Anda di halaman 1dari 28

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 8 SUDU

DENGAN DEFLEKTOR

Nama : M. Jembar Akbar Yasidi


NPM : 20191120008

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB 1 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Alasan Pemilihan Judul 2
1.3 Batasan Masalah………………………………………………………………………………………………………………………2
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………………………………………………..3
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………………………………………………..3
1.6 Metode Penelitian……………………………………………………………………………………………………………………3
1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………………………………………………………………………4
BAB 2 5
2.1 Energi Angin 5
2.2 Turbin Angin 6
2.3 Jenis-jenis Turbin Angin……………………………………………………………………………………………………………8
2.4 Tip Speed Ratio………………………………………………………………………………………………………………………11
2.5 Rotor Power…………………………………………………………………………………………………………………………..12
2.6 Rotor Torque Coefficient……………………………………...…………………………………………………………..…..12
2.7 Bearing…………………………………………………………………………………………………………………………………..12
2.8 Generator………………………………………………………………………………………………………………………………14
BAB 3…………………………………………………………………………………………………………………………….……16
3.1 Flow Chart Proses Rancang Bangun……………………………………………………………………………………....16
3.2 Tempat Rancang Bangun……………………………………………………………………………………………………....16
3.3 Tahapan Perancangan……………………………………………………………………………………………………………16
3.4 Tahapan Pengumpulan Data………………………………………………………………………………………………….16
3.5 Alat dan Bahan…………………………………………..………………………………………………………………………….16
3.6 Metode Persamaan yang digunakan Pada Perancangan………………………………………………………..17
BAB 4……………………………………………………………………………………………………………………………..…..19
4.1 Perancangan Turbin……………………………………………………………………………………………………….………19
4.2 Perancangan Poros………….…………………………………………………………………………………………………….20
4.3 Perhitungan Bantalan…………………………………………………………………………………………………………….21
BAB 5…………………………………………………………………………………………………………………………….…....22
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………….22
5.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………..23
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………...............................................24

iii
iv
BAB I
Latar Belakang

1.1 Latar Belakang


Energi terbarukan adalah energi sumber energi yang tersedia oleh alam dan bisa
digunakan secara terus menerus tanpa menghasilkan polusi yang membahayakan makhluk
hidup, dapat dipulihkan secara alami yang berkelanjutan. Energi terbarukan dinilai salah satu
solusi untuk mengimbangi perkembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil untuk
kebutuhan manusia. Contohnya adalah energi matahari, gas alam, angin, pasang surut air.
Energi terbarukan mulai dikenal pada era 1970-an sebagai upaya untuk mencari solusi di
tengah kelangkaan dan menurunnya produksi minyak berbahan bakar fosil. Krisis ini
mendorong peralihan untuk menggunakan teknologi yang hemat energi. Negara-negara barat
mengandalkan negara-negara di timur tengah dan belahan dunia lainnya, untuk memenuhi
kebutuhan manusia, serta memenuhi kebutuhan industri. Krisis ini menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang stagnan dikarenakan harga minyak yang melonjak.
Pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan
habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut.
Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun.
Sementara tingginya kebutuhan migas tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya
menyebabkan kelangkaan sehingga di hampir semua negara berpacu untuk membangkitkan
energi dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan. (DESDM, 2005)
Pertumbuhan penduduk yang pesat, pertumbuhan ekonomi, serta industri, menyebabkan
kebutuhan energi semakin meningkat, karena konsumsi yang terus bertambah di dunia. Tak
terkecuali di Indonesia, sebagai negara berkembang dan negara berpenduduk terbanyak ke 4
di dunia, serta sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi serta industri yang pesat.
Dalam mendukung percepatan transisi energi di dalam negeri, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan
Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik guna mendorong target penurunan emisi
Indonesia tahun 2030. Di samping itu, Indonesia meningkatkan komitmen pencapaian
Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dengan target penurunan emisi
per 23 September 2022 sebesar 31,89% (sebelumnya 29%) unconditionally dan 43,20%
(sebelumnya 41%) conditionally. Dengan berbagai program Pemerintah dan investasi ini,
diharapkan Indonesia berpeluang mencapai target net zero emissions pada tahun 2060 atau
lebih cepat sesuai dengan Perjanjian Paris.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber energi sangat melimpah, salah
satunya adalah energi angin. Energi angin dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin sebagai
penghasil energi listrik. Pada saat ini pengembangan energi angin di Indonesia sudah mulai
diterapkan, walaupun masih tertinggal karena perbedaan karakteristik iklim tropis di
Indonesia yang berpengaruh pada kecepatan angin. Tidak seperti negara dengan iklim sub
tropis yang memiliki kecepatan angin yang lebih tinggi, negara dengan iklim tropis seperti
Indonesia memiliki kecepatan angin yang relatif lebih kecil. Pada negara dengan iklim tropis,
udara akan bergerak mengembang dan menjadi ringan ketika bergerak naik ke daerah yang
lebih dingin. Sebaliknya daerah dengan iklim sub tropis yang lebih dekat dengan kutub, udara

1
akan menjadi dingin dan turun ke bawah. Maka dari itu akan terjadi pergerakan udara dari
kutub utara ke garis khatulistiwa, dan kembali lagi ke kutub utara melalui lapisan udara yang
lebih tinggi.
Walaupun kecepatan angin di Indonesia tidak setinggi seperti di negara dengan iklim
sub tropis, potensi pemanfaatan energi angin di indonesia cukup bagus. Dengan adanya
perputaran yang telah disebutkan diatas, kecepatan angin di Indonesia rata-rata berkisar 3,5 -
7 m/s.

Pemanfaatan energi angin sebagai sebagai pembangkit listrik menggunakan turbin


angin savonius cukup bagus sebagai pembangkit listrik skala kecil. Walaupun tenaga yang
dihasilkan lebih rendah dan tip speed ratio yang lebih kecil jika dibandingkan dengan turbin
angin sumbu horizontal, desain yang lebih sederhana membuat turbin angin dengan sumbu
vertikal memiliki kelebihannya sendiri, yaitu dapat diproduksi dengan lebih mudah, cepat,
dan lebih murah sehingga cocok untuk industri dengan skala kecil. Selain desain yang lebih
sederhana, turbin angin dengan sumbu vertikal dapat berputar dengan kecepatan angin yang
rendah, sehingga lebih cocok digunakan di Indonesia sebagai negara beriklim tropis.

1.2 Alasan Pemilihan Judul


Alasan pemilihan “Rancang bangun turbin angin savonius 8 sudu dengan deflektor
45” didasarkan atas pertimbangan berikut :
1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah, khususnya
pada bidang konversi energi.
2. Rancang bangun turbin angin savonius, dapat memberikan manfaat sebagai alat uji
Mahasiswa.
3. Rancang bangun turbin angin savonius ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi pendidikan Sarjana di bidang Teknik mesin.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah ;
1. Penulis tidak memberikan penjabaran dan perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada
kerangka turbin.
2. Penulis tidak memberikan penjabaran dan perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada
sudu turbin.

2
3. Penulis tidak memberikan penjabaran dan perhitungan sistem kelistrikan yang lebih
mendalam, hanya daya keluaran.
4. Pengujian hanya dilakukan di Laboratorium produksi, Universitas Kebangsaan
Republik Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah ;
1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana, di bidang Teknik
Mesin, Universitas Kebangsaan Republik Indonesia.
2. Membuat alat untuk sarana baru pengujian dan penelitian Mahasiswa. di Universitas
Kebangsaan Republik Indonesia.
3. Membuat alat pemanfaatan energi angin, sebagai solusi untuk mengurangi gas buang
dan pemanfaatan energi baru terbarukan.
4. Membangkitkan gairah pemanfaatan energi baru terbarukan, dan para pelaku industri
kecil rumahan, khususnya di bidang energi dan manufaktur.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menyediakan solusi untuk pemanfaatan energi yang murah dan ramah lingkungan
2. Mengembangkan kemampuan dan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah
khususnya di bidang konversi energi
3. Alat yang telah dirancang sebagai sarana baru pengujian mahasiswa, di bidang
konversi energi.
4. Memberikan ide, atau gagsan untuk para pelaku industri kecil atau menengah di
Industri energi dan manufaktur.
5. Solusi untuk pemenuhan energi, dan pengurangan gas buang di Indonesia

1.6 Metode Penelitian


Adapun, metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan laporan ini
adalah ;
1. Metode Penyusunan Akademis
Metode ini digunakan dengan cara bimbingan untuk mendapatkan arahan
langsung dari dosen pembimbing. Juga studi literatur untuk mendapatkan informasi
persoalan topik tugas akhir.
2. Pelaksanaan Program
Dalam proses pelaksanaan program perancangan “Rancang Bangun Turbin
Savonius 8 Sudu Dengan Deflektor 45” penelitian ini menerapkan metode sebagai
berikut ;
a. Rancangan Konseptual
Rancangan konseptual adalah rancangan awal alat, dan tata letak komponen,
rancangan ini berupa sebuah sketsa.
b. Rancangan Detail
Rancangan detail adalah rancangan alat yang telah dioptimalkan dari
rancangan konseptual.

2
c. Persiapan Alat dan Bahan
Proses ini meliputi pembelian material dan alat yang akan digunakan dalam
proses pembuatan alat.
d. Pembuatan Alat
Pembuatan alat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan,
proses ini juga meliputi pengujian kinerja, penyempurnaan alat, dan
pengoptimalan, alat jika terjadi kekurangan dan kesalahan dalam desain.
e. Pengujian Alat
Pengujian alat dilakukan setelah alat dirasa optimal, dan siap untuk dilakukan
pengujian dan pengambilan data.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN : Berisi tentang latar belakang permasalahan,
pembatasan masalah, tujuan penulisan Tugas Akhir, metodologi penyusunan dan
sistematika penyusunan.
BAB II LANDASAN TEORI : Berisi tentang pendekatan teoritis baik yang
bersumber dari acuan pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN : Berisi tentang tempat, metode dan tujuan
pengujian, alat bantu uji, prosedur pengujian.
BAB IV PEMBAHASAN : Berisi tentang perhitungan yang berkaitan dengan
objek setelah melaksanakan pengujian.
BAB V PENUTUP : Berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
Landasan Teori
2.1 Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena
adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara
tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah
memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun
karena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan
rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara
menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin
ini dikarenakan konveksi.
Penggunaan energi angin sudah digunakan sejak dahulu kala, pada awalnya manusia
menggunakan energi angin untuk mendorong perahu di sungai Nil pada awal abad 5000
sebelum masehi. Lalu pada awal abad 200 sebelum masehi kincir angin digunakan di China
sebagai penggerak untuk memompa air. Lalu di Persia dan Timur tengah, kincir angin dengan
sumbu vertikal digunakan sebagai alat penggiling untuk biji-bijian. Gagasan untuk
pemanfaatan energi angin oleh orang Timur tengah ini luas digunakan untuk industri pangan.
Hingga pada abad ke 11, orang-orang Eropa yang berdagang membawa gagasan ini ke
kampung halaman mereka.
Salah satu negara yang menggunakan gagasan untuk pemanfaatan energi angin ini
adalah Belanda. Di akhir abad 19 Belanda menyempurnakan kincir angin untuk menguras
danau dan rawa-rawa di Delta sungai Rhine. Pada awalnya Belanda menggunakan energi
angin sebagai penggerak kincir untuk memompa air di pertanian dan peternakan, lalu
kemudian dikembangkan sebagai pembangkit listrik untuk keperluan industri, dan perumahan
masyarakat.
Pemanfaatan energi angin pada masa kini, mulai dikaji kembali setelah adanya krisis
energi pada dekade 70 an, sebagai solusi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang
cadangannya kian menipis. Selain itu sebagai solusi alternatif energi terbarukan yang ramah
lingkungan, dapat diperbaharui dan tidak menghasilkan zat karbon yang berbahaya bagi
keberlangsungan makhluk hidup.
Pada tahun 2005, kapasitas energi generator tenaga angin adalah 58.982 MW, hasil
tersebut kurang dari 1% pengguna listrik dunia. Meskipun masih berupa sumber energi listrik
minor di kebanyakan negara, penghasil tenaga angin lebih dari empat kali lipat antara 1999
dan 2005.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Energy menemukan bahwa akan lebih
murah untuk menghasilkan sekitar 76% dari permintaan energi global dengan tenaga surya
dan 20% dengan tenaga angin. Namun, di daerah dengan sedikit sinar matahari, pangsa
tenaga angin akan jauh lebih tinggi: lebih dari 90% di bagian utara Rusia, 81% di barat
tengah Amerika Serikat (AS), sekitar 72% di Cina utara, dan sekitar 50% di negara-negara di
Eropa tengah dan utara seperti Polandia, Belanda, Inggris Raya, dan Perancis. Di Jerman,
pangsa energi angin untuk menutupi seluruh permintaan energi akan menjadi 31%.

2
2.2 Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani
dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan lain-lain. Turbin angin terdahulu
banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal
dengan Windmill.

Gambar 2.1 Turbin Angin


(https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin)

Pada masa sekarang, turbin angin digunakan sebagai pembangkit energi listrik
sebagai solusi clean energy. Dengan menggunakan prinsip konversi energi yang mengubah
energi kinetik dari angin, menjadi energi mekanik yang memutar poros turbin, untuk
kemudian ditransmisikan ke generator yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Pada saat ini, turbin angin masih dikembangkan oleh para ilmuwan yang diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan energi di masa depan, di tengah pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat di beberapa negara, yang mempengaruhi lonjakan kebutuhan energi untuk
kebutuhan masyarakat dan industri.
2.2.1 Bagian-bagian Turbin Angin
Untuk mengkonversikan energi kinetik dari angin menjadi energi listrik, turbin
angin memerlukan komponen sebagai berikut ;
a. Rotor Blade
Rotor blade berfungsi sebagai penangkap energi kinetik dari angin, dan
mengubahnya menjadi energi mekanik melalui gerak rotasi.

2
Gambar 2.2 Rotor Blade
(https://www.basf.com/us/en/media/science-around-us/how-rotor-
blades-defy-the-forces-of-nature.html)

b. As/Shaft/Poros
Poros berfungsi sebagai penerus daya dari energi mekanik yang telah
diterima oleh rotor, untuk kemudian ditransmisikan ke gearbox
sebelum ke generator.
c. Gearbox
Gearbox berfungsi untuk memperbesar putaran rendah yang diperoleh
dari turbin, untuk menghubungkan ke poros generator.
d. Generator
Generator berfungsi untuk mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi listrik. Prinsip kerja dari generator listrik adalah induksi
elektromagnetik. Berdasarkan jenis arus listriknya, generator dibagi
menjadi generator arus searah dan generator arus bolak-balik.
Perbedaan keduanya yaitu penggunaan komutator pada generator arus
searah dan cincin slip pada generator arus bolak-balik.

2
Gambar 2.3 Generator
(https://www.searspartsdirect.com/model/66buzrq21j-001754/
devilbiss-gb5000-4-generator-parts)

Generator listrik memiliki banyak kesamaan dengan motor listrik,


tetapi motor listrik adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik. Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak
melalui sebuah sirkuit listrik eksternal, tetapi generator tidak
menciptakan listrik yang sudah ada di dalam lilitan kumparannya. Hal
ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang menciptakan
aliran air tetapi tidak menciptakan air di dalamnya.
e. Frame
Rangka atau frame berfungsi sebagai penyangga semua komponen
dasar pada turbin angin. Pada turbin angin dengan sumbu horizontal
(HAWT), struktur penyangga turbin angin dapat berupa tiang
penyangga. Frame ini dapat dibentuk atau dirancang berdasarkan
fungsionalitas, keadaan dimana turbin dipasang, dan jenis turbin yang
digunakan.

2.3 Jenis-jenis Turbin Angin


2.3.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal
Turbin angin dengan sumbu horizontal, atau horizontal axis wind turbine
(HAWT) adalah sebuah jenis turbin angin yang memiliki poros berarah melintang
atau horizontal. Turbin angin dengan tipe ini, biasanya memiliki frame yang
berbentuk tiang penyangga untuk menopang poros rotor utama dan generator listrik di
puncak menara tiang penyangga. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah
baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang
mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.

2
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin
biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku
agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit
dimiringkan.

Gambar 2.4 Komponen Pada Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)


(https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin)

Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan reliabilitas


begitu penting, sebagian besar TASH/HAWT merupakan mesin upwind (melawan
arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut
jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka
tetap sejalan dengan angin, dan karena pada saat angin berhembus sangat kencang,
bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan
demikian juga mengurangi resistensi angin dari bilah-bilah itu.
a. Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal
1. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih
kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara
laju dan arah angin) antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di
dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh
meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.
b. Kelemahan Turbin Angin Sumbu Horizontal
1. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga
memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
2. TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang
sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
3. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-
bilah yang berat, gearbox, dan generator.
4. TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
5. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan
mengganggu penampilan landscape.
6. Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang
disebabkan oleh turbulensi.

2
2.3.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu
rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah
turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini
sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi.
VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu
yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan
perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda
padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.

Gambar 2.5 Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Darrieus


(https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin)

Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering


dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak
atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang
rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara
di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak,
yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan
biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak
atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini
merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin
yang minimal.
a. Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal
1. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
2. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat
pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih
mudah.

2
3. TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-
baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi,
memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi
drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
4. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang
berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah
tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada
wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
5. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah
daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik
pada 10 km/jam (6 m.p.h.)
6. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan
antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju
sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil
kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat
kencang.
7. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang
lebih tinggi dilarang dibangun.
8. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil
keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta
meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang
puncaknya datar dan puncak bukit).
9. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
10. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.
b. Kelemahan Turbin Angin Sumbu Vertikal
a. Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari
efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat
kincir berputar.
b. TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju
lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.
c. Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar.
d. Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk
menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena
semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang
dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke
bawah saat angin bertiup.

2.4 Tip Speed Ratio (TSR)


Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung rotor terhadap
kecepatan angin bebas. Untuk kecepatan angin nominal yang tertentu, tip speed ratio akan
berpengaruh pada kecepatan putar rotor. Turbin angin tipe lift akan memiliki tip speed ratio
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin angin tipe drag.

2
Dengan:
λ = tipe speed ratio
D = diameter rotor (m)
n = putaran rotor (rpm)
v = kecepatan angin (m/s)

Gambar 2.6 variasi nilai tip speed ratio dan koefisien daya cp untuk berbagai macam turbin
angin
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 94)

2.5 Rotor Power Coefficient (Cpr)


Rotor power coefficient atau koefisien daya rotor adalah kemampuan rotor blade
menyerap energi angin yang diterimanya. Berdasarkan Teorema Betz, maksimal energi angin
yang bisa diserap blade adalah sebesar 59%.

Dimana :
λ = tip speed ratio
Cq = koefisien torsi rotor

2.6 Rotor Torque Coefficient (Cq)


Koefisien torsi rotor atau Rotor Torque Coefficient (Cq) adalah torsi yang dihasilkan
oleh rotor turbin yang digunakan untuk menghitung Rotor Power Coefficient (Cpr). Rotor
Torque Coefficient (Cq) dapat dicari dengan grafik pada gambar 2.6

2.7 Deflektor
Deflektor adaah sebuah elemen yang dipasang pada turbin untuk meningkatkan
peforma turbin. Pada turbin angin yang besar bersumbu horizontal, deflector dipasang untuk
sistem pendinginan generator. Sebaliknya, diturbin angin kecil, kenaikan suhu di belitan dan

2
gigi stator dapat didinginkanoleh angin atmosfer, sehingga tidak ada ventilasi khusus atau
sistem pendingin cairdiperlukan. Turbin angin kecil sebagian besar menggabungkan aplikasi
augmentasi aliransistem untuk peningkatan kinerja secara keseluruhan. Menurut batas Betz,
maksimalefisiensi yang dapat dicapai turbin angin adalah 59,3%.
Kinerja turbin Savonius dapat ditingkatkan dengan memasang deflektor angin sebagai
penambah aliran di hulu angin yang mendekati baling-baling turbin. Deflektor angin bisa
berbentuk sangat sederhana seperti pelat datar, atau bisa juga dengan bentuk yang
aerodinamis.
Layeghmand pada 2020, melakukan simulasi CFD untukmengevaluasi efek deflektor dengan
geometri airfoil, serta perubahan angin sudut dan posisi deflektor, pada parameter kinerja
turbin Savonius. Untuk tujuan ini, digunakan untuk menentukan geometri deflektor.
Deflektor airfoil mendistribusikan aliran angin secara merata ke arah depanbilah turbin
Savonius. Ada lebih sedikit pemisahan yang diamati di tepi tailing dibandingkan dengan
deflektor pelat datar dengan angle of attack (AOA) yang sama. Namun, AOA secara
signifikan mempengaruhi posisi titik pemisahan pada airfoil, yang pada akhirnya
mempengaruhi kinerja . Koefisien kinerja maksimum untuk desain yang diberikanpada
Gambar dapat ditingkatkan hingga 50% dengan tip speed ratio (TSR) sebesar 1,3. Analisis
CFD dilakukan oleh Layeghmand et al., 2020 untuk desain yang ditunjukkan pada Gambar
menyimpulkan bahwa Turbin Savonius mencapai torsi maksimum dan koefisien daya pada
AOA 70◦. Kinerja turbin dapat dicirikan oleh koefisien torsi dan daya koefisien. Koefisien
daya (Cp) adalah perbandingan daya putar yang dihasilkan oleh rotor (Pr) dengan daya
kinetik yang tersedia di aliran angin (Pk). Begitu pula dengan koefisien torsi (Ct) adalah rasio
torsi efektif yang dihasilkan oleh rotor terhadap total torsi yang tersedia.

Gambar 2.7 Deflektor angin berbentuk airfoil di hulu rotor Savonius

2.7 Bearing
Bantalan (bahasa Inggris: Bearing) adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk
membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah
yang diinginkan. Bearing menjaga poros agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau
juga menjaga suatu komponen yang bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.
Komponen ini berfungsi sebagai bantalan untuk membantu mengurangi gesekan peralatan

2
berputar pada poros/as. Bearing atau laher ini biasanya berbentuk bulat. Bearing di mobil
dipasang pada as roda dan ditempat-tempat yang berputar lainnya.
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan
cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros
dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.
2.7.1 Jenis-jenis Bantalan
a. Bola
Bantalan bola menggunakan bola untuk membawa beban yang
diterapkan. Karena ada titik kontak (dibandingkan dengan kontak line untuk
bantalan Roll Bearing) beban daya dukung lebih rendah daripada bantalan
Roll Bearing. Bantalan rol dapat mendukung kedua Radial (Tegak Lurus pada
poros) dan Aksial beban (Paralel ke poros). Untuk bantalan ringan dimuat,
bola menawarkan gesekan lebih rendah dari rol. Self-menyelaraskan bantalan
bola juga dapat beroperasi ketika cincin bantalan sejajar. Bantalan bola yang
paling umum adalah bantalan bola dalam alur. Bola presisi biasanya lebih
murah untuk menghasilkan daripada bentuk seperti rol, dikombinasikan
dengan volume tinggi penggunaan, bantalan sering jauh lebih murah daripada
bantalan lain dari dimensi yang sama.
b. Rol Silinder
Bantalan rol umum menggunakan silinder dengan panjang sedikit lebih
besar dari diameter. Bantalan rol biasanya memiliki kapasitas beban lebih
tinggi di bawah beban tegak lurus ke arah didukung primer. Jika ras di dalam
dan di luar tidak sejajar, daya dukung sering turun dengan cepat dibandingkan
dengan baik bantalan bola atau bantalan rol bola. Bantalan rol dikenal sejak 40
SM.
c. Rol Jarum
Bantalan rol jarum menggunakan silinder yang sangat panjang dan
tipis. Seringkali ujung lancip ke titik, dan ini digunakan untuk menjaga rol
captive, atau mereka mungkin hemispherical dan tidak captive tapi dipegang
oleh poros sendiri atau pengaturan yang sama. Karena rol tipis, diameter luar
bantalan ini hanya sedikit lebih besar dari lubang di tengah, Namun,
berdiameter kecil tol harus menekuk tajam dimana mereka menghubungi ras,
dan dengan demikian bantalan seragam relatif cepat.
d. Rol Tirus
Bantalan tirus menggunakan rol kerucut yang berjalan pada as kerucut.
Bantalan rol kebanyakan hanya mengambil beban radial atau aksial, tetapi
bantalan rol tirus mendukung beban radial dan aksial, dan umumnya dapat
membawa beban lebih tinggi dari bantalan bola karena bidang kotak yang
lebih besar. Taper bantalan rol yang digunakan, misalnya, sebagai bantalan
roda dari kendaraan darat yang paling roda. Kerugian untuk bantalan ini
adalah bahwa karena kompleksitas manufaktur, bantalan rol tirus biasanya
lebih mahal daripada bantalan bola, dan selain itu di bawah beban berat rol
tirus seperti irisan

2
dan beban bantalan cenderung mencoba untuk mengeluarkan roller, kekuatan
dari kerah yang menjaga roller di bantalan menambah gesekan bantalan
dibandingkan dengan bantalan bola.
e. Rol Bulat
Bantalan rol bulat memiliki cincin luar dengan bentuk bulat internal.
Rol lebih tebal ditengah dan tipis di ujungnya. Bantalan rol bola sehingga
dapat menyesuaikan untuk mendukung kedua misalignment statis dan
dinamis. Namun, rol bola sulit untuk diproduksi sehingga harganya menjadi
mahal, dan bantalan memiliki gesekan lebih tinggi daripada bantalan rol
silinder yang ideal atau meruncing karena ada sejumlah geser antara elemen
rolling dan cincin.

2.8 Generator
Generator listrik atau pembangkit listrik adalah mesin yang digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dari sumber energi mekanis. Prinsip kerja dari generator listrik
adalah induksi elektromagnetik. Berdasarkan jenis arus listriknya, generator dibagi menjadi
generator arus searah dan generator arus bolak-balik. Perbedaan keduanya yaitu penggunaan
komutator pada generator arus searah dan cincin slip pada generator arus bolak-balik. Proses
kerja generator listrik dikenal sebagai pembangkit listrik. Generator listrik memiliki banyak
kesamaan dengan motor listrik, tetapi motor listrik adalah alat yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah
sirkuit listrik eksternal, tetapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada di dalam
lilitan kumparannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang menciptakan
aliran air tetapi tidak menciptakan air di dalamnya.
2.8.1 Jenis-jenis Generator
a. Generator arus searah
Dasar kerjanya adalah terjadinya peristiwa induksi elektromagnetik.
Generator arus searah dapat menghasilkan ggl induksi ke satu arah dengan
mengubah bentuk cincin terminalnya, Cincin terminal dalam bentuk ini
disebut cincin belah atau komutator. generator adalah suatu alat yang dapat
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi listrik yang
dihasilkan pada alat ini disebabkan oleh peristiwa induksi. Generator pada
prinsipnya menghasilkan arus bolak balik. Generator arus searah hanya
menggunakan komutator satu cincin yang terbelah dua sehingga menghasilkan
arus searah, sedangkan generator arus bolak-balik memiliki dua cincin yang
terpisah. Ketika gaya gerak listrik timbul, kontak dengan rangkaian beban
berganti terminal sehingga tegangan keluaran hanya mempunyai satu tanda
dan menghasilkan arus searah. Penambahan jumlah kumparan yang
dihubungkan ke komutator dengan cincin komutator yang terdiri dari beberapa
segmen, mampu mengurangi riak pada tegangan listrik arus searah.
b. Generator arus bolak-balik
Sistem arus bolak-balik pertama kali dibuat oleh William Stanley di Great
Barrington, Massachusetts. Proyek pembuatan sistem arus bolak-balik ini

2
didanai oleh Westinghouse. Di saat yang bersamaan, sistem arus bolak-balik
diperjualbelikan oleh Nikola Tesla. Penggunaan arus bolak-balik meningkat
setelah C.S. Bradley membuat generator bolak-balik 3 fasa pada tahun 1887.
Generator arus bolak-balik tiga fasa memiliki daya guna yang tinggi sehingga
digunakan sebagai pembangkit listrik secara umum di dunia sejak tahun 1900
Masehi.
Generator arus bolak-balik terdiri dari suatu kumparan dan lilitan
kawat yang diputar di dalam medan magnet. Bagian dalam generator arus
bolak-balik disebut sebagai armatur. Isi armatur ialah silinder besi yang
digunakan sebagai tempat bagi kumparan kawat untuk dililitkan. Terminal
generator memiliki dua cincin putar yang dihubungkan dengan beban listrik
melalui bushing yang terbuat dari tembaga lunak. Medan magnet dibentuk
oleh magnet permanen atau elektromagnet. Energi untuk memutar armatur
dapat berupa tenaga manusia, pembakaran, atau energi potensial air.

Gambar 2.7 Generator AC dan DC


(https://m.blog.naver.com/hojin1772/222807875768)

2
BAB III
Metodologi Penelitian

3.1 Flow Chart Proses Rancang Bangun

3.2 Tempat Rancang Bangun


Tempat rancang bangun berlokasi di Cangkuang Kulon, Dayeuhkolot, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

3.3 Tahapan Perancangan


1. Menentukan asumsi rpm, kecepatan angin, dan densitas udara.
2. Menentukan profil sudu turbin.
3. Menentukan spesifikasi turbin melalui perhitungan.
4. Membuat desain perancangan turbin angin.
5. Pembuatan turbin angin.
6. Optimalisasi kinerja turbin
7. Melakukan pengujian

3.4 Tahapan Pengumpulan Data


Dalam rancang bangun ini, menggunakan metode variabel pengumpulan data sebagai
berikut ;
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dipilih karena sesuai dengan kecepatan angin yang akan
dirubah besaran kecepatannya.
2. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dipilih sebagai pembanding yang tidak memiliki faktor
keterikatan dari luar komponen turbin. Variabel kontrol yang akan digunakan adalah
bola lampu.

3.5 Alat dan Bahan


Pada pembuatan turbin angin savonius ini, berikut data alat dan bahan yang
dibutuhkan :
No Nama Barang/Material Satuan

1 Mesin las listrik 1 pcs

2 Besi hollow 4 inch 1 Lente (6 m)

3 Besi Siku 4 inch 3m

4 Plat besi 2x3 m

5 Ornamen pagar besi ½ bola 2,5 inch 10 pcs

2
7 Besi as ST 37 12 mm 1m

8 Besi as 5 mm 1,5 m

9 Mesin gerinda 2 pcs

10 Cutting wheel 1 Pack

11 Mata gerinda 2 pcs

12 Mesin bor 1 pcs

13 Bearing 2 Pcs

14 Kabel 1m

15 Generator DC 1 pcs

16 Pulley & Belt 1 Set

3.6 Metode Persamaan yang Digunakan Pada Perancangan


3.6.1 Perancangan Turbin
a. Tip Speed Ratio (TSR)
π xDxn
λ =
60 x v
b. Rotor Torque Coefficient (Cqr)
Pada persamaan ini, untuk mencari nilai cqr menggunakan grafik yang
ada di bawah ini :

Gambar 3.1 Diagram koefisien daya turbin


(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 94)
c. Rotor Power Coefficient (Cpr)
Cpr = λ x Cqr
d. Daya Turbin

2
1
P = Cpr x x ρ x v 3x A
2

3.6.2 Perencanaan Poros


a. Daya Rencana
Pd = fc x P
b. Momen Rencana
Pd
T = 9,74 x 105 x
n1
c. Tegangan Geser yang diizinkan
τα = σ b/ ( Sf 1 x Sf 2)
d. Diameter Rencana

[ ]
1
5,1 3
Ds = x Kt x Cb x T
τα
e. Tegangan Geser
5x T
τ = 3
ds
f. Tegangan Tarik Yang Diizinkan
60
σt = σb x
100
3.6.3 Perhitungan Bantalan
a. Tegangan Lentur yang diizinkan
σb
τα =
Sf 1 x Sf 2
b. Panjang dan Diameter
1
d √
≤ 1 +
5,1 pα
σα

c. Tekanan Bantalan
W
P =
lxd

2
BAB IV
Pembahasan

4.1 Perancangan Turbin


Diketahui
V = 5 m/s
n = 100 rpm (Asumsi)
D = 75 mm (0,075)
ρ = 1,2 kg/m3
A = 2 x πxr2
= 2 x 3,14 x 0,03
= 0,18 x 8 blades
= 1,44 m (Surface Area)

4.1.1 Tip Speed Ratio (TSR)


π xDxn
λ =
60 x v
3,14 x 0,017 x 100
= 60 x V
= 0,0 78

4.1.2 Power Coefficient ( Cqr)


Jika dilihat pada diagram, maka turbin jenis savonius menunjukan daerah A.
Dengan Cqr max. pada nilai 0,1.

Gambar 4.1 Diagram koefisien daya turbin


(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 94)

2
4.1.3 Rotor Power Coefficient (Cpr)
Cpr = λ x Cqr
= 0,078 x 0,1
= 0,007

4.1.4 Power Turbine


1
P = Cpr x x ρ x v 3x A
2
= 0,007 x 0,5 x 1,2 x 53 x 1,44
= 2,48 Watt

4.2 Perancangan Poros


Diketahui :
P = 2,48 Watt = 0,002 kW
n = 100 rpm
σb = 37 kg/mm2
Sf 1 = 6,0
Sf 2 = 1,0
4.2.1 Daya Rencana
Pd = fc x P
= 1,0 x 0,002
= 0,002 kW
4.2.2 Momen Rencana
Pd
T = 9,74 x 105 x
n1
0,002
= 9,74 x 105 x
100
2
= 19,48 kg/mm

4.2.3 Tegangan Geser yang diizinkan


τα = σ b/ ( Sf 1 x Sf 2)
= 37 / ( 6,0 x 2,0)
= 3,08 kg/mm2
4.2.4 Diameter Rencana

[ ]
1
5,1 3
Ds = x Kt x Cb x T
τα

[ ]
1
5,1 3
= x 1,5 x 2,0 x 19,48
3,08
= 4,59 mm

4.2.5 Tegangan Geser

2
5x T
τ = 3
ds
5 x 19,48
=
4,59 3
= 1,007 kg/mm2
4.2.6 Tegangan Tarik Yang Diizinkan
60
σt = σb x
100
60
= 37 x 100
= 22,2 kg/mm2

4.3 Perhitungan Bantalan


Diketahui :
Ds = 2,48 Watt
M rotor = 2 kg (Asumsi)
σb = 37 kg/mm2

4.3.1 Tegangan Lentur yang diizinkan


σb
τα =
Sf 1 x Sf 2
37
= 6,0 x 1,0
= 6,16 kg/mm2
4.3.2 Panjang dan Diameter
1
d √
≤ 1 +
5,1 pα
σα

l
1
d √
≤ 1 +
5,1
=
6,16
0,5

d =
4.3.3 Tekanan Bantalan
W
P =
lxd
8
=
lxd

2
BAB V
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan pada turbin, maka diketahui ;
1. Tip speed ratio (TSR) sebesar : 0,078
2. Rotor Torque Coefficient (Cqr) sebesar : 0,1
3. Rotor Power Coefficient (Cpr) : 0,007
4. Power Turbin (P) : 2,48 Watt
Lalu berdasarkan hasil perancangan pada poros maka diketahui :
5. Daya rencana (Pd) : 0,002 kW
6. Momen Rencana : 19,48 kg/mm2
7. Tegangan geser yang diizinkan : 3,08 kg/mm2
8. Diameter rencana : 4,59 mm
9. Tegangan Geser : 1,007 kg/mm2
10. Tegangan tarik yang diizinkan : 22,2 kg/mm2
Berdasarkan hasil perhitungan pada bantalan, maka diketahui :
11. Tegangan lentur yang diizinkan : 6.16 kg/mm2
12. Panjang dan Diameter :
13. Tekanan Bantalan :

Anda mungkin juga menyukai