Anda di halaman 1dari 4

Memahami Cara Kerja Aplikasi Pengendali Jarak Jauh Videotron Jakarta Kompas.

com - 06/10/2016,
10:03 WIB Oik Yusuf Penulis Videotron di kawasan Jakarta Selatan yang diduga menayangkan video
porno pada Jumat (30/9/2016) siang. Lihat Foto Videotron di kawasan Jakarta Selatan yang diduga
menayangkan video porno pada Jumat (30/9/2016) siang.(Twitter) Sumber Wired,kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian telah menangkap seseorang berinisial SAR yang diduga
bertanggung jawab atas penayangan video porno di sebuah billboard digital (videotron) di kawasan
Jakarta Selatan, pekan lalu. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran
menjelaskan, sebelum melakukan aksinya, SAR terlebih dahulu mendapatkan username dan
password untuk mengakses kendali videotron. "Tersangka ini lebih kepada ilegal access, bisa juga
hacker," kata Fadil kepada Kompas.com di Mapolda Metro Jaya pada hari yang sama dengan
penangkapan SAR. Menurut keterangan dari pihak kepolisian, SAR yang berprofesi sebagai ahli IT di
PT Mediatrac memperoleh username dan password aplikasi yang dipakai di videotron ketika sedang
melintas di dekatnya, akhir September lalu. Aplikasi yang dipakai adalah TeamViewer. Baca: Ini
Kronologi Peretasan Videotron yang Tayangkan Konten Pornografi SAR kemudian mengunduh
aplikasi remote access TeamViewer dan memasukkan username dan password videotron
bersangkutan untuk mengambil alih kendali dari pengelola yang seharusnya, yakni PT Transito
Adiman Jati. Saat itulah, dia mulai menonton tayangan video porno di komputernya yang kemudian
ikut disalurkan ke billboard digital tersebut sehingga menjadi tontonan publik. Meski dia mengaku
tak mengetahui bahwa film yang ditonton akan terhubung dengan videotron di Jalan Wijaya itu, SAR
tetap terancam dijerat Pasal 282 KUHP tentang Tindak Pidana Asusila dan Pasal 27 ayat 1 UU ITE
dengan ancaman penjara 7 tahun dan denda Rp 15 miliar. Bagaimana SAR melakukan aksinya?
KompasTekno mencoba mengulas teknik yang dilakukan untuk mendapat akses ke billboard digital.
Kendali dari jauh Digital signage, termasuk billboard elektronik, pada dasarnya terdiri dari komponen
layar dan komputer yang bertindak sebagai pemutar konten. Komputer di balik layar bisa berupa
embedded system yang ringkas dan terintegrasi dengan layar, atau komputer dengan sistem operasi
desktop, seperti Linux atau Windows, bisa juga OS mobile seperti Android. Apabila tersambung ke
sistem komputer lain melalui kabel jaringan, atau koneksi internet/jaringan seluler, komputer pada
billboard digital bisa dikendalikan dari jauh oleh perangkat lain (remote access), termasuk dalam hal
memampang konten di layar. Software remote access yang bisa memfasilitasi hal tersebut banyak
tersedia, misalnya saja Mirabyte dan TeamViewer yang digunakan oleh SAR dalam kasus penayangan
konten porno di videotron. Lihat Foto Skema penayangan konten di billboard elektronik bisa
sederhana dan langsung, antar komputer ke komputer melalui sambungan internet, jaringan lokal,
dan flashdisk (gambar kiri), atau dengan melibatkan beberapa perangkat lain untuk penayanan
konten multimedia, termasuk keluaran audio. (Mirabyte, verypixel.com) Aplikasi TeamViewer yang
dipromosikan sebagai sarana untuk kolaborasi jarak jauh seperti remote technical support ini bisa
diunduh dan digunakan secara gratis untuk keperluan pribadi atau perorangan. Cara memakainya
mudah dan bersifat lintas platform. Komputer pengendali dan komputer di billboard tak harus
menggunakan sistem operasi yang sama. Di situsnya, TeamViewer mengatakan, software tersebut
bisa berjalan di berbagai sistem operasi baru, seperti Android M, Windows 10, Mac OS El Capitan,
ataupun yang lawas, seperti Windows XP dan Windows Server 2003. Asalkan perangkat terhubung
ke internet, penggunanya bisa mengendalikan tampilan billboard digital. Syaratnya, software
TeamViewer mesti terpasang dan berjalan di komputer pengendali dan komputer di billboard. Tiga
hal inilah (koneksi internet serta komputer pengendali dan komputer billboard yang keduanya
dipasangi TeamViewer) yang memungkinkan SAR menayangkan video porno. Percobaan "meretas"
KompasTekno sempat menjajal software TeamViewer dengan memasangnya di dua komputer
dengan sistem operasi berbeda. Komputer pertama yang bertindak pengendali menggunakan sistem
operasi Mac OS. Sementara itu, komputer kedua yang akan dikendalikan berbasis Windows. Proses
instalasi TeamViewer berlangsung cepat dan mulus. Situs sang pembuat langsung mengenali sistem
operasi apa yang dipakai oleh komputer pengakses, lantas memberikan file instalasi yang sesuai
(ekstensi .DMG untuk Mac OS, .EXE untuk Windows). Usai terpasang, begitu dibuka, TeamViewer
akan langsung menyajikan tampilan utama yang menyodorkan nomor "ID" dan password pengguna.
ID dan kata kunci inilah yang dimasukkan dari komputer pengendali untuk "mengambil alih"
komputer lain yang sama-sama menjalankan TeamViewer dari jauh. Lihat Foto Tampilan menu
aplikasi TeamViewer yang langsung menampilkan nomor ID dan password untuk mengakses
komputer pengguna. Mungkin layar inilah yang sempat muncul di videotron Jakarta Selatan dan
difoto oleh SAR. (Oik Yusuf/ KOMPAS.com) Caranya gampang saja, cukup masukkan nomor ID
komputer yang akan dikendalikan ("partner"), lalu tekan tombol "connect to partner". Program lalu
akan meminta password yang bisa dilihat di tampilan TeamViewer di layar komputer yang akan
dikendalikan. Setelah menunggu proses koneksi beberapa lama, kedua komputer pun tersambung.
Antarmuka desktop sistem operasi di komputer yang dikendalikan akan tampil di komputer
pengendali dalam bentuk window remote access. Pengguna di komputer pengendali lantas bisa
berinteraksi dengan komputer yang dikendalikan lewat window remote access tadi, mulai dari
membuka menu Start hingga menjelajah internet lewat browser. Seolah-olah pengguna benar-benar
berada di hadapan komputer lain karena memang itulah kegunaan dari software remote access.
Hanya saja, proses interaksi terasa lambat dan terdapat jeda waktu antara input dan reaksi (lagging).
Boleh jadi ini karena request dari pengendali dialihkan terlebih dahulu melalui internet ke server
TeamViewer sebelum disampaikan ke komputer yang dikendalikan. Apabila resolusi layar komputer
yang dikendalikan tidak sama dengan komputer pengendali atau kurang ideal, tampilan antar-
mukanya di jendela remote access bisa terpotong. Mungkinkah ini sebabnya tayangan porno di
videotron Jakarta Selatan tidak tampil satu layar penuh? (Baca: Situs Porno di Videotron Jakarta
Masih Bisa Dibuka Publik) Lihat Foto Tampilan window remote access TeamViewer di komputer
pengendali berbasis Mac OS X. Komputer yang dikendalikan mamakai sistem operasi Windows 10
dan bisa dikontrol lewat antarmuka dalam window tersebut. (Oik Yusuf/ KOMPAS.com) Selain
mengendalikan komputer lain, software remote access semacam TeamViewer juga bisa dipakai
untuk mengawasi (memata-matai) aktivitas pengguna yang komputernya dikendalikan karena
kegiatannya di sistem operasi turut bisa diamati lewat jendela remote access. Pengendali bisa
mengetahui apabila pengguna komputer lain itu sedang mengetik sebuah dokumen (berikut isinya)
atau mengunjungi suatu situs di internet, misalnya. Proses mengendalikan komputer lain dengan
TeamViewer terbilang sangat mudah. Tak perlu mengetahui alamat IP komputer tujuan ataupun
memakai teknik hacking, seperti packet sniffing ataupun mengakses hardware billboard secara fisik.
Asalkan tahu nomor ID dan password software TeamViewer yang terpasang di billboard, seseorang
bisa "mengambil alih" billboard bersangkutan melalui komputer lain yang tersambung ke internet.
Bagaimana cara SAR mendapatkan dua informasi vital tersebut? Dia mengaku nomor ID dan kata
kunci itu suatu ketika nongol di layar billboard, entah karena sengaja atau tidak. SAR yang kebetulan
lewat di dekatnya langsung menjepret tampilan layar dengan ponsel. Baca: Ini Pengakuan Peretas
Videotron di Jalan Wijaya Kejadian lain Penggunaan videotron, khususnya di Indonesia, dianggap
memiliki celah keamanan yang cukup serius. Pakar keamanan internet, Ruby Alamsyah, mengatakan,
operator videotron di Indonesia belum menempatkan IT security lebih utama dibanding konten
mereka. "Saya sering melihat videotron yang sedang tidak aktif menampilkan konten iklan sering kali
menampilkan informasi seperti yang terjadi di Jakarta Selatan, baik itu sistem operasinya, aplikasi,
maupun informasi admin,” tutur Ruby seperti dikutip BBC Indonesia. Penayangan konten porno di
billboard digital Jakarta Selatan memang bukan insiden pertama yang melibatkan videotron.
Sebelumnya telah beberapa kali terjadi peristiwa serupa di berbagai belahan dunia berbeda. Ada
yang tak terlalu memalukan, ada juga yang kemungkinan akibatnya jauh lebih serius dan berbahaya.
(Baca: Celaka, Teknisi Putar Film Porno di Papan Reklame) Seorang pengguna forum online Reddit,
misalnya, tahun lalu mengunggah foto sebuah billboard digital di AS yang tampilan pada layarnya
terhalang window notifikasi dari TeamViewer. Lihat Foto Foto sebuah billboard digital di AS yang
tampilannya terhalan window notifikasi TeamViewer.(Elixer28/ Reddit) Notifikasi ini akan muncul
apabila komputer pengendali mengakhiri koneksi, atau jika sambungan terputus. Peristiwa serupa
juga terjadi di Edinburgh, Skotlandia. Seperti apa kejadian yang lebih serius? Pada 2013, Wired
pernah melaporkan bahwa di internet terdapat banyak sistem Virtual Network Computing (VNC,
digunakan untuk remote access seperti pada TeamViewer) yang bisa bebas diakses tanpa
sepengetahuan pemiliknya. Mirip seperti kasus videotron porno di Jakarta Selatan, tetapi yang bisa
diakses dan dikendalikan secara remote lewat internet bukan billboard, melainkan sistem komputer
lain. TeamViewer secara default mengharuskan pengakses memasukkan nomor ID dan kata kunci
sehingga sulit dibuka tanpa izin, kecuali si pengakses pernah kebetulan mendapat dua informasi
tersebut, seperti yang dialami SAR di atas. Lihat Foto Sistem komputer pengendali milik sebuah
pembangkit listrik tenaga air di New York, AS, yang ternyata bisa diakses secara terbuka lewat Virtual
Network Computing di internet, berdasarkan penelusuran peneliti keamanan Paul McMillan pada
2013. (Wired) Namun, sistem-sistem VNC lain ada yang dibiarkan terbuka begitu saja, tanpa
mekanisme proteksi seperti password atau firewall. Celakanya, sebagian remote access yang bisa
sembarangan dilihat ini merupakan milik institusi penting seperti pembangkit listrik, perusahaan
pipa minyak dan gas, sampai rumah sakit yang memuat data pribadi pasien. Bayangkan apa yang
bisa terjadi kalau ada orang iseng. Masih mending kalau menayangkan film porno, bagaimana jika
dia mencuri informasi sensitif, seperti data kartu kredit atau mengacak-acak setting komputer?
Tentang videotron Lihat Foto Contoh digital signage yang terpasang di halte bus.(jcdecaux-
oneworld.com) Videotron alias billboard digital/elektronik termasuk dalam kategori piranti digital
signage, alias penampil informasi dalam bentuk digital. Jenis dan ukuran digital signage bermacam-
macam, tergantung fungsi dan peranan. Ada yang berukuran kecil sebesar poster seperti yang biasa
dipakai untuk menampilkan jadwal dan rute di halte bus. Ada juga digital signage berukuran lebih
besar, seperti yang dipakai untuk menampilkan jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat di
bandar udara. Digital signage dengan ukuran terbesar biasanya berupa billboard elektronik untuk
menampilkan iklan. Perannya mirip dengan billboard biasa. Bedanya, billboard digital mampu
menampilkan jenis konten yang jauh lebih beragam, tidak terbatas pada gambar diam yang biasa
ditempel pada billboard reguler dengan penerangan lampu. Jenis konten ini bisa berupa teks
berjalan, slideshow gambar yang bergulir tiap beberapa detik sekali, atau video. Teknologi layar yang
dipakai untuk memajang konten di billboard digital dan piranti digital signage secara umum bisa
beraneka ragam, tergantung vendor pembuat dan kebutuhan klien. Gambar bisa ditampilkan
dengan layar LCD, plasma, atau LED. Beberapa tipe piranti digital signage bisa dilengkapi speaker
untuk mengeluarkan audio pendamping konten visual, atau layar sentuh sehingga orang di sekitar
bisa berinteraksi dengannya. Lihat Foto Daerah Times Square di kota New York, AS, dipadati oleh
billboard elektronik aneka jenis dan ukuran sehingga waktu malam hari pun terang benderang. (Oik
Yusuf/ KOMPAS.com) Aneka macam digital signage semakin banyak digunakan di seluruh dunia
sehinga makin ramai terlihat di ruang publik. Pasarnya pun terus tumbuh. Tahun lalu, lembaga riset
IHS Markit menyebutkan bahwa nilai pasar global dari perangkat, software, layanan, dan digital
signage mencapai kisaran 15 miliar dollar AS. Angkanya diprediksi bakal mendekati 20 miliar dollar
AS pada 2018. Billboard digital bisa ditempatkan berdiri sendiri di atas penopang (free
standing/single column) atau menempel di bangunan. Billboard yang ditempatkan menempel di
bangunan biasanya memiliki layar tipe LED yang ringkas, hemat daya, dan fleksibel. Dapatkan update
berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram
"Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda
harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Memahami Cara Kerja Aplikasi Pengendali
Jarak Jauh Videotron Jakarta", Klik untuk baca:
https://tekno.kompas.com/read/2016/10/06/10030047/memahami.cara.kerja.aplikasi.pengendali.ja
rak.jauh.videotron.jakarta?page=all.

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Anda mungkin juga menyukai