatan dalam melakukan tugas; 2) kuantitas yang dihasilkan, yang
berkenaan dengan jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan; 3) waktu kerja, yang
menerangkan jumlah kehadiran, keterlambatan, dan masa kerja yang telah dijalani
individu karyawan tersebut; 4) kerja sama, yang menerangkan bagaimana individu
membantu atau menghambat usaha dari teman sekerjannya. Berdasarkan pendapat ahli
tersebut, disimpulkan bahwa dimensi kinerja karyawan merupakan bagian yang
diterapkan organisasi untuk mengetahui ukuran kinerja karyawan melalui dimensi
kualitas yang dihasilkan, waktu kerja, kuantitas yang dihasilkan, dan kerja sama.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dimensi Makrifat, Dimensi makrifat (aku tahu) harus dihayati oleh setiap subjek pelaku
kerja sehingga dia mampu mengambil posisi yang jelas dalam kedudukannya sebagai
pengemban amanah yaitu berupa pekerjaan. Kita tidak mungkin bekerja optimal kecuali
mengetahui terlebih dahulu "siapa aku dalam hubunganku dengan pekerjaanku, apa
kelebihankun, apa pula kelemahanku" dan seterusnya.
Dimensi Hakikat (aku berharap), Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana
arah tindakan dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Dimensi Syariat (aku berbuat), Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan, serta
harapan-harapan hendaklah dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata, yang telah
diyakini kebenarannya. Dikatakan bahwa tindakan lebih membekas daripada sekedar
berkata (action speaks louder than a word).
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami paparkan mengenai Dimensi Etos kerja (dimensi
ma'rifat, hakikat & syariat) .Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi
banyak kalangan, dan menjadi wawasan kita dalam mengetahui Dimensi Etos kerja
(dimensi ma'rifat, hakikat & syariat) Karena keterbatasan pengetahuan dan referansi
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritikan yang membangung kami harapkan agarkami dapat menyusun makalah
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
6
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, Rahmat, Etos Kerja dalam Islam dan Kristen, Yogyakarta: Pustaka Raja, 2005.
Geertz, Clifford, Kebudayaan dan Agama, terj. Fransisco Budi Hardiman, Yogyakarta: Kanisius,
1992.
Tasmara, Toto, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: PT Karipta, 1994.