Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan hasil studi PLN, pulau Jawa diperkirakan akan mengalami


krisis listrik pada tahun 2018 akibat pertumbuhan beban listrik yang terus
meningkat. Sepanjang tahun 2013 PLN menghabiskan 7,47 juta Kiloliter (KL)
BBM untuk seluruh pembangkit listriknya di Indonesia akibat terhentinnya pasokan
Gas untuk PLTGU Belawan. Sedangkan untuk realisasi batu bara meleset dari 49
juta ton menjadi 44 juta ton. (Adi Supriono, 2014). Ketersediaan sumber daya
energi fosil yang semakin lama semakin habis, menyebankan kita harus
menghilangkan ketergantungan terhadap sumber energi fosil tersebut dan beralih
kepada sumber energi terbarukan khususnya untuk energi listrik
(Djojonegoro,1992).

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat dijadikan salah satu sumber
energi alternatrif sebagai solusi untuk permasalahan krisis energi listrik disamping
sumber energi fosil yang semakin lama akan semakin habis. Selain dapat
dimanfaatkan dengan pembangkit listrik skala besar (PLTA), potensi air yang
melimpah di pulau jawa juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai
sumber energi listrik skala kecil seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH). Dari berbagi sumber daya energi nasional yang selama ini dimanfaatkan,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu sumber daya energi
yang paling sering digunakan karena dianggap ramah lingkungan dan
membutuhkan biaya yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan pemanfaatan
sumber energi yang lain (Aris Setyo Wibowo,2014).

Pemanfaatan sungai sebagai sumber energi alternatif ini sering tidak


termanfaatkan secara maksimal, dikarenakan pengetahuan masyarakat dan
prasarana yang kurang. Sebagai contoh pemanfaatan sungai irigasi, selain sebagai
pengairan sawah, potensi alirannya juga bisa dimanfaatkan pada energi kinetiknya.
Pada pemanfaatan energi kinetik sungai salah satunya dengan Turbin aliran silang
(Cross Flow Water Turbine). Model CFWT yang ada salah satunya adalah turbin
Darrieus yang berbentuk hydrofoil dengan NACA 0016 yang dikembangkan
menjadi turbin yang berbasis Spherical.

Berdasarkan uraian diatas, bentuk turbin Darrius hydrofoil dengan NACA


0016 dikembangkan menjadi turbin Spherical. Hal ini dilandasi oleh kenyataan
bahwa benda berbentuk spherical mempunyai gerak rotasi dengan gaya hambat
yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk benda yang bersudut.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah turbin aliran silang
dengan bentuk runner berbasis spherical memiliki kinerja yang lebih baik di
banding turbin darrius ?, untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam penelitian ini
kami akan membuat model turbin dengan runner berbasis bentuk spherical dan
dibandingkan dengan turbin darrieus yang telah ada. Kedua model tersebut di uji
kinerjanya dan dibandingkan berdasarkan karakteristik efisiensi yang dihasilkan.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis memberikan batasan-batasan


pembahasan masalah yang nantinya tidak menimbulkan melebarnya topik bahasan,
yang akan menyimpang dari judul Tugas Akhir ini.

Adapun batasan permasalahanya adalah Turbin Darrieus yang berbasis


NACA 0016 terdiri dari komponen bilah kipas yang berjumlah 3 berpenampang
hydrofoil, blade (bilah sudu) yang dimodifikasi menjadi bentuk spherical.

Apakah perubahan bentuk sudu hasil modifikasi ini memiliki kinerja yang
lebih baik? Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan uji kinerja turbin
spherical.
1.4. Tujuan Penulisan Tugas Akhir

1.4.1 Tujuan Teknik

Tujuan teknik yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Merekayasa model turbin Darrius berbasis NACA 0016.


2. Merancang dan membangun turbin Darrius berbasis NACA 0016
dengan bentuk turbin Spherical.
3. Membangun dan membangun kerangka uji.
4. Melakukan uji kinerja model turbin air aliran silang yang sudah dibuat
(turbin Darrius berbasis NACA 0016 dengan bentuk turbin Spherical
dan pengembanganya).
5. Melakukan analisa kinerja turbin air aliran silang.

1.4.2 Tujuan Akademis

Tujuan Akademis yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk melengkapi syarat kelulusan program Diploma III Jurusan


Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri
Semarang.
2. Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa selama menempuh kuliah di
Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Semarang.
3. Menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan secara terpadu
dan terperinci sehingga berguna bagi perkembangan industri di
indonesia.

1.5. Manfaat Tugas Akhir

1.5.1 Institusi

Meningkatkan mutu pendidikan Politeknik Negeri Semarang khususnya


Program Studi Teknik Konversi Energi dalam hal penelitian dan
pengembangan di bidang teknologi energi terbarukan.
1.5.2 Mahasiswa

Penerapan ilmu pengetahuan dan kemampuan mahasiswa yang telah didapat


selama perkuliahan.

1.5.3 Masyarakat Umum

Sebagai acuan para peneliti yang melakukan dengan masalah yang serupa
serta menambah pengetahuan bagi para pembaca yang menekuni bidang
rekayasa.

1.6. Metodelogi Penulisan Tugas Akhir

Dalam penyusunan tugas akhir ini digunakan metodelogi sebagai berikut :

1. Metode Studi Pustaka

Yaitu cara pengumpulan materi penunjang pembuatan alat untuk tugas akhir
dengan cara menelusuri dari buku maupun pencarian refrensi lewat dunia
maya, dimana materi didasari dari konsep CFWT yang awalnya mengenai
bentuk turbin darrius yang sudah ada dan cara uji turbin.

2. Metode Perancangan Alat

Perancangan turbin Spherical terdiri dari perancangan bentuk runner, bilah


sudu, pemegang turbin dan ukuran poros, dengan menggunakan parameter
perbedaan bentuk turbin Darrius NACA 0016 yang sudah ada dengan
bentuk turbin Spherical.

3. Metode pembuatan Alat

Proses pembuatan turbin Spherical menggunakan bahan fiber glass dengan


diameter turbin 32 cm, lebar masing-masing sudu 15,7 cm dan jarak antar
sudu membentuk sudut 1200. Model turbin Spherical menggunakan basis
NACA 0016. Untuk pembuatan diperlukan bahan gergraji untuk memotong
membentuk sudu turbin, kikir, amplas untuk melakukan finising yang
selanjutnya dilakukan pengecetan.
4. Metode Perakitan Re-uji Turbin

Proses perakitan antara komponen-komponen turbin dan peralatan


pendukung pada kerangka yang digunakan untuk pengujian turbin.

5. Metode Pembahasan dan Analisa

Proses pembahasan dan analisa hasil yang diperoleh sesudah pengujian yang
bertujuan untuk mengetahui hasil akhir dari pengujian.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang ditulis dalam
tugas akhir ini, penulis membuat sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab pendahuluan memuat latar belakang, pembatasan masalah, tujuan


penulisan tugas akhir, metodelogi penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan.

a. Latar belakang berisi perumusan pengembangan mikrohidro pada daerah


persawahan dan faedah yang dapat diharapkan.

b. Pembatasan masalah menjelaskan parameter-parameter yang menjadi


pembatas dalam pembahasan turbin aliran silang atau Cross Flow Water
turbine (CFWT) yang dilakukan.

c. Tujuan penulisan tugas akhir berisi perumusan secara teknis dan ekonomis
penelitian yang akan dicapai.

d. Metodelogi penulisan tugas akhir menjelaskan tentang metode-metode yang


digunakan dalam pembuatan tugas akhir.

e. Sistematika penulisan berisi secara sistematis keseluruhan penulisan tugas


akhir.
BAB II : Landasan Teori

Landasan teori berisikan konsep CFWT yang diperlukan untuk


memecahkan masalah dalam tugas akhir. Landasan teori memuat persamaan-
persamaan yang digunakan dalam perhitungan dan uraian tentang konstruksi turbin.

BAB III : Dasar – Dasar Perancangan

Pada bab ini memberikan metode dasar-dasar proses perancangan dan


perhitungan mencakup tentang perencanaan, perancangan pembuatan alat,
perhitungan perancangan komponen turbin dengan kerangkanya.

BAB IV : Proses Pengerjaan, Perakitan dan Biaya Produksi

Proses pengerjaan, Perakitan, dan Biaya Produksi menjelaskan tentang


langkah-langkah serta bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan turbin, tahap-tahap
merakit komponen turbin sampai turbin dapat diuji dan deskripsi dana yang
dibutuhkan dalam pembuatan turbin.

BAB V : Pembahasan dan Analisa

Bab ini memuat hasil pengujian turbin dan pembahasan atau analisis dari
pengujian yang bersifat terpadu.

a. Data pengujian disajikan dalam bentuk tabel atau daftar, grafik, foto atau
bentuk lain, dan ditempatkan berdekatan dengan pembahasan atau analisis
agar pembacaan lebih mudah mengikuti uraian.

b. Pembahasan tentang hasil yang diperoleh, berupa penjelasan teoritis,


selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan hasil akhir.

BAB VI : Penutup

Pada bab ini berisikan kesimpulan yang berisi hasil akhir yang diperoleh
dari pengujian yang dipaparkan dalam bentuk narasi dan saran yang berisikan
masukan-masukan yang membangun yang diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB II

LANDASAN TEORI

Turbin air adalah alat untuk mengubah energi air menjadi anergi mekanik.
Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator (Djoko
Luknanto, 2012). Turbin air diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, tetapi
yang paling utama adalah klasifikasi turbin air berdasarkan cara turbin air merubah
energi air menjadi energi mekanik. Beberapa turbin air yang sudah kita kenal antara
lain Turbin Darrieus, Turbin Gorlov, Turbin Achard dan Maitre, dan Turbin
Zanette. Turbin – turbin tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing –
masing untuk perairan di Indonesia.

Berdasarkan klasifikasi ini turbin air dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Turbin impuls memanfaatkan energi kecepatan (energi kinetik) berupa


pancaran air melalui nosel dengan kecepatan tinggi. Turbin jenis ini disebut
turbin tanpa tekanan karena sudu geraknya beroperasi pada tekanan atmosfir.
Sudu geraknya disebut bucket, didorong oleh pancaran air dari nosel, dan
bekerja dengan saluran yang tidak dipenuhi air. Oleh karena itu persamaan
kontinuitas tidak dapat diterapkan. (Wibowo Priyatmo, Turbin Air, 2007).
Untuk turbin impuls spesifikasi head tinggi dan debit rendah.

Gambar 2.1. Prinsip Turbin Air Impuls (Schoenau,1996)


2. Turbin reaksi adalah turbin yang memanfaatkan perubahan tekanan.
Pemanfaatan perubahan energi kinetik juga ada, namun kurang dominan.
Turbin reaksi harus menutup untuk mengisi tekanan air (pengisap) dan turbin
sepenuhnya terendam dalam aliran air, sedangkan arus yang dihasilkan tidak
selalu menumbuk setiap sudu turbin, arus air menumbuk keseluruhan sudu
turbin secara bersamaan. Turbin reaksi digunakan untuk aplikasi turbin dengan
head rendah dan medium. Turbin air reaksi dibagi menjadi dua jenis yaitu;
Turbin Francis dan Turbin Propeller.

Gambar 2.2. Prinsip Turbin Reaksi (Schoenau,1996)

2.1 Konsep Turbin Air aliran Silang

Turbin aliran silang atau Cross Flow Water Turbine (CFWT), memiliki
sumbu rotasi tegak lurus terhadap arus. Jenis turbin ini memiliki beberapa
keuntungan turbin beroperasi dalam segala arah aliran, namun desain dan prediksi
perilaku hidrodinamikanya lebih rumit (Paraschivioiu I, 2002).
Gambar 2.3 Tiga Model CFWT dari skala yang berbeda (a) Darrieus,1931; (b)
Gorlov, 1997 ; (c) Archard dan Maitre, 2004

Turbin aliran silang atau Cross Flow Water Turbine (CFWT) dikembangkan dari
turbin Darrieus (1931) yang digunakan untuk angin. Desain Darrieus dapat dilihat
pada gambar 2.2a. sudu turbin Darrieus berjumlah 3 dan berpenampang airfoil yang
dipasang tegak sejajar dengan poros turbin. Desain Turbin Darrieus dikembangkan
untuk fluida air oleh Gorlov (1997). Perbedaan turbin Gorlov terletak pada arah
posisi sudu. Jika sudu Darrieus memiliki arah posisi tegak, pada turbin Gorlov
memiliki arah posisi helik. Turbin – turbin tersebut kemudian dikembangkan dalam
bentuk yang berbeda oleh Archard dan Maitre (2004), seperti pada gambar 2.3 sudu
turbin Archard Maitre berbentuk delta dengan luas penampang tetap/konstan

.2.2 Hydrofoil

Hydrofoil adalah salah satu bentuk body aerodinamika sederhana yang


berguna untuk memberikan gaya angkat tertentu terhadap suatu body. Pada
hakikatnya hydrofoil sama dengan airofoil, hanya saja hydrofoil biasa digunakan
pada fluida air, sedangkan airofoil digunakan pada fluida udara. Hydrofoil
merupakan suatu struktur dengan hydrofoil NACA yang dikembangkan oleh
National Advisory Committee for Aeronautics (NACA). (Sudargana dan R. Guruh
Kis Yuniarso, 2012).
Gambar 2.4. Contoh Profil Hydrofoil (Schoenau,1996)

2.3 NACA Seri 4 Digit


NACA adalah National Advisory Committee for Aeronautics .Sekitar tahun
1932, NACA melakukan pengujian beberapa bentuk airfoil yang dikenal dengan
NACA seri 4 digit. Distribusi kelengkungan dan ketebalan NACA seri empat ini
diberikan berdasarkan suatu persamaan. Distribusi ini tidak dipilih berdasarkan
teori, tetapi diformulasikan berdasarkan pendekatan bentuk sayap yang efektif yang
digunakan saat itu, seperti yang dikenal adalah airfoil Clark Y. Pada airfoil NACA
seri empat, digit pertama menyatakan persen maksimum chamber terhadap chord.
Digit kedua menyatakan persepuluh posisi maksimum chamber pada chord dari
leading edge. Sedangkan dua digit terakhir menyatakan persen ketebalan airfoil
terhadap chord. Contoh : hydrofoil NACA 2412 memiliki maksimum chamber 0.02
terletak pada 0.4c dari leading edge dan memiliki ketebalan maksimum 12% chord
atau 0.12c. Airfoil yang tidak memiliki kelengkungan, dimana chamber line dan
chord berhimpit disebut airfoil simetrik. Contohnya adalah NACA 0012 yang
merupakan airfoil simetrik dengan ketebalan maksimum 0.12c. (aeroBlog, 2007).
Pada sudu turbin yang dibuat ini adalah menggunakan seri NACA 0018 yang
artinya adalah hydrofoil simetrik yaitu hydrofoil yang tidak memiliki kelengkungan
dimana chamber line dan chord berhimpit dengan ketebalan maksimum 18%. Sudu
turbin yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah sudu turbin dengan NACA
0018 yang memanfaatkan daya dorong dari aliran air
Gambar 2.5 Bentuk Hydrofoil NACA 0018

Keterangan :
 Leading Edge : Sisi depan hydrofoil.
 Trailing Edge : Sisi belakang hydrofoil.
 Chord Length : Jarak antara leading edge dan trailing edge
 Chord Line : Garis lurus yang menghubungkan leading edge dengan trailing
edge.
 Thickness : Ketebalan hydrofoil.
2.4 Persamaan Kapasitas Dasar Aliran
Data sumber air yang perlu diketahui adalah beda ketinggian permukaan air
(z) atau head potensial (𝐻 = 𝑔𝑧) dan kapasitas aliran (Q). pengukuran kapasitas
aliran atau debit yang merupakan jumlah aliran air rata – rata tiap satuan waktu,
merupakan bagian dari bidang teknik mekanikal (Wibowo Paryatmo Turbin Air.
2007).
2.4.1 Persamaan Kontinuitas

Gambar 2.6 Aliran steady melalui tabung aliran


Apabila Q (m3/s) adalah debit aliran air melalui suatu luas penampang A
(m2) dengan kecepatan aliran v (m/s) yang sama disetiap titik. Debit air selalu tetap
atau konstan pada setiap aliran steady, maka berlaku persamaan kontinuitas untuk
aliran steady:
A1 . v1 = A2 . v2 .................................................................................. (1)
Sehingga
Q1 = Q2 = konstan ............................................................................ (2)
Dimana Q merupakan debit air (m3/s), (v) kecepatan aliran (m/s), (A) Luas
penampang saluran (m2). (Sularso, 1983).
2.4.2 Persamaan Bernoulli
Energi aliran sering dinyatakan dalam setiap satu satuan berat fluida yang
disebut dengan head.

∆h1

Gambar 2.7. Posisi Turbin Saat Pengujian

Persamaan energi untuk gambar 2.7 dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑷𝟏 𝒗𝟏𝟐 𝑷𝟐 𝒗𝟐𝟐
z1 + + = z2 + + + HT ................................................ (3)
𝜸 𝟐𝒈 𝜸 𝟐𝒈

diketahui pada

v1 = √2𝑔∆ℎ1 P1 = h1 𝛾

v2 = √2𝑔∆ℎ2 P2 = h2 𝛾

kemudian dengan memasukkan persamaan (v1), (v2), (P1), dan (P2) diperoleh
ℎ1 𝛾−ℎ2 𝛾 2 𝑔 ∆ℎ1 −2 𝑔 ∆ℎ2
HT = + , maka
𝛾 2𝑔

= ( h1 – h2) + (∆h1 - ∆h2),

Dari gambar 2.8 diketahui bahwa nilai

( h1 – h2) = ( z1 – z2)

Sehingga besarnya Head Total (HT) menjadi

HT = ( z1 – z2) + (∆h1 - ∆h2) ....................................................... (4)

Dimana HT merupakan head total (m), ∆h merupakan tinggi tekan air sebelum
dan sesudah turbin (m), z merupakan tinggi permukaan air sebelum dan sesudah
turbin (m)

2.4.3 Luas Penampang Turbin yang Terkena Sapuan Air

Untuk mengetahui besarnya nilai luas penampang turbin yang terkena


sapuan air dari turbin spherical menggunakan persamaaan :

𝝅
A = 𝟒 . d2 ..................................................................................... (5)

Dimana A merupakan luas penampang turbin yang terkena sapuan air (m2), d
merupakan diameter turbin (m)

2.6.3 Debit Air

Debit air adalah volume air yang mengalir dan diukur dengan satuan liter
per detik. Untuk mencari nilai debit menggunakan persamaan sebagai berikut :

Q = A x √𝟐 𝐱 𝐠 𝐱 ∆𝐡 ................................................................... (6)

Dimana, Q = debit air (m3/s), A merupakan luas penampang turbin yang terkena
sapuan air (m2), g merupakan nilai gravitasi bumi (m/s2), ∆h merupakan selisih nilai
∆h1 dan nilai ∆h2 (m)
2.6.4 Daya Hidrolik

Untuk mencari tinggi tekan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑷𝒉 = g x Q x 𝑯𝑻 ............................................................................ (7)

Dimana 𝑷𝒉 merupakan Daya Hidrolik (watt), g merupakan nilai gravitasi bumi


(m/s2), Q merupakan debit air (m3/s), HT merupakan Head Total (m) (Sularso,
1983).

2.6.5 Daya Turbin

Untuk mencari besarnya daya turbin menggunakan persamaan sebagai


berikut :

𝟐𝝅𝒏𝑻
𝑷𝑻 = ..................................................................................... (8)
𝟔𝟎

Dimana 𝑷𝑻 merupakan daya Turbin (watt), n merupakan putaran Turbin (rpm),


𝑻 merupakan torsi (Nm) (Sularso, 1983).

2.6.6 Efisiensi

Secara umum efisiensi adalah sebagai perbandingan kerja yang dihasilkan


dengan energi masukan. Efisiensi turbin, yaitu :

𝑷
ηt = 𝑷𝑻 x 100%.............................................................................. (9)
𝒉

Dimana 𝑷𝒎 merupakan daya mekanik (watt), 𝑷𝒉 merupakan daya hidrolik (watt)


(Sularso, 1983).
BAB III
RANCANGAN TURBIN SPHERICAL

3.1 Dimensi Turbin


Dieameter Turbin spherical sebesar 32 cm didasarkan pada ukuran dan luas
sapuan yang sama dengan turbin darrieus yang telah ada. Turbin darrieus memiliki
tinggi sebesar 27 cm dan diameter 30 cm. Dengan mengetahui dimensi turbin
darrieus maka dapat ditentukan diameter dari turbin spherical yang telah dibuat.
A =p.l
= 30 . 27
= 81 cm2
Didasarkan pada perhitungan luas sapuan yang sama dengan turbin darrieus maka
didapat diameter turbin spherical dengan persamaan:
𝜋
A = . d2
4
3,14
81 = . d2
4

d = 32,12 cm ≈ 32 cm

3.2 Material Pembuatan Turbin


Bahan yang digunakan untuk pembuatan model turbin Spherical memiliki kriteria
antara lain yaitu ringan, memiliki kesamaan ukuran dan bentuk ditiap sudunya
sehingga lebih baik jika proses pembuatan menggunakan sistem cetak atau
CNC, tahan korosi, kuat, d a n tidak meresap air. Berdasarkan kriteria tersebut
maka dipilih bahan fiberglass dikarenakan memenuhi kriteria yang ada
dibandingkan dengan bahan lainya.

3.3. Alat Uji


3.3.1 Saluran Uji
Saluran Uji adal ah s e buah m odel sal ur an ai r yan g di gun aka n
at au yang difungsikan sebagai media uji potensi air untuk menguji performance
atau kinerja dari turbin air. Saluran Uji di laboratorium teknik konversi energi
berbentuk elips dengan spesifikasi antara lain : lebar saluran (l) = 40 cm ;
Kedalaman saluran (z) = 60 cm.

Gambar 3.1 . Saluran Uji

3.3.2 Kerangka Alat Uji


Kerangka alat uji merupakan suatu konstruksi dari alat uji yang berfungsi
sebagai dudukan semua komponen. Kerangka alat uji dibuat dari besi kotak
hollow dengan dimensi 30 x 30 mm. Kerangka alat uji memiliki bagian-bagian
pendukung antara lain:
a. Handle tangan
Handle tangan berfungsi sebagai media pegangan untuk tangan sehingga
poros ulir mampu diputar dan menghasilkan gerakan naik turun pada plat
tempat dudukan bearing dan parameter uji.
b. Rantai
Rantai berfungsi sebagai penghubung 2 buah poros ulir yang digabung
dengan sproket yang memilki diameter yang sama. Putaran kedua poros
ulir akan sama karena sproket meliki ukuran yang s
ama, sehingga plat dudukan bearing mampu bergerak naik turun secara
bersama-sama (sisi kanan dan kiri) dan poros dapat tegak lurus dengan
aliran air.
c. Plat dudukan bearing dan parameter uji
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai dudukan rumah bearing, poros
serta rem cakram. Plat tersebut dapat naik dan turun mengikuti putaran
poros ulir.
d. Poros ulir
Poros ulir berfungsi memindahkan gerakan putar pada poros menjadi
gerakan naik turun pada plat dudukan. Sehingga turbin dapat turun dan
masuk kedalam kolam uji dan pengujian dapat dilakukan.
e. Bearing
Bearing berfungsi sebagai dudukan poros berputar sehingga putaran pada
poros dapat berputar dengan halus dan meminimalisir gaya gesek yang
terjadi.
f. Disk brake
Pemasangan disk brake pada alat uji sebagai variabel pembebanan pada
turbin, sehingga turbin dapat diuji pada nilai beban yang dapat diubah-ubah
dan kinerja turbin dapat diketahui melalui pengolahan data yang didapat
dari pengujian.

Gambar 3.3 Alat Uji


3.4.3. Perhitungan Poros
Poros merupakan bagian dari alat uji yang berbentuk tabung dan bersifat
pejal. Poros berfungsi sebagai penerus putaran (energi mekanik) hasil dari
konversi energi hidrolik oleh turbin. Putaran poros tersebut digunakan untuk
memutar sebuah piringan cakram yang digunakan sebagai simulasi beban, karena
pada aplikasinya putaran poros tersebut digunakan sebagai pemutar rotor pada
generator, ataupun alat mekanik lainnya. Poros harus direncanakan aman dari
tegangan puntir dan bending yang akan terjadi, sehingga poros tidak mengalami
kerusakan (berubah bentuk) saat pemakaian. Poros yang dipilih berbahan ST37,
dengan bentuk penampang lingkaran dan bersifat pejal.
A. Perhitungan Daya Hidrolik
Perhitungan poros berdasakan daya hidrolik yang dimiliki oleh aliran,
karena aliran merupakan sumber energi yang akan dikonversikan
menjadi daya mekanik oleh turbin. Data perhitungan daya hidrolik
menggunakan data dengan nilai terbesar yang dipakai saat pengujian.
Data potensi kolam uji : Δh : 0,1335 m
Z : 0,502 m
L (lebar lintasan) : 0,395 m
Dari data potensi maka didapat
a) Luas penampang (A)
A =LZ
= 0,395 . 0,502
= 0,198 m2
b) Kecepatan Aliran (c)
C = √2𝑔Δh

= √2. 9,806. 0,1335


𝑚
= 1,618 𝑠

c) Debit Saluran (Q)


Q =Ac
= 0,198. 1,618
𝑚3
= 0,3204 𝑠
d) Daya Kinetik (Pk)
1
Pk = 2 𝜌 Q c2

1
= 2 980,6. 0,3204. (1,618)2

= 411,26 watt
e) Menghitung Daya Rencana (Pd)
Pd = Pk . Fc

= 411,26 . 1

= 411,26 Watt
f) Tegangan Geser yang diizinkan (τa)
Bahan poros yang digunakan adalah ST37, yaitu bahan tersebut memiliki
tegangan tarik 37 kg/mm2 atau 362,822 N/mm2
Sesuai dengan persamaan pada BAB II bahwa tegangan geser yang
diijinkan merupakan 18% dari kekuatan tarik bahan maka didapat :
τa = 18% x 𝜎𝑏 (N/𝑚𝑚2 )
= 18% . 362,822
𝑁
= 65,31 𝑚𝑚2

g) Menghitung Torsi (T)


Nilai n (kecepatan putar) diambil dari data pada turbin spherical beban
kosong (nilai n tertinggi)
𝑃𝑑
𝑇=
2𝜋𝑛
60
496,578
𝑇=
2 3,14 130,2
60
𝑇 = 36,439 Nm = 36439 Nm
B. Menghitung Diameter Poros

Gambar 3.4 Posisi Turbin dan poros pada saat pengujian


a) Menghitung gaya turbin
1
F =2ρQc
1
= 2 980,6 . 0,3204 . 1,48
= 237,285 N
b) Menghitung luas sapuan pada turbin
𝜋
A = 4 𝐷2
3,14
= 0,322
4

= 0,0804 m2
c) Menghitung momen yang terjadi pada poros
Σ𝐹𝐻 = 𝑅𝐴 − 𝐹 = 0
𝑅𝐴 = 𝐹
RA = 142,432 N
Momen di titik A adalah
Ma = RA.AB
Ma = 142,432. 0,525
Ma = 74,776 Nm
Momen yang terbesar yang terjadi pada poros adalah nilai di titik A,
maka
Mmax = Ma
Mmax = 74,776 Nm = 74776 Nmm

d) Menghitung diameter poros


Nilai Km dan Kt pada pembebanan halus antara lain Km = 1,5 ; Kt = 1,0
1
5,1
dp =[ 𝜏 √{(𝐾𝑚 M𝑚𝑎𝑥 ) 2 + (𝐾𝑡 𝑇) 2 }] 3
𝑎

1
5,1
dp =[65,308 √{(1,5 .74776 ) 2 + (1 .18605) 2 }] 3

dp = 20,707 mm

3.5 Peralatan Bantu Pengujian


3.5.1 Tabung Pitot

Tabung pitot berfungsi mengukur nilai potensi aliran dalam hal ini adalah
head dinamis atau beda tinggi muka air pada saluran dan kenaikan kolom air
didalam tabung pitot yang disimbolkan dengan (∆ℎ) pada saluran terbuka (Open
Channel). Nilai ∆ℎ digunakan untuk menghitung kecepatan aliran. Tabung pitot
pada pengujian turbin ini terbuat dari pipa transparant yang diberi mistar untuk
mengukur nilai ∆ℎ.

Gambar 3.5 Tabung Pitot


3.5.2 Neraca Pegas

Neraca Pegas merupakan sebuah neraca sederhana yang menggunakan


pegas untuk mengukur suatu beban atau gaya (N). pada pengujian, neraca pegas
berfungsi mengukur nilai gaya yang terjadi pada poros. Nilai gaya tersebut
digunakan untuk menghitung torsi yang terjadi pada poros . Neraca pegas pada
pengujian ini memiliki kapasitas 1kg. Nilai torsi merupakan salah satu parameter
uji yang digunakan untuk menghitung daya mekanik yang dihasilkan oleh turbin
yang diuji.

Gambar 3.6 Neraca Pegas

3.5.3 Tachometer

Tachometer merupakan sebuah alat ukur putaran kecepatan pada bidang


atau bagian yang berputar. Tachometer pada pengujian ini digunakan untuk
mengukur kecepatan putar poros, dimana putaran dari poros merupakan terusan
dari putaran turbin. Nilai kecepatan putar merupakan salah satu parameter uji
yang digunakan untuk menghitung daya mekanik yang dihasilkan oleh turbin
yang diuji.

22
Gambar 3.7 Tachometer

3.5.4 Pompa Aksial

Pompa aksial merupakan peralatan yang berfungsi menghisap dan


mendorong air di saluran uji, sehingga tercipta sebuah aliran air. Pompa aksial
memiliki 2 buah bagian yaitu motor dan kincir air. Pompa aksial menggunakan
gerakan putar pada kincir air untuk menghisap dan mendorong air dimana putaran
kincir air didapat dari motor sebagai penggeraknya.

Gambar 3.8 Motor Penggerak

23
Tabel 3.1 Spesifikasi Motor Penggerak

Jenis Air-cooled 4-stroke OHV

Diameter x Langkah 68 x 45 mm

Daya Output bersih 4,8 HP (3,6 kW)

Torsi bersih 7,6 lbf ft (10,3 Nm)

Kompresi rasio 9,0 :1

Karburator Kupu-kupu

Kapasitas Minyak 0,58 liter

Kapasitas tangki bahan bakar 3,1 Liter

Berat 15,1 kg

3.5.5 Mistar
Mistar merupakan alat ukur jarak. Pada pengujian turbin, mistar
berfungsi sebagai alat untuk mengukur ketinggian atau kedalaman aliran serta
lebar aliran. Mistar yang digunakan memiliki kapasitas ukur 1meter dengan
ketelitian 1mm dan berbahan logam.

Gambar 3.9 Mistar

3.6 Prosedur Pengujian

Pengujian yang dilakukan meliputi uji membandingkan unjuk


kinerja turbin darrieus dengan turbin runner berbasis bentuk spherical.

24
Pengujian tersebut menggunakan variasi debit dan kecepatan motor yang
dilakukan pada skala laboratorium dengan saluran uji yang telah tersedia.

3.7 Parameter yang Diukur dalam Pengujian

Parameter-parameter yang diukur dalam pengujian meliputi head


pada saluran aliran, luas sapuan turbin, putaran poros turbin yang terbaca
dengan menggunakan tachometer untuk mengetahui karakteristik turbin,
torsi yang dihitung dari berat beban yang dikalikan dengan panjang lengan
torsi. Sedangkan data-data tersebut digunakan untuk menghitung debit,
daya mekanik, daya hidrolik dan efisiensi turbin.

Semua data tersebut dibuat dalam bentuk pentabelan dan grafik


karakteristik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembahasan serta
analisa.

3.8 Langkah Pengujian

1. Mempersiapkan semua peralatan uji yang akan digunakan baik


sebagai komponen pendukung dan pengukuran seperti , tabung pitot,
penggaris, neraca pegas, tachometer dan pompa aksial.
2. Mengisi air pada saluran pengujian sampai ketinggian 50 cm.
3. Memasang pompa aksial dengan lengan baling-baling.
4. Memasang kerangka turbin pada kolam pengujian.
5. Memasang sudu turbin pada kerangka turbin.
6. Menghidupkan pompa aksial pada kecepatan normal.
7. Membaca head potensi aliran dengan tabung pitot saat belum ada
turbin.
8. Mematikan pompa aksial.
9. Mencelupkan turbin kedalam kolam dengan kedalaman turbin
berada ditengah-tengah aliran.
10. Menghidupkan pompa aksial pada kecepatan rendah.
11. Memulai dengan beban nol pada pengujian awal.
12. Mengukur putaran yang dihasilkan dengan tachometer.

25
13. Membaca massa yang dihasilkan dengan cara menarik neraca
pegas yang dipasang pada panjang lengan pada rem cakram untuk
mendapatkan torsi.
14. Membaca head masuk dan keluar turbin dengan melihat naik turun
air pada tabung pitot dalam setiap pembebanan.
15. Membaca tinggi air masuk dan keluar turbin dengan melihat
permukaan air yang terukur pada penggaris dalam setiap
pembebanan.
16. Mencatat nilai ukur yang didapatkan dari putaran, head, tinggi
air dan pembebanan yang terbaca.
17. Dengan cara yang sama dari langkah 5 sampai 10 sampai beban
dimana turbin tidak dapat berputar.
18. Melakukan langkah yang sama pada setiap turbin dengan tiga kali
variasi kecepatan pompa aksial.
19. Merapikan peralatan setelah selesai pengujian.
20. Mengolah data, mentabelkan dan membuat dalam bentuk kurva
karakteristik dari masing-masing turbin.

26

Anda mungkin juga menyukai