Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA SEPSIS NEONATORUM DI RUANG NICU


RSUD PROF DR. W.Z. JOHANES KUPANG

Disusun Oleh :
JOY SANTI TIIP
83102823

Pembimbing Kampus (CT) Pembimbing Klinik (CI)

Kornelis Nama Beni,S.Kep.,Ns.,M.Kep Ariance Salang,S,Kep,.Ns

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai
macam organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif,
fungi, parasit, dan virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi
menjadi sepsis, dan terdapat suatu rangkaian dari beratnya infeksi dari proses
yang terlokalisisir menjadi bakteriemia sampai ke sepsis dan menjadi septik
syok (Norwitz,2019).
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
aktivasi proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun
definisi yang saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan
dalam consensus American College of Chest Physician dan Society of Critical
Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon
inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis
berat, dan syok/renjatan septik (Chen ,2019).
Sepsis neonatorum adalah suatu gejala klinis dengan mikroorganisme
positif yang didapat dari spesimen steril seperti darah, cairan serebrospinal,
dan urin yang di ambil dengan cara steril pada satu bulan pertama kehidupan
(Thaver 2019).
B. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat
diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini
(early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset
neonatal sepsis) (Anderson-Berry, 2018).
Sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) merupakan infeksi perinatal
yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan
biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Infeksi terjadi
secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama
persalinan atau kelahiran bayi. Incidence rate sepsis neonatorum awitan dini
adalah 3.5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15-50% pasien tersebut
meninggal (Depkes RI, 2018).
Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) terjadi disebabkan kuman
yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah 72 jam kelahiran. Proses
infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan
termasuk didalamnya infeksi karena kuman nasokomial (Aminullah, 2018).
C. Etiologi
Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas mikroorganisme. Dari
hasil kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari sepsis.
Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari penyebab infeksi
sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa mikroorganisme. Pada
pasien yang kultur darahnya negatif, penyebab infeksi tersebut biasanya
diperiksa dengan menggunakan kultur lainnya atau pemeriksaan mikroskopis
(Munford, 2018). Penelitian terbaru mengkonfirmasi bahwa infeksi dengan
sumber lokasi saluran pernapasan dan urogenital adalah penyebab paling
umum dari sepsis (Shapiro, 2019)
Pada Negara berkembang, E. coli, Klebsiella sp. dan S. aureus
merupakan patogen penyebab sepsis neonatorum awitan dini tersering, dimana
S. aureus, Streptococcus pneumonia dan Streptococcus pyogenes menjadi
patogen penyebab sepsis neonatorum awitan lambat tersering (Khan, 2019).
D. Manifestasi Klini

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,

merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,

bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol


6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

E. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya
fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Imunoglobulin
pertama yang dibentuk fetus sebagai respon infeksi bakteri intrauterin adalah
Ig M dan Ig A. Ig M dibentuk pada usia kehamilan 10 minggu yang kadarnya
rendah saat lahir dan meningkat saat terpapar infeksi selama kehamilan.
Peningkatan kadar Ig M merupakan indikasi adanya infeksi neonatus.
Ada 3 mekanisme terjadinya infeksi neonatus yaitu saat bayi dalam
kandungan / pranatal, saat persalinan/ intranatal, atau setelah lahir/ pascanatal.
1. Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
menebus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih
banyak yang lain.
2. Intra natal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks
naik mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi.
Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi
sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui
kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
3. Pasca natal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi
nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat,
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi
dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.
Antenatal Intranatal Pascanatal

Peny. Infeksi Prwtn antenatal yg Persalinan Ketuban Prematur,BBLR,c Prwtn BBL Prosedur
slm kehamilan tdk memadai yg tdk pecah dini acat bawaan yg tdk baik invasif
higiene

Kuman mlwti Inhalasi cairan amnion Immaturitas pe↑


Kemampuan
plasenta dan me↑ invasi yg t’infeksi sistem imun risiko
imunitas
umbilikus kuman tjdnya
masih
rendah,kulit infeksi
dan selaput nosoko
Masuk ke
Masuk ke pe↑risiko lendir tipis mial
Masuk ke sal.cerna dan
tubuh bayi infeksi dan mudah
sirkulasi janin sal. nafas
rusak

MK : Resiko Masuk ke
infeksi tubuh bayi

Sepsis Neonatorum

Infeksi sistemik
mll peredaran
darah

Instabilitas Sal.napas Sal.cerna Sistem


termoregulasi kardiovaskuler

Perubahan ambilan Mual,muntah,a Hipotensi,kulit


MK:Hipertermi/ dan penggunaan lembab,pucat,
hipotermi noreksia
oksigen sianosis

Dispnea,takipnea,a
pnea
MK:nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

MK:Gangguan pola napas


F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan. Jika diduga suatu meningitis,

maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur

urin : Hitung darah lengkap, dengan hitung diferensial, urinalisis, gambaran

koagulasi, urea darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar asam

laktat, gas darah arteri, elektrokardiogram, dan rontgen dada.

Pada tabel dibawah dijelaskan hal-hal yang menjadi indikator laboratorium


pada penderita sepsis.
Pemeriksaan Temuan Uraian
Laboratorium
Hitung leukosit Leukositosis atau Endotoxemia
leukopenia menyebabkan leukopenia
Hitung trombosit Trombositosis atau Peningkatan jumlahnya
trombositopenia diawal menunjukkan
respon fase akut;
penurunan jumlah
trombosit menunjukkan
DIC
Kaskade koagulasi Defisiensi protein C; Abnormalitas dapat
defisiensi antitrombin; diamati sebelum
peningkatan D-dimer; kegagalan organ dan tanpa
pemanjangan PT dan PTT pendarahan
Kreatinin Peningkatan kreatinin Indikasi gagal ginjal akut
Asam laktat As.laktat>4mmol/ Hipoksia jaringan
L(36mg/dl)
Enzim hati Peningkatan alkaline Gagal hepatoselular akut
phosphatase, AST, ALT, disebabkan hipoperfusi
bilirubin
Serum fosfat Hipofosfatemia Berhubungan dengan level
cytokin proinflammatory
C-reaktif protein (CRP) Meningkat Respon fase akut
Procalcitonin Meningkat Membedakan SIRS
dengan atau tanpa infeksi
G. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal,
untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia
dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus
septik sakit (Datta, 2019) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap
normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus
dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi
yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10
menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45
menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml
per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang
adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari
atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atau sianosis
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak
memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki
perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan
perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik
hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi,
murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat
yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin
atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2020).
H. Komplikasi
Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, dan
meningnitis dan DIC.
I. Pencegahan
Sepsis neonatarum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa
pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabakan kematian dalam
waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting
karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
Tindakan pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Pada Masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
iminisais, pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang
memadai, penangan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan
ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.
2. Pada Saat Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan
diperlukan sebagai tindakan operasi, tindakan intervensi pada ibu dan bayi
seminimal mungkin dilakukan. Mengawasi keaadan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Pada Masa Sesudah Persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan agar tetap
bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendir. Tindakan invasif harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Sebelum dan sesudah
memegang bayi harus mencuci tangan gterlebih dahulu. Dan bayi yang
berpenyakit menular harus diisolasi, dan pemberian antibotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata / identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan
sekali menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan utama pada sepsis neonatorum tidak khas
seperti pada kasus-kasus lain, tetapi biasanya didapatkan sebagian
gejala dari gejala yang biasa terjadi seperti malas minum, kuning,
letalergi, dll.
b. Riwayat penyakit sekarang: perlu ditanyakan:
- Mulai kapan anak terlihat lemas lemas, kesadaran menurun,
malas minum, kuning?
- Apakah anak muntah? Berapa kali? Jumlah?
- Apakah anak panas? Mulai kapan?
- Apakah anak mencret?
- Apakah terdapat sesak nafas?
c. Riwayat penyakit dahulu : Apakah pernah mengalami infeksi
sebelumnya?
d. Riwayat kehamilan: Penyakit yang pernah diderita ibu selama
kehamilan, terutama penyakit infeksi?
e. Riwayat keluarga: Apakah dalam keluarga ada anggota yang
menderita penyakit infeksi?
2. Activity daily living
a. Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b. Eliminasi : BAB 1x/hari
c. Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
d. Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat
sakit berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi
neonatorum, melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama
persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f. Psikososial : Bayi rewel
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang;
b. Kesadaran: normal
c. Vital sign: TD : normal
d. Nadi : normal (110-120 x/menit)
e. Suhu : Demam (Suhu >38 ºC) atau hipotermi (<36ºC)
f. Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-60x/menit)
g. Kepala dan leher:
Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut
Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan,
adanya caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
Mata : Agak tertutup / tertutup,

Mulut : Mecucu seperti mulut ikan

Hidung : Pernafasan cuping hidung, sianosis

Telinga : Kebersihan ,

Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe, Terdapat


kaku kuduk pada leher

h. Dada
Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi : Jantung : Dullness
Paru : Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing
i. Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali pusat
(jika infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah
pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar bising usus
j. Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
k. Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia,
epispadia, testis BAK pertama kali.
l. Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan
bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga
bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
J. Diagnosa Keperawatan
K. Rencana keperawatan, implementasi, evaluasi
1. Rencana Keperawatan.
a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
c) Resiko syok berhubungan dengan sepsis

No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI


1 Hipertermia Termoregulasi Manajeman hipertermia
berhubungan dengan
proses penyakit Ekpertasi : membaik Obervasi

Penyebab Kriteria hasil  Identifikasi penyebab


hipetermi (dehidrasi, terpapar
 Dehidrasi  Suhu tubuh lingkungan panas, penggunaan
membaik incubator)
 Terpapar
lingkungan panas  Suhu kulit  Monitor suhu tubuh
membaik  Monitor kadar elektrolit
 Proses penyakit
 Takikardi menurun  Monitor haluan urin
 Ketidaksesuaian
pakaian dengan  Takipnea menurun  Monitor komplikasi akibat
suhu lingkungan  Kulit merah hipertermi
 Peningkatan laju menurun Terapiotik
metabolisme
 Respon trauma  Sediakan lingkungan yang
dingin
 Aktivitas
berlebihan  Longggarkan atau lepaskan
pakaian
 Penggunaan
incubator  Basahi dan kipasi permukaan
Tanda gejala tubuh
 Berikan cairan oral
 Suhu tubuh diatas  Lakukan pendinginan eksternal
nilai normal (misalnya selimuti hipotermi
 Kulit merah atau kompres dingin)
 Takikardi  Berikan oksigen bila perlu
 Takipnea Edukasi
 Kulit teraba
hangat  Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan


elektrolit dan cairan intravena
bila perlu
2 Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan Setelah dilakuan Tindakan
peningkatan tindakan keperawatan
kebutuhan diharapkan status Observasi
nutrisi membaik
metabolisme 1. identifikasi nutrisi
dengan kriteria hasil

1. Kekuatan otot 2. identifikasi makanan yang


pengunyah meningkat
disukai
2. Kekuatan otot
menelan meningkat 3. identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien

4. identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik

5. monitor asupan makanan

6. monitor berat badan

7. monitor hasil pemeriksaan


laboratorium

Terapeutik

1. lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu

2. sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang sesuai
Daftar Pustaka

1. Aminullah A. 2018.Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Buku Ajar Neonatologi.


Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

2. Bulecheck, Gloria M, et al. 2019. Nursing Intervention Classifcation (NIC)


Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier,

3. Chandrasoma dan Taylor. 2018. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2.


Jakarta : EGC

4. Guntur H. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit Dalam FKUI

5. Prawirohardjo, Sarwono. 2019. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

6. Rudolph AM. 2020. Julien IEH, Colin DR. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume 1 Edisi 2. Jakarta: EGC

7. Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di


http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-
neonatorum/NET.

8. http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.

TERAPI
1. Therapi Oksigen

2. Therapi obat antibiotik

1. Therapi cairan

Kebutuhan Cairan Kebutuhan Kalori

1-10 kg = 100 cc/kg 1000 cc + (100 cc x usia dalam tahun)

11-20 kg = 1000cc + (n x 50) 1-3 tahun = 100 kal/kg BBI

>20 kg = 1500 cc + (n x 20 4-5 tahun = 90 kal/kg BBI

N= kelebihan berat badan Kebutuhan protein = (10 x total energi


harian) : 4 = …… gram

Kebutuhan Lemak = ( 20 x total energi


harian): 9 = ….. gram

Anda mungkin juga menyukai