Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

DISUSUN OLEH :

HAURA INAS ANISA


019 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepeda Allah Yang Maha Esa,berkat rahmat dan karunia-

Nya lah Saya dapat menyelesaikan tugas individu yang di berikan kepeda Saya. Yang dimana

makalah ini saya beri judul : PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT.

Makalah ini juga saya harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan

membacanya. Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat Dalam

pemberian Obat .Untuk itu Saya sangat berharap agar makalah yang saya buat ini dapat

digunakan sabagai acuan,yang positif, serta bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Mataram,16 oktober 2023


DAPTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perawat

2.2 Pengertian Obat

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

2.4 Kesalahan Pemberian Obat

2.5 Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga

2.6. Penatalaksanaan Obat

BAB III KESIMPULAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar negeri

sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010) .

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan

(UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat

adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung

jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan

kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu

tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar

menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual,

pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa

mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus

mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek

samping, lama kerja obat dan program dari dokter.


Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas

pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan langsung

kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non

verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi

diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti

menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama generik.

Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat tersebut

diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya

harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak

obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak

obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat adalah

harus mengembalikan ke bagian farmasi.

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/ rute,

waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak

dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan

kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus

mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah

tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang

direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat

yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi

status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat

yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,
Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus

dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,

kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari

pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).

1.2 Tujuan

a. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki dalam pemberian.

b. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian obat.

c. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.

d. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam pemberian obat .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar negeri

sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010)

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan

bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-

psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia

(Lokakarya keperawatan nasional, 1983)

Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan

(UU kesehatan No 23 tahun 1992)

Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat dan memiliki

kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan berdasarkan bidang keilmuan

yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dan professional untuk

individu sehat maupun sakit, perawat berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-

psiko-sosio dan spiritual.


2.2 Pengertian Obat

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,

membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan

untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat

tradisional.

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil

untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga

mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan

efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama

dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih

proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun

pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang

dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan

bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus

memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang

diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan :

 prinsip 12 benar, yaitu:

1.Benar Klien
 Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan

meminta menyebutkan namanya sendiri.

 Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

 Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

 Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

 Klien dapat menerima obat yang telah diresepkaNn

 Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat

 Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali:

1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat

2. Sebelum menuang/menghisap obat

3. Setelah menuang/ mengisap obat

 Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah

 Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

 Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat

 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.

 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/

diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus

dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.

 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.


4. Benar Waktu Pemberian

 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

 Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari,

tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat

dipertimbangkan.

 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh

panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan

beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.

 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama

makanan

 Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung

bersama-sama dengan makanan.

 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk

memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.

 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral.

 Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral

 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah

ditelan.

 rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

1. Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .

1. Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;


2. bukal (diantara gusi dan pipi)

3. topikal ( dipakai pada kulit ) ;

4. inhalasi ( semprot aerosol ) ;

5. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )

6. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu

mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap

pengobatan.

7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,

keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara

umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang

menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang

merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan

yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit.

8. Hak klien untuk menolak

 Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan Inform consent

dalam pemberian obat.

9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

10. Benar evaluasi


 Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. Benar reaksi terhadap makanan

 Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum

sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu

jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah

makan misalnya indometasin.

12. Benar reaksi dengan obat lain

 Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada

penyakit kronis.

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat keada pasien dan

digunakannya obat oleh pasien sehingga obat tersebut efektif dala membantu mengatasi masalah

pasien. Secara terperinci peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rmah sakit jiwa adalah :

1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan

Dalam pelaksanaan peran ini perawat di dukung oleh latar belakang pengetahuan biologis

dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara lainriwayat penyakit diagnosa medis riwayat

engobatan hasil laboratorium jenis obat yang akan digunakan dan perawat perlu mengetahui

program terapi lain bagi pasien. Pengumpulan data ini digunakan agar asuhan keperawatan yang

diberikan bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.

2. Mengkoordinasikan obat dengan terapi modalitas

Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien akan memberikan

hasil yang lebih baik.

3. Pendidikan Kesehatan
Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang obat yang

diperolehnya karena pasien sering tidak mau minum obat yang dianggap tidak ada manfaatnya.

Contoh pada klien curiga yang menganggap obat sebagai racun. Selain itu pendidikan kesehatan

juga diperlukan keluarga karena adanya anggapan jika pasien sudah ulang kerumah maka tidak

perlu lagi minum obat padahal hal ini menyebabkan risiko kanker kambuh dan dirawat kembali.

4. Memonitor efek samping obat

Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping obat dan

reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat.

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi

salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses

pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan

memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana

keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap

pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu

(dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang

mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil

pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program

dokter.
 Prinsip Enam Benar

1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,

gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak

sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.

Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus

dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus

selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang

kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi

apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat

kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat

membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan

dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca,

isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat

harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus

berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.

Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya

ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4

mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus

tetap hati-hati dan teliti !

4.Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan

pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang

diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan

peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

1. Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena

ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut

(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti

usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui

vena (perset / perinfus).

3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,

losion, krim, spray, tetes mata.

4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan

mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal

seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang

(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan

pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam

bentuk supositoria.
5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel

untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara

lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,

atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai

atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,

untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam

pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat

sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,

untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat

itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus

dicatat

2.4 Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang

mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua

sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi

obat yang benar pada rute yang salah.


Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera

menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan

itu diketahuinya.

2.5 Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah

sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar

pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama

penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB,

diabetes melitus, dan lain-lain.

Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk

pengobatan serta kegunaanya.

Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien

maupun keluarga tentang :

1. Nama obatnya.

2. Kegunaan obat itu.

3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.

4. Jumlah total kali minum obat.

5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama

susu)

6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.

7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.


8. Rute pemberian obat.

9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya

10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi

obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.

11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak

12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak

2.6. Penatalaksanaan Obat

Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian

obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

1. Pemberian obat ke pasien

a. Prinsip-prinsip peberian obat

Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu persiaan

peberian dan evaluasi.

1) Persiapan

Peratama erawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat

(tujuan peberian cara kerja efek samping dosis dan lainnya). Setelah itu elakukan persiapan yang

berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan

kondisi sebelum pengobatan.

2) Pemberian

Ada 6 tahap yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat :

- benar obat

- benar dosis

- benar pasien,
- benar waktu pemberian

- benar cara pemberian

- benar pendokumentasian

3) Evaluasi

Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhada pengobatan. Untuk

obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1

jam setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat

Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai

dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang

ketergantungan obat.

1) . Pendekatan khusus kepada pasien curiga

Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau pemberian yang

diberikan padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan treatment yang dilakukan ke

pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, erawat

harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena

tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.

Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak

bingung, ceas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keada pasien

sebelum einta pasien untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan

dengan cara meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat aakah obat

disebunyikan. Hal ini terutaa pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di
bawah lidah dan membuangnya. Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun

sudah dilakukan pendekatan aka emberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan

instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan

dalam keadaan darurat.

2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.

Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk

minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya. Perawat harus bersikap tegas dala

pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen

antara keinginan hidup dan mati. Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien

memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena

pasien merasa diperhatikan.

Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi

hidup. Dala hal ini peran erawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan

keperawatan diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien.

3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat

Pada pasien yang mengalai ketegantungan obat biasanya menganggap bahwa obat adalah

segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan penjelasan

kepada pasien tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan

masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-

cara elewati proses kehilangan.

c. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien

dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit

kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan

peberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat

adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung

jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan

kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu

tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar

menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual,

pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bias

mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus

mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek

samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas pasien yang

meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan langsung kepada

pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal

dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri

akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti

menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama generik.

Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat tersebut

diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya

harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak

obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak
obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat adalah

harus mengembalikan ke bagian farmasi.

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/ rute,

waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak

dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan

kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

3.2 Saran

Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam pemberian

obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .

Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus

segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah

kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/

http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat.html

http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-obat.html

http://mypotik.blogspot.com/2012/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obat-pada.html

http://suharbara.wordpress.com/2012/05/01/peranan-perawat-dalam-pemberian-obat/

http://nerskholidrosyidimn.blogspot.com/2012/08/pengertian-perawat-dan-keperawatan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Obat

Anda mungkin juga menyukai